LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR
IbPE Aneka Kerajinan Aluminium Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc., NIDN. 0009046901, Ketua I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si., NIDN. 0023046902, Anggota Ni Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd, NIDN. 0021048202, Anggota Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 131/UN48.15/LPM/2015 tanggal 5 Maret 2015
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015
1
RINGKASAN Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya hanya ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan sifat logam aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang sangat baik yang disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng menjadikan produk kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini berkualitas ekspor dan mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa permasalahan strategis dan utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan manajemen modern. Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam tiga tahun program pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran; tahun kedua, manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan lay-out produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk; dan tahun ketiga difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk dan HaKI. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun kedua (Maret-Nopember 2015) adalah pendampingan peningkatan pewarnaan, perluasan desain produk, pendampingan perluasan tempat produksi dan penataan lay out proses produksi yang lebih nyaman dan sehat, pendampingan manajemen usaha modern, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembentukan koperasi serba usaha yang terintegrasi dengan asosiasi pengerajin, promosi usaha dengan pameran produk, penyusunan buku Aneka Kerajinan Aluminium Menyali. Capaian luaran kinerja kegiatan adalah (1) peningkatan kapasitas produksi sekitar 35% untuk Wahyu Artha Handicraft dan 25% untuk Siapa Sangka Handicraft, dengan peningkatan omzet sebesar 38% untuk Wahyu Artha dan 25% untuk Siapa Sangka Handicraft dibandingkan baseline. Produk luaran berupa dua artikel ilmiah, satu draft artikel ilmiah untuk publikasi internasional dan sebuah draft buku. Rencana kegiatan di tahun ketiga (2016) adalah (1) pemantapan kapasitas produksi dan peningkatan daya saing dengan branding batik logam aluminium dan perluasan desain sesuai kebutuhan pasar; (2) penguatan manajemen usaha; (3) perluasan pasar; dan (4) penguatan kelembagaan dan pengembangan komunitas. Kegiatan-kegiatan di tahun ketiga difokuskan pada keberlanjutan usaha, kemandirian dan daya saing global. Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor.
2
PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami telah berhasil menyelesaikan Laporan Akhir Tahun Program Pengabdian Kepada Masyarakat Ipteks bagi Produk Ekspor tahun kedua (tahun 2015) ini tepat waktu. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas dukungan dana yang dihibahkan kepada kami sehingga kegiatan pengabdian ini terlaksana dengan baik. Demikian juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Pendidikan Ganesha, para mitra industri, dan pihak-pihak yang telah bekerjasama baik dan berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan ini. Semoga Laporan Akhir Tahun ke-2 (2015) Program Iptek bagi Produk Ekspor (IbPE) ini berkontribusi positif dalam peningkatan kecerdasan, kreativitas dan daya inovasi masyarakat.
Singaraja, 9 Nopember 2015 Tim Pelaksana
3
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
1
RINGKASAN......................................................................................................
2
PRAKATA ..........................................................................................................
3
DAFTAR ISI........................................................................................................
4
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ....................................................................
15
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................
16
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ..............................................
19
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI..... ...............................................................
20
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA .........................................
30
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
31
LAMPIRAN ......................................................................................................
32
1. Artikel Ilmiah 2. Draft Buku Kerajinan Aluminium Menyali 3. Buku Panduan HAKI 4. Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor 5. Draft Artikel untuk Publikasi Internasional
4
BAB 1. PENDAHULUAN Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih dari dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 10 km dari Kota Singaraja, saat ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan aneka produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng, kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali dikenal sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk memenuhi kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat untuk menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji), dan aneka kerajinan untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan inert (tahan terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan sampai saat ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis peruntukan dan variasi motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga sehari-hari seperti bingkai foto, bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan sebagainya, serta untuk penunjang pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray rectangle set, aneka bucket, file holder, CD box, wine box, dan sebagainya. Dua kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai UMK dan sedang berkembang baik dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus pada kedua profil usaha kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari usulan program ini. I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005 sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk bekerja membuat kerajinan 5okum5 Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun 5
berikutnya beliau kembali lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft. Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaranlembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar. Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snack). Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM 6
diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00 termasuk gedung showroom yang sedang dibangun. Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu, pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda), dan Amerika Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%. Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah. Beberapa spesifikasi produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
Square Box Middle Set of 6
Heart Flat Box Set of 6
Shoe Box Set of 3
7
Round Box Set 0f 7
Tumbler Pencil Holder in 3 Size
File Holder in 3 Size
Gambar 1.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga masalah auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang lain.. Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih offline melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran 8
SMESCO di JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameran-pameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah. Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013). Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana telekomunikasi (telepon dan internet). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp. 800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp. 30.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi (termasuk bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp. 9
1.400.000,00. Potensi bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum optimal. Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00. Produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha kerajinan dari 10
Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain (ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa adalah sebagai berikut.
House Lizard in 5 Size
Horse of Sea in 3 Size
Dolphin
Mirror Star
Mirror Heart
Turtles
Gambar 1.2 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan dan sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain produk yang memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha Handycraft yaitu Bapak I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari Bapak Made Arnawa pemilik usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar pengalaman dalam hal mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan yang selaras antara kerajinan kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis yang baik. Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini 11
yaitu logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani. Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi” seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan. Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu. Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam, administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi
untuk 12
dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik. Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara online. Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan perpajakan. Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha, sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan bahan-bahan penunjang lainnya. UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa Menyali sekitar 10 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat dari kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi Buleleng – Karangasem, ketemu pertigaan yang menuju Desa Jagaraga, belok kanan lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali. Setelah ketemu pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan menuju ke pemukiman penduduk Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra (Denah lokasi usaha mitra terlampir). Hasil diskusi kelompok terfokus pada permasalahan-permasalahan yang dihadapi
pengerajin
dan
pengusaha
kerajinan
aluminium
yang
dianalisis
menngunakan teknik analisis sebab-akibat (root cause analysis) menurut Gano (2008) dapat dipetakan dalam bentuk Ishikawa diagram menurut Tague (2004) sebagai berikut:
13
Gambar 1.3 Ishikawa Diagram Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft), Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah perbaikan kualiats dan peningkatan kapasitas produksi batik logam, penguatan manajemen produksi dan pemasaran, peningkatan website untuk promosi dan pemasaran online, komunikasi
dengan
buyer/rekanan
berbahasa
Inggris
dan
hukum
dagang
internasional, kesehatan dan kenyamanan kerja, dan komunitas usaha dan koperasi. Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada branding batik logam, pembinaan kelompok plasma, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Gambar 4a. Suasana kerja di UKM Wahyu Artha.
Gambar 4b. Diskusi Tim Pengusul dengan Bapak Ardana*dan Bapak Arnawa.
Gambar 4c. Diskusi Tim Pengusul dengan Bapak Ardana dan Pembina UMKM Dinas Kopdagprin Buleleng.
14
BAB 2. TARGET DAN LUARAN Target luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1) Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%, (2) Pasar ekspor bertambah minimal tiga negara tujuan ekspor, (3) Penambahan omzet 20% tiap tahun, (4) Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua bahasa (ber-ISBN), (5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan anggota minimal 30 orang, (6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI (minimal hak cipta), dan (7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional atau internasional pertahun. Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1) Sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsip kimia yang prospektif untuk dipatenkan (HaKI). Tahapan pencapaian target luaran disajikan sebagai Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tahapan Pencapaian Target Luaran No.
Luaran
Target Tahunan dan Pencapaiannya Target 2014
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Peningkatan kapasitas produksi Peningkatan omzet Penambahan jumlah negara tujuan ekspor Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Koperasi Pengerajin Aluminium HaKI
Ketercapaian (10 Nop 2014) 24,7% (WA) 20,3% (SS)
Target 2015
Ketercapaian Juni 2015
Target 2016
35%
35% (WA); 25% (SS)
50%
40%
Penjajaga n
Kesanggupan kedua mitra
Pendirian
1 draft
1 draft (batik
1 daftar,
38% (WA), 25% (WS) 2 negara tambahan (Kanada dan Australia) Klp dan koperasi menjadi satu dengan nama Koperasi Serba Usaha Wahyu Artha, tahap pembentukan Penyepurnaa
60%
Penjajaga n
34,1% (WA) 22,38% (SS) 4 (Hongkong, Jepang, Italia, Australia) Kesanggupan kedua mitra
20%
20% 1 negara
2 negara
Pendirian
3 negara
Penguatan
Penguatan
2 terdaftar
15
7.
Publikasi nasional atau internasional
1 artikel publikasi
8.
Buku Aneka Kerajinan Alumnium Menyali
Penjajaga n
logam) 1 draft artikel, 1 pameran produk, 1 artikel hasil skripsi mahasiswa.
1 draft 2 artikel publikasi
Kesnggupan kedua mitra berkontribusi
Draft
n draft 2 artikel hasil skripsi di bawah naungan IbPE, 1 draft artikel untuk publikasi internasional Draft
3 artikel publikasi
Published ber-ISBN
BAB 3. METODE PELAKSANAAN Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS) untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi. Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan dan Tujuan No.
Masalah Prioritas
Solusi IPTEKS
Pendekatan/ Metode
Tujuan/Sasaran/
Tahun Pertama (2014) Tahun pertama telah berhasil memecahkan masalah pewarnaan aluminium, pengembangan beberapa desain produk, modernisasi beberapa peralatan produksi, perluasan tempat kerja, pembuatan dan launching website. Tahun Kedua (2015) 1. Kualitas dan
kapasitas produksi batik logam. 2.
Tuntutan pasar terhadap desain produk semakin luas.
3.
Keselamatan dan kesehatan kerja.
Integrasi anodizing dan pewarnaan kresol.
Perluasan desain sesuai permintaan komsumen, dan integrasi aluminium dengan logam lain dan dengan kayu. Penataan lay-out produksi untuk memenuhi standar kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja serta melek kimia dan lingkungan.
Pelatihan dan pendampingan integrasi anodizing dan pewarnaan kresol. Pendampingan perluasan desain produk sesuai tuntutan pasar.
Kualitas batik logam meningkat dan kapasistas produksi lebih besar. Terpenuhiya tuntutan pasar terhadap update desain produk.
Pendampingan penataan lay-out produksi. Pendampingan pengolahan limbah kerajinan logam, kayu, dan pewarnaannya.
Minimalisasi kecelakaan kerja; Optimalisasi proses produksi dan peningkatan efektifitas kerja Penghindaran tubuh dari
16
4.
Manajemen berbantuan komputer.
Penerapan manajemen modern berbantuan komputer berbasiskan kearifan manajemen keluarga yang telah diterapkan.
Pelatihan dan pendampingan manajemen produksi dan pemasaran berbantuan computer.
5.
Komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang internasional
Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris untuk bisnis dan pemahaman hukum perdagangan internasional untuk ekspor.
Pelatihan dan pendampingan berbahasa Inggris untuk bisnis. Penyuluhan hukum dagang internasional. Pelatihan tentang MoU, SPK, dan Kontrak Kerja
6.
Promosi dan pemasaran online.
Peningkatan kapasitas website sebagai media promosi interaktif dan pemasaran online.
Pendampingan update website. Pelatihan pemasaran online.
7.
Komunitas usaha dan koperasi.
Pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
Penyuluhan dan pendampingan pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng. Penyuluhan dan pendampingan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
terpapar zat-zat kimia berbahaya. Diterapkannya manajemen produksi dan pemasaran modern Peningkatan kapasitas produksi dan omzet penjualan. Terjaminnya tidak misinterpretasi terhadap kontrakkontrak kerja (vendor-exportirbuyer) yang berbahasa Inggris. Terhindar dari penipuan atau kesalahpahaman yang merugikan bisnis. Website diupdate secara regular. Terjadi interaksi antara pengusaha dengan customer melalui website. Terbentuknya Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng berbadan hukum. Terbentuknya Koperasi Pengerajin Aluminium yang berbadan hukum.
Branding batik
Promosi dan publikasi batik logam dengan mengikuti pameran/expo produk kerajinan di tingkat nasional/ internasional.
Dikenalnya batik logam secara luas. Meningkatnya penggunaan HaKI batik logam untuk meningkatkan
Tahun Ketiga (2016) 1. Dikenalnya batik
logam secara luas logam. (nasional dan internasional)
17
2.
Perlunya pengembangan keunggulan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas desain produk.
Perluasan desain produk.
Pendampingan explorasi dan inovasi desain produk dengan pangsa pasar yang lebih luas.
3.
Tuntutan pasar agar menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi.
Peningkatan kapasitas produksi melalui pembinaan plasma produksi.
Pendampingan peermentoring keterampilan mengerjakan kerajinan desain tak lazim/sulit pada plasma produksi.
4.
Berfungsi efektif Penguatan kapasitas dan keberlanjutan kelembagaan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
5.
Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
Pengadministrasian HaKI dan penulisan dan pembukuan buku Kerajinan koleksi desain Alumnium Menyali produk dan keunggulan proses produksi serta penyusunan dokumen usulan perlindungan HaKI terhadapnya
Pelatihan penguatan kelembagaan dan pembinaan SDM Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan pendampingan penyusunan draft dokumen HaKI terhadap desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Workshop menulis buku bersama (tim pelaksana dan mitra).
pendapatan/ royalti. Penciptaan pangsa pasar ekspor yang lebih luas dengan inovasi desain produk. Meminimalisasi perbedaan hasil pengerjaan desain rumit/sulit saat mengerjakan order paket besar secara bersamasama dalam waktu terbatas. Terjaminnya kapasitas produksi sesuai waktu kontrak. Terjaminnya kualitas dan kontinuitas produksi. Berfungsi efektifnya koperasi pengerajin sebagai lembaga keuangan mikro untuk dari, oleh, dan untuk pengerajin. Terjalinnya silaturahmi antar pengerain dan pengusaha kerajinan. Terlindunginya secara hukum kekayaan intelektual yang terkandung dalam desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Perlindungan HaKI secara mandiri oleh
18
pengusaha kerajinan. Diterbitkannya sebuah buku tentang kerajinan aluminium Desa Menyali.
BAB 5. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Kinerja yang baik telah ditunukkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha kurun waktu 3 tahun terakhir sejak dimotivasi dan dibimbing oleh para Reviewer Ditlitabmas DIKTI. Jumlah kegiatan P2M dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8 judul dibiayai institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Selama kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir, berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000,-. Para pengusul kegiatan ini sangat relevan dengan bidang keilmuan masingmasing yaitu: (1) Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc. memiliki bidang keahlian kimia anorganik khususnya kimia material padatan dan memiliki pengalaman terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat (penerapan Iptek dan pengembangan usaha). Di samping itu, ketua pengusul juga punya pengalaman perkoperasian menjadi pengurus Koperasi Kredit (Credit Union Eka Karya Shanti, Kedewatan Ubud (sekretaris, 1986- 1990; dewan audit, 1991-1995); (2) I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si memiliki bidang keahlian di bidang pendidikan seni rupa dan kajian budaya, telah memiliki pengalaman dalam membina masyarakat pengerajin khususnya dalam pengembangan desain, serta perpengalaman dalam pameran seni rupa di dalam dan luar negeri; dan (3) Ni Nyoman Karina Wedhanti. Memiliki keahlian di bidang bahasa Inggris dan pendidikannya, memiliki pengalaman membuat profil hotel dan pemasarannya, serta pernah membuat profil untuk promosi dan website UNDIKSHA (English version). Dalam program IbPE ini juga 19
melibatkan kepakaran di bidang hukum (Ratna Artha Windari, SH. M.H.) untuk membantu
memberikan
wawasan
hukum
dagang
internasional
khususnya
pemahaman dokumen kontrak kerja vendor – distributor (exporter) – buyer serta memberikan wawasan perlidungan HaKI produk kerajinan (saat ini sedang sebagai ketua pelaksana IbM berkaitan dengan HaKI kerajinan khas Buleleng. Di samping itu, tim pengusul juga akan melibatkan tenaga lapangan (seorang laboran kimia dan 4 orang mahasiswa tugas akhir/skripsi terkait electroplating, spinelisasi, resist blocking, dan pengolahan limbah industri kerajinan logam) untuk mendampingi mitra agar melek kimia yang berkaitan dengan kerajinan logam dan pewarnaannya. Fasilitas pendukung yang ada di UNDIKSHA khususnya di Laboratorium Kimia adalah seperangkat alat Atomic Absorption Spektroskopi (AAS) untuk mendukung analisis pelekatan dan buangan logam-logam yang digunakan dalam electroplating seperti logam emas (Au), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan kobal (Co). Teori dan praktek tentang elektroplating sederhana sudah sering dilakukan dan merupakan muatan mata kuliah kimia fisika (West, 1994) demikian juga pembuatan spinel (Aldinger & Weberruss, 2010) dalam praktikum kimia anorganik (Karyasa, 2011). Program ini diyakini oleh pengusul dan para mitra dapat berjalan dengan baik.
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 5.1 Peningkatan Pewarnaan Produk Pada awalnya, solsusi terhadap peraslahan pewarnaan aluminium adalah “batik logam” dengan teknik anodizing bertingkat. Tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut: (1) tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan larutan alkalin dan mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan teknik elektrolisis menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik DC 25 Volt untuk menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada permukaaan; dan (3) tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising secara bertingkat menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu emas, perak, dan tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan menggunakan pelindung (resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam aluminium yang tidak diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu tingkat, dilakukan perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan pori-pori yang tidak terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian 20
permukaan yang dilindungi dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci dengan detergen agar pelindung benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses pewarnaan selanjutnya. Pada pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam selain bagian yang diwarnai pada tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak. Proses pewarnaan tingkat kedua seperti pada tingat pertama namun dengan logam pemberi warna yang berbeda. Demikian seterusnya hingga batik logam selesai dibuat sesuai desainnya. Kelemahan dari pewarnaan ini adalah cukup rumit kalau diimpelemntasikan pada desain-desain yang lebih besar dan biaya produksi yang tinggi akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan peralatan pendukungnya. Mitra industri menyampaikan harus ada perubahan teknologi sehingga lebih mudah diterapkan, biaya lebih murah dan berujung pada biaya produski yang lebih kompetitif. Kelemahan lainnya adalah jenis warna terbatas pada warna emas, perak dan tembaga. Oleh karena, pewarnaan yang diujiterap adalah penggunaan dengan metode sprying and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang harganya lebih murah dengan warna yang lebih bervariasi. Zat warna yang digunakan adalah warna kresol. Warna kresol ini juga dapat diaplikasikan pada teknik anodizing dengan beberapa modifikasi. Namun hasilnya belum optimal. Optimalisasi pewarnaan yang sedang dikembangkan adalah pewarnaan sprying dan heating dengan zat warna anorganik yang mengandung unsur aluminium. Pada tahap awal, telah diujicoba pembuatan warna cobalt blue dari limbah aluminium dengan struktur spinel CoAlO4. Pemanfaatan limbah logam aluminium (yaitu sisa lembaran aluminium sekitar 10-15% dari setiap lembarnya) sebagai bahan baku dalam pembuatan warna cobalt blue dan warna-warna lainnya memiliki nilai strategis karena limbah logam tersebut belum dimanfaatkan, teknologinya dapat diterapkan dengan mudah. Pengembangan zat warna dari limbah logam aluminium ini melibatkan dua penelitian skripsi mahasiswa (artikelnya terlampir). Tahap selanjutnya adalah menggunakan zat warna yang dihasilkan ini untuk dipadukan dalam teknik-teknik pewarnaan yang telah diterapkan. 5.2 Perluasan Desain Produk Perluasan desain produk terus dilakukan sesuai permintaan pasar. Daya saing produk kerajinan Wahyu Artha Handicraft dan Siapa Sangka Handicraft dapat dilihat 21
dari kekayaan desain dan motif-motifnya. Pada tahun 2015 ada beberapa perluasan desain produk yang telah dikembangkan selain produk-produk pesanan dengan desai dari para pemesan di antaranya adalah tempat lampu dan box untuk tempat makanan ringan yang dipadukan dengan kaca tembus pandang.
Gambar 5.1 Desain Lampu
Desain-desain baru yang dikembangkan tersebut telah dipamerkan dalam INACRAF 2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center tanggal 10 – 17 Juni 2015.
5.3 Penataan Layout Produksi Pada tahun 2014 telah dilakukan penataan dan perluasan tempat kerja di Wahyu Artha Handicraft dan tahun 2015 ini dilanjutkan terutama penataan tempat kerja pada ruang kerja yang telah dibangun pada tahun 2014 lalu. Perluasan tempat parkir kendaraan karyawan dengan dana dari perusahaan telah dilakukan pada awal tahun 2015 sehingga suasana kerja lebih nyaman. Siapa Sangka Handicraft mulai tahun 2015 lebih memusatkan tempat kerja usahanya di wilayah Tegallang Gianyar dengan nama Siapa Sangka Aluminium. Hal ini dimaksudkan tidak saja untuk strategi jemput bola karena di Gianyar lebih banyak 22
perusahaan eksportir besar atau customer lebih banyak berada di daerah wisata tersebut di samping tempat kerja di Desa Menyali kurang prospektif karena terletak di tengah pemukiman (masuk gang).
Gambar 5.2 Suasana Tempat Usaha Siapa Sangka Handicraft di Tegallalang Gianyar
23
Perluasan tempat dan penataan lay out proses poduksi yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan kapasitas produksi sekitar 30% (Wahyu Artha Handicraft) dan 25% (Siapa sangka Handicraft) dari base line tahun 2013. Hal ini didukung oleh perbaikan manajemen proses produksi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
5.4 Penerapan Manajemen Modern Penerapan manajemen proses produksi dan manajemen pemasaran terus ditingkatkan baik di Wahyu Artha Handicraft maupun di Siapa Sangka Handicraft. Seperangkat komputer yang telah diberikan kepada Wahyu Artha Handicraft pada tahun 2014 telah difungsikan dengan baik untuk mendokumentasi desain-desain dan motif-motif yang dihasilkan dengan spirit bahwa desain dan motif baru yang dihasilkan merupakan karya intelektual yang perlu didokumentasi dan dilindungi. Demikian juga pembukuan keuangan perusahaan demikian juga daftar order, daftar gaji karyawan, daftar penyelesaian order, dan sebagainya telah mulai dicatatkan secara rapi di komputer. Hal ini memicu Siapa Sangka Handicraft untuk melaksanakan hal yang sama karena dirasakan sangat menguntungkan bagi pengembangan usaha mereka. Pada tahun 2015, Bapak Made Arnawa (Siapa Sangka Handicraft) memerlukan bantuan seperangkat komputer serta pelatihan pemanfaatannya untuk mengoptimalkan manajemen perusahaan. Seperangkat komputer (lengkap dengan printer, modem atau jaringan internet) telah diberikan pada beliau untuk dimanfaatkan di tempat usaha beliau yang baru di Tegallalang Gianyar.
5.5 Peningkatan Kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM terutama kualitas pengerajin dan SDM manajemen terus diupayakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pembinaan kualitas SDM pengerajin dengan
rutin
meningkatkan kemampuan dalam
mengerjakan motif-motif atau desain-desain baru juga diberikan pada keluargakeluarga plasma sehingga saat pesanan banyak pengerajin plasma mampu mengerjakan dengan kualitas yang terjamin dan tepat waktu. Hal ini dilakukan oleh Wahyu Artha Handicraft dan Siapa Sangka Handicraft. Putu Krisna, anak tertua dari Bapak Gede Ardana (Wahyu Artha Handicraft) telah mulai dipersiapkan untuk 24
meneruskan usaha kerajinan ini dengan memberikan banyak kesempatan dalam berkomunikasi dengan pelanggan, mengatur kerja karyawan dan mengikuti berbagai temu usaha atau pelatihan-pelatihan dan mengikuti pameran. Hal ini sangat dimungkinkan karena Putu Krisna telah menyelesaikan studinya dan bertekad untuk berwirausaha mengikuti jejak orang tuanya. Salah satu event yang dipercayakan padanya adalah mengikuti pameran bersama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Bali pada ajang ICRAF 2015 pada tanggal 10-17 Juni 2015 di Jakarta Convention Center. Putu Krisna telah melaksanakan tugas ini dengan baik. Peningkatan SDM pengelola perusahaan berupa pelatihan dan pendampingan berbahasa Inggris untuk bisnis, penyuluhan hukum dagang internasional dan HAKI, dan pelatihan tentang MoU, SPK, dan Kontrak Kerja yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus-September sesuai kesepakatan antara tim pelaksana dengan mitra usaha. Penyuluhan HAKI dan hukum dagang internasional yang dilanjutkan dengan pelatihan tentang MoU, SPK dan Kontrak Kerja diberikan oleh dosen Jurusan Hukum UNDIKSHA yaitu Ratna Artha Windari, S.H., M.H yang dilanjutkan dengan pendampingan bahasa Inggris oleh tim pelaksana. Berkaitan dengan kegiatan tersebut telah berhasil disusun Buku Panduan HAKI dan Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor.
5.6 Kegiatan Promosi Usaha Kegiatan promosi usaha dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran produk, promosi via online (website: www.wahyuarthaaluminium.com) dan temu usaha serta mengintensifkan komunikasi dengan pelanggan. Pameran produk telah dilakukan tahun 2015 yaitu mengikuti ajang pameran produk kerajinan mewakili Bali pada acara ICRAF 2015 di JCC Jakarta 10-17 Juni 2015.
25
Gambar 5.3 Website dan Pameran di ICRAFT 2015. Wahyu Artha Handycraft bersama Siapa Sangka Handicraft juga berpartisipasi dalam pameran dalam rangka Buleleng Festival (Bulfest) 2015 yang diselenggarakan di Singaraja dalam rangka Hari Kemerdekaan dan Ulang Tahun Kota Singaraja. Respon masyarakat terhadap produk-produk yang dipamerkan sangat tinggi, terutama inovasi-inovasi produk yang ditampilkan yang terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Gambar 5.4 Stand Pameran dalam Bulfest 2015
26
Pada awal bulan September 2015, Wahyu Artha Handycraft telah diundang untuk memamerkan dan memberikan pelatihan batik logam di Hotel Bali Intercontinental, Jimbaran-Kuta kepada 176 orang calon wirausaha dari berbagai daerah di Indonesia dan juga beberapa turis asing.
Gambar 5.5 Pelatihan Batik Logam di Hotel Bali Intercontinental Jimbaran-Kuta Kegiatan ini tidak saja menjadikan batik logam lebih dikenal secara luas namun memberikan pengalaman kepada Bapak Gede Ardana selaku pemilik Wahyu Artha Handycraft memberikan pelatihan berskala nasional bahkan internasional. Pameran produk IbPE juga telah dilakukan secara bersama-sama dengan produk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang digelar di Gedung Laksmi Graha Jalan Ngurah Rai Singaraja (depan Kantor Bupati Buleleng) selama 7 (tujuh) hari dari tanggal 26 September hingga 2 Oktober 2015 dengan tema “Pameran Produk Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha: Bali Synwood, Batik Logam dan Batu Mulia”. Acara ini juga diselingi dengan acara-acara focus group discussion dan pelatihan. Acara pameran ini mengundang para pihak terkait langsung dnegan industri kerajinan seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Bali, KADIN Bali, Bupati Buleleng dan SKP terkait, asosiasi pengerajin, asosiasi pengusaha dan para eksportir kerajinan. 27
5.7 Pendirian Asosiasi dan Koperasi Rapat-rapat pembentukan asosiasi dan koperasi pengerajin telah dilakukan berkali-kali baik secara informal dengan mendatangi tokoh-tokoh pengerajin dan pengusaha kerajinan di Desa Menyali maupun secara resmi dengan mengundang para pengerajin dan tokoh-tokoh masyarakat untuk membicarakan kedua hal tersebut. Pada penjajagan tahap awal, para tokoh masyarakat pengerajin mengharapkan tidak perlu banyak organisasi karena pengalaman terdahulu tentang kelompok-kelompok pengerajin yang kegiatan keorganisasiannya kurang optimal. Mereka menginginkan kelompok-kelompok pengerajin yang telah ada disatukan dalam sebuah koperasi yang lebih besar kegiatannya tidak hanya sebatas koperasi simpan pinjam sebagaimana telah berlangsung pada kelompok-kelompok pengerajin tersebut. Hal ini kembali terungkap pada pertemuan resmi di rumah Bapak Gede Ardana pada tanggal 10 Mei 2015 yang dihadiri oleh 30 orang. Disepakati oleh para peserta rapat untuk membentuk Koperasi Serba Usaha dengan komitmen bersama untuk
memajukan
warga
masyarakat
pengerajin
dan
berkontribusi
pada
pembangunan Desa Menyali. Koperasi Serba Usaha yang disepakati tersebut meliputi kegiatan usaha simpan pinjam, usaha pertokoan, pengembangan usaha, dan pemasaran bersama. Unit usaha simpan pinjam yang disepakati adalah simpan pinjam dengan sistem saham sebagai satuan tertentu (untuk keadilan terhadap simpanan dan pinjaman) yang besarannya akan dibahas lebih lanjut. Kredit akan diberikan sesuai dengan analisa yang baik agar tercapai kesuksesan bersama. Unit usaha pertokoan yang disepakati adalah usaha pertokoan yang menjual bahan, alat, dan hasil kerajinan. Unit pertokoan akan melakukan kerjasama langsung dengan produsen atau agen pertama yang memproduksi bahan dan alat untuk kerajinan. Potensi ini diprediksi akan menguntungkan karena setiap hari pengerajin di Menyali minimal memerlukan 600 lembar aluminium. Jika bisa langsung mendatangkan dari Surabaya, unit pertokoan ini akan mampu menjual kepada anggota lebih murah atau minimal sama dengan toko-toko yang ada di Singaraja. Kalau minimal mendapatkan keuntungan Rp. 1.000/lembar aluminium yang harganya Rp. 70.000an/lembar maka keuntungan minimal yang diperoleh adalah Rp. 600.000/hari. Unit pengembangan usaha dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi pelatihan teknologi, desain, dan seni serta 28
berbagai hal terkait kemajuan bersama. Unit pemasaran bersama dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan harga yang kurang sehat yang merugikan semua pengerajin serta adanya standarisasi produk dan standarisasi harga. Disepakati juga untuk bertemu kembali untuk membahas lebih detail rencana pendirian koperasi serba usaha. Pertemuan selanjutnya dilaksanakan tanggal 28 Mei 2015 di Workshop Wahyu Artha yang diikuti oleh 25 orang. Beberapa keputusan atau kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk tahap awal, unit simpan pinjam diaktifkan terlebih dahulu untuk memperoleh modal usaha unit pertokoan, artinya unit simpan pinjam dianggap memiliki daya ungkit yang tinggi pada perkembangan Koperasi Serba Usaha; (2) Nilai besaran saham disepakati Rp. 100.000/saham; (3) Simpanan terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela dengan besaran simpanan pokok Rp. 100.000/anggota, simpanan wajib Rp. 50.000/anggota dan simpanan sukarela sesuai kemampuan anggota; (4) Simpanan pkok dan simpanan wajib tidak boleh ditarik; (5) Pinjaman maksimum mempertimbangkan jenis pinjaman yaitu pinjaman untuk usaha produktif, konsumtif dan berobat atau sakit, untuk berobat atau sakit menjadi skala prioritas untuk mendapatkan pinjaman namun besarannya tertentu dan disepakati dalam AD/ART; (6) Perlu dipilih tim panitia kredit yang kompeten, cerdas dan terpercaya serta mampu melihat kemampuan mencicil dari calon peminjam; (7) Bunga pinjaman 2% tetap; (8) Simpanan dilayani tanggal 1- tanggal 10 tiap bulannya, pinjaman tanggal 11-20 tiap bulannya, dan penalti pelunasan sebelum waktunya adalah sebesar 1 x bunga; (9) Setelah tiga hari kerja melewati tanggal terakhir pembayaran bunga dan cicilan, akan dikenakan denda 1% , jika 2 x bulan tidak bayar bunga dan cicilan, dikenai SP1 dengan bayar denda 2%, 3 x bulan dikenai SP2 denda 3%, 4x bulan tidak bayar bunga dan cicilan dikenai SP3 dan tindakan sanksi sita barang serharga hutang dan penaltinya; dan (10) ditugaskan kepada pemrakarsa dan tim pendamping untuk membuat draft AD/ART dan menyiapkan pendaftaran ke Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Buleleng serta menyipakan peresmian Koperasi Serba Usaha. 5.8 Penulisan Buku Kerajinan Aluminium Menyali Penulisan Buku Aneka Kerajinan Aluminium Menyali memiliki nilai strategis yaitu sebagai wahana promosi dan pelestarian. Kegiatan yang telah 29
dilakukan adalah survey dengan mewawancarai beberapa tokoh yang terlibat atau mengetahui
sejarah
dan
perkembangan
kerajinan
aluminium
Menyali,
mengumpulkan informasi dan fakta-fakta tentang kehidupan para pengerajin, pemetaan masalah pengerajin dan dokumentasi berbagai hal terkait keunikan kerajinan aluminium Menyali. Draft awal buku (terlampir) telah berhasil disusun dan akan dipakai pedoman dalam mengembangkan dan mevalidasi isinya. BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA Rencana kegiatan di tahun ketiga (2016) adalah (1) pemantapan kapasitas produksi dan peningkatan daya saing yang terdiri dari kegiatan branding batik logam aluminium dan perluasan desain sesuai kebutuhan pasar; (2) penguatan manajemen usaha; (3) perluasan pasar dan promosi usaha dengan pengembangan bisnis online dan mengikuti berbagai pameran; (4) penguatan kelembagaan dan pengembangan komunitas dengan memantapkan Koperasi Serba Usaha dan penggalangan komunitas pengerajin dan pemasaran; (5) Melanjutkan menulis dan mereview Buku Kerajinan Aluminium Menyali dan menerbitkannya dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris); dan (6) Publikasi ilmiah nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan di tahun ketiga difokuskan pada keberlanjutan usaha, kemandirian dan daya saing global. BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan program Iptek bagi Produk Ekspor Aneka Kerajinan Aluminium tahun kedua (2015) telah dilaksanakan sesuai rencana dan telah mencapai luaran dan kinerja sesuai yang ditargetkan sehingga kedua mitra memiliki kapasitas produksi dan manajemen usaha yang layak dan berkualitas untuk menghasilkan produkproduk ekspor di bidang kerajianan logam. Pelibatan mahasiswa untuk melakukan penelitian terkait dengan pemanfaatan limbah logam aluminium memberikan manfaat kepada mahasiswa agar mampu memecahkan permasalahan nyata yang ada di lingkungan sekitar dan menjadikan karya ilmiahnya sebagai sebuah landasan untuk memberi nilai tambah pada kegiatan kerajinan aluminium Menyali. Penyusunan buku tentang sejarah, perkembangan, keunikan dan pembinaan kerajinan aluminium Menyali diharapkan mampu memberikan makna ilmiah yang lebih dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
30
DAFTAR PUSTAKA Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials. Weinheim: Wiley-VCH. Gano, D. L. 2008. Apollo Root Cause Analysis – A New Way of Thinking. Third Edition. Apollonian Publishers Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraja: UNDIKSHA Press. Tague, N. R. 2004. Seven Basic Quality Tools. The Quality Toolbox. Wisconsin: American Society. P.42 West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley & Sons.
31
LAMPIRAN Lampiran 1. Artikel Ilmiah
PENGARUH KONSENTRASI CoCl2 PADA PEMBUATAN PIGMEN BIRU DARI LIMBAH KERAJINAN ALUMINIUM TERHADAP TERBENTUKNYA STRUKTUR SPINEL CoAl2O4 Ni Wayan Yuliandewi, I Wayan Karyasa, Ni Made Wiratini
Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Pembuatan pigmen biru dengan variasi konsentrasi CoCl2 dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pengaruh konsentrasi CoCl 2 terhadap terbentuk struktur spinel CoAl2O4 pada pembuatan pigmen biru.Metode yang digunakan dalam pembuatan spinel yaitu limbah dari kerajinan aluminium direaksikan dengan variasi konsentrasi CoCl2.Spinel CoAl2O4 yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan FTIR dan XRD untuk dapat mengetahui ikatan, fase, ukuran, dan parameter kisi kristal yang terbentuk. Berdasarkan hasil sintesis pigmen biru menunjukkan konsentrasi CoCl 2 2 M merupakan konsentrasi yang tepat untuk mensintesis karena menghasilkan pigmen biru sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M; 1,5 M menghasilkan pigmen berwarna biru muda dan sintesis dengan CoCl2 2,5 M dan 3 M menghasilkan pigmen berwarna biru kehijauan. Karakterisasi pigmen biru menggunakan FTIR menunjukkan adanya ikatan Co-O dan koordinasi 3+ oktahedral ion Al pada sintesis pigmen biru menggunakan CoCl2 1,5 M; 2 M; 2,5 M; dan 3 M sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M hanya menunjukkan adanya koordinasi oktahedral 3+ ion Al . Berdasarkan karakterisasi menggunakan XRD, spinel yang disintesis dengan konsentrasi CoCl2 1,5 M; 2 M; 2,5 M; dan 3M menunjukkan terbentuknya fase CoAl2O4 sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M menunjukkan terbentuknya fase Al2O3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yaitu terdapat pengaruh konsentrasi CoCl2 terhadap terbentuknya struktur spinel CoAl2O4 dari pembuatan pigmen biru.
Kata kunci: spinel, limbah, konsentrasi, FTIR, XRD
Abstract Manufacture of a blue pigment with variation concentrations CoCl2 which aims to describe and explain the effect of CoCl2 concentration of CoCl2 to form the spinel structure of CoAl2O4on making blue pigment. The method used in the manufacture of spinel is waste from the aluminum craft reacted with CoCl2 concentration variations. Spinel formed CoAl2O4
32
characterized using FTIR and XRD to identify the bonding, phase, size, and parameters lattice of the crystal. Based on the results of the synthesis of the blue pigment showed concentrations of CoCl2 2 M was the appropriate concentration used for synthesis because it produced blue pigment while CoCl2 1 M; 1.5 M produced light blue pigment and synthesis with CoCl2 2.5 M and 3 M produced blue-green pigment. Blue pigment characterization using 3+ FTIR showed Co-O bond and coordination octahedral Al ions on the synthesis of blue pigment using CoCl2 1.5 M; 2 M; 2.5 M; and 3 M while the synthesis with CoCl2 1 M only 3+ indicate the presence of Al ions octahedral coordination. Based on the characterization using XRD, spinel that was synthesized with concentration of CoCl2 of 1.5 M; 2 M; 2.5 M; and 3M showed the formation of CoAl2O4 phase while synthesis with CoCl2 1 M shows the formation of Al2O3 phase. Based on the research that has been done, it can be concluded that there are significant concentrations of CoCl2 to the formation of spinel structure CoAl2O4 from blue pigment manufacture.
Keyword: spinel, waste, concentration
33
SINTESIS PIGMEN “COBALT BLUE” DARI LIMBAH KERAJINAN LOGAM ALUMINIUM DAN PENERAPANNYA SEBAGAI PIGMEN GLASIR KERAMIK Pande Putu Lita Indriani, I Wayan Karyasa, I Dewa Ketut Sastrawidana Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mensintesis pigmen cobalt blue dari limbah aluminium dan CoCl2, dan (2) menguji efektifitas pigmen cobalt blue yang dihasilkan sebagai pewarna glasir keramik. Keramik berglasir dikarakterisasi berdasarkan sifat tampak, ketahanan retak, kuat tekan, dan penyerapan air. Hasil penelitian ini adalah (1) pigmen cobalt blue dapat disintesis dari limbah aluminium dan CoCl2 dengan konsentrasi yang digunakan sebesar 3M, menghasilkan warna biru kehijauan, dan (2) pigmen cobalt blue yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pewarna glasir keramik dengan penampakan visual yang dihasilkan yaitu halus, rata dan tidak berpori, dengan warna biru mengkilap (glossy), tidak terjadi retakan pada permukaan badan keramik, menghasilkan nilai PA yang rendah yaitu sebesar 2,67%, 2 dan memiliki kuat tekan sebesar 1000 kg/cm . Kata kunci: aluminium, pigmen cobalt blue, keramik berglasir.
Abstract This research aims to (1) synthesizing cobalt blue pigment from waste aluminum and CoCl2, and (2) to test the effectiveness of cobalt blue pigment produced as ceramic glaze dye. Glazed ceramic is characterized by nature looks, crack resistance, compressive strength, and water absorption. Results of this study were (1) the cobalt blue pigment can be synthesized from waste aluminum and CoCl2 concentration used by 3M, produces greenishblue color, and (2) cobalt blue pigment produced can be used as a dye with a ceramic glaze that is generated visual sightings smooth, flat and non-porous, with a shiny blue color (glossy), does not occur cracks on the surface of the ceramic body, generating value PA is 2 low at 2.67%, and has a compressive strength of 1000 kg/cm . Keywords: aluminum, cobalt blue pigments, glazed ceramic
PENDAHULUAN Aluminium merupakan logam yang berlimpah dan dapat digunakan dalam banyak hal, antara lain sebagai alat-alat perabotan rumah tangga, industri pesawat dan kapal, serta dapat digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks. Logam aluminium dapat membentuk berbagai persenyawaan dengan unsur lain membentuk spinel. Spinel adalah kelas oksida logam campuran dengan rumus umum AB2O4. Spinel dapat dibuat dari magnesium, aluminium, nikel, dan besi. Spinel dari aluminium dapat dibuat dengan mereaksikan aluminium dengan
Lampiran 2. Draft Buku
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI
I Wayan Karyasa I Wayan Sudiarta Ni Nyoman Karina Wedhanti 1
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI Penulis: I Wayan Karyasa I Wayan Sudiarta Ni Nyoman Karina Wedhanti
ISBN : Cetakan Pertama, Nopember 2015
Penerbit:
Dicetak oleh Unit Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun termasuk ilustrasi, tanpa ijin dari penulis dan penerbit.
2
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI
Penulis: I Wayan Karyasa I Wayan Sudiarta Ni Nyoman Karina Wedhanti
2015
3
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah buku ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Buku ini ditulis untuk memenuhi hasrat para pengerajin binaan kami untuk mendokumentasikan sejarah, perkembangan, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kerajinan logam aluminium yang ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Kerajinan ini menjadi tulang punggung sumber penghidupan bagi sebagaian besar keluarga yang ada di desa ini selain dari bertani dan beternak. Buku ini juga merupakan usaha kami untuk melestarikan karya intelektual hasil kreasi warga Desa Menyali sejak tahun 1950an di samping sebagai informasi bagi para pihak terkaitbaik dunia usaha dan industri maupun instansi-instansi pemerintah dan non pemerintah. Kehadiran buku ini juga diharapkan membantu Desa Menyali berkembang menjadi Desa Wisata. Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Desa Menyali, Bendesa Adat dan para sesepuh desa serta para narassumber yang telah banyak membantu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penulisan buku ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendanai kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan skema program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) Aneka Kerajinan Aluminium tahun anggaran 2014-2016. Semoga kehadiran buku ini bermakna bagi kita semua.
Singaraja, 29 Juni 2015 Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul
I
Prakata
Ii
Daftar Isi
Iii
Bab 1
Selayang Pandang Tentang Desa Menyalir
Bab 2
Sejarah
dan
Perkembangan
Aneka
2 Kerajinan
5
Aluminium dan Keunggulannya Sebagai Bahan Baku
10
Aluminium Menyali Bab 3
Kerajinan Bab 4
Profil Pengusaha Kerajinan Aluminium Menyali
12
Bab 5
Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali
15
Bab 6
Pembinaan Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan
22
Bab 7
Penutup
27
Daftar Rujukan
28
5
BAB I SELAYANG PANDANG TENTANG DESA MENYALI
Mengenai sejarah berdirinya Desa Menyali, ada beberapa versi yang berkembang di masyarakat tentang. Menurut salah satu versi I Ketut Suamba (70 tahun, salah seorang tokoh masyarakat setempat) Desa Menyali pada awalnya bernama ”Pahit Hati”yang dikaitkan dengan makna kata ”Nyali” atau ”Empedu” yang merupakan bagian dari organ pencernaan manusia yang ada dekat organ hati yang rasanya pahit. Sebelum bernama pahit hati Desa Menyali dinamakan desa ”Basang Alas”. Menurut catatan sejarah pada saat bernama desa Pahit Hati, Desa Menyali diperintah oleh Pasek Sakti Batu Lempang. Pada masa itu, Desa Menyali melingkupi wilayahwilayah desa modern. saat ini seperti Jagaraga, Sangsit dan Desa Bungkulan. Bapak Ketut Suamba memperkirakan perubahan nama Desa Menyali dari Pahit Hati ke Menyali terjadi sekitar tahun 1920an, mungkin sekitar tahun 1924. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah prasasti berupa bendera Saraswati yang bertuliskan ”Kapaica ring sang wikan makardi Tabuh saraswat-Menyali”. Dilihat dari berbagai informasi dan catatan sejarah mengenai sejarah keberdaan Desa Menyali. Pada dasarnya desa Mneyali adalah desa tertua diantara desa-desa yang ada di Kecamatan Sawan saat ini, seperti Desa Jagaraga, Bungkulan dan Sangsit.
Versi lain cerita sejarah tentang berdirinya Desa Menyali, menyebutkan bahwa Desa Menyali dulunya bernama ”Ume Nyale” nama ini terinspirasi oleh karena letak Desa Menyali yang Nyalah (Tanggung) diantara desa-desa di sekitarnya. Karena posisi semacam itu, daerah Menyali yang dulunya adalah hamparan uma (sawah atau tegalan) dinamai Uma Nyalah yang pada akhirnya masyarakat lebih mengenalnya dengan Umanyali atau Menyali.
Mengenai topografi dan keadaan penduduk, luas Desa Menyali adalah 4,27 km2 dengan populasi penduduk mencapai 4.234 jiwa, yang terdiri dari 2.133 laki-laki dan 2.101 wanita. Sebagian besar penduduk desa ini (± 35% dari penduduk produktif) berprofesi sebagai petani karena memiliki lahan basah dan subur yang cocok untuk areal persawahan. Terdapat sekitar ± 20% dari jumlah penduduk pekerja di desa ini 6
berkecimpung dalam dunia kerajinan, seperti kerajinan seni tabuh (pembuatan rindik, tingkelik, gerantang, kebyur, dan lain-lain), pembuatan batu bata, kerajinan pengobatan alternatif sengat lebah, dan yang paling populer adalah kerajinan ”bokor”. Masyarakat setempat yang lain (± 15%) juga memiliki aktivitas seperti berkebun dan berternak.Pekebunan yang dikembangkan di Desa Menyali saat ini adalah perkebunan kopi, coklat, kelapa, rambutan dan duren Bangkok, sedangkan peternakannya meliputi pemeliharaan sapi, ayam, dan babi.
Desa Menyali terdiri dari 2 Banjar yang dipimpin oleh (kepala desa) ”perbekel”.Banjar tersebut yakni, Banjar Dinas Kawanan dan Banjar Dinas Kanginan. Banjar Dinas Kawanan terdiri dari 4 tempekan, yaitu suatu kelompok masyarakat yang biasanya beraktivitas dalam kegiatan di desa, baik itu dalam upacara Dewa Yadnya, Manusia Yadnya dan lain sebagainya. Banjar ini terdiri dari beberapa ”tempek” yaitu: Tempekan Campurasa, Tempekan Pancayasa, Tempekan Eka Sila, dan Tempekan Kajanan. Keempat tempekan ini disebut “tinggi kelod” dan ”tinggi sampingan”. Sementara itu Banjar Kanginan terdiri dari 5 tempekan, yaitu: Tempekan Dharma Karya, Tempekan Tamansari, Tempekan Kubuanyar, Tempekan Paninjoan, dan Tempekan Tri Tunggal. Masing–masing banjar dipimpin oleh Kelian Banjar. Sementara peraturan mengenai adat istiadat di Desa Menyali diatur oleh Kelian adat setempat
Gambar 1. Peta dan Denah Desa Menyali
7
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI Sejarah dan perkembangan kerajinan aluminium di Desa Menyali dapat di runut menjadi tiga era yaitu era tahun 1950-an, era tahun 1970-an dan era tahun 2000-an sampai sekarang. Di setiap era merupakan tonggak perkembangan baik jenis produk kerajinan, tokoh dan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait produk kerajinan yang dikembangkan.
Era Tahun 1950-an
Selain itu penduduk Desa Menyali sebagian besar bekerja sebagai tukang patri dan pengerajin aluminium, awalnya pada jaman dulu sekitar tahun 1950-an di awali adanya tukang patri yang diantaranya :
Gede Antara
Gede Antara ini merupakan orang yang paling pertama bekerja sebagai tukang patri pada tahun 1950-an, beliau bekerja sebagai tukang patri dan membua kerajinan yang terbuat dari seng bekas atap rumah seperti dandang, ember, dan belek. Pada tahun 1960-an berkembang hasil karyanya membuat ketel atau caratan dan penyeseran atau alat untuk menyiram tanaman. 8
Made Suara
Made Suara merupakan satu generasi dengan Gede Antara, beliau juga bekerja sebagai tukang patri dan membuat kerajinan yang sama seperti dandang, ember, belek, ketel dan pengikihan atau alat pemarutan kelapa dari logam. Era Tahun 1970-an Pada tahun 1970-an berkembang penggunaan bahan baku kerajinan yang tidak lagi menggunakan seng bekas atap rumah, namun menggunakan seng plat bergambar. Hasil karya kerajinan pada saat itu juga berkembang pesat bertransformasi dari aneka kerajinan logam seng untuk kebutuhan rumah tangga berkembang menjadi aneka kerajian untuk peralatan upacara keagamaan seperti sangku, bokor, dan dulang. Karena kesulitan bahan baku dan perkembangan penggunaan plat atau lembaran aluminium untuk berbagai bahan bangunan, maka pada era ini untuk pertama kali dikembangkan kerajinan menggunakan bahan baku plat atau lembaran aluminium. Tokoh-tokoh pada era ini yang dianggap berjasa mengembangkan kerajinan logam aluminium adalah sebagai berikut.
Made Asih Awan
Pada tahun 1977 seiring perkembangan zaman Made Asih merupakan orang pertama yang mengembangkan pembuatan kerajinan yang awalnya menggunakan seng bekas atap rumah
9
dan seng plat bergambar kini Made Asih mengembangkannya dengan menggunakan aluminium untuk membuat kerajinan seperti bokor, sangku, dulang, saab, caratan, dan lainlain untuk keperluan yadnya.
Gede Some Nada
Bapak Gede Some Nada atau sering disapa Pak Dian ini pertama kali mempunyai ide baru membuat sokasi atau keben menggunakan bahan aluminium. Beliau juga membuat kerajinan apa yang buat oleh Made Asih.
Era tahun 2000-an Pada era tahun 2000-an terjadi tonggak perkembangan aneka kerajinan aluminium Menyali yaitu perubahan desain produk dari aneka kerajinan untuk keperluan upacara keagamaan ke penggunaan yang lebih umum yaitu sebagai ornamen atau ragam hias interior maupun eksterior rumah atau hotel di samping berbagai desain fungsional lainnya. Pengerajin atau pengusaha kerajinan aluminium yang dianggap tokoh dalam era ini adalah sebagai berikut.
Gede Ardana
Pada tahun 2005 Gede Ardana mulai mengembangkan aluminium untuk kerajina untuk kebutuhan umum (interior dan exterior) seperti bingkai foto, tempat tissue, mirror atau cermin, tempat lilin, tempat lampu dan lain-lain. Bentuk-bentuk barang kerajinanpun
10
bervariasi ada yang kotak, oval, dan bulat. Selanjutnya pada tahun 2012 beliau mendirikan Wahyu Artha Handicraft yang menjelma menjadi usaha kerajinan yang melayani permintaan barang-barang kerajinan aluminium untuk ekspor. Beliau memperkerjakan beberapa keluarga pengerajin sebagai plasma untuk memeuhi order yang datang dari para vendor atau eksportir kerajinan Bali. Beliau juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah serta aktif mengikuti pameran-pameran produk. Barang-brang kerajinan beliau sudah merambah berbagai negara seperti negara-negara di Amerika Latin, Eropa dan Timur Tengah. Made Arnawa
Di bawah bimbingan Bapak Gede Ardana, Made Arnawa berkembang menjadi pengerajin handal dan pengusaha kerajinan yang sedang berkembang pesat. Made Arnawa mendirikan Siapa Sangka Handicraft di Desa Menyali dan pada akhir tahun 2014 dipindahkan ke Gianyar yaitu di daerah Tegallang dengan nama Siapa Sangka Aluminium sebagai usaha ekspansi dan jemput bola pemasaran karena di Gianyar banyak pengusaha besar yang berorientasi ekspor. Produk-produk kerajinan yang beliau kembangkan adalah perpaduan antara kerajinan aluminium dan kerajinan kayu. Keunikan Kerajinan Aluminium Menyali
Keunikan dari aneka kerajinan aluminium Menyali terletak pada desain, ragam hias, peralatan yang sederhana dan pengerjaan yang murni menggunakan tangan (hand made). Kreatifitas desain-desain produk kerajinan aluminium yang beraneka ragam didukung oleh sifat bahan baku aluminium yang ringan, kuat, berupa lembaran yang mudah dibentuk dan stabil. Keunikan ragam hias yang bervariasi dari ragam hias yang menggunakan motif-motif ukiran Bali, motif-motif stilisasi seperti halnya motif-motif Batik maupun motif-motif budaya manca negara seperti ragam hias untuk pohon natal dan keperluan hotel dan spa. Keunikan peralatan yang digunakan pengerajin terletak pada kesederhanaannya dari sejak era tahun 1950-an sampai saat ini tidak banyak mengalami perubahan yaitu alat pemotong logam aluminium (gunting khusus logam), palu dan paku serta bantalan (ketiga alat ini merupakan alat utama dalam pengerjaan motif-motif ukiran), dan alat perakit atau penyambung 11
komponen satu dengan komponen lainnnya yaitu penyarungan, penampelakan dan pengalisan. Proses pengerjaan kerajinan aluminium Menyali merupakan hal yang snagat unik dan memerlukan tenaga pengerajin yang terampil, teliti, cekatan dan tekun. Keunikan proses pengerjaan kerajinan aluminium di Desa Menyali mmemiliki prospek yang baik untuk mengembangkan Desa Menyali menjadi Desa Wisata Pengerajinan yang memiliki nilai edukasi karakter bangsa yaitu rajin, ulet, tekun, teliti dan cekatan.
Beberapa contoh produk kerajianan aluminium Menyali yang khas adalah sebagai berikut. Bokor Bokor merupakan hasil kerajinan aluminium yang berbentuk bulat,yang bermafaat atau berguna untuk bersembahyang sebagai tempan canang atau banten. ,
Bingkai Cermin
Bingkai foto merupakan hasil kerajinan aluminium yang memiliki fungsi atau manfaat untuk membingkai suatu foto atau gambar.Dan adapun berbagai bentuk dari bingkai foto tersebut seperti berbentuk persegi, berbentuk bulat, berbentuk jantung dan laen sebagainya.dibawah terdapat contoh gambar bingkai cermin yang berbentuk jantung,
Pernak-Pernik Natal
Pernak-pernik natal ini memiliki fungsi untuk menghiasi pohon natal dan sebagai hiasan gantung. Pernik natal ini terdapat berbagai macam yaitu berbentuk bintang, 12
jantung, cemara, bunga, dan masih banyak bentuk lagi.dibawah terdapat contoh dari gambar pernak-pernik natal yang berbentuk bintang, cemara dan jantung,
Tempat File atau Filling Cabinet
Jenis kerajinan ini brmanfaat atau berguna untuk menaruh file, buku, atau map. Jenis ini cuma terdiri dari satu jenis, namun ukurannya saja yang beda ada ukuran L dan M. Berikut contoh gambar Tempat File,
Sokasi atau Keben
Sokasi atau keben ini berguna atau bermanfaat untuk membawa banten dan canang, sama fungsinya dengan bokor. Cuma sokasi ini berbeda bentuknya dengan bokor, sokasi ini persis berbentuk kubus.sokasi ini terdiri dari 6 (enam) pisis, yaitu dari besar terus semakin mengecil. Adapun contoh dibwah bentuk dari sokasi:
Peralatan Yang Digunakan
13
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan aluminium yang sangat tradisional yaitu: gunting, tang, palu, paku, penyarungan, penampelaka dan pengalisan..
Gunting dan Tang Gunting digunakan untuk memotong bahan yang akan dijdikan kerajinan aluminium agar bisa diukir atau dipahat dan bisa dibentuk dengan mudah.
Palu dan Paku
Palu dan paku digunakan untuk memahat atau mengukir produk dengan sedemikian rupa, agar memiliki nilai seni yang bagus dan dan kelihatan menarik bagi konsumen dan para seniman.
Penyarungan, Penampelakan dan Pengalisan Peralatan ini digunakan untuk merakit bentuk kerajinan aluminium agar bisa terbentuk kerajinan aluminium yang bagus dan sekaligus sebagai tahap pinising dalam pembuatan produk kerajinan aluminium.
14
BAB III ALUMINIUM DAN KEUNGGULANNYA SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN Aluminium merupakan unsur logam yang kelimpahannya di alam paling banyak (8,3% berat pada kerak bumi). Logam aluminium berwaarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis 2,699 gr cm–3. Selain ringan, logam aluminium tahan korosi, tidak beracun, reflektif, memiliki daya hantar listrik yang baik, dapat ditempa sehingga mudah dibuat lembaran tipis, kekerasan yang rendah (2,75 Mohs).
Sifat-sifat aluminium yang ringan, tahan korosi dan tidak beracun serta mudah ditempa atau dibentuk serta dapatr menghantarkan panas dengan baik meyebabkan logam aluminium banyak digunakan sebagai peralatan rumah tangga panci, wajan, dan lain-lain. Sifat aluminium yang reflektif seperti dalam bentuk aluminium foil banyak digunakan sebagai pembungkus makanan, obat, dan rokok.. Daya hantar listrik aluminiumdua kali lebih besar dari tembaga sehingga aluminium digunakan sebagai kabel tiang listrik. Paduan logam aluminium sengan logam lainya seperti tembaga dan magnesium menghasilkan paduan logam yang kuat seperti Duraliumuntuk pembuatan badan pesawat.
Ketahanan korosi aluminium disebabkan oleh adanya lapisan transparan yang snagat tipis di permukaan logam aluminium yaitu lapisan aluminium oksiada Al2O3. Lapisan tipis ini sangat rapat atau kedap dan tahan terhadap berbagai macam zat kimia seperti asam maupun basa. Hal inilah yang menyebabkan aluminium tidak saja tahan korosi tetapi tahan terhadap zat-zat lainnya.
Beberapa penggunaan aluminium antara lain: (1) sektor industri otomotifdan penerbangan yaitu untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor dan untuk membuat badan pesawat terbang; (2) sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela; (3) sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk; dan (4) sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan. 15
Aluminium sheet dan coil merupakan bahan untuk semua manufaktur. Kebutuhan aluminium sheet banyak digunakan dalam konstruksi, fabrikasi, dekorasi, pipa, kemasan, otomotif, penyejuk udara, wadah panci, pendinginan, listrik dan produk elektronik, industri ringant, petrokimia, transportasi, dan lain-lain Di pasaran saat ini, data teknis aluminium coil dan sheet adalah sebagai berikut: (1). Aluminium coil dengan ketebalan 0,30 – 3,20 mm, lebar 914 – 1525 mm ID 500 mm; (2). Aluminium slitted coil, ketebalan 0,15 – 3,20 mm, lebar 20 – 913 mm, ID 300, 400, 500 mm; (3) Aluminium sheet, ketebalan 0,15 – 0,39 mm, lebar 600 – 1220 mm, panjang 500 – 3600 mm; dan (4) Aluminium plate, ketebalan 0,40 – 3,20 mm, tebal 600 – 1525 mm, dan panjang 500 – 4000 mm.
Secara umum lembaran aluminium (aluminium sheet) yang ada di pasaran saat ini ada 4 (empat) tingkatan atau grade kualitas yaitu:1100-H14, 3003-H14, 5052-H32, and 6061-T6. Grade 1100-H14 merupakan lembaran aluminium murni yang memiliki sifat resiste terhadap zat kimia dan cuaca. Lembaran ini cukup mudah ditempa tetapi kekuatannya cukup rendah. Tipe ini sering digunakan dalam peralatan untuk proses kimia, reflektor sinar dan perhiasan. Grade 3003-H14 adalah tipe aluminium lembaran yang lebih kuat dari tipe 1100, walaupun demikian sifat-sifat lainnya masih tetap sama dengan tipe sebelumnya dan harganya cukup rendah. Lembaran aluminium tipe ini sangat tahan korosi dan mudah dibentuk sehingga sering digunakan untuk pembuatan kotak surat, dan aneka kerajinan aluminium fungsional seperti tempat tissue, tempat sampah, kotak perhiasan dan lain sebagianya. Tipe inilah yang biasanya digunakan oleh pengerajin aluminium. Grade 5052-H32 adalah tipe lembaran aluminium yang jauh lebih kuat dari tipe 3003 tetapi penampilannya tetap baik, tahan korosi, dan mudah dibentuk. Umumnya digunakan untuk chassis elektronik, tanki bertekanan dan sebagainya. Grade 6061-T6 adalah aloi aluminium struktural yang dibuat dengan perlakuan panas. Aluminium lembaran ini masih bisa dilelehkan, lebih kuat dari tipe 5052, tetapi sulit dibentuk. Tipe lembaran aluminium ini digunakan sebagai struktur pesawat terbang.
16
BAB IV PROFIL PENGUSAHA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI Dalam bab ini akan dipaparkan profil dua pengusaha kerajinan aluminium Menyali sebagai sebuah contoh bagaimana menggambarkan kondisi riil kehidupan para pengerajin dan pengusaha kerajinan di Desa Menyali dan perannya dalam menopang keterjaminan kesejahteraan masyarakat desa. Dua pengusaha kerajinan yang dipaparkan ini adalah I Gede Ardana dan I Made Arnawa. Kedua pengusaha kerajinan alumnium ini dipilih karena saat ini merupakan pionir pengerajin dan pengusaha kerajinan yang dianggap sukses di desa ini.
I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005 sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun berikutnya beliau kembali lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft.
Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaran-lembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang 17
tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar.
Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat. Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang khusus pula, dan saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta (umurnya di atas 60-an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang keberlangsungan penyediaan perkakas produksi kerajinan aluminium ini, apalagi perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang semakin beraneka ragam. Mereka juga menyampaikan ada minat untuk berlatih membuat perkakas tersebut. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snak). Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00 termasuk gedung showroom yang sedang dibangun.
Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu, pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan Amerika Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan 18
bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%.
Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari100 hingga 1000 buah. Beberapa spesifikasi produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
Square Box Middle Heart Flat Box Set of 6 Set of 6
Round Box Set 0f 7
Shoe Box Set of 3
Tumbler Pencil Holder File Holder in 3 Size in 3 Size
19
Gambar 4.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft
Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan rata-rata perbulan Rp. 45.000.000,00 – Rp.60.000.0000,00 tergantung dari musim pasang-surut orderan beliau mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 13.500.000,00 – Rp. 18.000.000,00 per bulan. Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang lain..
Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameranpameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah.
20
Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013).
Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana telekomunikasi (telepon dan internet).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp. 800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp. 45.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp. 13.500.000,00 hingga Rp. 18.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi (termasuk bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp. 1.400.000,00. Potensi bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum optimal.
Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang 21
dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan keuntungan usaha sekitar Rp. 7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain (ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa adalah sebagai berikut.
House Lizard
Horse of Sea
Dolphin
22
in 5 Size
in 3 Size
Mirror Star
Mirror Heart
Turtles
Gambar 4.2. Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft
23
BAB V PETA MASALAH KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI Berdasarkan survey terhadap kondisi usaha kerajinan aluminium di Desa Menyali dan hasil analisis asesmen kebutuhan pengembangan usaha kerajinan di desa tersebut dapat diungkap beberapa permasalahan yang dihadapi terkait penyediaan bahan baku, peralatan atau perkakas kerja, lay out proses produksi, desain produk, pewarnaan, administrasi, manajemen proses produksi, manajemen pemasaran, pengembangan sumberdaya manusia, dan penguatan kelembagaan.
Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani.
Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiaptiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani. Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi” seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order.
Ketiga, lay out proses produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak 24
yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan.
Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu. Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri.
Kelima, sampai saat ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot.
Keenam, administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan.
Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik.
Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line.
Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini memerlukan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan perpajakan.
Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha, 25
sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan bahan-bahan penunjang lainnya.
Hasil diskusi kelompok terfokus (FGD) pada permasalahan-permasalahan yang dihadapi pengerajin dan pengusaha kerajinan aluminium yang dianalisis menngunakan teknik analisis sebab-akibat (root cause analysis) menurut Gano (2008) dapat dipetakan dalam bentuk Ishikawa diagram menurut Tague (2004) sebagai berikut:
Gambar 5.1. Ishikawa Diagram Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali
Gambar 5a. Suasana kerja di UKM Wahyu Artha.
Gambar 5b. Diskusi Tim Pengusul dengan Bapak Ardana*dan Bapak Arnawa.
Gambar 5c. Diskusi Tim Pengusul dengan Bapak Ardana dan Pembina UMKM Dinas Kopdagprin Buleleng.
26
BAB VI PEMBINAAN PENGERAJIN DAN PENGUSAHA KERAJINAN Kegiatan pembinaan pengerajin dan pengusaha kerajinan telah banyak dilakukan oleh berbagai instansi terkait, namun banyak di antara program-program pembinaan tersebut masih bersifat aksidental. Kegiatan pembinaan yang terprogram dengan baik diharapkan dapat meningkatkan daya saing pengerajin dan pengusaha kerajinan sehingga industri kerajinan tetap eksis dan dapat menyejahterakan pelaku-pelaku usaha kerajinan tersebut beserta keluarga-keluarga mereka dan masyarakat sekitarnya. Sebagai sebuah contoh, program pembinaan pengerajin yang dilakukan di Desa Menyali dalam bentuk program Iptek bagi Produk Ekspor yang berlangsung secara multitahun. Dua pengusaha kerajinan yaitu Wahyu Artha Handicraft dan Siapa Sangka Handicraft dibina dalam program ini secara berkesinambungan yang dipaparkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft), Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) serta tim pelaksana pembinaan disepakati perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun sebagai berikut. Pada tahun pertama, permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada tahun kedua, permasalahan yang akan dipecahkan adalah perbaikan kualiats dan peningkatan kapasitas produksi batik logam, penguatan manajemen produksi dan pemasaran, peningkatan website untuk promosi dan pemasaran online, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang internasional, kesehatan dan kenyamanan kerja, dan komunitas usaha dan koperasi. Sedangkan tahun ketiga difokuskan pada branding batik logam, pembinaan kelompok plasma, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS) untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi. 27
Tabel
6.1.
Masalah Prioritas, Tujuan/Sasaran
No. Masalah Prioritas
Solusi
Solusi IPTEKS
IPTEKS,
Pendekatan/Metode
Pendekatan/
dan
Tujuan/Sasaran/
Metode Tahun Pertama 1.
Pewarnaan aluminium
logam
Pewarnaan non-cat yaitu dengan teknik elektroplating dan spinelisasi permukaan dan sistem blok bertahap.
2.
Penyediaan alat produksi yang lebih modern
Penyediaan mesin bubut dan penggunaannya untuk pembuatan perkakas khusus untuk kerajinan aluminium.
3.
Perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen
Peningkatan keterampilan pembuatan desain produk kerajinan yang lebih responsif dengan kebutuhan pasar.
Ujiterap dan pelatihan electroplating dan spinelisasi Pendampingan penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses maupun penanggulangan limbahnya.
Alih pengetahuan dan keterampilan pembuatan perkakas khusus tradisional; Rancang bangun dan ujiterap mesin bubut untuk modernisasi pembuatan perkakas kerajinan; Pelatihan dan pendampingan penggunaan dan pemeliharaan mesin bubut. Pelatihan dan pendampingan pembuatan desain produk yang didahului dengan penambahan wawasan tentang perkembangan desain produk kerajinan di dunia
Terpecahkannya masalah kesulitan pewarnaan logam aluminium agar tidak mengelupas. Batik logam aluminium yang mudah diaplikasikan sesuai desain. Adanya regenerasi SDM dalam membuat perkakas khusus untuk kerajinan aluminium. Peningkatan kapasitas produksi perkakas untuk pemenuhan kebutuhan perkakas dan keberlanjutan kerajinan aluminium.
Dimilikinya kompetensi memadai pembuatan desain produk menggunakan piranti komputer untuk mengurangi ketergantungan
28
saat ini dan trendnya.
4.
Pembuatan website pemasaran.
Pembuatan dan pemeliharaan website untuk promosi dan pemasaran on-line.
Pelatihan desain grafis Pelatihan pembuatan website Pelatihan pemasaran online Pendampingan pemeliharaan website dan pemasaran online
desain produk dari buyer seperti selama ini terjadi. Perluasan desain produk ditinjau dari bentuk, ukuran, ragam hias, motif dan penggunaannya. Dimiliki dan dipergunakannya secara optimal website promosi dan pemasaran on-line oleh dua UKM mitra. Penambahan pangsa pasar. Peningkatan omzet.
Tahun Kedua 1.
Kualitas dan kapasitas produksi batik logam.
Integrasi anodizing dan pewarnaan kresol.
2.
Tuntutan terhadap produk luas.
pasar desain semakin
Perluasan desain sesuai permintaan komsumen, dan integrasi aluminium dengan logam lain dan dengan kayu.
3.
Keselamatan dan kesehatan kerja.
Penataan lay-out produksi untuk memenuhi standar kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja serta melek kimia dan lingkungan.
4.
Manajemen berbantuan
Penerapan manajemen modern berbantuan
Pelatihan dan pendampingan integrasi anodizing dan pewarnaan kresol. Pendampingan perluasan desain produk sesuai tuntutan pasar.
Pendampingan penataan lay-out produksi. Pendampingan pengolahan limbah kerajinan logam, kayu, dan pewarnaannya.
Pelatihan dan pendampingan manajemen produksi
Kualitas batik logam meningkat dan kapasistas produksi lebih besar. Terpenuhiya tuntutan pasar terhadap update desain produk.
Minimalisasi kecelakaan kerja; Optimalisasi proses produksi dan peningkatan efektifitas kerja Penghindaran tubuh dari terpapar zat-zat kimia berbahaya. Diterapkannya manajemen produksi dan
29
komputer.
komputer berbasiskan kearifan manajemen keluarga yang telah diterapkan.
5.
Komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang internasional
Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris untuk bisnis dan pemahaman hukum perdagangan internasional untuk ekspor.
6.
Promosi dan pemasaran online.
Peningkatan kapasitas website sebagai media promosi interaktif dan pemasaran online.
7.
Komunitas usaha dan koperasi.
Pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
dan pemasaran berbantuan computer.
Pelatihan dan pendampingan berbahasa Inggris untuk bisnis. Penyuluhan hukum dagang internasional. Pelatihan tentnag MoU, SPK, dan Kontrak Kerja
Pendampingan update website. Pelatihan pemasaran online.
Penyuluhan dan pendampingan pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng. Penyuluhan dan pendampingan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
pemasaran modern Peningkatan kapasitas produksi dan omzet penjualan. Terjaminnya tidak misinterpretasi terhadap kontrak-kontrak kerja (vendorexportir-buyer) yang berbahasa Inggris. Terhindar dari penipuan atau kesalahpahaman yang merugikan bisnis. Website diupdate secara regular. Terjadi interaksi antara pengusaha dengan customer melalui website. Terbentuknya Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng berbadan hukum. Terbentuknya Koperasi Pengerajin Aluminium yang berbadan hukum.
Tahun Ketiga 1.
Dikenalnya batik logam secara luas (nasional dan internasional)
Branding logam.
batik
Promosi dan publikasi batik logam dengan mengikuti pameran/expo produk kerajinan di tingkat nasional/
Dikenalnya batik logam secara luas. Meningkatnya penggunaan HaKI batik logam untuk meningkatkan pendapatan/
30
internasional. 2.
Perlunya pengembangan keunggulan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas desain produk.
Perluasan desain produk.
3.
Tuntutan pasar agar menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi.
Peningkatan kapasitas produksi melalui pembinaan plasma produksi.
4.
Berfungsi efektif dan keberlanjutan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
Penguatan kapasitas kelembagaan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
5.
Pengadministrasian dan pembukuan koleksi desain produk dan keunggulan proses produksi serta penyusunan dokumen usulan perlindungan HaKI terhadapnya
HaKI dan penulisan buku Kerajinan Alumnium Menyali
royalti.
Pendampingan explorasi dan inovasi desain produk dengan pangsa pasar yang lebih luas.
Penciptaan pangsa pasar ekspor yang lebih luas dengan inovasi desain produk.
Pendampingan peer-mentoring keterampilan mengerjakan kerajinan desain tak lazim/sulit pada plasma produksi.
Meminimalisasi perbedaan hasil pengerjaan desain rumit/sulit saat mengerjakan order paket besar secara bersamasama dalam waktu terbatas. Terjaminnya kapasitas produksi sesuai waktu kontrak. Terjaminnya kualitas dan kontinuitas produksi. Berfungsi efektifnya koperasi pengerajin sebagai lembaga keuangan mikro untuk dari, oleh, dan untuk pengerajin. Terjalinnya silaturahmi antar pengerain dan pengusaha kerajinan.
Pelatihan penguatan kelembagaan dan pembinaan SDM Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan pendampingan penyusunan draft dokumen HaKI terhadap desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Workshop menulis buku bersama (tim pelaksana dan mitra).
Terlindunginya secara hukum kekayaan intelektual yang terkandung dalam desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Perlindungan HaKI secara mandiri oleh pengusaha kerajinan. Diterbitkannya sebuah buku tentang kerajinan aluminium Desa Menyali.
31
Target luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1) Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%; (2) Pasar ekspor bertambah minimal tiga negara tujuan ekspor; (3) Penambahan omzet 20% tiap tahun; (4) Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua bahasa (ber-ISBN); (5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan anggota minimal 30 orang; (6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI (minimal hak cipta), dan (7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional atau internasional pertahun.Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsip kimia yang prospektif untuk dipatenkan (HaKI).
Tahapan pencapaian target luaran disajikan sebagai Tabel 6.2. Tabel 6.2. Tahapan Pencapaian Target Luaran No.
Luaran
Target Tahunan
kapasitas
Target
Target
Target
Tahun I
Tahun II
Tahun III
20%
35%
50%
20%
40%
60%
1 negara
2 negara
3 negara
1.
Peningkatan produksi
2.
Peningkatan omzet
3.
Penambahan jumlah negara tujuan ekspor
4.
Asosiasi Pengerajin
Penjajagan
Pendirian
Penguatan
5.
Koperasi Pengerajin
Penjajagan
Pendirian
Penguatan
6.
HaKI
1 draft
1 daftar,
2 terdaftar
7.
Publikasi nasional internasional
1 artikel publikasi
2 artikel publikasi
3 artikel publikasi
8.
Buku Aneka Kerajinan Alumnium Menyali
Penjajagan
Draft
Published ber-ISBN
atau
32
Lampiran 3. Draft Paten
33
Lampiran 4. Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor
34
35
Lampiran 5. Buku Panduan HAKI
BUKU PANDUAN PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI):
HAK CIPTA DAN PATEN
Tim Pelaksana Program IbPE Aneka Kerajinan Aluminium Didanai oleh Direktorat Riset dan PPM Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
36
PRAKATA Pentingnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual (HaKI) semakin dirasakan oleh semua kalangan, termasuk para pengerajin aluminium di sentra kerajinan aluminum Desa Menyali Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Namun banyak di antara pengerajin tidak memiliki pengetahuan yang memadai bagaimana caranya mendaftrakan HaKI atas karya-karya mereka sehingga pendaftaran HaKI terhadap desain, proses, dan produk kerajinan masih minim. Buku panduan ini disusun untuk memberikan wawasan tentang HaKI dan pengetahuan tentang pendaftaran HaKI serta konsekuensinya. Buku panduan ini hanya fokus pada Hak Cipta dan Paten sesuai peluang yang paling memungkinkan bisa didaftarkan pada desain, proses, dan produk kerajinan batu permata, sementara jenis-jenis HaKI lainnya dapat dipelajari dari buku sumber/rujukan dari buku panduan sederhana ini. Semoga bermanfaat. Singaraja, 2 Agustus 2015 Tim Pelaksana Program IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
37
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... PRAKATA.............................................................................................. DAFTAR ISI....................................................................................... BAB 1
PENDAHULUAN..................................................................
BAB 2
HAK CIPTA...........................................................................
BAB 3
PATEN...............................................................................
BAB 4
PENUTUP.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................
38
BAB 1 PENDAHULUAN Apa itu HaKI? Hak kekayaan intelektual yang disingkat dengan HaKI atau HKI adalah suatu hak yang timbul dari hasil olah pikir atau lahir karena kemampuan intelektual yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Mengapa HaKI penting? HaKI sangat bermanfaat bagi kita karena HaKI dapat sebagai: (1) aset perusahaan; (2) pendukung pengembangan usaha; (3) pencegah persaingan usaha tidak sehat dan peningkat daya saing; (4) pemacu inovasi/kreativitas; dan (5) pembentuk image. Apakah usaha kerajinan kita memungkinkan memperoleh HaKI? Semua hasil karya intelektual kita memeungkinkan untuk memperoleh HaKI apalagi usaha kerajinan yang melibatkan banyak kreatifitas dan inovasi. Pertanyaanpertanyaan atau langkah-langkah berikut secara berurutan akan menuntun anda untuk mencermati karya anda memiliki potensi HaKI atau tidak. (1) Apakah karya intelektual anda merupakan hal yang baru? Kalau ya lanjut ke poin (2), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI. (2) Apakah karya intelektual itu dikategorikan sebagai produk yang dapat diberikan perlindungan HaKI? Kalau ya lanjut ke poin (3), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI. (3) Apakah karya intelektual tersebut merupakan barang/produk yang dapat dikomersialkan/memiliki nilai ekonomi? Kalau ya lanjut ke poin (4), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
39
(4) Pilihlah jenis/bidang perlindungan HaKI yang sesuai dengan karya intelektual anda. Kalau ya lanjut ke poin (5), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI. (5) Daftarkan
sesuai
ketentuan
yang
berlaku.
Kalau
ya
anda
akan
MEMPEROLEH Haki, kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
Bidang/jenis HaKI manakah yang dapat dipilih berkaitan dengan kekayaan intelektual dalam industri kerajinan khususnya kerajinan batu permata? Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu: (1) Hak Cipta (copyright); (2) Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup: -Paten; -Desain industri; -Merek; -Penanggulangan praktek persaingan curang; -Desain tata letak sirkuit terpadu; dan -Rahasia dagang. Untuk usaha/industri kerajinan yang paling memungkinkan adalah hak cipta, paten, merek, dan rahasia dagang. Bagaimana sistem HaKI dapat menjamin perlindungan hukum terhadap karya intelektual seseorang? Sistem HaKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftar karya intelektual atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HaKI (inventor, pencipta, pendesain,dan sebagainya) tidak lain dimaksud sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut mengembangkan lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar. .
Kemana kita bisa mengurus pendaftaran HaKI? Alamat yang dapat dituju untuk pengurusan HaKI adalah: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman dan HMA RI Jalan Daan Mogot KM. 24 40
Tangerang 15519 Banten Indonesia Telp: (021)5524992, 5524994, 5517921 Fax: (021)5517921, 5525366 Website: www.dgip.go.id Alamat yang dapat dituju untuk Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Bali: Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar 80234 Telp. (0361) 226541, 228718 Fax. (0361) 226541, 240752
BAB 2 HAK CIPTA Apa yang dimaksud dengan Hak Cipta? Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau member izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Yang dimaksud dengan mengumumkan dalam hal ini adalah membacakan, menyiarkan, memamerkan, menjual, mengedarkan, atau menyebarkan suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun atau melakukan dengan cara apapun sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan memperbanyak adalah menambah jumlah baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama termasuk mengubah wujud ciptaan tersebut baik secara tetap ataupun sementara. Apa yang dimaksud dengan pemegang hak cipta dan lisensi? Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas. Sedangkan lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk 41
mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu. Bagaimana hak cipta dapat dialihkan? Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan; hibah; wasiat; perjanjian tertulis; atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Ciptaan apa sajakah yang dilindungi oleh UU Hak Cipta? Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang meliputi karya: (1) Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out ) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; (2) Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; (3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; (4) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; (5) Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim; (6) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; (7) Arsitektur; (8) Peta; (9) Seni batik; (10) Fotografi; (11) Sinematografi; (11) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Dengan demikian karya intelektual berkaitan dengan kerajinan batu permata dapat menjadi lingkup dari hak cipta. Bagaimana halnya kepemilikan hak cipta dari hasil kebudayaan rakyat atau hasil ciptaan yang tidak diketahui penciptanya? Negara memegang hak cipta atas (1) karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya; (2) folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya. Berapa jangka waktu perlindungan terhadap hak cipta? Berdasarkan UU Hak Cipta pasal 29, ciptaan yang tergolong (1) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya; (2) drama atau drama musikal, tari, koreografi; (3) segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung dan seni pahat; (4) seni batik; (5) lagu atau musik dengan atau tanpa teks; (6) arsitektur; (7) ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lain; (9) alat peraga; (10) peta; (11) terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai; berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Sedangkan menurut pasal 30 UU Hak Cipta, hak cipta atas ciptaan berupa (1) program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan; (2) perwajahan
42
karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. Ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. Sedangkan hak cipta yang dimiliki/dipegang oleh negara berdasarkan pasal 10 ayat (2) UU Hak Cipta berlaku tanpa batas waktu. Hal-hal apakah yang dapat pencipta atau pemegang hak cipta lakukan jika ada pihak yang melakukan pelanggaran? Jika ada pihak yang melakukan pelanggaran terhadap hak cipta, maka pencipta atau pemegang hak cipta tersebut dapat: (1) mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti adanya pelanggaran; (2) mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya; dan (3) melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan/atau PPNS DJHKI. Bagaimana prosedur permohonan pendaftaran ciptaan dalam lingkup seni kerajinan? Tahapan permohonan pendaftaran ciptaan kerajinan adalah sebagai berikut: (1) Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 3 (tiga). (2) Pemohon wajib melampirkan: (a) surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa; (b) contoh ciptaan dengan ketentuan untuk produk kerajinan berupa foto sebanyak 10 (sepuluh) lembar; (c) salinan resmi serta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisir notaris, apabila pemohon badan hukum; (d) foto kopi kartu tanda penduduk; dan (e) bukti pembayaran biaya permohonan. (3) Dalam hal permohonan pendaftaran ciptaan pemegang hak ciptanya bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta tersebut.
43
Gambar1.Skema Pendaftaran Hak Cipta
Tabel 1. Tarif Biaya Permohonan Hak Cipta berdasarkan PP No.38 Tahun 2009
44
45
BAB 3 PATEN Apa itu paten? Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Hak eksklusif adalah hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Sedangkan pemegang paten adalah iventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten. Bagaimana kita dapat menggunakan paten orang lain atau orang lain menggunakan paten kita? Untuk dapat menggunakan paten orang lain atau paten kita dapat digunakan oleh orang lain maka perlu mendapatkan lisensi. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasar perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Dalam hal ini dikenal istilah Lisensi wajib. Lisensi wajib adalah lisensi untuk melaksanakan paten yang diberikan, berdasarkan keputusan DJHKI, atas dasar permohonan.Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada DJHKI setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian paten dengan membayar biaya tertentu, dengan alasan bahwa paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sepenuhnya di Indonesia oleh pemegang paten. Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah paten diberikan atas dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh pemegang paten atau pemegang lisensinya dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat. Apakah paten atau kepemilikan paten dapat dialihkan? Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena (1) pewarisan, (2) hibah, (3) wasiat, (4) perjanjian tertulis, atau (5) sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Invensi-invensi apa sajakah yang dapat atau tidak dapat dipatenkan? 46
Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana. Satu invensi, atau beberapa invensi akan tetapi harus merupakan satu kesatuan invensi dapat diajukan permohonan paten. Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang: (1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan; (2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; (3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau (4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis. Berapakah jangka waktu berlakunya paten dan paten sederhana? Paten memiliki jangka waktu berlaku selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Paten Sederhana (sesuai dengan ketentuan dalam diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Tabel 3.1. Perbedaan antara Paten dan Paten Sederhana
Bagaimanakah prosedur dari permohonan paten? Permohonan paten diajukan dengan cara mengisi formulir (terlampir) yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat). Apabila 47
permohonan diajukan melalui konsultan paten terdaftar selaku kuasa, maka dalam permohonan perlu dilampiri surat kuasa. Apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang bukan penemu (inventor), maka diperlukan surat pengalihan hak. Dalam surat permohonan dilengkapi dengan deskripsi, klaim, abstrak: masingmasing rangkap 3 (tiga). Deskripsi adalah uraian lengkap tentang invensi yang dimintakan paten. Uraian tersebut mencakup: (1) Judul invensi, yaitu susunan kata-kata yang dipilih untuk menjadi topik invensi; (2) Bidang teknik invensi, yaitu menyatakan tentang bidang teknik yang berkaitan dengan invensi; (3) Latar belakang invensi yang mengungkapkan tentang invensi terdahulu beserta kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut yang merupakan tujuan dari invensi; (4) Uraian singkat invensi yang menguraikan secara ringkas tentang fitur-fitur dari klaim mandiri; (5) Uraian singkat gambar (bila ada) yang menjelaskan secara ringkas keadaan seluruh gambar yang disertakan; (6) Uraian lengkap invensi yang mengungkapkan isi invensi sejelasjelasnya terutama fitur yang terdapat pada invensi tersebut dan gambar yang disertakan digunakan untuk membantu memperjelas invensi. Klaim adalah bagian dari permohonan yang menggambarkan inti invensi yang dimintakan perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas dan harus didukung oleh deskripsi. Klaim tersebut mengungkapkan tentang semua keistimewaaan teknik yang terdapat dalam invensi. Klaim tidak boleh berisi gambar atau grafik tetapi boleh berisi tabel, rumus matematika ataupun rumus kimia. Klaim tidak boleh berisi kata-kata yang sifatnya meragukan. Abstrak adalah bagian dari spesifikasi paten yang akan disertakan dalam lembaran pengumuman yang merupakan ringkasan uraian lengkap penemuan, yang ditulis secara terpisah dari uraian invensi. Abstrak tersebut ditulis tidak lebih dari 200 (dua ratus) kata, yang dimulai dengan judul invensi sesuai dengan judul yang ada pada deskripsi invensi. Di samping persyaratan administratif, dokumen permohonan paten juga harus memenuhi persyaratan fisik mengenai penulisan deskripsi, klaim dan abstrak serta pembuatan gambar ditetapkan sebagai berikut: (1) Dari setiap lembar kertas, hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan untuk penulisan deskripsi, klaim dan abstrak serta pembuatan gambar; (2) Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam lembaran kertas HVS yang terpisah dengan ukuran kertas A-4 (29,7 cm x 21 cm) yang berat minimumnya 80 gram dan dengan jarak sebagai berikut: • Dari pinggir atas 2 cm (maksimal 4 cm); • Dari pinggir bawah 2 cm (maksimal 3 cm) • Dari pinggir kiri 2,5 cm (maksimal 4 cm) 48
• Dari pinggir kanan 2 cm (maksimal 3 cm) (3) Kertas A-4 tersebut berwarna putih, tidak mengkilat dan pemakaiannya harus dilakukan dengan menempatkan sisi-sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah; (4) Setiap lembar dari uraian dan klaim diberi nomor urut menurut angka Arab pada bagian atas dan bawah; (5) Di pinggir kiri dari pengetikan uraian invensi, klaim dan abstrak setiap lima barisnya harus diberi nomor baris yang di setiap halaman baru selalu dimulai dari awal; (6) Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta warna hitam, dengan jarak antar baris 1,5 spasi dan ukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm; (7) Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia atau matematika dan tanda-tanda tersebut dapat ditulis dengan tangan; (8) Gambar harus dibuat dengan tinta hitam pada kertas putih ukuran A-4 yang berat minimumnya 100 gram dan dengan jarak sebagai berikut: • Dari pinggir atas 2,5cm; • Dari pinggir bawah 1cm; • Dari pinggir kiri 2,5 cm; • Dari pinggir kanan 1.5 cm (9) Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar harus konsisten satu sama lain; (10) Pengajuan permohonan paten harus dilakukan dalam rangkap 3 (tiga). Tahap berikutnya adalah permohonan pemeriksaan substantif. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp 2.000.000,- (Dua juta rupiah) untuk Paten, sedangkan untuk Paten Sederhana dengan membayar biaya sebesar Rp 350.000 Tahap selanjutnya adalah permohonan untuk memperoleh Petikan Daftar Umum Paten. Permohonan ini diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon dengan cara diketik rangkap 2 (dua) dengan mencantumkan judul penemuan dan nomor paten (ID). Pemohon wajib melampirkan surat kuasa khusus, apabila permohonan melalui kuasa; dan bukti pembayaran biaya permohonan. Tabel 3.2.Tarif Biaya Permohonan Paten berdasarkan PP No. 38 Tahun 2009
49
50
51
52
Bagaimanakah upaya kita jika hasil pemeriksaan substanstif permohonan paten ditolak? Berdasarkan Pasal 60 UU Nomor 14 Tahun 2001 permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantive. Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal. Tata cara permohonan banding harus sesuai dengan pasal-pasal terkait pada UU Nomor 14 Tahun 2001 dan UU lain terkait yang berlaku.
53
Gambar 3.1. Skema Permohonan Paten
54
BAB 4 PENUTUP Beberapa hal berkaitan dengan desain dan produk kerajinan dapat diusulkan untuk mendapatkan hak cipta atau paten jika memiliki kebaruan (novelty), keunikan dan nilai ekonomis. Pendampingan penelusuran HaKI terhadap produk-produk sejenis sangat diperlukan disamping pendampingan pendaftaran permohonan HaKI produk-produk kerajinan.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. (2004) Membangun Usaha Kecil – Menengah berbasis Pendayagunaan Sistem Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang: DJ HKI --------. (2011) Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang: DJ HKI
55
Lampiran 6. Draft Artikel untuk Publikasi Internasional
56