LAPORAN TAHUNAN
PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE)
Tahun 1 dari Rencana 3 Tahun
IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc., NIDN. 0009046901 I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si., NIDN. 0023046902 Ni Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd, NIDN. 0021048202
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Nopember 2014 0
1
RINGKASAN Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya hanya ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan sifat logam aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang sangat baik yang disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng menjadikan produk kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini berkualitas ekspor dan mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa permasalahan strategis dan utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan manajemen modern. Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam tiga tahun program pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran; tahun kedua, manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan layout produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk; dan tahun ketiga difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk dan HaKI. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 adalah modernisasi alat produksi tradisional dengan memodifikasi mesin jahit berdinamo menjadi alat penyelesaian motif-motif rumit dengan ketukan aluminium yang kecil-kecil tetapi harus konsinten homogen, uji terap pewarnaan logam dengan prinsip anodising bertingkat (batik logam), perluasan desain yang berakibat perluasan pasar, dan pembuatan website pemasaran dan perbaikan administrasi logistik dan keuangan. Luaran yang telah dicapai adalah adanya peningkatan kapasitas produksi Wahyu Artha Handycraft 24,7% dan Siapa Sangka Handycraft 20,3%; peningkatan omzet dari tahun sebelumnya utuk Wahyu Artha Handycraft 34,10% dan Siapa Sangka Handycraft 22,38%, dan website www.wahyuartaaluminium.com, perluasan pangsa ekspor 4 negara tujuan, artikel ilmiah dan draft usulan paten sederhana. Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor.
2
PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami telah berhasil menyelesaikan Laporan Tahunan untuk Akhir Tahun 2014 Program Pengabdian Kepada Masyarakat Ipteks bagi Produk Ekspor ini tepat waktu. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ditlitabmas DIKTI atas dukungan dana yang dihibahkan kepada kami sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik. Demikian juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, para mitra industri, dan pihak-pihak yang telah bekerjasama baik dan berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan ini. Semoga Laporan Tahunan IbPE Tahun ke-1 (2014) ini berkontribusi positif dalam peningkatan kecerdasan kreativitas dan daya inovasi masyarakat sehingga masyarakat terbangun secara mandiri.
Singaraja, 10 Nopember 2014 Tim Pelaksana
3
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
1
RINGKASAN......................................................................................................
2
PRAKATA ..........................................................................................................
3
DAFTAR ISI........................................................................................................
4
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
5
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
6
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
7
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ....................................................................
16
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................
17
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ..............................................
21
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI..... ...............................................................
22
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA .........................................
31
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
32
LAMPIRAN ......................................................................................................
33
1. Foto-foto Kegiatan 2. Draft Paten Sederhana 3. Artikel Ilmiah 4. Poster 5. Nota Kesepahaman dan Surat Perjanjian Kerjasama
4
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan
Halaman 16
Tujuan/Sasaran 5.1
Rangkuman Luaran, Target Tahunan dan Pencapaian Tahun 2014
30
5
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.1
Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft....
10
1.2
Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft....
13
5.1
Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium ..............................................
23
5.2
Modernisasi Peralatan Produksi …………………………………….……
25
5.3
Perluasan Desain Produk ………………………………………...………
26
5.4
26
5.5
Kontrak Kerja dan Hasil Pengerjaan Dekorasi Hotel Harris Sunset Road Kuta ……………………………………………………………………… Tampilan Perdana Website Pemasaran…………………………...………
5.6
Administrasi dan Dokumentasi ..…………………………………………
28
5.7
Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft ......................................
28
5.8
Perkembangan Omzet Siapa Sangka Handycraft ......................................
29
27
6
BAB 1. PENDAHULUAN Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih dari dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 15 km dari Kampun Universitas Pendidikan Ganesha, saat ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan aneka produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng, kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali dikenal sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk memenuhi kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat untuk menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji), dan aneka pernik ornamen untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan inert (tahan terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan sampai saat ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis peruntukan dan variasi motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga sehari-hari seperti bingkai foto, bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan sebagainya, serta untuk penunjang pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray rectangle set, aneka bucket, file holder, CD box, wine box, dan sebagainya. Dua kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai UMK dan sedang berkembang baik dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus pada kedua profil usaha kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari usulan program ini. I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005 sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun berikutnya beliau kembali 7
lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft. Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaranlembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan.
Ada tiga jenis ketebalan
lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar. Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat. Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang khusus pula, dan saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta (umurnya di atas 60an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang keberlangsungan penyediaan perkakas produksi kerajinan aluminium ini, apalagi perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang semakin beraneka ragam. Mereka juga menyampaikan ada minat untuk berlatih membuat perkakas tersebut. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snak). 8
Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00 termasuk gedung showroom yang sedang dibangun. Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu, pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan Amerika Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%. Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah. Beberapa spesifikasi produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
9
Square Box Middle Set of 6
Heart Flat Box Set of 6
Shoe Box Set of 3
Round Box Set of 7
Tumbler Pencil Holder in 3 Size
File Holder in 3 Size
Gambar 1.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan rata-rata perbulan Rp. 30.000.000,00 – Rp.40.000.0000,00 tergantung dari musim pasang-surut orderan beliau mendapatkan keuntungan sekitar Rp.9.000.000,00 – Rp. 12.000.000,00 per bulan. Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau 10
hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang lain. Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameranpameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah. Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013). Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan
11
serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana telekomunikasi (telepon dan internet). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp. 800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp. 30.000.000,00 – Rp. 40.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp. 9.000.000,00 hingga Rp. 12.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari dengan harga Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.300.000.00 dengan biaya produksi (termasuk bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000,00. Potensi bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum optimal. Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa 12
Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan keuntungan usaha sekitar Rp. 7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain (ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa adalah sebagai berikut.
House Lizard in 5 Size
Horse of Sea in 3 Size
Dolphin
Mirror Star
Mirror Heart
Turtles
Gambar 1.2 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft 13
Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan dan sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain produk yang memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha Handycraft yaitu Bapak I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari Bapak Made Arnawa pemilik usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar pengalaman dalam hal mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan yang selaras antara kerajinan kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis yang baik. Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani. Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi” seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan. Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan 14
pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu. Perlu
pendekatan
komputerisasi
untuk
perancangan
desain
produk,
namun
pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam, administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik. Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line. Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan perpajakan. Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha, sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan bahan-bahan penunjang lainnya. UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa Menyali sekitar 15 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat dari kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi Buleleng – Karangasem, Setelah 12 km perjalanan akan ketemu pertigaan yang menuju Desa Jagaraga, belok kanan lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali 15
(sekitar 3 km). Setelah ketemu pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan menuju ke pemukiman penduduk Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra. Walaupun sampai saat ini belum ada program IbPE yang dilaksanakan oleh LPM UNDIKSHA. Namun demikian, kegiatan pembinaan kewirausahaan masyarakat (UKM) dan pendampingan Ipteks untuk UKM telah banyak dilakukan diantaranya melalui program-program IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link. Tahun 2012 saja UNDIKSHA telah melaksanakan 4 program IbW, 3 program IbIKK, 1 program IbK, 12 program IbM, dan 1 program Hi-Link. Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft), Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, lay-out produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk. Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
BAB 2. TARGET DAN LUARAN Target dan luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1) Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%, (2) Pasar ekspor bertambah minimal tiga negara tujuan ekspor, (3) Penambahan omzet 20% tiap tahun, (4) Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua bahasa (ber-ISBN), (5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan anggota minimal 30 orang, (6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI (minimal hak cipta), dan (7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional atau internasional pertahun. 16
Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1) Sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsik kimia redoks electroplating dan kimia transformasi struktur spinelisasi serta kimia resist blocking permukaan yang prospektif untuk dipatenkan (HaKI). Rangkuman ketercapaian target dan luaran tahun pertama (per Nopember 2014) adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan kapasitas produksi dari Wahyu Asrtha Handycraft sebesar 24,7% dan Siapa Sangka Handycraft 20,3%; (2) Peningkatan omzet penjualan dari Wahyu Artha Handycrat sebesar 34,10% dan Siapa Sangka Handycraf sebsar 22,38%.; (3) Bertamnbahnya pangsa ekspor sebanyak 4 negara tujuan; (4) Sebuah darft paten sederhana dan sebuah artikel ilmiah untuk publikasi tingkat nasional.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS) untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi. Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan Tujuan/Sasaran No.
Masalah Prioritas Tahun Pertama (2014) 1. Pewarnaan logam aluminium
Solusi IPTEKS
Pendekatan/ Metode
Tujuan/Sasaran/
Pewarnaan non-cat yaitu dengan teknik elektroplating sistem blok bertahap.
Ujiterap dan
Terpecahkannya
pelatihan electroplating Pendampingan penggunaan bahanbahan kimia dalam proses maupun penanggulangan limbahnya.
2.
Penyediaan peralatan produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk.
Penyediaan beberapa
masalah kesulitan pewarnaan logam aluminium agar tidak mengelupas. Batik logam aluminium yang mudah diaplikasikan sesuai desain. Peningkatan kapasitas produksi perkakas untuk pemenuhan kebutuhan perkakas dan keberlanjutan kerajinan aluminium.
Penyediaan alat produksi yang lebih modern
peralatan yang lebih modern untuk menunjang proses produksi; Pelatihan dan pendampingan penggunaan dan pemeliharaan
17
3.
Perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen
4.
Pembuatan website pemasaran.
Tahun Kedua (2015) 1. Kualitas dan kapasitas produksi batik logam. 2.
Tuntutan pasar terhadap desain produk semakin luas.
3.
Keselamatan dan kesehatan kerja.
peralatan produksi tersebut. Peningkatan Pelatihan dan Dimilikinya keterampilan pembuatan pendampingan kompetensi desain produk kerajinan pembuatan desain memadai yang lebih responsif produk yang pembuatan desain dengan kebutuhan didahului dengan produk pasar. penambahan menggunakan wawasan tentang piranti komputer perkembangan untuk mengurangi desain produk ketergantungan kerajinan di dunia desain produk saat ini dan dari buyer seperti trendnya. selama ini terjadi. Perluasan desain produk ditinjau dari bentuk, ukuran, ragam hias, motif dan penggunaannya. Pembuatan dan Pelatihan desain Dimiliki dan pemeliharaan website grafis dipergunakannya untuk promosi dan secara optimal Pelatihan pembuatan pemasaran on-line. website promosi website dan pemasaran Pelatihan pemasaran on-line oleh dua on-line UKM mitra. Pendampingan Penambahan pemeliharaan pangsa pasar. website dan Peningkatan pemasaran online omzet. Integrasi anodizing dan pewarnaan kresol.
Perluasan desain sesuai permintaan komsumen, dan integrasi aluminium dengan logam lain dan dengan kayu. Penataan lay-out produksi untuk memenuhi standar kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja serta melek kimia dan lingkungan.
Pelatihan dan
Kualitas batik
pendampingan integrasi anodizing dan pewarnaan kresol. Pendampingan perluasan desain produk sesuai tuntutan pasar.
logam meningkat dan kapasistas produksi lebih besar. Terpenuhiya tuntutan pasar terhadap update desain produk.
Pendampingan
Minimalisasi
penataan lay-out produksi. Pendampingan pengolahan limbah kerajinan logam, kayu, dan pewarnaannya.
kecelakaan kerja; Optimalisasi proses produksi dan peningkatan efektifitas kerja Penghindaran tubuh dari terpapar zat-zat kimia berbahaya.
18
4.
5.
6.
7.
Manajemen berbantuan komputer.
Penerapan manajemen modern berbantuan komputer berbasiskan kearifan manajemen keluarga yang telah diterapkan.
Pelatihan dan
Komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang internasional
Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris untuk bisnis dan pemahaman hukum perdagangan internasional untuk ekspor.
Pelatihan dan
Promosi dan pemasaran online.
Peningkatan kapasitas website sebagai media promosi interaktif dan pemasaran online.
Pendampingan
Pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
Penyuluhan
Komunitas usaha dan koperasi.
Tahun Ketiga (2016) 1. Dikenalnya batik logam secara luas (nasional dan internasional)
2.
Perlunya pengembangan
Branding batik logam.
pendampingan berbahasa Inggris untuk bisnis. Penyuluhan hukum dagang internasional. Pelatihan tentnag MoU, SPK, dan Kontrak Kerja
update website.
Pelatihan pemasaran online.
dan pendampingan pendirian Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng. Penyuluhan dan pendampingan pendirian Koperasi Pengerajin Aluminium.
Promosi dan publikasi batik logam dengan mengikuti pameran/expo produk kerajinan di tingkat nasional/ internasional.
Perluasan desain produk.
Diterapkannya
pendampingan manajemen produksi dan pemasaran berbantuan computer.
Pendampingan explorasi dan
manajemen produksi dan pemasaran modern Peningkatan kapasitas produksi dan omzet penjualan. Terjaminnya tidak misinterpretasi terhadap kontrakkontrak kerja (vendor-exportirbuyer) yang berbahasa Inggris. Terhindar dari penipuan atau kesalah-pahaman yang merugikan bisnis. Website di-update secara regular. Terjadi interaksi antara pengusaha dengan customer melalui website. Terbentuknya Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng berbadan hukum. Terbentuknya Koperasi Pengerajin Aluminium yang berbadan hukum.
Dikenalnya batik logam secara luas. Meningkatnya penggunaan HaKI batik logam untuk meningkatkan pendapatan/ royalti. Penciptaan pangsa pasar ekspor yang
19
3.
keunggulan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas desain produk. Tuntutan pasar agar menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi.
inovasi desain produk dengan pangsa pasar yang lebih luas.
Peningkatan kapasitas produksi melalui pembinaan plasma produksi.
Pendampingan
lebih luas dengan inovasi desain produk.
Meminimalisasi
peer-mentoring keterampilan mengerjakan kerajinan desain tak lazim/sulit pada plasma produksi.
4.
5.
Berfungsi efektif dan keberlanjutan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
Penguatan kapasitas kelembagaan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng dan Koperasi Pengerajin Aluminium.
Pengadministr asian dan pembukuan koleksi desain produk dan keunggulan proses produksi serta penyusunan dokumen usulan perlindungan HaKI terhadapnya
HaKI dan penulisan buku Kerajinan Alumnium Menyali
Pelatihan penguatan kelembagaan dan pembinaan SDM Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja Asosiasi dan Koperasi. Pelatihan dan pendampingan penyusunan draft dokumen HaKI terhadap desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Workshop menulis buku bersama (tim pelaksana dan mitra).
perbedaan hasil pengerjaan desain rumit/sulit saat mengerjakan order paket besar secara bersama-sama dalam waktu terbatas. Terjaminnya kapasitas produksi sesuai waktu kontrak. Terjaminnya kualitas dan kontinuitas produksi. Berfungsi efektifnya koperasi pengerajin sebagai lembaga keuangan mikro untuk dari, oleh, dan untuk pengerajin. Terjalinnya silaturahmi antar pengerain dan pengusaha kerajinan.
Terlindunginya secara hukum kekayaan intelektual yang terkandung dalam desain, proses dan produk kerajinan aluminium. Perlindungan HaKI secara mandiri oleh pengusaha kerajinan. Diterbitkannya sebuah buku tentang kerajinan aluminium Desa Menyali.
20
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Kinerja yang baik telah ditunukkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha kurun waktu 3 tahun terakhir sejak dimotivasi dan dibimbing oleh para Reviewer Ditlitabmas DIKTI. Jumlah kegiatan P2M dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8 judul dibiayai institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Selama kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir, berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000,-. Para pengusul kegiatan ini sangat relevan dengan bidang keilmuan masingmasing yaitu: (1) Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc. memiliki bidang keahlian kimia anorganik khususnya kimia material padatan dan memiliki pengalaman terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat (penerapan Iptek dan pengembangan usaha). Di samping itu, ketua pengusul juga punya pengalaman perkoperasian menjadi pengurus Koperasi Kredit (Credit Union Eka Karya Shanti, Kedewatan Ubud (sekretaris, 19861990; dewan audit, 1991-1995); (2) I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si memiliki bidang keahlian di bidang pendidikan seni rupa dan kajian budaya, telah memiliki pengalaman dalam membina masyarakat pengerajin khususnya dalam pengembangan desain, serta perpengalaman dalam pameran seni rupa di dalam dan luar negeri; dan (3) Ni Nyoman Karina Wedhanti. memiliki keahlian di bidang bahasa Inggris dan pendidikannya, memiliki pengalaman membuat profil hotel dan pemasarannya, serta pernah membuat profil untuk promosi dan website UNDIKSHA (English version). Dalam program IbPE ini juga melibatkan kepakaran di bidang hukum (Ratna Artha Windari, SH. M.H.) untuk membantu memberikan wawasan hukum dagang internasional khususnya pemahaman dokumen kontrak kerja vendor – distributor (exporter) – buyer serta memberikan wawasan perlidungan HaKI produk kerajinan (saat ini sedang sebagai ketua pelaksana IbM berkaitan dengan HaKI kerajinan khas Buleleng. Di samping itu, tim pengusul juga akan melibatkan tenaga lapangan (seorang laboran kimia dan 4 orang mahasiswa tugas 21
akhir/skripsi terkait electroplating, spinelisasi, resist blocking, dan pengolahan limbah industry kerajinan logam) untuk mendampingi mitra agar melek kimia yang berkaitan dengan kerajinan logam dan pewarnaannya. Fasilitas pendukung yang ada di UNDIKSHA khususnya di Laboratorium Kimia adalah seperangkat alat Atomic Absorption Spektroskopi (AAS) untuk mendukung analisis pelekatan dan buangan logam-logam yang digunakan dalam electroplating seperti logam emas (Au), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan kobal (Co). Teori dan praktek tentang elektroplating sederhana sudah sering dilakukan dan merupakan muatan mata kuliah kimia fisika (West, 1994) demikian juga pembuatan spinel (Aldinger & Weberruss, 2010) dalam praktikum kimia anorganik (Karyasa, 2011). Program ini diyakini oleh pengusul dan para mitra dapat berjalan dengan baik.
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 5.1 Pewarnaan Logam Aluminium Penerapan teknologi anodising pada pewarnaan logam aluminium khususnya untuk kerajinan aluminium seperti yang dikerjakan oleh para pengerajin di Desa Menyali adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan kualitas hasil kerajinan mereka. Teknologi pewarnaan logam alumnium yang diterapkan ini selanjutnya akan dibranding dengan nama “Batik Logam” pada kerajinan aluminium khas Desa Menyali (Buleleng). Teknik ini adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh pelaksana dengan menindaklanjuti hasil ujicoba yang dilakukan oleh seorang mahasiswa (Ketua Pelaksana selaku pembimbing utama) dalam penyusunan skripsi di Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Deskripsi ringkas dari teknologi “Batik Logam” ini adalah sebagai berikut: (1) tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan larutan alkalin dan mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan teknik elektrolisis menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik DC 25 Volt untuk menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada permukaaan; dan (3) tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising secara bertingkat menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu emas, perak, dan tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan menggunakan pelindung (resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam aluminium yang tidak diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu tingkat, dilakukan 22
perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan pori-pori yang tidak terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian permukaan yang dilindungi dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci dengan detergen agar pelindung benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses pewarnaan selanjutnya. Pada pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam selain bagian yang diwarnai pada tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak. Proses pewarnaan tingkat kedua seperti pada tingat pertama namun dengan logam pemberi warna yang berbeda. Demikian seterusnya hingga batik logam selesai dibuat sesuai desainnya. Hasil sementara yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan pewarnaan aluminium yang telah dilakukan mitra sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sebelumnya (pewarnaan konvensional)
Setelahnya (pewarnaan anodising)
Batik logam alumnium
Gambar 5.1 Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium
23
Tanggapan mitra industri terhadap hasil penerapan inovasi teknologi pewarnaan ini adalah (1) hasil pewarnaan jauh lebih baik dan lebih kuat serta lebih artistik, (2) namun biaya produksi lebih mahal karena menggunakan larutan emas, (3) hanya cocok untuk desain-desain barang kerajinan yang luxurary atau pangsa pasar yang khusus, dan (4) variasi warna terbatas, dan (5) oleh karena itu perlu dipadukan dengan teknik pewarnaan sprying and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang harganya lebih murah dengan warna yang lebih bervariasi. Bedasarkan masukan tersebut, disepakati untuk terus mengujiterap berbagai teknik pewarnaan sehingga menghasilkan pewarnaan logam aluminium yang lebih bervariasi dan lebih murah biaya produksinya namun tetap berorientasi pada pangsa pasar. Hasl uji terap penyempurnaan batik logam dengan menggunakan teknik anodizing yang dilanjutkan dengan pewarnaan dengan menggunakan teknik celup dan teknik spry-drying adalah produk kerajinan yang mendapatkan respon pasar (tanggpan customer) yang sangat baik. Hal ini terbukti dari adanya permintaan kerjasama dengan pihak Hotel Harris Sunset Road Kuta untuk membuat aneka dekorasi untuk ballroom sebanyak 2 lantai. Penjelasan lebih lanjut pada sub 5.3 karena terkait dengan perluasan desain produk.
5.2 Penyediaan Alat Produksi yang Lebih Modern Kesepakatan awal antara mitra dengan tim pelaksana (sesuai usulan proposal) adalah menyediakan mesin bubut yang akan digunakan untuk membuat perkakas yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan aluminium, namun seiring dengan permintaan pasar untuk membuat pernik-pernik kerajinan aluminium dengan motif-motif ketukan kecil-kecil dan lurus-lurus dengan jumlah yang banyak serta waktu pengerjaan yang sempit sementara pengerjaannya manual menggunakan perkakas sederhana, maka mitra dan tim pelaksana menyepakati berdasarkan diskusi yang panjang untuk memodifikasi mesin jahit (bordir) berdinamo untuk mengganti cara pengerjaannya agar lebih cepat (sampai 10 kali lipat) dan hasilnya ketukannya jarak dan besarnya homogen. Gambar 5.2 berikut menunjukkan salah satu desain sederhana yang harus dibuat dalam jumlah besar namun dalam waktu yang singkat. Penggantian perkakas dan cara pengerjaan menggunakan mesin bordir yang termodifikasi menjadi solusinya.
24
Desain produk yang harus dibuat banyak dan perkakas konvensional yang digunakan
Cara pengerjaan konvensional (sebelumnya)
Mesin jahit yang dimodifikasi (setelahnya)
Gambar 5.2 Modernisasi Peralatan Produksi Untuk tahapan selanjutnya, mitra memerlukan modenisasi peralatan lainnya seperti alat pemotong (alat plong hidraulik) menggantikan gunting logam dan alat gijig untuk memotong kayu (untuk kerajian aluminium yang terintegrasi dengan kayu oleh mitra kedua). 5.3 Perluasan Desain Produk Untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen maka hal yang sangat penting dilakukan oleh pengerajin aluminium adalah perluasan desain produk. Melalui pendampingan yang intensif dengan pendekatan diskusi antar personal yang panjang dan melalui problem solving terhadap persoalan-persoalan desain produk terkait order barang kerajinan oleh pihak konsumen atau pihak eksportir, mitra industri mulai meyadari dan mengalami perubahan mind set dari semula hanya mengerjakan barangbarang kerajinan dengan desain pesanan berubah menjadi membuat desain sendiri, menjual atau bernegosiasi dengan para pemesan produk kerajinan untuk dapat digunaannya desain sendiri disamping tetap melayani order dengan desain mereka.
25
Beberapa desain produk yang telah laku di pasaran seperti terlihat pada Gambar 1.1 diubah sedikit ukuran, motif dan ragam hias, dan kegunaannya seperti pada Gambar 5.3 di bawah ini.
Gambar 5.3 Perluasan Desain Produk Sebagai salah satu contoh keberhasilan perluasan desain produk adalah adanya kontrak kerja dengan penyedia layanan dekorasi Hotel Harris Sunset Road yang telah dikerjakan dalam bulan Maret 2014 lalu dengan kontrak sebesar Rp. 76.187.500,00 dan dilanjutkan dnegan kontrak kedua sebesar Rp. 119.000.000 di bualan Oktober 2014. Desain dekorasi lampu untuk lobi hotel dikerjakan sendiri desain dan pemasangannya yang hasilnya membuat pemberi kontrak dan juga kesan tamu hotel sangat puas.
Gambar 5.4 Kontrak Kerja dan Dekorasi Hotel Harris Sunset Road Kuta 26
5.4 Pembuatan Website Pemasaran dan Peningkatan Manajemen Usaha Pembuatan website Wahyu Artha Handycraft and Partners dimaksudkan untuk menjadi wahana promosi dan nantinya dikembangkan menjadi sarana pemasaran produk kerajinan aluminium yang dihasilkan oleh kedua mitra dan kolega pengerajin lainnya yang ada di Desa Menyali. Website telah dirancang dengan tampilan perdana seperti pada Gambar 5.5. Website ini berbahasa Inggris dan juga akan dikembangkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa lainnya. Fitur layanan website ini masih sederhana dan akan terus dikembangkan berdasarkan respon pengguna dan kesiapan mitra untuk menggunakan, merawat, mengadministrasi dan mengembangkannya. Demikian juga untuk sementara website ini menempati hosting gratis di wahyualuminium.esy.es yang selanjutkan
telah
didaftarkan
untuk
menempati
hosting
di
www.wahyuarthaaluminium.com.
Gambar 5.5 Tampilan Perdana Website Pemasaran Administrasi dan manajemen usaha yang dikelola oleh mitra saat ini masih bersifat manual telah mengalami perubahan yang cukup berarti dengan semakin disadarinya betapa pentingnya administrasi dan dokumentasi digital dan tersimpan dalam komputer. Salah satu contoh adalah catatan order hanya ditulis di papan tulis ditempel di tembok workshop. Hal ini perlu didokumentasi dalam bentuk catatan lainnya atau dalam file 27
yang tersimpan di komputer, yang dilengkapi target waktu penyelesaiannya dan pencatatan aspek keuangannya. Oleh karena itu, mitra pertama untuk tahun ini membuat kantor di sebuah kamar kosong di samping gudang penyimpanan produk jadi yang dilengkapi dengan seperangkat komputer (beserta printer dan modem untuk akses internet).
Kondisi sebelumnya
Setelahnya
Gambar 5.6 Administrasi dan Dokumentasi
5.6 Ketercapaian Target Kinerja Kegiatan Ketercapaian target kinerja difokuskan pada perbandingan perkembangan omzet bulanan pada tahun 2013 (tahun sebelum kegiatan) dan tahun pertama (2014) kegiatan yang dicatat hingga akhir bulan Oktober 2014 untuk Wahyu Artha Handycraft (Gambar 5.7) dan Siapa Sangka Handycraft (Gambar 5.8).
Omzet Wahyu Artha Handycraft 2013-2014 Omzet (Juta rupiah)
140 120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
2013
6 7 Bulan
8
9
10
11
12
2014
Gambar 5.7 Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft 28
Omzet Siapa Sangka Handycraft 2013-2014 Omzet (Juta Rupiah)
40 35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6 7 Bulan
2013
8
9
10
11
12
2014
Gambar 5.8 Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2013 memiliki omzet total (12 bulan) Rp. 471.900.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 39.325.000,00 dan puncak pencapaian omzet Rp. 48.700.000,00 pada bulan Oktober 2013. Pada tahun 2014 terhitung dari Januari hingga Oktober (10 bulan) total omzet mencapai Rp. 527.400.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 52.740.000,00 dan puncak pencapaian omzet Rp. Rp. 119.000.000,00. Dengan demikian, pada tahun 2014 telah terjadi peningkatan omzet per bulan sebesar 34,10% dibandingkan dengan tahun 2013. Sedangkan, Siapa Sangka Handycraft pada tahun 2013 memiliki omzet total (12 bulan) Rp. 323.300.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 26.941.670,00
dan puncak pencapaian omzet Rp.
31.200.000,00 pada bulan Oktober 2013. Pada tahun 2014 (10 bulan) total omzet mencapai Rp. 329.700.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 32.970.000,00 dan puncak pencapaian omzet Rp. 37.400.000,00 pada bulan Oktober. Dibandingkan dengan tahun 2013, pada tahun 2014 telah terjadi peningkatan omzet per bulan sebesar 22,38%. Faktor-faktor utama yang menentukan peningkatan omzet ini adalah peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran. Peningkatan kapasitas produksi dihitung dari perbedaan rerata per bulan jumlah total barang kerajinan yang diproduksi tahun 2013 dan rerata per bulan jumlah total barang kerajinan yang diproduksi tahun 2014. Peningkatan kapasitas produksi dari Wahyu Artha Handycraft dalam kurun waktu tersebut adalah 24,7% sedangkan Siapa Sangka Handycraft sebesar 20,3%. Karena tidak 29
ada penambahan tenaga kerja (pengerajin) di kedua industri kerajinan tersebut, peningkatan kapasitas produksi ini sebagai akibat dari revitalisasi dan modernisasi peralatan produksi dan peningkatan kemampuan pengerajin. Rangkuman jenis luaran yang dijanjikan, target tahunan dan pencapaian target tahun pertama (hingga 10 Nopember 2014) disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Rangkuman Luaran, Target Tahunan dan Pencapaian Tahun 2014
Di samping itu, telah dilakukan promosi produk dengan mengikuti pameran dalam rangka Buleleng Festival yang diselenggarakan pada tanggal 6 – 10 Agustus 2014 di Kota Singaraja. Respon masyarakat terhadap produk-produk kerajinan aluminium yang dipamerkan sangat baik termasuk beberapa prototipe batik aluminium mendapatkan apresiasi yang baik. Keberlanjutan program telah dirancang bersama antar Tim Pelaksana Kegiatan dengan kedua mitra dalam bentuk Nota Kesepahaman atau MoU dan Surat Perjanjian Kerjasama. Dalam Surat Perjanjian Kerjasama, pengelolaan hak atas kekayaan intelektual yang dihasilkan dari kegiatan ini juga dicantumkan. 30
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA Rencana tahun ke-2 (2015) adalah (1) peningkatan kualitas batik logam, (2) pendampingan desain produk, (3) peelatihan dan pendampingan keselamatan dan kesehatan kerja, (4) pendampingan manajemen berbasis IT, (5) pelatihan dan pendampingan hukum dagang internasional dan bahasa inggris untuk usaha kerajinan, (6) peningkatan promosi dan pemasaran melaui website dan pemasaran online, dan (6) pengembangan komunitas usaha dan pendirian koperasi usaha kerajinan logam. Target dan luaran yang dicanangkan pada tahun ke-2 adalah peningkatan kapasitas produksi 35% dari baseline (2013), peningkatan omzet 40% dari tahun 2013, tambahan sebuah publikasi tingkat nasional, dan draft paten sederhana telah terdaftar di Dirjen HKI, Kemementerian Hukum dan HAM RI dan satu draft usulan hak cipta terhadap desain produk, berdirianya Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng (APPKL Buleleng) dan berdirinnya Koperasi Usaha Kerajinan Logam di Desa Menyali. Dana yang diusulkan adalah Rp. 100.000.000 (dari DIKTI) dan Rp. 25.000.000 (kontribusi mitra). Rencana tahun ke-3 (2016) adalah (1) branding batik logam, (2) perluasan desain, (3) peningkatan kapasitas produksi, (4) penguatan kelembagaan Asosiasi pengerajian logam Buleleng dan koperasi pengerajin, dan (5) pengusulan HaKI dan penulisan buku kerajinan alumnium Menyali. Target dan luaran yang dicanangkan pada tahun ke-3 adalah peningkatan kapasitas produksi 50% dari baseline (2013), peningkatan omzet 60% dari baseline tahun 2013, tambahan sebuah publikasi tingkat nasional, dan tambahan hak cipta yang telah terdaftar di Dirjen HKI, Kemementerian Hukum dan HAM RI, dan satu draft usulan hak cipta terhadap desain produk, buku Aneka Kerajinan Alumnium Menyali yang ber-ISBN, dan adanya penguatan kelembagaan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng (APPKL Buleleng) dan Koperasi Usaha Kerajinan Logam di Desa Menyali. Dana yang diusulkan adalah Rp. 100.000.000 (dari DIKTI) dan Rp. 25.000.000 (kontribusi mitra).
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum program IbPE pada tahapan
ini telah berjalan dengan baik,
kerjasama baik mitra dengan tim pelaksana sangat menunjang segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Luaran yang telah dicapai adalah (1) teknologi pewarnaan logam aluminium secara anodising bertingkat yang dibranding dengan istilah Batik Logam; (2) 31
sebuah peralatan produksi berupa mesin jahit/bordir berdinamo yang dimodifikasi sehingga lebih efisien dan efektif untuk desain dengan motif lurus, ketukan kecil-kecil dengan produk yang ordernya banyak dalam waktu singkat; (3) desain lampu dan dekorasi fungsional untuk hotel dan restoran; dan (4) sebuah website pemasaran. Dampak nyata dari program ini adalah adanya peningkatan omzet mitra usaha sekitar 20% (dari 50-60 juta/bulan menjadi 70-80 juta/bulan). Pelibatan aktif stakeholder lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan pihak-pihak penyedia jasa keuangan untuk meningkatkan daya saing kerajinan aluminium khas Buleleng ini sangat disarankan.
DAFTAR PUSTAKA Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials. Weinheim: Wiley-VCH. Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraja: UNDIKSHA Press. West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley & Sons.
32
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Batik Logam
Pendampingan Proses Produksi, Modernisasi Peralatan Produksi, dan Manajemen
33
Perluasan dan Penataan Tempat Produksi
Perluasan Desain
Pameran dalam Buleleng Festival 2014
34
Kegiatan Ekspor
Monev dan Kunjungan Instansi Terkai
35
Lampiran 2. Draft Paten Sederhana Deskripsi Paten Sederhana BATIK LOGAM DENGAN TEKNIK ANODISASI ALUMINIUM DAN PEWARNAAN BERTINGKAT I Wayan Karyasa, I Wayan Sudiarta, Ni Nyoman Karina Wedhanti, A.A. Ketut Wisnu Arisudana Kusuma, I Nyoman Suardana Universitas Pendidikan Ganesha Judul Invensi: Batik Logam dengan Teknik Anodisasi Aluminium dan Pewarnaan Bertingkat Bidang Teknik Invensi: Invensi ini berhubungan dengan teknik anodisasi logam aluminium dengan jenis anodisasi asam sulfat dan pewarnaan bertingkat dengan menggunakan perintang cat minyak. Latar Belakang: Teknik anodisasi aluminium berkaitan erat dengan pembentukan pori oksida aluminium melalui proses elektrolisis. Pewarnaan logam aluminium pada dasarnya menggunakan teknik anodisasi sebagai langkah awal untuk menciptakan pori oksida sebagai tempat terserapnya pewarna kebagian dalam lapisan aluminium. Terserapnya pewarna ke dalam lapisan aluminium akan menyebabkan pewarna menjadi lebih sulit hilang atau lebih awet. Invensi-invensi terdahulu lebih banyak pada pewarnaan logam aluminium dengan menggunakan pewarna baik berupa pewarna anorganik maupun organik secara satu lapis/warna. Pewarnaan dengan menggunakan pewarna anorganik maupun organik memiliki kelemahan yaitu mudah pudarnya zat warna seiring dengan terkikisnya lapisan penutup yang menyegel zat warna dari lingkungan luar. Disamping itu secara estetika atau dekoratif pewarnaan dengan satu lapis warna kurang terlihat dekoratif. Dewasa ini permintaan pasar terhadap produk pewarnaan logam aluminium tidak hanya terbatas pada warna tetapi juga ketahanan warna tersebut dan juga pola-pola gambar tertentu. Pewarnaan dengan menggunakan logam lain yang bernilai estetika tinggi seperti tembaga dan emas memiliki keunggulan yaitu; hasil warna yang dihasilkan melalui proses pewarnaan lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan menggunakan zat warna anorganik ataupun organik. Hal ini disebabkan pelapisan dengan menggunakan logam lain menyebabkan logam tersebut masuk ke dalam pori dan berikatan dengan logam aluminium serta aluminium oksida yang terdapat pada pori. Pembentukan pola gambar pada proses pewarnaan dapat dilakukan dengan sistem perlindungan menggunakan pelindung berjenis cat minyak. Cat minyak berfungsi melindungi bagian warna yang dikehendaki untuk dibuat pola gambar dan bagian warna yang tidak dihilangkan sehingga pada permukaan logam terbentuk pola sesuai keinginan. Ringkasan Invensi : Batik logam dalam invensi ini adalah pewarnaan logam aluminium dengan motif-motif stilisasi tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun bentuk-bentuk benda. Invensi ini berupa proses pembuatan batik logam aluminium yang menerapkan metode anodising dan pewarnaan bertingkat. Anodising aluminium melalui tahap pembersihan permukaan logam, penanganan awal dengan larutan soda kaustik encer, anodisasi dengan menggunakan larutan asam sulfat encer dan arus listrik. Pewarnaan bertingkat dilakukan 36
dengan perintangan sesuai motif dengan cat minyak, pewarnaan, pembersihan perintang awal, perintangan lanjutan sesuai motif, pewarnaan lanjutan, dan pembersihan perintang dan diualngi sesuai jumlah warna yang diinginkan oleh desain batik. Uraian Lengkap Invensi : Secara terperinci, invensi yang dilakukan terdapat pada proses pewarnaan logam aluminium secara bertingkat. Bertingkat yang dimaksudkan adalah pewarnaan dilakukan secara berulangkali menggunakan lebih dari satu jenis pewarna yang ditujukan untuk membuat pola pada lapisan permukaan logam aluminium dengan warna yang berbeda-beda. Disamping menciptakan pola tertentu, teknik ini dilakukan agar warna yang dihasilkan dapat melekat kuat secara kimiawi pada lapisan pori oksida logam aluminium. Teknik pewarnaan logam aluminium dengan menggunakan logam lain secara terperinci dapat dilihat pada diagram alur pewarnaan logam aluminium di atas. Logam Aluminium Tahap pembersihan : dibersihkan dengan menggunakan alkohol, sabun dan aquadest Tahap pre-treatment : direndam dalam larutan NaOH 1 M selama 2 menit, kemudian dicuci dengan aquadest Tahap pembersihan : dibersihkan dengan aquadest Tahap anodisasi: menggunakan asam sulfat 15% dengan beda potensial 25 V selama 60 menit pada suhu 25±5oC dengan jarak elektroda 20 cm Tahap pembersihan : dibersihkan dengan aquadest Tahap pewarnaan bertingkat: Sejumlah bagian logam yang dibentuk pola dilindungi menggunakan cat minyak Tahap pewarnaan bertingkat I : Dielektrolisis dalam larutan CuSO4 20 mg/mL pada suhu 25±5oC selama 20 menit dengan beda potensial 25 V Tahap Sealing: direndam dalam air panas 90±5oC Tahap Cleansing : cat minyak dibersihkan dengan aseton Tahap perlindungan II : bagian yang telah berwarna dilindungi cat minyak Tahap pewarnaan bertingkat II : logam yang telah dilindungi cat minyak dicelupkan kedalam pewarna emas sambil terus diaduk
Tahap Cleansing dan Sealing diulang
Gambar 1. Tahapan proses batik logam aluminium dengan pewarna tembaga dan emas
37
Klaim : 1. Proses yang diklaim berupa proses batik logam alumnium yaitu proses anodisasi permukaan logam aluminium dan proses pewarnaan permukaan logam alumnium secara bertingkat. 2. Proses anodisasi logam aluminium yang dilakukan dengan tahapan pencucian logam aluminium dengan air, sabun, aquades dan alkohol; penanganan awal dengan pencucian permukaan logam aluminium dengan larutan natrium hidroksida 1 M yang selanjutnya dibilas berulang kali dengan aquades, anodisasi: menggunakan asam sulfat 15% dengan beda potensial 25 V selama 60 menit pada suhu 25±5oC dengan jarak elektroda 20 cm, dan tahap pembilasan dengan aqudes. 3. Proses pewarnaan bertingkat dilakukan dengan tahapan mencakup perintangan bagian pola yang dilindungi dari proses pewarnaan pertama dengan cat minyak, pewarnaan pertama dengan metode elektrolisis pada suhu menggunakan larutan pewarna pertama suhu 25±5oC dengan beda potensial 25 V selama 20 – 30 menit, sealing hasil elektrolisis dengan perendaman dalam air panas pada suhu 90C selama 10-20 menit, penghilangan perintang yaitu cat minyak yang digunakan menutupi bagian pola yyang dilindungi dengan cara penggosokan dnegan aseton, perintangan kedua seperti pola yang diinginkan dengan cat minyak, elektrolisis dengan larutan pewarna kedua dengan kondisi yang sama dengan elektrolisis pewarnaan pertama, sealing hasil pewarnaan kedua, dan penghilangan perintang kedua, dan begitu seterusnya untuk pewarnaan ketiga dan seterusnya.
Abstrak Pewarnaan bertingkat logam aluminium menggunakan tembaga secara elektroplating dan pewarna emas secara pencelupan dengan teknik dasar anodisasi ini dilakukan dengan maksud meningkatkan kualitas daya rekat secara kimiawi pewarna yang berupa tembaga dan emas pada lapisan pori oksida aluminium. Pewarnaan bertingkat juga dimaksudkan untuk menciptakan produk industri kerajinan logam aluminium yang lebih dekoratif melalui pewarnaan logam dalam bentuk pola sesuai dengan keinginan. Rangkain teknik yang dilakukan untuk melakukan proses pewarnaan bertingkat yaitu; a. Sejumlah bagian logam yang dibentuk pola dilindungi menggunakan cat minyak; b. Logam aluminium dielektrolisis dalam larutan CuSO4 20 mg/mL pada suhu 25±5oC selama 20 menit dengan beda potensial 25 V; c. Lapisan pori ditutup dengan cara direndam dalam air panas 90±5oC; d. pelindung pola yang digunakan yaitu cat minyak dibersihkan dengan aseton; e. bagian yang telah berwarna dilindungi cat minyak; f. logam yang telah dilindungi cat minyak dicelupkan kedalam pewarna emas sambil terus diaduk; g. Tahap Cleansing dan Sealing diulang. Melalui teknik ini kelemahan pewarnaan logam aluminium dengan menggunakan pewarna organik dan anorganik dapat teratasi.
38
Lampiran 3. Artikel Artikel 1 yang akan dipublikasikan pada Jurnal Aplikasi Ipteks Ngayah. PENERAPAN IPTEKS UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS EKSPOR ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM DI DESA MENYALI, KABUPATEN BULELENG, BALI I Wayan Karyasa1, I Wayan Sudiarta2, Ni Nyoman Karina Wedhanti3 1
Jurusan P. Kimia, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan P. Seni Rupa, FBS, Universitas Pendidikan Ganesha 3 Jurusan P. Bahasa Inggris, FBS, Universitas Pendidikan Ganesha 2
Jalan Udayana Singaraja 81116 Bali
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya hanya ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan sifat logam aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang sangat baik yang disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng menjadikan produk kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini berkualitas ekspor dan mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa permasalahan strategis dan utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan manajemen modern. Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam tiga tahun program pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran; tahun kedua, manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan layout produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk; dan tahun ketiga difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk dan HaKI. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode implementasi program MaretAgustus 2014 adalah modernisasi alat produksi tradisional dengan memodifikasi mesin jahit berdinamo menjadi alat penyelesaian motif-motif rumit dengan ketukan aluminium yang kecil-kecil tetapi harus konsinten homogen, uji terap pewarnaan logam dengan prinsip anodising bertingkat (batik logam), perluasan desain yang berakibat perluasan pasar, dan pembuatan website pemasaran dan perbaikan administrasi logistik dan keuangan. Luaran yang telah dicapai adalah adanya peningkatan omzet sekitar 10% dalam kurun waktu 3 bulan, dan peningkatan kapasitas produksi sekitar 20%, dan sebuah draft usualan HaKI. Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor. A. PENDAHULUAN Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih dari dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 15 km dari Kampun Universitas Pendidikan Ganesha, saat ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan aneka produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng, 39
kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali dikenal sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk memenuhi kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat untuk menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji), dan aneka pernik ornamen untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan inert (tahan terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan sampai saat ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis peruntukan dan variasi motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga sehari-hari seperti bingkai foto, bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan sebagainya, serta untuk penunjang pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray rectangle set, aneka bucket, file holder, CD box, wine box, dan sebagainya. Dua kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai UMK dan sedang berkembang baik dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus pada kedua profil usaha kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari usulan program ini. I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005 sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun berikutnya beliau kembali lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft. Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaranlembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar. Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat. 40
Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang khusus pula, dan saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta (umurnya di atas 60an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang keberlangsungan penyediaan perkakas produksi kerajinan aluminium ini, apalagi perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang semakin beraneka ragam. Mereka juga menyampaikan ada minat untuk berlatih membuat perkakas tersebut. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snak). Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00 termasuk gedung showroom yang sedang dibangun. Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu, pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan Amerika Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%. Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah. Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen 41
usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan rata-rata perbulan Rp. 45.000.000,00 – Rp.60.000.0000,00 tergantung dari musim pasang-surut orderan beliau mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 13.500.000,00 – Rp. 18.000.000,00 per bulan. Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang lain. Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameranpameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah. Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013). Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana telekomunikasi (telepon dan internet). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp. 800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp. 45.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp. 42
13.500.000,00 hingga Rp. 18.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi (termasuk bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp. 1.400.000,00. Potensi bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum optimal. Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan keuntungan usaha sekitar Rp. 7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain (ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa adalah sebagai berikut. Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan dan sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain produk yang memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha Handycraft yaitu Bapak 43
I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari Bapak Made Arnawa pemilik usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar pengalaman dalam hal mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan yang selaras antara kerajinan kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis yang baik. B. SUMBER INSPIRASI Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani. Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi” seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan. Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu. Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam, administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik. Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line. Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap 44
hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan perpajakan. Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha, sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan bahan-bahan penunjang lainnya. UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa Menyali sekitar 15 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat dari kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi Buleleng – Karangasem, Setelah 12 km perjalanan akan ketemu pertigaan yang menuju Desa Jagaraga, belok kanan lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali (sekitar 3 km). Setelah ketemu pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan menuju ke pemukiman penduduk Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra. Walaupun sampai saat ini belum ada program IbPE yang dilaksanakan oleh LPM UNDIKSHA. Namun demikian, kegiatan pembinaan kewirausahaan masyarakat (UKM) dan pendampingan Ipteks untuk UKM telah banyak dilakukan diantaranya melalui program-program IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link. Tahun 2012 saja UNDIKSHA telah melaksanakan 4 program IbW, 3 program IbIKK, 1 program IbK, 12 program IbM, dan 1 program Hi-Link. Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft), Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, lay-out produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk. Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI). C. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS) untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi pada tahun pertama (2014). Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan Tujuan/Sasaran No. 1.
Masalah Prioritas Pewarnaan logam aluminium
Solusi IPTEKS Pewarnaan non-cat yaitu dengan teknik elektroplating sistem blok bertahap.
Pendekatan/ Metode Ujiterap dan pelatihan electroplating Pendampingan
Tujuan/Sasaran/
Terpecahkannya masalah kesulitan pewarnaan logam aluminium agar
45
penggunaan bahanbahan kimia dalam proses maupun penanggulangan limbahnya.
Alih
2.
Penyediaan alat produksi yang lebih modern
Penyediaan mesin bubut dan penggunaannya untuk pembuatan perkakas khusus untuk kerajinan aluminium.
3.
Perluasan desain produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen
Peningkatan Pelatihan dan keterampilan pembuatan pendampingan desain produk kerajinan pembuatan desain yang lebih responsif produk yang dengan kebutuhan didahului dengan pasar. penambahan wawasan tentang perkembangan desain produk kerajinan di dunia saat ini dan trendnya.
4.
Pembuatan website pemasaran.
Pembuatan dan pemeliharaan website untuk promosi dan pemasaran on-line.
pengetahuan dan keterampilan pembuatan perkakas khusus tradisional; Rancang bangun dan ujiterap mesin bubut untuk modernisasi pembuatan perkakas kerajinan; Pelatihan dan pendampingan penggunaan dan pemeliharaan mesin bubut.
Pelatihan
desain grafis Pelatihan pembuatan website Pelatihan pemasaran on-line Pendampingan pemeliharaan website dan pemasaran online
tidak mengelupas. Batik logam aluminium yang mudah diaplikasikan sesuai desain. Adanya regenerasi SDM dalam membuat perkakas khusus untuk kerajinan aluminium. Peningkatan kapasitas produksi perkakas untuk pemenuhan kebutuhan perkakas dan keberlanjutan kerajinan aluminium. Dimilikinya kompetensi memadai pembuatan desain produk menggunakan piranti komputer untuk mengurangi ketergantungan desain produk dari buyer seperti selama ini terjadi. Perluasan desain produk ditinjau dari bentuk, ukuran, ragam hias, motif dan penggunaannya. Dimiliki dan dipergunakannya secara optimal website promosi dan pemasaran on-line oleh dua UKM mitra. Penambahan pangsa pasar. Peningkatan omzet.
46
D. KARYA UTAMA Karya utama dari kegiatan ini adalah teknologi batik logam untuk memecahkan permasalahan pewarnaan logam aluminium, modernisasi dan modifikasi peralatan produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta kontinyuitas produksi, perluasan desain produk untuk memperluas jangkauan pasar ekspor, pengembangan website dan promosi, dan peningkatan kapasitas manajemen dan administrasi usaha. E. ULASAN KARYA UTAMA Pewarnaan Logam Aluminium Penerapan teknologi anodising pada pewarnaan logam aluminium khususnya untuk kerajinan aluminium seperti yang dikerjakan oleh para pengerajin di Desa Menyali adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan kualitas hasil kerajinan mereka. Teknologi pewarnaan logam alumnium yang diterapkan ini selanjutnya akan dibranding dengan nama “Batik Logam” pada kerajinan aluminium khas Desa Menyali (Buleleng). Teknik ini adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh pelaksana dengan menindaklanjuti hasil ujicoba yang dilakukan oleh seorang mahasiswa (Ketua Pelaksana selaku pembimbing utama) dalam penyusunan skripsi di Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Deskripsi ringkas dari teknologi “Batik Logam” ini adalah sebagai berikut: (1) tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan larutan alkalin dan mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan teknik elektrolisis menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik DC 25 Volt untuk menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada permukaaan; dan (3) tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising secara bertingkat menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu emas, perak, dan tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan menggunakan pelindung (resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam aluminium yang tidak diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu tingkat, dilakukan perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan pori-pori yang tidak terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian permukaan yang dilindungi dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci dengan detergen agar pelindung benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses pewarnaan selanjutnya. Pada pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam selain bagian yang diwarnai pada tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak. Proses pewarnaan tingkat kedua seperti pada tingat pertama namun dengan logam pemberi warna yang berbeda. Demikian seterusnya hingga batik logam selesai dibuat sesuai desainnya. Hasil sementara yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan pewarnaan aluminium yang telah dilakukan mitra sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sebelumnya (pewarnaan konvensional)
Setelahnya (pewarnaan anodising) 47
Gambar 1 Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium Tanggapan mitra industri terhadap hasil penerapan inovasi teknologi pewarnaan ini adalah (1) hasil pewarnaan jauh lebih baik dan lebih kuat serta lebih artistik, (2) namun biaya produksi lebih mahal karena menggunakan larutan emas, (3) hanya cocok untuk desain-desain barang kerajinan yang luxurary atau pangsa pasar yang khusus, dan (4) variasi warna terbatas, dan (5) oleh karena itu perlu dipadukan dengan teknik pewarnaan sprying and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang harganya lebih murah dengan warna yang lebih bervariasi. Bedasarkan masukan tersebut, disepakati untuk terus mengujiterap berbagai teknik pewarnaan sehingga menghasilkan pewarnaan logam aluminium yang lebih bervariasi dan lebih murah biaya produksinya namun tetap berorientasi pada pangsa pasar. Modernisasi Peralatan Produksi Kesepakatan awal antara mitra dengan tim pelaksana (sesuai usulan proposal) adalah menyediakan mesin bubut yang akan digunakan untuk membuat perkakas yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan aluminium, namun seiring dengan permintaan pasar untuk membuat pernik-pernik kerajinan aluminium dengan motif-motif ketukan kecil-kecil dan lurus-lurus dengan jumlah yang banyak serta waktu pengerjaan yang sempit sementara pengerjaannya manual menggunakan perkakas sederhana, maka mitra dan tim pelaksana menyepakati berdasarkan diskusi yang panjang untuk memodifikasi mesin jahit (bordir) berdinamo untuk mengganti cara pengerjaannya agar lebih cepat (sampai 10 kali lipat) dan hasilnya ketukannya jarak dan besarnya homogen. Gambar 5.2 berikut menunjukkan salah satu desain sederhana yang harus dibuat dalam jumlah besar namun dalam waktu yang singkat. Penggantian perkakas dan cara pengerjaan menggunakan mesin bordir yang termodifikasi menjadi solusinya.
Desain produk yang harus dibuat banyak dan perkakas konvensional yang digunakan
Cara pengerjaan konvensional (sebelumnya)
Mesin jahit yang dimodifikasi (setelahnya)
Gambar 2 Modernisasi Peralatan Produksi 48
Untuk tahapan selanjutnya, mitra memerlukan modenisasi peralatan lainnya seperti alat pemotong (alat plong hidraulik) menggantikan gunting logam dan alat gijig untuk memotong kayu (untuk kerajian aluminium yang terintegrasi dengan kayu oleh mitra kedua). Perluasan Desain Produk Untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen maka hal yang sangat penting dilakukan oleh pengerajin aluminium adalah perluasan desain produk. Melalui pendampingan yang intensif dengan pendekatan diskusi antar personal yang panjang dan melalui problem solving terhadap persoalan-persoalan desain produk terkait order barang kerajinan oleh pihak konsumen atau pihak eksportir, mitra industri mulai meyadari dan mengalami perubahan mind set dari semula hanya mengerjakan barangbarang kerajinan dengan desain pesanan berubah menjadi membuat desain sendiri, menjual atau bernegosiasi dengan para pemesan produk kerajinan untuk dapat digunaannya desain sendiri disamping tetap melayani order dengan desain mereka.
Gambar 3 Perluasan Desain Produk Sebagai salah satu contoh keberhasilan perluasan desain produk adalah adanya kontrak kerja dengan penyedia layanan dekorasi Hotel Harris Sunset Road yang telah dikerjakan dalam bulan Maret 2014 lalu dengan kontrak sebesar Rp. 76.187.500,00. Desain dekorasi lampu untuk lobi hotel dikerjakan sendiri desain dan pemasangannya yang hasilnya membuat pemberi kontrak dan juga kesan tamu hotel sangat puas.
Gambar 4 Kontrak Kerja dan Hasil Pengerjaan Dekorasi Hotel Harris Sunset Road Kuta 49
Pembuatan Website Pemasaran dan Peningkatan Manajemen Usaha
Pembuatan website Wahyu Artha Handycraft and Partners dimaksudkan untuk menjadi wahana promosi dan nantinya dikembangkan menjadi sarana pemasaran produk kerajinan aluminium yang dihasilkan oleh kedua mitra dan kolega pengerajin lainnya yang ada di Desa Menyali. Website telah dirancang dengan tampilan perdana seperti pada situs http://wahyualuminium.esy.es. Website ini berbahasa Inggris dengan fitur layanan website ini masih sederhana dan akan terus dikembangkan berdasarkan respon pengguna dan kesiapan mitra untuk menggunakan, merawat, mengadministrasi dan mengembangkannya. Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan telah dilaunching situs baru dengan host berbayar yaitu http://wahyuarthaaluminium.com. Administrasi dan Manajemen Usaha Administrasi dan manajemen usaha yang dikelola oleh mitra saat ini masih bersifat manual telah mengalami perubahan yang cukup berarti dengan semakin disadarinya betapa pentingnya administrasi dan dokumentasi digital dan tersimpan dalam komputer. Salah satu contoh adalah catatan order hanya ditulis di papan tulis ditempel di tembok workshop. Hal ini perlu didokumentasi dalam bentuk catatan lainnya atau dalam file yang tersimpan di komputer, yang dilengkapi target waktu penyelesaiannya dan pencatatan aspek keuangannya. Oleh karena itu, mitra pertama untuk tahun ini membuat kantor di sebuah kamar kosong di samping gudang penyimpanan produk jadi yang dilengkapi dengan seperangkat komputer (beserta printer dan modem untuk akses internet).
Kondisi sebelumnya Gambar 5.Administrasi dan Dokumentasi
Setelahnya
F.KESIMPULAN Secara umum program IbPE pada tahapan ini telah berjalan dengan baik, kerjasama baik mitra dengan tim pelaksana sangat menunjang segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Luaran yang telah dicapai adalah (1) teknologi pewarnaan logam aluminium secara anodising bertingkat yang dibranding dengan istilah Batik Logam; (2) sebuah peralatan produksi berupa mesin jahit/bordir berdinamo yang dimodifikasi sehingga lebih efisien dan efektif untuk desain dengan motif lurus, ketukan kecil-kecil dengan produk yang ordernya banyak dalam waktu singkat; (3) desain lampu dan dekorasi fungsional untuk hotel dan restoran; dan (4) sebuah website pemasaran. G. MANFAAT DAN DAMPAK KEGIATAN Manfaat nyata yang dirasakan oleh mitra adalah adanya peningkatan omzet mitra usaha sekitar 20% (dari 50-60 juta/bulan menjadi 70-80 juta/bulan), hal ini didukung oleh peningkatan kapasitas produksi sekitar 20%. Disamping itu, pangsa pasar inetrnasional dan kepercayaan pasar terhadap produk-produk kerajinan aluminium yang dihasilkan mitra juga bertambah. 50
Dampak dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan kebanggaan warga Desa Menyali, walaupun jauh dari hiruk pikuk pariwisata Bali selatan, ternyata masyarakatnya dapat menghandalkan produk-produk kerajinan meraka sebagai sumber penghidupan di samping pertanian yang digelutinya. Dampak lainnya yang dirasakan oleh penduduk desa adalah mereka dapat membentuk jatri diri warga Menyali yang rajin, ulet dan kreatif serta berwawasan global. H. PERSANTUNAN Penghargaan yang tinggi ditujukan kepada DITLITABMAS DIKTI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas hibah dana program PPM skema IbPE sehingga kegiatan ini berjalan baik. Ucapan terima kasih disampaikan kepada mitra industri yaitu Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft atas kerjasama baik yang telah terbina. I. DAFTAR PUSTAKA Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials. Weinheim: Wiley-VCH. Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraja: UNDIKSHA Press. West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley & Sons.
51
Artikel 2 dipublikasi dalam Jurnal Kimia Visvitalis Vol 1. Tahun 2014. Online.
Anodising Alumnium dengan Variasi Beda Potensial A.A. Ketut Wisnu Arisudana Kusuma, I Wayan Karyasa*, I Nyoman Suardana Jurusan Pendidikan Kimia UniversitasPendidikan Ganesha, Singaraja, Bali Abstrak Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik permukaan logam aluminium melalui proses anodizing. Variabel bebas yang digunakan adalah besar beda potensial yang diberikan pada proses anodizing. Kualitas karakteristik permukaan logam aluminium ditentukan dengan analisis data yang berupa ketebalan dan lebar pori yang terbentuk selama proses anodizingyang diperoleh dari uji Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray. Pada penelitian ini digunakan logam aluminium dengan kemurnian 99% dengan ketebalan 3 mm berukuran 6 cm x 1,5 cm yang sudah dibersihkan menggunakan aquades, sabun, dan alkohol, selanjutnya direndam dalam larutan NaOH 1M selama 2 menit, kemudian dilanjutkan dengan proses anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan yaitu 15 V, 20 V, dan 25 V. Tahap selanjutnya dilakukan ujiScanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray terhadap sampel sehingga didapatkan data Ketebalan dan lebar pori yang terbentuk selama proses anodizing pada permukaan logam aluminium serta data komposisi penyusun logam aluminium hasil anodizing. Hasil analisisdata ketebalan dan lebar pori yang diperoleh dari uji Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray menunjukkan beda potensial 25 V memberikan hasil yang paling baik. Kata kunci: aluminium, beda potensial, anodizing Abstract The aim of this study was to determine the characterization of aluminium surfaces that have been anodized. Independent variable of this experiment is voltage variations in anodizing processes. Quality of the aluminium surfaces is determined by analyzing data of the aluminium oxide pores thickness and width that occurred fromScanning Electron Microscope-Energy Dispersive Xray instrument test. In this study is used an aluminium metals with 99% purity with thickness approximately 3 mm and 6 cm x 1,5 cm dimension and have been cleaned by aquadest, soap, and alcohol. After that, it degreased with NaOH 1 M solution in 2 minutes and then continuing with anodizing processes with voltage variation (15 V, 20 V, and 25 V). The next step is it tested by Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray instrument. In these processes, the data of aluminium oxidepores thickness and width is occurred. Data of the composition of aluminium after anodized is occurred from Energy Dispersive X-ray test. The results show that the best condition of aluminium surfaces is occurred at 25 V. Keywords :aluminium, voltage, anodizing *Correspondence Author:
[email protected], Jurusan P. Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
52
PENDAHULUAN Paradigma pendidikan sains pada dasarnya menekankan pada dua hal yaitu; sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains sebagai produk menekankan hasil capaian kompetensi siswa yang diukur berdasarkan produk dari proses pembelajaran. Sains sebagai proses menekankan penilaian hasil capaian kompetensi siswa yang diukur berdasarkan proses yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran. Hal ini menuntut siswa untuk menguasai materi tidak hanya pada pengetahuan teoritis namun juga harus mampu memiliki kemampuan praktis. Pemahaman terhadap pengetahuan teoritis dan kemampuan praktis yang baik akan membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya seharihari berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Salah satu contohnya adalah materi elektrolisis.Elektrolisis dikehidupan sehari-hari lebih dikenal oleh masyarakat dalam bentuk elektroplating (penyepuhan). Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat terkait proses elektroplating adalah tidak semua logam dapat disepuh dengan cara yang sama. Salah satu logam yang memerlukan perlakuan khusus untuk disepuh adalah logam aluminium. Logam aluminium merupakan salah satu logam yang sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Logam ini sering dimanfaatkan sebagai perlengkapan dapur, industri otomotif, hingga bahan pembuatan pesawat terbang.Aluminium sering dipergunakan karena memiliki sifat-sifat yang unggul seperti kuat, ringan mudah ditempa dan lain-lain (Istiyono, Sari, &Adi, 2008). Kebutuhan pasar dunia terhadap logam aluminium tidak hanya sebatas pada keistimewaan sifat fisis yang dimiliki oleh logam aluminium melainkan juga berhubungan dengan segi estetika.Banyak industri seperti industri handphone, otomotif dan peralatan dapur yang sudah menggunakan teknik pewarnaan logam aluminium untuk meningkatkan nilai estetika logam tersebut. Kebanyakan teknik pewarnaan logam aluminium yang digunakan adalah dengan teknik pelapisan logam aluminium dengan menggunakan pewarna (dye) ataupun dengan chrome (Cr) (TCEQ, 2007) Penggunaan teknik pelapisan dengan menggunakan pewarna ataupun chrome memiliki kelemahan utama yaitu mudah pudar/terkelupasnya pewarna ataupun chrome yang digunakan untuk melapisi logam aluminium. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya beli pasar terhadap peralatan yang berbahan dasar aluminium. Untuk meningkatkan nilai estetika yang dimiliki logam aluminium sebagai bahan dasar berbagai peralatan rumah tangga salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memadankan antara logam aluminium dengan logam lain yang memiliki nilai estetika seperti emas atau tembaga.Teknik yang paling cocok digunakan untuk logam aluminium yaitu teknik anodizing. Anodizing merupakan suatu proses elektrolisis dengan prinsip dasar pembentukan lapisan oksida aluminium secara terkontrol melalui prosesaerasi sehingga terbentuk lapisan oksida yang berpori (Presto&Fainstein, 2003).Secara umum teknik anodizing dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, regular anodizingdan hard anodizing.Teknik regular anodizing digunakan untuk keperluan yang bersifat dekoratif, sedangkan teknik hard anodizing lebih bertujuan meningkatkan kekuatan fisik dari logam aluminium.Teknik anodizing merupakan teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan logam aluminium terhadap korosi serta meningkatkan ketahanan fisik serta keausan logam aluminium. Proses anodizing dilakukan dengan cara elektrolisis. Logam aluminium yang telah dipreparasi dihubungkan dengan kutub positif power supply sedangkan kutub negatifnya akan dihubungkan dengan logam inert seperti platina, timbal dan lain-lain. Anoda dan katoda dari power supply ini kemudian dicelupkan kedalam larutan elektrolit. Teknik yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing.Hal ini disebabkan teknik ini yang paling bernilai ekonomis.Konsentrasi asam sulfat yang paling optimum digunakan
53
untuk teknik anodizing adalah 15%.Pada konsentrasi 15%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal (Sidharta, Soekrisno, dan Iswanto, 2012).Hal lain yang mempengaruhi kualitas aluminium hasil anodizing adalah besar beda potensial yang diberikan. Perbedaan besar beda potensial yang diberikan akan mempengaruhi lebar dan ketebalan pori oksida aluminium yang terbentuk (Araoyinbo, Noor, Sreekantan, dan Azis, 2010). Teknik anodizing adalah suatu proses penyepuhan logam yang didasarkan atas pembentukanlapisan oksida aluminium melalui oksidasi yang terkontrol sehingga terbentuk pori yang akan dilapisi/diisi oleh lapisan logam lain (Presto, 2003). Secara umum teknik anodizing dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu Regular dan hardanodizing. Teknik ini dibedakan atas dasar kuat atau lemahnya proses pembentukan oksida logam melalui pengontrolan. Regular anodizing biasanya digunakan untuk melapisi aluminium sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih dekoratif.Teknik hard anodizing biasanya digunakan untuk membuat lapisan oksida yang lebih tebal sehingga aluminium memiliki ketahanan terhadap korosi yang lebih kuat. Pemilihan teknik anodizingakan sangat bergantung pada keperluan. Jika yang diperlukan hanya sebatas membuat aluminium yang dekoratif yaitu memiliki nilai estetika maka cukup digunakan anodizing jenis regular anodizing. Teknik anodizing pada dasarnya menggunakan prinsip elktrolisis.Pada sel elektrolisis, anoda dihubungkan dengan logam aluminium yang akan di-anodizing dan di bagian katoda dihubungkan dengan logam aluminium lain. Kemudian pada sel ini dialirkan beda potensial. Beda potensial ini akan memicu pertumbuhan lapisan oksida pada permukaan logam aluminium.Pembentukan lapisan oksida pada permukaan aluminium sangat dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang terdapat ada larutan elektrolit. Pengaliran udara (aerasi) pada proses ini akan menyuplai sejumlah oksigen pada sel elektrolisis sehingga larutan elektrolit tidak mengalami defisit oksigen. Disamping itu fungsi penambahan aliran udara pada proses ini adalah menciptakan rongga pori pada oksida aluminium yang dibentuk. Terbentuknya pori pada oksida menandakan proses anodizing berhasil dilakukan. Kualitas produk hasil anodizing ditentukan oleh ketebalan pori yang terbentuk serta jarak antar pori. Jarak antar pori yang terbentuk haruslah saling berdekatan untuk menghindari pewarnaan yang kurang merata. Berdasarkan data SNI No.07-0734-1989 tentang kualitas lapisan anodisasi aluminium, ketebalan pori oksida yang terbaik adalah pada kisaran ± 18 µm untuk keperluan dekoratif. Untuk keperluan khusus seperti peningkatan kekuatan fisik logam SNI mempersyaratkan ketebalan pori ratarata diatas 20 µm.Keperluan khusus lebih cenderung pada kebutuhan konsumen terhadap kekuatan fisik dan keausan logam aluminium hasil anodizing. Berikut disajikan data kualitas logam aluminium hasil anodizing berdasarkan SNI. Tabel 1. Data Kualitas Permukaan Logam Aluminium Hasil AnodizingBerdasarkan Data SNI No. 07-0734-1989 Kelas Ketebalan Rata-rata Minimum µm 1 18 2 10 3 5 Khusus ≥ 20 METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; aquadest, sabun cair, alkohol 70%, pelat aluminium dengan kemurnian 99% tebal 0,3 mm ukuran 1,5 x
54
6 cm sebanyak 8 buah, 10 gram padatan NaOH yang digunakan untuk membuat larutan NaOH 1 M sebanyak 250 mL dan asam sulfat 96% sebanyak 78,11 mL yang akan diencerkan menjadi 15% sebanyak 500 mL. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah;set alat elektrolisis yang terdiri dari bak kaca ukuran 25 cm x 10 cm x 10 cm, adaptor 15V – 25V, Penjepit, dan kompresor udara kecil yang digunakan untuk pengalir udara dalam proses anodizing, bak kaca ukuran 10 cm x 10 cm x 6 cm untuk proses degreasing, bak untuk proses cleansing,SEM-EDX (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray)Type FEI Inspect S50 untuk memperoleh data ketebalan dan lebar porilapisan aluminium oksida hasil anodizing serta data komposisi unsur-unsur yang terdapat dalam logam aluminium hasil anodizing. Cara Kerja Preparasi Logam Aluminium Pelat logam aluminium dengan kemurnian 99% tebal 0,3 mm dipotong dengan ukuran 6 x 1,5 cm kemudian dibersihkan secara fisik dari kotoran yang menempel dengan menggunakan alkohol, sabun dan aquadest. Tahap pembersihan dilanjutkan dengan tahap pre-treatment secara kimiawi dengan cara logam aluminium direndam dalam larutan NaOH 1 M dalam suhu ruangan selama 2 menit untuk menghilangkan kotoran yang lolos dari pembersihan secara fisik. Setelah melalui proses degreasing, pelat aluminium kembali dibersihkan dengan menggunakan aquadest. Tahap Anodizing Logam Aluminium Logam aluminium yang telah dibersihkan kemudian di-anodizingdalam larutan asam sulfat 15%. Logam aluminium yang akan di-anodizing dihubungkaan dengan kutub positif power supply sehingga aluminium akan bertindak sebagai anoda. Selanjutnya kutub negatif power supplyakan dihubungkan pada logam aluminium lainnya. Kedua elektroda ini kemudian dicelupkan kedalam larutan asam sulfat dengan konsentrasi 15% yang kemudian dialirkan listrik dengan variasi beda potensial yang diberikan yaitu 15 V, 20 V, dan 25 V sehingga nantinya diperoleh sebanyak 3 sampel. Anodizing dilakukan selama 3 menit pada suhu 25±5oC dengan bantuan kompresor kecil untuk memberikan suplai udara pada proses anodizing.Jarak antar elektroda diatur sejauh 20 cm. Uji Karakteristik Logam Aluminium Hasil Anodizing dengan SEM-EDX Logam aluminium hasil anodizing dengan asam sulfat pada konsentrasi 15% dengan variasi beda potensial 15 V, 20 V, dan 25 V diuji karakteristik permukaannya dengan menggunakan instrumentasi SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDX (Energy Dispersive X-Ray) dengan tipe FEI Inspect S50 yang dilaksanakan di laboratorium sentral Universitas Negeri Malang untuk mengetahui karakter permukan yang terbentuk selama proses anodizing dan komposisi penyusun logam tersebut setelah di-anodizing.Sebelum dilakukan uji SEM-EDX terlebih dahulu sampel dipreparasi dengan menggunakan uv-bath serta diukur konduktivitas listriknya untuk mempermudah pengoperasian serta pembacaan data SEM-EDX yang dihasilkan. Uji SEM-EDX akan memberikan hasil berupa ketebalan dan lebar pori rata-rata pada permukaan lapisan oksida aluminium serta hasil berupa gambaran sebaran pori yang terbentuk selama proses anodizing berlangsung. Data ini kemudian dianalisis dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data kualitas anodizing SNI. Hasil analisis karakteristik permukaan logam aluminium kemudian digunakan untuk menentukan beda potensial yang paling baik untuk digunakan dalam proses anodizing sehingga menghasilkan karakteristik permukaan yang paling baik.
55
HASIL DAN PEMBAHASAN Data karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizingyang berupa ketebalan dan lebar pori aluminium oksida diperoleh berdasarkan hasil uji instrumen SEM (Scanning Electron Microscope).Uji SEM akan memberikan hasil berupa gambar proyeksi dari permukaan logam aluminium yang telah di-anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan pada 15 V, 20 V, dan 25 V. Kualitas hasil anodizinglogam aluminium ditentukan dari kerapatan, lebar serta tebal pori yang terbentuk. Penentuan kualitas hasil anodizing dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dengan standar kualitas SNI.Hasil proyeksi 2 dimensi yang diperoleh dari analisis SEM dengan pembesaran 50.000 kali ditunjukkan pada Gambar 1.
A
B
C
D
Gambar 1.Proyeksi tampilan 2 dimensi hasil analisis SEM terhadap logam aluminium yang telah dianodizingpada variasi beda potensial. A) kontrol, B) 15V, C) 20 V, D) 25V. Data yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menggambarkan karakter permukaan logam aluminium sebelum dan sesudah anodizing pada variasi beda potensial 15 V, 20 V dan 25 V. Pada aluminium tanpa perlakuan terlihat bahwa karakter permukaannya datar tanpa adanya pori. Hal ini menunjukkan logam masih dalam keadaan murni dan masih belum terbentuk lapisan aluminium oksida. Perlakuan terhadap logam melalui anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan memberikan perubahan pada karakter permukaan logam aluminium. Pada beda potensial 15 V selama 3 menit waktu kontak, terlihat bahwa pori oksida sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan aluminium sudah terbentuk selama proses anodizing. Karakter yang terjadi masih kurang baik, hal ini disebabkan ketebalan yang terbentuk serta jarak antar pori masih terlalu pendek dan kurang rapat. Pada perlakuan beda potensial 20 V karakter pori yang terbentuk meningkat. Ketebalan pori yang terbentuk serta jarak antar pori sudah lebih dalam dan semakin rapat. Pada perlakuan beda potensial 25 V karakter pori yang terbentuk semakin baik dimana kerapatan antar pori yang terbentuk semakin rapat dan ketebalan pori yang terbentuk semakin baik. Data analisis SEM yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menunjukkan bahwa pada beda potensial 25 V dihasilkan pori yang tersebar merata. Selain proyeksi 2 dimensi dari permukaan logam aluminium, melalui analisis SEM juga diperoleh data ketebalan pori yang terbentuk pada permukaan aluminium hasil anodizing. Ketebalan pori yang terbentuk akan menentukan kualitas dari hasil anodizing yang dilakukan. Berikut disajikan data ketebalan dan lebar pori rata-rata yang diperoleh dari uji SEM.
56
Tabel 2. Data ketebalan dan lebar pori rata-rata logam aluminium hasil anodizing berdasarkan analisis SEM Beda Ketebalan Lebar Pori Potensial Pori RataRata-rata rata 15 V 8,07 µm 8,05 µm 20 V 12,51 µm 12,45 µm 25 V 18,33 µm 19,52 µm Data Tabel 2 menunjukkan bahwa peningkatan beda potensial yang diberikan pada waktu kontak yang sama menyebabkan pembentukan oksida aluminium meningkat. Hal ini disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi pada anoda dan reduksi pada katoda meningkat seiring dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Perlakuan anodizing pada beda potensial 15 V memberikan hasil ketebalan rata-rata pori yaitu 8,07 µm dengan lebar pori rata-rata yang terbentuk yaitu 8,05 µm. Perlakuan pada 20 V memberikan kenaikan rata-rata besar nilai ketebalan dan lebar pori yang terbentuk. Ketebalan rata-rata yang terjadi yaitu 12,51 µm dengan lebar ratarata 12,45 µm. Peningkatan beda potensial ke 25 V memberikan peningkatan ketebalan rata-rata pori yang terbentuk serta lebar rata-ratanya. Ketebalan rata-rata yang terjadi yaitu 18,33 µm dengan lebar rata-rata 19,52 µm. Ketika pada elektroda diberikan beda potensial, terjadi peristiwa migrasi muatan pada elektrolit. Ion hidrogen dari asam sulfat bergerak menuju katoda dan mengalami reduksi membentuk gas hidrogen.Ion negatif yang terdapat pada larutan seperti ion sulfat bergerak menuju anoda.Pada anoda logam aluminium terjadi peristiwa oksidasi yang menyebabkan logam aluminium teroksidasi menjadi ionAl3+.Ketika ion Al3+ mulai terbentuk di permukaan anoda, ion ini bereaksi dengan ion sulfat yang bergerak menuju anoda sehingga terbentuk lapisan aluminium oksida. Peningkatan jumlah aluminium oksida terjadi akibat peningkatan beda potensial yang diberikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Araoyinbo dkk, (2010) mengenai “Voltage Effect on Electrochemical Anodization of Aluminum At Ambient Temperature” menunjukkan bahwa semakin besar beda potensial yang diberikan maka pembentukan aluminium oksida pada permukaan anoda akan semakin cepat dan banyak.Menurut Araoyinbo dkk, (2010) Hal ini disebabkan oleh kecepatan transfer muatan yang semakin cepat dengan intensitas yang semakin besar dari katoda menuju anoda. Hal tersebut tentunya akan memicu semakin cepatnya pergerakan ion negatif oksida dan hidroksida menuju anoda. Di sisi lain pada anoda, dengan beda potensial yang besar maka laju oksidasi pada anoda akan semakin cepat sehingga pembentukan ion Al3+ pun akan semakin cepat. Dari data Tabel 2, terlihat peningkatan ketebalan dan lebar pori yang terbentuk berbanding lurus dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Jika data ketebalan beda potensial yang diperoleh dari eksperimen dibandingkan dengan data kualitas hasil anodizing SNI pada Tabel 1, maka didapatkan bahwa pada beda potensial 15 V diperoleh ketebalan pori yang masuk dalam kelas 3, pada 20 V masuk dalam kategori kelas 2, dan pada 25 V masuk dalam kategori kelas 1. Data tersebut menunjukkan bahwa, untuk keperluan dekoratif, beda potensial 25 V sudah cukup untuk digunakan dalam proses anodizing aluminium. Hasil anodizing dikonfirmasi dengan menggunakan instrument EDX untuk menunjukkan perbandingan unsur-unsur yang terdapat pada logam aluminium yang diuji.Perbandingan ini menunjukkan apakah anodizing yang dilakukan memang benar membentuk lapisan oksida baru atau tidak.Berikut disajikan data spektrum hasil uji anodizing.
57
B
A
Element O Al
Wt% 01,63 98,37
Element O Al
Wt% 28,35 71,65
C
Element O Al
Wt% 43,36 56,64
D
Element O Al
Wt% 47,53 52,47
Gambar 2. Spektrum Analisis Logam Aluminium hasil Anodizing dengan variasi beda potensial, A) kontrol, B) 15 V, C) 20 V, D) 25 V
Data diatas menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksigen dan penurunan kadar aluminium terjadi seiring dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Spektrum A memperlihatkan komposisi penyusun logam aluminium kontrol yang merupakan logam aluminium murni dengan kemurnian 99% tanpa diberi perlakuan apapun. Pada spektrumA terlihat bahwa komposisi Al hampir mendekati 100%, hal ini menandakan bahwa pada A belum terjadi pembentukan oksida aluminium. Gambar B memperlihatkan komposisi penyusun logam aluminium yang telah dianodizing dalam beda potensial 15 V. Pada spektrum B, terlihat bahwa sejumlah oksigen yaitu 28,35% sudah terbentuk melalui proses anodizing yang menyebabkan penurunan kadar aluminium menjadi 71,65%. Peningkatan beda potensial yang diberikan menjadi 20 V, menyebabkan peningkatan kadar oksigen yang terlihat pada spektrum C. pada spektrum C terlihat bahwa kadar oksigen meningkat menjadi 43,36% dan kadar aluminium menurun menjadi 56,64% Spektrum D menunjukkan bahwa pada beda potensial 25 V dengan waktu anodizing yang sama diperoleh komposisi oksigen sebesar 47,53% dan aluminium sebesar 52,47%. Menurut Padwal, Kulkarini, dan Patil (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Comparative and Morphological Study of Anodized Aluminium Oxide Thin Films Formed at Different Current Densities” peningkatan pembentukan lapisan oksida pada permukaan aluminium dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu, waktu kontak dan besar beda potensial yang diberikan. Peningkatan kadar oksigen dari sampel yang diperlakukan dengan beda potensial berturut-turut 15 V, 20 V, dan 25 V pada waktu kontak yang sama yaitu 3 menit menunjukkan terjadinya pembentukan lapisan oksida yang semakin cepat pada permukaan anoda. Hasil penelitian yang diperoleh Araoyinbo dkk, (2010) menunjukkan pada pemberian beda potensial 20 V dalam waktu kontak 2 menit diperoleh komposisi oksigen dalam sampel sebesar 41,08% dan aluminium sebesar 55,60%. Komposisi perbandingan massa yang diperoleh dari uji EDX dapat digunakan untuk menghitung persen komposisi lapisan aluminium oksida yang terbentuk serta persen aluminium murni yang masih terdapat pada sampel. Perbandingan massa aluminium dengan oksida pada senyawa aluminium oksida adalah 54 : 48. Perhitungan persen komposisi aluminium oksida dilakukan dengan menggunakan perbandingan massa aluminium dengan oksigen pada aluminium oksida dengan pembatas berupa persen massa oksigen yang diperoleh dari uji EDX. Perhitungan komposisi lapisan aluminium oksida yang terbentuk disajikan dalam data berikut.
58
A. Aluminium Kontrol Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel : Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 1,63 % + 1,83% = 3,46% Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel : Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 98,37% 1,83% = 96,54% B. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 15 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel : Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 28,35% + 31,89% = 60,24% Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel : Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 71,65% 31,89% = 39,76% C. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 20 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel : Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 43,36% + 48,78% = 92,14% Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel : Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 56,64% 48,78% = 7,86% D. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 25 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel : Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 47,53% + 53,47% = 101%
59
Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel : Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 52,47% 53,47% = -1% Pada perhitungan persen massa aluminium murni diperoleh hasil -1% hal ini disebabkan adanya kemungkinan terperangkapnya oksigen dalam bentuk bebas di dalam sampel yang terperangkap secara interstisi. Hal ini menyebabkan kadar oksigen yang muncul pada instrument EDX tidak hanya menunjukkan oksigen yang berikatan dengan aluminium membentuk aluminium oksida namun juga oksigen yang terperangkap sehingga besar persen massa yang muncul tidak hanya menggambarkan komposisi Al2O3. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing yang terbaik terbentuk pada proses anodizing dengan beda potensial sebesar 25 V dengan ketebalan rata-rata pori yang dihasilkan yaitu 18,33 µm. PENGHARGAAN Ucapan terima kasih dan penghargaan ditujukan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Msayarakat (Ditlitabmas) DIKTI Kemdikbud RI melalui Program Hibah PPM skema Iptek bagi Produk Ekspor dengan judul IbPE Aneka Kerajinan Aluminium tahun 2014 yang memayungi kegiatan penelitian ini dan Wahyu Artha Handycraft di Desa Menyali atas ijin penggunaan fasilitas pendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Araoyinbo A.O., NoorA.F.M., Sreekantan S.dan AzizA.2010. Voltage Effect On Electrochemical Anodization Of Aluminum At Ambient Temperature. International Journal of Mechanical and Materials Engineering (IJMME), Vol. 5 (2010), No. 1, 5358. Cobden R., Alcan, dan Banburry. 1994. Aluminium: Physical Properties, Characteristics and Alloys. European Aluminium Association; Washington D.C. Helen H.L., dan Yinlun H. 2006. Electroplating.Encyclopedia of Chemical Processing DOI: 10.1081/E-ECHP-120007747 Istiyono E., Sari R.Y.A. dan Adi B.S. 2008. Pengelolaan Limbah Industri Penyepuhan Logam Perak (Elektroplating) Di Lingkungan Pengrajin Perak Kecamatan Kotagede.Artikel Program Penerapan IPTEKS.023/SP2H/PPM/DP2M/II/2008 Presto C. dan Fainstein L. 2003.Anodizing. The University of Manitoba; England Sidharta B.W., SoekrisnoR. dan Iswanto P.T. 2012. Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan Aus Dan Kekerasan Pada Lapisan Oksida Paduan Aluminium ADCL2.Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X TCEQ. 2007. Calculations Guidance Package: Chromium Plating & Anodizing Operation Using Chromic Acid. Air Permits Division Texas Commission on Environmental Quality; Texas Padwal P., Kulkarini S. Dan Patil A. 2013. Comparative and Morphological Study of Anodized Aluminium Oxide Thin Films Formed at Different Current Densities.International Journal of Physics and Mathematical Sciences ISSN: 2277-2111 volume 3.
60
Lampiran 4. Poster
Poster yang dipasang saat Pameran Bulfest 2014 di Singaraja
Poster yang dipasang saat kunjungan Pemda Bali dan Instansi Terkait di Menyali
61
Lampiran 5. Nota Kesepahaman (MoU) dan Surat Perjanjian Kerjasama
62
63
64
65
66
67
68
69