BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1.
Pengertian Bank dan Perbankan Pengertian Bank sering disamakan dengan pengertian Perbankan, padahal
sangat berbeda. Bank hanya menyangkut aspek kelembagaan. Menurut Joseph Sinkey dalam Taswan (2010 : 6) bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah departemen store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 bahwa yang dimaksud Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya mengimpun dana masyarakat berupa giro, tabungan, deposito dari
pihak
yang
kelebihan
dana
(surplus
spending
unit)
kemudian
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejaheraan rakyat banyak. Berdasarkan pengertian di atas nampak sangat statik, Bank sebagai Lembaga Keuangan atau Badan Usaha. Sedangkan pengertian Perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah
segala
sesuatu yang berkaitan dengan Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Taswan, 2010 : 6). Kegiatan usaha tersebut adalah menyangkut jasa keuangan. Dalam perspektif ilmu
11
12
keuangan, perbankan adalah bagian dari ilmu keuangan. Dengan demikian pembahasan manajemen perbankan memfokuskan pada masalah keuangan. Dalam mengelola bisnis perbankan diperlukan pemahaman terhadap karakteristik Bank. Beberapa karakteristik Bank menurut Taswan (2010 : 6) antara lain : a.
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit) dengan mereka yang membutukan dana (deficit spending unit), serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
b. Bank juga merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan
sehingga
harus
selalu
menjaga
kesehatannya.
Pemeliharaan kesehatan Bank antara lain dengan pemeliharaan kecukupan modal, kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup. c.
Pengelola Bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serat modal yang cukup sesuai dengan penanamannya.
d. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercyaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyaiu kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan.
13
e.
Secara operasional bank mempuyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumahnya dan perbandingan antara aktiva dan modal (financial laverage) sangat besar.
Oleh sebab itu Bank mempunyai beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh Lembaga Keuangan lainnya. Saunders dalam Taswan (2010 :7) mengemukakan bahwa Bank mempunyai keunikan sebagai berikut : a.
Ada peran monitor to monitor. Bank sebagai lembaga perantara telah menghimpun dari para deposan dan menempatkannya kembali ke kredit. Deposan akan memonitor Bank, dan Bank memonitor debitur. Dengan dukungan pengelolaan informasi yang baik, maka biaya informasi untuk monitoring bagi deposan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan monitoring langsung oleh deposan ke pengguna dana (debitur).
b.
Keputusan pemberian kredit oleh bank akan memberikan efek positif berupa good news. Perusahaan yang menerima kredit bank akan direspon positif oleh pasar, mengingat perusahaan yang telah diseleksi atau dievaluasi dan kemudian layak diberikan kredit adalah perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik.
c.
Bank mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke muda (intergenerational wealth transfer). Generasi tua sudah pensiun, sudah mapan, suka menabung atau tidak produktif lagi, sedangkan generasi muda masih giat berusaha, masih produktif.
14
Yang muda bisa menggunakan dari yang tua melalui peminjaman di Bank untuk kepentingan yang produktif. d.
Bank dapat bertindak sebagai aset transformer. Dalam hal ini Bank bisa menerbitkan klaim keuangan berupa surat berharga obligasi, deposito, dan lainnya, kemudian menempatkannya dalam bentuk kredit, penyertaan atau yang lain. Bank telah mengubah bentuk sumber dana ke penempatan dana dalam bentuk yang beragam.
Aktivitas
lainnya
yang
tidak
memberikan
risiko
Perbankan
tradisional, seperti Perbankan Privat, atau manajemen aset dan layanan advisory. Akan tetapi masih memberikan risiko lain, yaitu risiko operasional seperti halnya dengan lini bisnis lain. Semua lini bisnis utama memiliki tujuan sama, yaitu peningkatan hasil dengan risiko yang sesuai . Sedangkan kegiatan usaha Bank Umum Konvensional menurut UU No. 10 Tahun1998 adalah sebagai berikut : a.
Menghipun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro,
deposito
berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya
sertifikat
deposito,
yang dipersamakan
dengan itu. b.
Memberi kredit.
c.
Menerbitkan surat pengakuan hutang.
d.
Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atau atas nama perintah nasabahnya :
15
1)
Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh Bank yang masa berakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
2)
Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
3)
Kertas pebendaharaan negara dan surat jaminan Pemerintah.
4)
Seritifikat Bank Indonesia.
5)
Obligasi.
6)
Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.
7)
Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.
e.
Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
f.
Menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada Bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
g.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
16
h.
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
i.
Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
j.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa.
k.
Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
l.
Menyediakan pembiyaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
m.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan sepanjang tidak
bertentangan
dengan
Undang-Undang
tentang
Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. n.
Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
o.
Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,modal
ventura,
perusahaan
efek,
asuransi,
serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
17
p.
Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat
kegagalan
kredit
atau
kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. q.
Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai
ketentuan
dalam
peraturan
perundang-
undangan dana pensiun yang berlaku.
2.2. Lingkungan Perbankan, Persaingan, dan Arsitektur Perbankan Indonesia 2.2.1. Lingkungan Perbankan Bank-Bank beroperasi pada skala Nasional maupun Internasional. Dalam operasinya, Bank akan beriteraksi dengan sesama Bank di Dalam Negeri, dengan perusahaan Non Bank dan dengan Bank dan Non Bank yang berada di Luar Negeri. Interaksi ini membentuk lingkungan tersendiri menurut tingkat interaksinya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan internal, lingkungan eksternal, dan lingkungan Internasional. Lingkungan
internal
merupakan
lingkungan
di
kalangan
Perbankan. Dalam lingkungan internal, Bank mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai peserta dalam persaingan antar Bank dan sebagai bagian organisasi sistem Perbankan. Sebagai peserta atau bagian organik sudah selayaknya mengenai lingkungan internal beroperasinya suatu Bank yang menyangkut aspek :
18
a.
Undang-undang perbankan (UU No.10 tahun 1998) dan ketentuan/peraturan lain yang berkaitan dengan lembaga keuangan.
b.
Kebijakan moneter dna perbankan yang dilakukan Bank Indonesia maupun Departemen Keuangan RI.
c.
Sturktur Perbankan Indonesia atau konsentrasi Perbankan
d.
Sistem Perbankan yang berlaku di Indonesia : unit atau branch banking system.
e.
Jenis Bank yang beroperasi : Bank Umum Konvensional atau Bank Syariah, devisa atau non devisa.
f.
Peta perkembangan Perbankan baik yang menyangkut jumlah, penyebaran, dan kompisisi dana serta prospeknya.
g.
Persaingan antar Bank.
Perhatian terhadap aspek-aspek tersebut berguna bagi Bank untuk menentukan kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan Bank yang bersangkutan, kemudian Bank dapat memposisikan sebagai leader, challenger, follower dalam persaingan antar Bank (Taswan, 2006 : 20). Adapun lingkungan eksternal dalah lingkungan berganda (multiple invironment), dengan kata lain sebagai lingkungan yang rangkap atau berlapis-lapis. Lingkungan ini terdiri lingkungan fisik, teknologi, sosialdemografi, ekonomi, lingkungan usaha ekonomi makro, polotik, dan persaingan. Sementara pihak-pihak yang penting bagi Bank dalam lingkungan ini adalah rumah tangga, uni-unit pemerintahan, dan
19
perusahaan-perusahan non keuangan, baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Undang-Undang, struktur Perbankan di Indonesia, terdiri atas Bank Umum dan BPR. Perbedaan utama Bank Umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual Bank system, yaitu
Bank
Umum
dapat
melaksanakan
kegiatan
usaha
Bank
Konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan
BPR
dibatasi
pada
hanya
dapat
melakukan
kegiatan
usaha Bank Konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
2.2.2. Persaingan Sebuah sistem ekonomi yang efisien dapat memberi lebih banyak barang dan jasa bagi masyarakat tanpa menggunakan lebih banyak sumber daya. Dalam ekonomi pasar secara umum diyakini akan lebih efisien dibandingkan dengan alternatif lainnya yang pertama mendasar dalil
20
kesejahteraan berdasarkan penyediaan kepercayaan oleh karena itu bagi yang menyatakan bahwa setiap pasar berkeseimbangan sempurna berdasarkan kompetitif adalah efisien (tetapi hanya ada bila tidak teradi ketidaksempurnaan pasar). Kebijakan reformasi dalam ekonomi mikro adalah bertujuan membuat kebijakan yang mengurangi distorsi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi. Namun, tidak ada teori dasar yang jelas bahwa dengan menghapus distorsi pasar maka akan selalu dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Selanjutnya yang kedua berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa jika ada beberapa distorsi pasar maka tidak dapat dihindari hanya dalam satu sektor saja yang akan bergerak ke arah yang lebih besar dalam kesempurnaan pasar terdapat sektor lain yang bisa menurunkan efisiensi. Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, Bank juga melakukan berbagai kegiatan, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai lembaga keuangan, kegiatan Bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan Perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara menghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit. Dari kegiatan jual beli uang inilah bank akan memperoleh keuntungan yaitu dari selisih harga beli (bunga simpanan) dengan harga jual (bunga pinjaman). Disamping itu kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana adalah
21
memberikan jasa-jasa lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Dalam praktiknya kegiatan Bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap jenis Bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatannya, misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan Bank Umum dengan kegiatan Bank Perkreditan Rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda.
2.2.3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem Perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri Perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Arah kebijakan
pengembangan industri Perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem Perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi visi tersebut ada pada 6 pilar yang mencakup (OJK, 2014:39) : (a) penguatan struktur perbankan, (b) Peningkatan kualitas pengaturan
Perbankan,
(c)
peningkatan
fungsi
pengawasan,
(d)
peningkatan kualitas manajemen dan operasional Perbankan, (e) pengembangan infrastruktur Perbankan, dan (f) peningkatan perlindungan nasabah.
22
Berpijak dari adanya kebutuhan blue print Perbankan Nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi Perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri Perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan Buku Putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam Buku Putih tersebut. Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental Perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program-program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program-program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian Nasional maupun Internasional. Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara lain mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan, sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem Perbankan secara menyeluruh
23
terkait Bank Umum dan BPR, Bank Konvesnional maupun syariah mapun pengembangan UMKM.
2.3.
Sumber Daya Sektor Perbankan mulai membenah diri dalam menyambut ASEAN
Economic Community (AEC) pada 2020 nanti. Pembenahan tersebut digawangi oleh Ikatan Bankir Indonesia (IBI). Ketua Umum IBI Zulkifli Zaini mengatakan, penambahan tiga bidang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) jadi agenda utama pembenahan di sektor Perbankan. Ketiga SKKNI tersebut meliputi bidang credit, funding and service dan operation. Tiga bidang SKKNI tersebut penting bagi Bankir dalam menyambut ASEAN Economic Community di sektor Perbankan pada 2020 mendatang. Ia percaya penguatan modal, teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penting untuk memperkuat sektor Perbankan. Pentingnya perkuat permodalan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank. Sedangkan untuk penguasaan teknologi, penting mengingat ke depan pertumbuhan masyarakat dalam hal informasi serta ketergantungan terhadap software sangat pesat. Di samping kecukupan modal dan penguasaan teknologi, pengelolaan SDM akan menjadi hal critical agar Perbankan Nasional tetap eksis mengingat industri Perbankan membutuhkan skill dan kapabilitas yang tinggi. Intensitas persaingan di sektor Perbankan akan semakin berat. Sehingga, ke depan tantangan Bankir dalam menyediakan jasa atau
24
produk Perbankan akan semakin kompleks. Ia percaya, peningkatan SKKNI dengan menggandeng Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menjadi cara jitu dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di tempat yang sama, Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenakertrans, Abdul Wahab, mengakui bahwa sektor Perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Nasional. Hal tersebut ditandai dengan adanya fungsi utama Bank sebagai lembaga intermediasi antara debitur dan kreditur. Bahkan, keberadaan Perbankan penting sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil, sehingga dapat meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi maupun dalam rangka penciptaan lapangan kerja. Meningkatnya arus peredaran uang di Dalam Negeri menjadikan sektor Perbankan sebagai sektor yang paling strategis dalam perdagangan dan pembangunan. Indonesia harus memiliki Perbankan yang kuat dan sehat. Agar hal ini bisa tercapai, setidaknya Perbankan Nasional memiliki SDM yang kompeten, khususnya dalam menata industri. SDM Perbankan atau yang disebut Bankir, merupakan tulang punggung dalam menjalankan kegiatan operasional suatu Bank. SDM Perbankan tersebut harus memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan atau
transaksi
sehingga menentukan sukses atau tidaknya suatu Bank. Kemampuan yang dimiliki harus terus diasah secara terus menerus, baik melalui pengalaman kerja, maupun pelatihan. Terciptanya SDM Perbankan yang baik, perlunya program yang strategis yang terkait dengan pengembangan SDM, yakni SKKNI. SKKNI merupakan salah satu tolok ukur terhadap kualitas ketenagakerjaan secara Nasional. Bahkan, SKKNI bisa diartikan sebagai jaminan kualitas (quality
25
insurance) terhadap tenaga kerja. Karena standar kompetensi merupakan tolok ukur dan quality insurance terhadap tenaga kerja kita, maka perananya menjadi sangat strategis dalam konstalasi persaingan antar Negara. Masuknya tenaga kerja asing tersebut semakin menambah ketatnya persaingan di bisnis Perbankan. Atas dasar itu, peningkatan kompetensi kerja bagi Bankir lokal penting untuk mengembangkan dunia Perbankan lebih baik lagi.
2.4.
Tantangan Bisnis Dalam rangka mewujudkan Perbankan yang lebih kokoh, perbaikan harus
dilakukan diberbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi Perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan tantangan tersebut antara lain : a.
Kapasitas pertumbuhan kredit yang masih rendah Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit Perbankan yang cukup besar. Penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampaun manajemen risiko dan core banking skill yang relatif belum baik, dan biaya operasional relatif tinggi.
b.
Struktur perbankan yang belum optimal Belum optimalnya strutkur Perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsenrtasinya struktur hanya pada 11 Bank besar yang menguasai 75% aset Perbankan Indonesia. Namun demikian Bank-
26
Bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, Bank-Bank kecil tersebut mempunyai usaha relatif sama dengan Bank-Bank besar,
namun dengan
kemampuan operasional manajemen risiko, corporate governance yang relatif terbatas, hal ini akan menimbulkan persoalan tersendiri dalam sturktur Perbankan, karena dapat menimbulkan konflik kepentingan yang akan menggangu efisiensi pasar. c.
Pengawasan bank yangmasih perlu ditingkatkan Pengawasan Bank
juga merupakan bidang yang memerlukan
peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan low-envorcement pengawasan yang belum efektif. d.
Kapabilitas perbankan yang masih lemah Lemahnya kapabilitas Perbankan ditandai dengan kurangan corporate governance dan core banking skill pada sebagian besar Perbankan, sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dual hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa Bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas Perbankan secara umum masih di bawah International Best Practice.
e.
Profitabilitas dan efisiensi operasuonal bank yang tidak sustainable
27
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh Perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemah struktur aktiva produktif Bank-Bank. Margin yang diperoleh Bank-Bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. f.
Perlindungan nasabah yangmasih harus ditingkatkan Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan Perbankan yang
berpngaruh secara langsung terhadap sebagian besar
masyarakat. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi Perbankan dan OJK serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi produk Perbankan.