BAB II DATA DAN ANALISIS 2.1 SUMBER DATA Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini, Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 2.1.1 Wawancara narasumber • Diyang Renantia, salah satu pemilik dan pendiri EcoEgo 2.1.3 Kuesioner • Kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden sesuai target audience 2.1.2 Literatur (buku, artikel cetak, artikel elektronik) • Buku ECO-FASHION by Sass Brown • Buku Do Good Design by David B. Berman • Buku LOGO Vol. 2 • Buku International Logos & Trademarks 5IVE Vol. 5 • Buku Colour Mania • Buku Designing Brand Identity by Alina Wheeler • Buku Fashion Branding, penerbit Monsa • Go Girl Magazine • https://www.facebook.com/ecoego.shop • https://www.facebook.com/note.php?note_id=180174892006601 • http://www.ooh-gitu.com/dunia-maya/60-internet-marketing/179-trendbelanja • http://www.ilmushare.com/2011/01/manfaat-manfaat-website-sebagaitoko.html • http://bintangweb.com/5-keuntungan-belanja-secara-online/ • http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_fashion • http://www.ecomii.com/tips/used-clothing • http://namakuddn.wordpress.com/2011/10/24/9-ciri-fashion-yangramah-lingkungan/ • http://femaledaily.com/showthread.php?s=dc9323b2348755ef97fd600f7 7c31db3&t=2916&highlight=eco+fashion • http://ecofriendlyfashion.blogspot.com/p/fashion-industry-facts.html • http://www.wisegeek.com/what-are-some-benefits-of-buying-clothingsecondhand.htm • http://voices.yahoo.com/what-benefits-buying-swapping-secondhand1755239.html?cat=46 • http://blastmagazine.com/the-magazine/technology/earth/earthtalk-thefootprint-of-fashion/ • http://thesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00123DS%20bab%202.pdf
2.2 DATA KASUS 2.2.1 Profile EcoEgo (Wawancara pendiri EcoEgo, Diyang Renantia) Untuk mendapatkan data mengenai profile dan latar belakang EcoEgo, penulis melakukan wawancara dengan narasumber utama yaitu salah satu pemilik EcoEgo sendiri, yaitu Diyang Renantia. Metode yang dipakai adalah tanya jawab. Berikut adalah hasil wawancara dengan Diyang Renantia yang telah dirangkum dengan sedemikian rupa. EcoEgo awalnya bernama Le marrie dan sah berdiri pada tanggal 11 November 2011 oleh seorang Mahasiswi bernama lengkap Diyang Renantia yang masih berkuliah di salah satu Universitas Negeri di Indonesia. Pada tanggal yang sama itu pula koleksi pertama Le Marrie diluncurkan. Nama Le Marrie diambil dari bahasa Indonesia yaitu “lemari” yang berarti ‘peti besar tempat menyimpan sesuatu (spt buku, pakaian)’ --sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dengan nama Le Marrie, Diyang berharap online shopnya ini akan menjadi “lemari” bagi para pelanggannya. “Kalau kita mau pergi kan kita pasti milih mau pakai baju apa yang ada di lemari kita, tinggal buka lemari, terus pilih deh mau pake baju apa. Nah, aku mau online shopku tuh jadi ‘lemarinya’ customerku, jadi tinggal buka websitenya, terus pilih deh pake baju apa. Karena semuanya lengkap ada di situ.” Tuturnya menjelaskan. Sebagaimana kita ketahui, pakaian-pakaian yang sudah terdapat di lemari pribadi seseorang merupakan pakaian yang disukai oleh pemiliknya yang sudah pernah dipakai, dari sanalah filosofi nama Le Marrie dibuat. Seiring berjalannya waktu, Diyang mengajak salah satu sahabatnya untuk bersama-sama membangun bisnis online ini, sehingga sekarang owner Le Marrie menjadi 2 orang. Setelah mengalami diskusi yang panjang, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk merubah nama Le Marrie menjadi EcoEgo, karena terdapat perubahan konsep utama brand. Gagasan untuk menciptakan oline shop sendiri sebenarnya sudah lama dicetuskan, tetapi baru pada pertengahan 2011 gagasan tesebut dapat terlaksana. Dari awal, online shop ini menjual pakaian-pakaian bekas dengan kualitas yang masih baik, dan harga yang sangat terjangkau. Target audience Le Marrie sendiri adalah remaja dan anak muda, khususnya perempuan. Ide menjual pakaian bekas didapatkan Diyang karena Ia mengaku sangat tertarik pada dunia fashion. Tetapi tanpa latar belakang dan pengalaman di bidang fashion sama sekali, Ia merasa belum mampu untuk merancang sendiri pakaianpakaiannya sendiri untuk dijual. Dari situlah muncul ide untuk mempergunakan pakaian-pakaian yang telah ada. Awalnya, pakaian yang dijual oleh Diyang berasal dari pakaianpakaian pribadi miliknya dan pakaian saudara-saudaranya yang sudah sejak dahulu dikumpulkan dan sudah tidak terpakai lagi. Tetapi, karena keterbatasan kuntitas jumlah pakaian tersebut, Diyang harus melakukan jalan lain agar bisnisnya tetap berjalan. Ia mulai menggalang pengumpulan pakaian bekas di kampusnya, dan ditukar dengan sejumlah uang. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
Diyang adalah mengadakan penggalangan pakaian-pakaian bekas dari para customernya untuk dijual kepadanya. Tentu saja, pakaianpakaian tersebut telah mengalami proses seleksi dari segi model dan kelayak-pakaiannya. “Jadi Aku maunya nggak cuma jualan doang, tapi juga bisa ikut ngajarin orang untuk menjual pakaian-pakaian bekasnya yang udah nggak kepake lagi. Dari situ kan kita bisa nguntungin orang lain juga, dan ngajarin orang untuk berbisnis. Jadi hubungan yang terjadi antara EcoEgo dan customernya adalah hubungan dua arah yang saling menguntungkan.” Ujarnya. Sisa pakaian yang tidak lolos seleksi tetapi masih layak pakai akan dikumpulkan Diyang, dan rencananya akan disumbangkan kepada pihak yang membutuhkan. Setelah pakaian-pakaian tersebut terkumpul dan diseleksi, dilakukan sedikit banyak perubahan model dan bentuk pakaian, agar menyesuaikan trend masa kini. Inspirasi model pakaian dan mix and match pada Le Marrie sendiri diakui Diyang didapatkan dari fashion bloggers, dan designer-designer fashion fashion baik dalam negeri maupun internasional. Setelah itu, dilakukan proses pemotretan, dan penentuan harga untuk setiap pakaian. Selain dengan modal yang kecil, alasan Diyang melakukan bisnis ini di bidang online adalah karena promosi yang tidak terbatas. “Maklum, masih anak kuliahan, modalnya pas-pasan, jadi dari bawah dulu. Insya Allah untuk ke depannya, dan kalau modalnya sudah cukup, Saya mau punya toko dan website sendiri.”, ujarnya. Ya, sampai saat ini, Le Marrie masih merupakan online shop yang “menumpang” pada salah satu situs jejaring sosial. Hal tersebut diakui Diyang bertujuan untuk mempermudah promosi dan memerkenalkan nama EcoEgo ke dalam dunia online shop. Saat ini Le Marrie sudah mengeluarkan 2 koleksinya pada launching pertamanya yaitu tanggal 11 November 2011, dan pada tanggal 9 Februari 2012 yang lalu. Rencana ke depannya, untuk peluncuran koleksi ketiga, Le Marrie sudah merubah namanya menjadi EcoEgo dan ingin memiliki blog/websitenya sendiri. Selain itu, Diyang juga berkeinginan untuk membuat Lookbook untuk setiap koleksi yang diluncurkan.
• Screen shoot Profile Le Marrie (sebelum menjadu EcoEgo)
Gambar 2.1
•
Logo Le Marrie
Gambar 2.2 •
Contoh Layout Le Marrie
Gambar 2.3
2.2.2 Kuesioner Target Audience Kuesioner telah dibagikan kepada 100 responden yang pernah/gemar berbelanja online dan sesuai dengan target audience EcoEgo. Kuesioner terdiri dari pertanyaan seputar clothing line, Eco-Fashion, dan 2nd hand clothing. Demikian hasil dari kuesioner: •
•
• •
• • •
• •
Demografi responden: - Jenis kelamin : Wanita - Usia : 16 – 35 tahun - Kelas sosial : B sampai A3 Hal utama yang membuat orang tertarik pada sebuah clothing line adalah: 1. Barang/produknya yang bagus 2. Harganya yang murah 3. Konsepnya yang menarik 51% Responden mengatakan bahwa mereka mengetahui apa itu Eco Fashion dan 49% responden mengaku bahwa mereka tidak mengetahui tentang Eco Fashion Arti Eco-Fashion berdasarkan Responden yang mengtakan bahwa mereka mengetahui apa itu Eco-Fashion (dirangkum sedemikian rupa berdasarkan mayoritas jawaban): - Baju-baju yang terbuat dari bahan-bahan recycle atau daur ulang - second hand clothing atau pakaian bekas pakai - fashion yang mempertimbangkan lingkungan mulai dr proses pembuatan, bahan, dan distribusi - Menggunakan bahan serta proses pembuatan pakaian yang tidak menimbulkan efek atau mengurangi efek yang dapat membuat bumi lebih buruk 73% Responden mengaku pernah membeli pakaian bekas baik secara online maupun langsung, sedangkan 27% responden lainnya tidak pernah. 51% Responden mengaku tidak tahu bahwa membeli 2nd hand clothing termasuk ke dalam eco-fashion, sedangkan 49% responden lainnya tahu. Alasan mengapa tidak semua orang mau membeli 2nd hand clothing atau pakaian bekas pakai (dirangkum sedemikian rupa berdasarkan mayoritas jawaban): - Takut kotor, tidak higyenis, dan tertular penyakit - Modelnya sudah jadul, vintage, dan ketinggalan jaman - Kualitas pakaiannya sudah tidak sebaik pakaian baru - Gengsi dan malu 89% Responden menganggap bahwa konsep merupakan hal yang penting dalam sebuah clothing line, dan 11% responden lainnya menganggap tidak penting. Alasan responden yang menjawab konsep merupakan hal yang penting dalam sebuah clothing line (dirangkum sedemikian rupa berdasarkan mayoritas jawaban):
Menjadi ciri khas dan membedakan dari brand clothing lainnya agar mudah diingat oleh pelanggan - Konsep dapat menarik minat pelanggan - Menjadi lebih menarik dan memiliki daya tarik tersendiri 82% Responden mengganggap bahwa toko 2nd hand clothing yang telah diberi konsep, branding, serta desain yang baik akan menarik perhatian orang untuk membeli, sedangkan 18% responden lainnya menganggap belum bentu demikian. Clothing line yang Responden inginkan (dirangkum sedemikian rupa berdasarkan mayoritas jawaban): - Menjual produk bagus dan unik, dan berkualitas - Harga yang murah dan terjangkau, sesuai dengan kualitas prosuk - Memiliki konsep yang bagus dan unik - Jujur, terpercaya, pelayanannya baik, ramah, dan responnya cepat - Desain dan foto-fotonya jelas dan menarik, sesuai dengan barang aslinya -
•
•
2.2.3 Buku Do Good Design – David Berman Buku Do Good Design bukan hanya sekedar buku desain, tetapi buku ini adalah buku bagaimana seharusnya desainer membuat desain. Buku ini lebih dari sekedar mengajarkan grid yang benar, prnsip-prinsip desain, pemilihan warna yang tepat untuk packaging, dsb. Ini adalah buku yang mengubah sudut pandang kehidupan desainer grafis. Satu yang sangat menarik dan melekat di buku ini adalah adalah kata-kata dari si penulis itu sendiri, David Berman: “Jangan hanya membuat desain yang baik, berbuatlah kebaikan”. Terkadang desainer hanya fokus terhadap estetika desain, kepentingan klien, fee yang didapat pada saat mendesain, dll, tanpa menyadari apa sebenarnya yang kita desain. Apakah benar-benar bermanfaat bagi orang lain? Apakah bermanfaat bagi lingkungan? Apakah maknanya seindah visual yang kita buat? Ataukah hanya menimbulkan “kebohongan” semata atau bahkan tanpa dasar mengajak orang lain melakukan keburukan bagi dirinya sendiri? Desain yang baik adalah desain yang mendatangkan kebaikan. Buku ini juga mengajarkan kita untuk memulai segala sesuatu dengan kejujuran, baik kepada diri sendiri, maupun dalam pekerjaan kita sebagai desainer. "Kehebatan Grafis dimulai dengan mengatakan kejujuran"- Edward R Tufte. Hal ini relevan dengan konsep branding yang ingin penulis terapkan untuk ECOEGO. Branding ini tidak hanya ditujukan semata-mata untuk kepentingan klien/penjual, tetapi juga membawa dampak yang positif bagi customes dan yang terpenting bagi bumi. 2.2.4 Buku ECO FASHION – Sass Brown “Fashion is an art, must be used to raised design quality, not lower it, speak the truth about it, and do its best to make life better for everyone, not just an elite few.” Itu adalah kutipan buku ECO-FASHION karya Sass Brown. Buku ini banyak membahas mengenai “sustainability-fashion”, yang berarti “fashion yang berkelanjutan”. Maksud dari sustainibility dalam
konsep ini adalah pengunaan Sumber Daya Alam secara cukup atau tidak lebih daripada apa yang telah alam sediakan kembali, sehingga apa manusia ambil dengan apa yang alam produksi membentuk suatu keseimbangan. Dikatakan dalam buku ini bahwa “sustainability means to sustain life, all life, human, animal, vegetable, planetary. A self sustaining system is a system that doesn't take more from the environment than it gives back; it is not depleting but sustain itself.” Rata-rata orang Amerika membuang pakaian mereka adalah sekitar 68, dan 85% berakhir di tempat pembuangan akhir. Inggris, lebih dari 900.000 juta pakaian dibuang setiap tahunnya. Betapa menyedihkannya mengetahui fakta-fakta tersebut, ketika masih banyak orang yang membutuhkan pakaian, sedangkan pakaian-pakaian yang dibuang dapat di desain ulang atau dipakai kembali oleh orang lain karena ada pepatah berkata bahwa “One person's trash is another person’s treasure”. Buku ECO-FASHION terbagi menjadi 5 Chapter: Community & Fair Trade; Ecological & Slow Design; Recycle, Reuse & Redesign; New Models; Designer & Corporate Initiatives. Setiap chapter terdapat contohcontoh designer brand/fashion fashion dan foto karya-karya mereka yang mewakili isu setiap chapter. Chapter yang paling relevan dalam pembuatan re-branding Le Marrie sendiri adalah Chapter ketiga mengenai “Recycle, Reused & Redesign”. Di chapter ini, banyak membahas mengenai bahanbahan pakaian yang masih bisa didaur ulang atau dipergunakan kembali, atau didesain ulang menjadi sesuatu yang baru. Hal inilah yang nantinya akan dijadikan panduan ECOEGO dalam pembuatan konsep barunya. Buku ini merupakan buku pertama meneliti keberlanjutan atau sustainability dalam fashion yang di dalamnya terdapat pelaku-pelaku pioner, pendukung dalam konsep eco fashion, waktu produksi pembuatan pakaian, dan lainnya. Salah satu kutipan yang sangat baik dari buku ini adalah: “Great fashion like great art, always reflects the times. And it’s truly a time for great fashion to appear. But time itself of the essence.”. Bisnis merupakan institusi terbesar di muka bumi ini, dan sudah seharusnya menjadi institusi yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan, dan kita dapat belajar bagaimana bertanggung jawab dengan bumi di industri fashion. 2.2.5 Data Maya (Internet) 2.2.5.1 Sepuluh Fakta Menarik Seputar Berbelanja (kapanlagi.com oleh Okta Riyani) Setiap wanita tahu bahwa berbelanja memiliki efek penghilang stres, itulah alasan utama mengapa banyak wanita sangat menyukai belanja. Ternyata ada beberapa fakta menarik tentang belanja. Ingin tahu apa saja? 1. Wanita yang merogoh koceknya untuk membeli baju merasa bahwa mereka lebih baik daripada wanita yang menghabiskan uang untuk membeli peralatan dapur dan keperluan rumah tangga. 2. Kaum hawa yang menghabiskan waktu lebih dari 17 jam serta berbelanja lebih dari $200 seminggu konon lebih langsing dan sehat daripada mereka yang berbelanja lebih sedikit dan sebentar.
3. Pemikiran wanita tentang belanja muncul hampir sesering pria dalam memikirkan seks. 74% wanita mengaku bahwa mereka memikirkan belanja setiap menitnya, dengan kata lain sekitar 950 kali dalam sehari. Bahkan 2 dari 5 wanita mengaku bahwa mereka menggilai sepatu dan juga pakaian. 4. Shopaholic/orang yang gemar berbelanja memiliki lebih sedikit keriput daripada mereka yang kurang suka berbelanja. 5. Mayoritas wanita yang gila belanja merasa lebih percaya diri dan hampir tidak pernah merasa depresi. 6. Wanita yang meluangkan beberapa hari dalam seminggu untuk belanja biasanya punya mood yang lebih bagus daripada mereka yang hanya belanja saat akhir pekan saja. 7. Selama hidupnya wanita rata-rata menghabiskan 25.184 jam dan 53 menit hanya untuk berbelanja. 8. Hanya untuk melihat-lihat saja, wanita akan menghabiskan kurang lebih 48 jam 51 menit per tahun. 9. Wanita menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli baju untuk bepergian daripada perjalanan yang akan dilakukannya. 10. Jeans, kaos, dan atasan wanita adalah barang-barang yang paling laris dan paling sering dibeli ketika berbelanja 2.2.5.2 Fakta-fakta Lingkungan mengenai Industri fashion (ecofriendlyfashion.blogspot.com): • Industri fashion adalah industri pengguna air terbesar kedua di dunia. • Lebih dari 90 juta item dari pakaian berakhir di TPA (Tempat pembuangan akhit) setiap tahunnya. • 150 gram pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya digunakan untuk menghasilkan kapas untuk satu kaos. • Domba, alpaka, llama dan hewan-hewan penghasil wool lainnya, ikut memberikan kontribusi untuk produksi gas metana, dan gas rumah kaca • Pertumbuhan dan panen dari tumbuhan serat alami seperti kapas dan akar-akaran umumnya menggunakan traktor pertanian dan truk yang bahan bakarnya tidak dapat diperbaharui yaitu diesel dan bensin yang menghasilkan asap hitam dan karbon dioksida ke atmosfer. • Minyak yang dihasilkan serat sintetis seperti polyester dan nylon dan serat buatan “alami” seperti Lyocell dan rayon umumnya memerlukan energi tambahan untuk “memasak” dan mengurangi ampas kayu menjadi larutan cair yang dipaksa melalui spinneret untuk menjadi serat untuk kain. • Transportasi pakaian dari produsen ke distributor ke toko-toko ritel untuk pelanggan tergantung pada armada truk, pesawat dan kapal. Sebagian besar kapas yang diproduksi di AS dikirim ke pabrik garmen di Cina dan diproduksi menjadi pakaian yang kemudian dikirim kembali ke AS. Pikirkan semua emisi karbon hanya untuk membuat sebuah T-shirt murah. • 60% dari gas rumah kaca yang dihasilkan seumur T-shirt sederhana berasal dari 25 mesin cuci dan pengering. Emisi karbon yang diproduksi untuk menghasilkan listrik yang digunakan untuk mencuci pakaian dengan air hangat dan pengering dengan suhu
hangat jauh melebihi emisi karbon yang dihasilkan selama proses pertumbuhan, manufaktur, pengiriman pakaian.
2.2.5.3 Definisi Eco-Fashion • Sustaibable fashion atau biasa disebut eco-fashion, adalah bagian dari filosofi desain yang berkembang dan trend berkelanjutan, tujuan yang adalah untuk menciptakan sistem yang dapat didukung tanpa batas dalam hal lingkungan hidup dan tanggung jawab sosial (sumber: wikipedia.org) • Eco fashion adalah sebuah konsep holistik yang mengacu pada semua produk fashion yang telah dibuat sedemikian rupa untuk berkontribusi untuk dunia yang lebih sehat dan lebih setara (sumber: femaledaily.com) 2.2.5.4 Ciri-ciri/Kriteria Eco-Fashion 1. Lokal Aneka produk dalam negeri merupakan salah satu contoh fashion yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan produk dalam negeri, emisi yang berakibat polusi udara dari transportasi barang impor bisa dikurangi. 2. Daur ulang Eco fashion bisa diciptakan dari bahan baku atau material yang sudah ada sebelumnya. Fashion ini bisa didesain , dan diciprakan ulang dengan berbagai ide bahkan bentuk baru. 3. Sustainable fashion Eco fashion bisa meminimalkan dampak fashion di lingkungan. Pakaian yang terbuat dari katun organik aman bagi petani dan pekerja garmen, karena terbebas dari pestisida dan pupuk kimia. 4. Animal free Tidak melibatkan pengujian hewan. Eco fashion dibuat tanpa menggunakan jaringan kulit atau hewan, misalnya bulu. Bahan organik yang bisa digunakan adalah kain organik yang terbuat dari sumber alami seperti bambu, rami, jelatang, wol, sutra kedelai, kayu, karet, serat pisang. Serat alami yang tumbuh tanpa pestisida dan bahan beracun lainnya bisa menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. 5. Bebas bahan kimia Jika menggunakan pewarna, sebaiknya gunakan pewarna yang diekstrak dari bahan vegetatif seperti buah, biji, sayur, daun, batang. 6. Fair traded Eco fashion tak melulu hanya meminimalisasi dampak negatif pada lingkungan, tetapi juga pada proses pembuatannya. Tanggung jawab pabrik pakaian terhadap hak asasi manusia, tidak mempekerjakan anak, menetapkan jam kerja yang wajar, dan memberikan upah hidup yang layak. Selain itu, eco fashion yang berpihak pada manusia tidak mengganggu manusia dalam bentuk apapun, misalnya uap, gas, debu, kebisingan, suhu, dan lainnya.
7. Modifikasi kreatif Produk eco fashion bisa dibuat dengan menggabungkan berbagai keterampilan pengrajin seperti sulaman, batik, dll. Hal ini juga berfungsi untuk melestarikan budaya indonesia. 8. Vintage Vintage adalah istilah untuk pakaian baru atau tangan kedua ataupun pakaian bekas yang bisa diubah/dimodifikasi kembali menjadi pakaian baru yang unik. 9. Efisien Produk yang ramah lingkungan ini bisa menghasilkan manfaat terbesar dengan meminimalisasi penggunaan sumber daya alam, seperti hemat air dan hemat listrik dalam proses produksinya. 2.2.5.5 Pengertian EcoEgo (www.urbandictionary.com) EcoEgo terdiri dari 2 kata yaitu eco dan ego, yang memiliki arti: An inflated view of ones importance based on actions taken to promote an environmental issue or cause. Fashion merupakan suatu yang bersifat subyektif yang melibatkan ego dari setiap konsumen untuk memilih style-nya masing-masing. Dengan demikian, selain memuaskan ‘ego’ pelanggan untuk mendapatkan pakaian yang baik dengan harga yang murah, tanpa sadar EcoEgo juga membuat pembeli “membagi” egonya untuk membantu menyelamatkan bumi dengan membeli produk-produknya. 2.2.5.6 Pengertian “Renew” dan “Refresh” (sumber: www.yourdictionary.com) ‘Renew’ transitive verb: • to make new or as if new again; make young, fresh, or strong again; bring back into good condition • to give new spiritual strength to • to cause to exist again; reestablish; revive a lease ‘Refresh’ transitive verb: • to make fresh by cooling, wetting, etc.: rains refreshing parched plants • to make (another or oneself) feel cooler, stronger, more energetic, etc. than before, as by food, drink, or sleep • to revive or stimulate (the memory, etc.) 2.3 TARGET AUDIENCE 2.3.1 Target Primer 1. Geografi • Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar • Tinggal di rumah yang memiliki internet 2. Demografi • Umur : 16 - 22
• Jenis Kelamin : Wanita • Jenjang pendidikan : SMA – Mahasiswi • Golongan : B sampai A3. Psikografi • Personality: - shopa-holic/suka berbelanja - supel - kritis - open minded/berpikiran terbuka • Interest: - Fashion - Shopping, khususnya online shopping - vintage stuffs - earth-campaign • Lifestyle: - Fashionable dan up to date - Sederhana - hemat • Behavior: - Memperhatikan trend terbaru - Peduli terhadap lingkungan - Memperhatikan hal-hal kecil 2.3.2 Target Sekunder a. Geografi • Seluruh kota di Indonesia yang mayoritasnya pengguna internet b. Demografi • Umur : 23 – 35 • Jenis Kelamin : Wanita • Jenjang pendidikan : Pekerja Kantoran • Golongan : B sampai Ac. Psikografi • Wanita-wanita muda yang ingin tetap stylish dan bergaya muda. • Open minded/berpikiran luas • Hemat dan sederhana dalam berpenampilan • Peduli terhadap lingkungan 2.4 ANALISIS KASUS/PARTNER PROPOSISI 2.4.1 Strenght • Produk yang dijual bukan sekedar pakaian bekas, melainkan pakaian bekas yang sudah dedesain ulang menyesuaikan perkembangan mode fashion terkini dan up to date sehingga tampak sepert pakaian baru • Harganya terjangkau dan kualita produknya masih baik, tidak terpaku hanya pada 1 style saja, tetapi mengikuti perkembangan fashion • Membawa kebaikan bagi orang lain dan lingkungan • Merupakan clothing label sekaligus edukasi lingkungan khususnya mengenai eco-fashion bagi masyarakat
2.4.2 Weakness • Brand masih sebatas online-shop yang “menumpang” pada jejaring sosial • Merupakan brand baru yang belum punya nama dan belum dikenal orang • Perubahan nama dapat membuat pelanggan menjadi tidak terbiasa dengan konsep baru dan mood baru, sehingga butuh dilakukan penyesuaian 2.4.3 Opportunity • Masih jarang terdapat brand 2nd clothing yang dibranding dengan baik • Tidak banyak brand fashion lokal yang mengangkat tentang isu ecofashion • Tidak banyak toko pakaian bekas yang me-redesain ulang pakaiannya sebelum dijual • Dapat merubah persepsi masyarakat yang menganggap pakaian bekas itu kotor, berkualitas rendah, kuno, dan sudah ketinggalan jaman. • Mengangkat isu “cinta-bumi” yang banyak mendapat perhatian dewasa ini 2.4.4 Threat • Persepsi masyarakat yang masih negatif mengenai barang bekas terutama pakaian. Ketakutan terhadap pakaian bekas yang kotor, berkualitas rendah, dan kuno • Banyak pesaing brand-brand pakaian baik baru maupun bekas dengan harga yang cukup terjangkau, dan pelanggan yang sudah cukup banyak. • Ketidakpedulian masyarakat mengenai terhadap bumi dan lingkungan walaupun mereka sudah mengetahui isu tersebut.
2.5 KOMPETITOR ECOEGO 2.5.1 Kompetitor Langsung Kompetitor langsung dari EcoEgo adalah Down Memory Lanes dan Keira House. Down Memory Lanes dan Keira House berada di atas satu naungan. Mereka merupakan clothing label online yang juga menjual pakaian bekas. Konsep Down Memory Lanes dan Keira House sendiri adalah: “Repeating fashion style over the year”. Mereka menekankan pada gaya dan style fashion vintage yang dapat membawa customer masuk ke dalam di era fashion sebelumnya. Down Memory Lanes dan Keira House sendiri sudah cukup lama berdiri yaitu sejak tahun 2010 dan sudah memiliki banyak pelanggan tetap. •
Logo Down Memory Lanes:
Gambar 2.4 •
Screen shoot Profile Down Memory Lanes
Gambar 2.5 •
Contoh layout produk Down Memory Lanes
Gambar 2.6
•
Packaging dan label produk Down Memory Lanes
Gambar 2.7
Gambar 2.8 2.5.2 Kompetitor Tidak Langsung Kompetitor tidak langsung EcoEgo adalah online shop-online shop serta brand clothing lainnya yang juga menjual produk 2nd clothing, seperti: • ThanksGod It’s Monday • Hello Friday Shop • Lane's closet • Lorgnette Love • Three Ours • Peek A Boo Shop • Mange Shop • Quirky Chic • Wynstelle BoutiqueFemme • Fitting Room