23
BAB II PEMBELAJARAN MAHĀRAH AL-QIRĀ’AH SISWA KELAS V MINU BUARAN PEKALONGAN A. Pengertian Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Jadi, pembelajaran subtansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik.1 Agar tercapainya tujuan pendidikan, sekolah/madrasah harus mempunyai kurikulum yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kurikulum itu sendiri mempunyai arti seperangkat rencana dan pengaturan penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar.2 Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
dikatakan
bahwa
kurikulum
adalah
seperangkat rencana dan pengaturan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar mengajar.3
1
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 132. 2 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal.267. 3 Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 8.
24
Dalam pembelajaran bahwa guru merupakan faktor yang paling penting dalam proses pemudahan belajar. Oleh karena itu guru disebut “pemudah” atau “fasilitator”. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode) tertentu yang disesuaikan dengan keperluan yang menyangkut tujuan, pelajar, materi pelajaran, sarana pra sarana dan lain sebagainya. a. Tujuan Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal dua tujuan pengajaran, yaitu tujuan instruksional dan tujuan iringan. Tujuan instruksional dinyatakan secara eksplisit dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sedangkan tujuan iringan tidak terdapat dalam GBPP, tetapi bergantung pada pengajar dalam merancang strategi pembelajaran.4 Bahasa Arab dalam pandangan pemerintah adalah bahasa asing. Hal ini terbukti, misalnya dalam peraturan Menteri Agama RI nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah:5 a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tertulis, yang mencakup kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istimā’), berbicara (kalām), membaca (qirā’ah), dan menulis (kitābah).
4
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 23. 5 Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 57.
25
b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam. c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitannya antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas buadaya dan melibatkan diri dalam keberagaman budaya. b. Pengajar Peran pengajar dalam kegiatan pembelajaran bukan sekedar menjalankan proses pembelajaran secara teknis menurut ketentuanketentuan yang ada. Ia adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.6 c. Peserta Didik Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan proses pembelajaran yang tepat adalah peserta didik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan latar belakang dari masing-masing peserta didik, seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan.7 d. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam
6
Ibid., hal. 23. Ibid.,
7
26
buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan.8 e. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode diperlukan oleh pengajar dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.9 Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa metode, yaitu diantaranya metode gramatika dan tarjamah, metode direct, metode membaca, metode audio-lingual dan metode selective.10 1) Metode Gramatika dan Tarjamah Metode ini merupakan gabungan dari metode gramatika dan metode tarjamah. Tujuan metode ini yaitu memproduk para pelajar untuk mampu menghafal materi-materi nahwu dan shorof secara teori dan memproduk para pelajar untuk mampu membaca kitab kuning dan memberikan makna atau arti ke dalam bahasanya. 2) Metode Langsung (Direct) Dikatakan metode langsung sebab guru langsung menggunakan bahasa asing (bahasa Arab) yang sedang diajarkan selama pelajaran, sedangkan bahasa murid tidak boleh dipergunakan.
8
Ibid., Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997), hal. 19. 10 Abdul Mu‟in, Analisis Konstrastif Bahasa Arab Dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hal. 152. 9
27
3) Metode Membaca Metode
ini
diajarkan
bagi
sekolah-sekolah
yang
bertujuan
mengajarkan dan melatih kemahiran membaca dalam bahasa asing (bahasa Arab). 4) Metode Audio-Lingual Metode ini bertujuan untuk dapat memproduk para siswa untuk memiliki empat kecakapan sekaligus (mendengar, berbicara, membaca dan menulis), dengan lebih banyak memperhatikan kecakapan lisan. 5) Metode Pilihan (Selective Approach) Metode ini merupakan gabungan dari empat metode di atas. Maka pada dasarnya metode ini memberikan kesempatan bagi para pengajar untuk mengambil dan mencoba setiap metode tersebut yang tepat dan dapat diterapkan bagi para siswa yang dibinanya. f. Media Media adalah alat bantu saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.11 g.
Faktor Administrasi dan Finansial Faktor-faktor
yang
tidak
boleh
diabaikan
dalam
proses
pembelajaan adalah segi administrasi dan finansial, seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruang belajar. Pada intinya, sarana dan prsasarana harus menjadi faktor penunjang yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran. 11
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), hal. 121.
28
2. Pengertian Mahārah Al-Qirā’ah Kata mahārah dalam kamus kompemporer Arab-Indonesia al‘asry, mahārah mempunyai arti ketrampilan, keahlian, kecendekiawaan.12 Sedangkan kata al-Qirā’ah dalam kamus al-bisri, qirā’ah berasal dari kata “qoro’a-yaqro’u-qiro’atan” yang artinya membaca, bacaan.13 Menurut Acep Hermawan, mahārah al-Qirā’ahadalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati.14 Ketrampilan membaca mengandung dua aspek, yang pertama mengubah lambang tulis menjadi bunyi dan yang kedua menangkap arti daripada seluruh situasi yang dilambangkan tulis dan bunyi tersebut.15 Jadi dari pembelajaran mahārah al-Qirā’ahadalah proses yang identik dengan kegiatan belajar mengajar yang menitikberatkan pada ketrampilan atau kemampuan membaca dalam latihan-latihan lisan dengan mulut untuk bisa melatih berbicara, membaca secara dalam keserasian, ketelitian dan spontanitas
12
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia Al-‘Asry, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), hal. 1851. 13 Adib Bisri dan Munawwir A. Fattah, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia Al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif,1999), hal. 589. 14 Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 143. 15 Abdul Mu‟in,Op., Cit. hal. 171.
29
3. UrgensiMahārah Al-Qirā’ah Ketrampilan membaca (mahārah al-Qirā’ah) merupakan salah satu dari ketrampilan utama yang mesti diajarkan dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk membaca dengan baik dan benar, pembaca harus memahami dan memiliki pengetahuan tentang abjad huruf hijaiyyah dan memiliki kesadaran tentang aspek tertentu dari struktur linguistik bahasa. Ketrampilan membaca (mahārah al-Qirā’ah) berperan penting bagi siswa yang sudah mepunyai dasar-dasar ketrampilan dan pengalaman sebagai kesempatan yang besar untuk mengukuhkannya. Orang yang mempelajari bahasa asing pada dasarnya sudah mengetahui prinsip-prinsip pokok ketrampilan membaca dalam bahasa ibu. Seperti pengetahuan bahwa sistematis bahasa adalah terletak pada sistematis tulisan, walaupun terdapat perbedaan arah baca dari kiri ke kanan atau sebaliknya, dan terletak pada kecepatan, tidak hanya adanya penggunaan jari jemari atau dua bibir, serta perbedaan dala merubah rumus-rumus. B. Tujuan Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Mahārah al-Qirā’ah memiliki tujuan yang beraneka ragam, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Siswa dapat menghubungkan simbol tertulis dengan suara yang ia ucapkan dalam bahasa Arab. b. Siswa dapat membaca tulisan dengan bacaan yang keras atau nyaring dengan ucapan yang benar.
30
c. Siswa dapat menarik kesimpulan secara makna umum dari bacaan yang tercetak dan menemukan perubahan arti dari perubahan susunan kalimat. d. Siswa dapat mengetahui arti mufrodat dari hubungan kalimat dan perbedaan antara mufrodat yang diucapkan dengan mufrodat yang tertulis. e. Siswa dapat memahami arti kalimat dalam beberapa alenia dan menemukan hubungan arti yang berkaiatan diantara alenia tersebut. f. Siswa dapat membaca dengan fasih dan mengerti tanpa lepas dari kaidah-kaidah bahasa dan sharafnya. g. Siswa dapat memahami pada bagian-bagian terkecil dan terperinci dan mengerti hubungan-hubungan yang telah ada untuk pokok-pokok pikiran. h. Siswa dapat mengetahui tanda baca dan fungsinya. i. Siswa dapat membaca dengan fasih tanpa menggunakan kamus atau
daftar kosakata dua bahasa. j. Siswa dapat membaca bacaan yang lebih luas yang dimulai dari halaman bacaan pelajaran, sejarah, ilmu pengetahuan dan hal-hal yang baru terjadi serta mampu menganalisis makna dan menghubungkan bacaan yang luas dengan kebudayaan Arab dan Islam.16
16
Mahmud Kamil An-Naqah, Ta’lim al-Lughoh al-‘Arabiyah li al-Natiqina bi Lughat Ukhra, (Makkah al-Mukarramah: Jami‟ah Umm al-Qura, 1985), hal. 188-189.
31
C. Macam-Macam Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Ada beberapa macam membaca, dari beberapa tinjauan, yaitu antara lain : 1. Ditinjau dari tujuan aktifitas atau cara pembaca ada dua macam, yaitu membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah) dan membaca diam (alQirā’ah al-Shāmitah). 2. Ditinjau dari tujuan umum untuk pembaca ada dua macam, yaitu membaca karena hobi dan membaca pelajaran dan analisa. 3. Ditinjau dari tujuan khusus untuk pembaca ada empat macam, yaitu membaca untuk mengisi waktu luang, membaca untuk menghasilkan pengetahuan tertentu, membaca untuk hasil yang cermat, membaca analisa dan kesenangan. 4. Ditinjau dari penyajian bentuk pembelajarannya ada empat macam, yaitu membaca mekanis, membaca pemahaman, membaca intensif (alQirā’ah
Mukatsafah)
dan
membaca
ekstensif
(al-Qirā’ah
Muwāsa’ah).17 a. Membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah) Membaca nyaring(mahārah al-Qirā’ah) adalah membaca dengan melafalkan atau menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca.
17
Ibid., hal. 190-191.
32
Membaca nyaring mempunyai tujuan utama yaitu agar para pelajar mampu melafalkan bacaan dengan baik sesuai dengan sistem bunyi dalam bahasa Arab. Teknik pembelajaran membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah) ada dua teknik yang mungkin bisa dilakukan dalam pembelajaran membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah), yaitu dengan teknik sintesis (al-tārkīb) dan teknik analisis (al-tahlīl).18 1) Teknik sintesis (al-tārkīb) Teknik ini dilakukan dengan mendahulukan huruf daripada kata. Teknik ini bisa disebut al-juz’/ parsial, sebab pengajaran materi dimulai dari bagian terkecil (huruf) sampai kepada keseluruhan (kata). Langkah-langkah pembelajaran dalam teknik sintesis (al-tārkīb), antara lain: Langkah pertama, memisahkan kalimat tersebut menjadi bagian terkecil. Langkah kedua, menyatukan huruf-huruf sehingga menjadi bentuk kata yang utuh. Kata tersebut diucapkan oleh guru, lalu diikuti oleh pelajar. Setelah itu guru menjelaskan makna kata yang diajarkan. Langkah ketiga, penggabungan kata-kata menjadi paragraf yang utuh. Jika pelajar dianggap telah baik dalam pengucapan kalimat-kalimat (jumlah, maka tidak diperlukan contoh. Setelah itu dilakukan pembahasan makna secara keseluruhan.
18
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 145.
33
2) Teknik analisis (al-tahlīl) Teknik ini bisa disebut al-kull total, sebab pengajaran materi dimulai dari keseluruhan sampai kepada bagian. Ketentuannya jika materi yang diajarkan berbentuk kata, maka yang didahulukan adalah kata lalu huruf. Langkah-langkah dalam pembelajaran teknik analisis (al-tahlīl), antara lain: Langkah pertama, penyajian kata kerja. Kata kerja tersebut diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pelajar secukupnya. Kemudian penjelasan maknanya. Langkah kedua, pemisahan huruf-huruf yang ada dalam kata kerja tersebut. Pemisahan huruf-huruf yang ada pada kata kerja tersebut. Cara pemisahannya tidak berbeda dengan teknik “a” di atas. Ada beberapa keuntungan dalam membaca nyaring seperti kata Nababan, antara lain : a) Menambah kepercayaan diri pelajar b) Kesalahan-kesalahan dalam lafal dapat segera diperbaiki oleh guru c) Memperkuat disiplin dalam kelas, karena pelajar berperan secara aktif dan tidak boleh ketinggalan dalam membaca secara serentak d) Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi (tulisan). e) Melatih pelajar untuk membaca dalam kelompok-kelompok.19
19
Acep Hermawan, Op. Cit., hal 144-145.
34
Namun disamping ada keuntungan atau kelebihan tersebut ada beberapa kelemahan menurut Al-Khulli, antara lain : a) Membaca nyaring akan menyita banyak energi, akibatnya pelajar akan cepat lelah b) Tingkat pemahaman membaca nyaring lebih sedikit dibandingkan membaca diam, sebab pelajar lebih disibukkan melafalkan kata-kata dibandingkan dengan memahami isi bacaan c) Membaca nyaring dapat menimbulkan kegaduhan, kadang-kadang dapat mengganggu orang lain.20 b. Membaca Diam atau Membaca Dalam Hati (al-Qirā’ah al-Shāmitah) Membaca diam atau membaca dalam hati (al-Qirā’ah al-Shāmitah) yaitu membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca, melainkan mengandalkan kecermatan eksplorasi visual. Membaca diam atau membaca dalam hati (al-Qirā’ah alShāmitah) dapat dilakukan dengan sempurna tanpa suara, desahan, dan gerakan lidah. Bahkan dalam membaca dalam hati tidak ada getaran pita suara pada pangkal tenggorokan pembaca.21 Membaca diam mempunyai tujuan yaitu penguasaan isi bacaan, atau memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan dalam waktu yang sangat singkat.
20
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 145. Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama RI, 2009), hal. 300. 21
35
Pembelajaran membaca diam (al-Qirā’ah al-Shāmitah), antara lain: Langkah pertama : biasanya membaca dengan menentukan bahan di dalam buku bacaan. Tujuan dari membaca pada langkah ini yaitu memberikan kesempatan siswa untuk menemukan sususan-susunan bahasa dalam hubungan umum dan mengetahui mufrodat-mufrodat yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah kedua, antara lain : 1) Guru menyuruh siswa untuk tidak memulai dengan melihat mufrodat kecuali setelah membaca teks secara keseluruhannya sekali atau dua kali untuk mendapatkan pikiran umum sebuah makna. 2) Guru tidak memberikan kesempatan pemanfaatan kamus untuk siswa, akan tetapi mendorong mereka untuk mendapatkan makna umum untuk menerjemahkan dengan kemampuan mereka berbahasa. 3) Guru mendorong siswa untuk meninggalkan bahasa ibu selama membaca, dan untuk itu berfikir secara langsung dalam berbahasa Arab, serta terus menerus
di mana siswa yakin atas kemampuan dirinya
menangkap makna umum, membahas makna, menganalisis dengan bahasa Arab. 4) Guru membagi judul-judul alenia, dan siswa membaca beberapa alenia menjadi satu paragraf satu paragraf. Setelah selesai, guru mengajukan pertanyaan untuk dibahas, membenarkan test tertulis di depan mereka di papan tulis sehingga mengarahkan mereka pada pertengahan bacaan.
36
5) Siswa mengarahkan pensil dalam membaca diam dalam perkumpulan besar. 6) Guru mengembangkan peningkatan lafadz dari tujuan membaca diam dan pada pekerjaan ini membutuhkan bimbingan pada sesuatu yang berhubungan dengan kalimat-kalimat dan maknanya. 7) Guru menganjurkan agar siswa mengetahui macam-macam latihan membaca diam yaitu mencakup latihan-latihan makna, suara dan mufrodat.22 c. Membaca mekanis yaitu ketrampilan membaca yang bersifat mekanis yang dimana membaca mekanis ini mencakup : a) pengenalan bentuk huruf,
b)
pengenalan
unsur-unsur
linguistik,
c)
pengenalan
hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi, d) kecepatan membaca bertaraf lambat.23 Adapun beberapa metode dalam pembelajaran membaca mekanis antara lain : 1) Metode Harfiyyah (Alphabetic Method) Pada metode ini guru memulai dengan mengajarkan huruf-huruf hijāiyyah satu persatu. Para siswa belajar membaca huruf apabila mereka melihat tulisannya. Setelah itu mereka belajar membaca suku kata dan selanjutnya kata.
22
Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 199-200. Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 300.
23
37
2) Metode Shautiyyah (Phonic Method) Pada metode ini, huruf-huruf hijāiyyah diberikan sesuai dengan namanya. Tahap-tahap yang dilalui pada metode ini adalah mengajarkan bunyi-bunyi huruf berharakat. 3) Metode Maqtha’iyyah (Suku Kata) Metode ini mengajarkan membaca pada siswa dengan cara terlebih dahulu. Kemudian mereka diajarkan membaca kata-kata yang terdiri dari suku kata. 4) Metode Kata Pada metode ini, guru pertama-tama mengemukakan kata dibarengi dengan bunyinya. Guru mengucapkan berulang-ulang dan setelah itu para siswa mengulanginya. Setelah itu guru mengemukakan kata dengan bentuknya agar siswa mengetahuinya. 5) Metode Kalimat Metode ini dilakukan dengan menyajikan kalimat pendek, misalnya pada kartu atau papan tulis. Kemudian guru membacanya yang kemudian diulang oleh para siswa beberapa kali. Setelah itu siswa mengikuti apa yang diucapkan oleh guru mereka. 6) Metode Integratif Para
pendukung
ini
berpendapat
bahwa
tiap-tiap
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
metode
38
d. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman yaitu ketrampilan membaca yang bersifat pemahaman yang dimana membaca pemahaman ini mencakup: a) memahami pengertian sederhana, b) memahami signifikasi atau makna, c) evaluasi atau penilaian, d) kecepata membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.24 Secara umum langkah-langkah pengajaran membaca dapat dibagi menjadi tiga tahapan besar, yaitu kegiatan pramembaca, saat membaca dan pasca membaca. 1) Kegiatan Pramembaca Langkah ini merupakan pengantar sebelum kegiatan membaca langsung. Diantaranya yang biasa guru lakukan sebelum masuk dalam kegiatan inti pembelajaran membaca adalah : a) Memeriksa pekerjaan rumah (jika ada) b) Mengulang/mereview pelajaran sebelumnya c) Menjelaskan kosakata atau ungkapan baru d) Menjelaskan pola-pola kalimat baru 2) Kegiatan Membaca a) Membaca dalam hati b) Membaca sebagian contoh c) Membaca nyaring
24
Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 300.
39
3) Kegiatan Pasca Membaca a) Mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman b) Mengerjakan latihan-latihan c) Menulis d) Memberi pekerjaan rumah (jika diperlukan)25 e. Membaca intensif (al-Qirā’ah Mukatsafah) Membaca intensif (al-Qirā’ah Mukatsafah) adalah studi seksama, telaah teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek.26 Membaca intensif (al-Qirā’ah Mukatsafah) mempunyai tujuan untuk kesungguhan membaca di dalam kelas untuk pendalaman pelajaran bahasa dan menambah kemampuan di dalam pelajaran dan itu di bawah bimbingan guru.27 1) Membaca Cermat Pembelajaran ketrampilan pertama sebaiknya menyempurnakan di sela-sela yang telah ditetapkan atau buku yang di pelajari dan sebaiknya mengawali pada pagi-pagi sekali yang bertujuan menambah pelajaran latihan-latihan yang bermacam-macam untuk cermat dalam membaca dan untuk mempelajarinya caranya dengan menyuruh orang benar dalam bahasa.28 Untuk menambah kemudahan dalam membaca cermat akan diterangkan sebagai berikut :
25
Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 310-311. Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 302. 27 Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 210. 28 Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 212. 26
40
a) Siswa menyiapkan alenia yang baru pada buku mereka dan membacanya dengan bacaan lirih. b) Guru
memperhatikan
dengan
mengajukan
kumpulan
soal-soal
pertanyaan dan mengutamakan pertanyaan untuk setiap jumlah, akan tetapi cara seperti ini tidak menutup kemungkinan semisal ada dua soal atau tiga soal pertanyaan pada semua alenia. Soal pertanyaan sebaiknya untuk diterapkan kepada hal-hal yang telah diketahui di dalam alenia.29 2) Membaca Cepat Untuk Mendapatkan Sebuah Informasi Adapun pembelajaran ketrampilan yang kedua bisa untuk diakhirkan sampai akhir pelajaran yang telah ditetapkan dalam buku, sebab ketrampilan yang kedua ini tidak membutuhkan waktu yang luang atau lama ketika sudah memahami pada ketrampilan yang pertama.30 Ketrampilan ini untuk menghasilkan sebuah
informasi adalah
bagian dari yang paling penting dari ketrampilan membaca (mahārah alQirā’ah) dan paling banyak manfaatnya untuk manusia yaitu ketrampilan menghasilkan sebuah informasi yang membutuhkan beberapa tujuan tertentu dari buku dan yang lainnya dari beberapa cetakan.31 f. Membaca ekstensif (al-Qirā’ah Muwāsa’ah). Membaca ekstensif (al-Qirā’ah Muwāsa’ah) berarti membaca secara luas, bertujuan untuk menambah dan memperluas wawasan dan informasi melalui pembacaan teks-teks di luar proses pembelajaran.
29
Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 214. Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 213. 31 Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 217. 30
41
Karena dilakukan di luar kelas, kegiatan ini cenderung mandiri dan sesuai dengan minat baca siswa dan berkaitan dengan tema yang beragam.32 Membaca
ekstensif
(al-Qirā’ah
Muwāsa’ah)
meliputi
ada
membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. 1) Membaca Survei (survey reading) Sebelum kita mulai membaca, biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan : a) memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdaat dalam buku-buku. b) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan. c) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.33 2) Membaca Sekilas (skimming) Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi dan penerangan atau penjelasan.34 3) Membaca Dangkal (superfical reading) Membaca dangkal atau superfical reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang
32
AzizFatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 301. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 2008), hal.32-33. 34 Ibid.,hal. 33. 33
42
tidak mendalam dari suatu bacaan. Membaca dangkal ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang menatangkan kebahagiaan di waktu senggang, misalnya cerita pendek, novel dan lain sebagainya.35 Untuk seorang guru untuk bisa mengembangkan ketrampilan ini dengan sebagai berikut : 1) Saran yang dibuat dan bahan untuk dibaca terkadang dilaksanakan dengan mengajukan judul ini atau mendahulukan pada bab dengan syarat adanya judul dan bahan itu bisa menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan. 2) Membangkitkan
semangat
para
siswa
untu
membaca
dan
menumbuhkan kecintaan mereka dengan bahan-bahan yang akan mereka baca. 3) Memberi PR (Pekerjaan Rumah) dan pada hal ini guru menentukan sesuatu yang akan dikerjakan oleh siswa. 4) Pada pembacaan ini sebaiknya seorang guru menjauhi dari soal-soal test yang muncul dari siswa yang menimbulkan keraguan. 5) Wajib bagi guru untuk menyusun hal yang paling penting yang mengikuti kewajiban dan kesungguhan di kelas dengan pengangananganan bagian yang penting dari pelajaran.36 g. Membaca yang bersifat mekanis yaitu ketrampilan membaca yang bersifat mekanis yang dimana membaca mekanis ini mencakup : a) 35
Ibid., hal. 36. Mahmud Kamil An-Naqah, Op. Cit., hal. 222-223.
36
43
pengenalan bentuk huruf, b) pengenalan unsur-unsur linguistik, c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi, d) kecepatan membaca bertaraf lambat.37 h. Membaca yang bersifat pemahaman yaitu ketrampilan membaca yang bersifat pemahaman yang dimana membaca pemahaman ini mencakup: a) memahami pengertian sederhana, b) memahami signifikasi atau makna, c) evaluasi atau penilaian, d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.38 D. Problematika Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Problematika pembelajaran bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu problematika dalam aspek linguistik dan problematika dalam aspek non linguistik. Termasuk problematika dalam aspek linguistik antara lain: tata bunyi, kosakata, tata kalimat, dan tulisan. Sementara yang termasuk problemtika non linguistik adalah problem yang menyangkut perbedaan sosio-kultural, faktor buku ajar, faktor lingkungan sosial.39 a. Aspek Linguistik Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau penelaahan bahasa yang dilakukan secara ilmiah. Dalam perkembangannya, linguistik mengalami derivasi yang sangat beragam luas.40
37
Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 300. Aziz Fatkhrurrozi dan Erta Mahyudin, Op. Cit., hal. 300. 39 Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 100. 40 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:Humaniora, 2001), 38
hal. 6.
44
Dalam problematika aspek linguistik ada beberapa kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah, antara lain. 1) Tata Bunyi Terkait dengan tata bunyi, ada beberapa problematika tata bunyi yang perlu menjadi perhatian para pembelajar non Arab salah satunya fonem Arab yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu maupun Brunei, misalnya ( ثtsa), ( هha), ( خkha), ( ذdza), ( ضdhad), ط (tha), ( ظzha), „( عain), ( غghain). Bagi pemula, huruf-huruf tersebut tidak mudah, perlu waktu dan keuletan berlatih.41 2) Kosakata Problematika yang juga dialami oleh pelajar bahasa Arab dan guru bahasa Arab di Indonesia adalah kosakata atau perbendaharaan kata. Berkaitan dengan problematika kosakata tersebut perlu diketahui bahwa banyak segi-segi morfologi (sharaf) dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya konjungsi (tashrif) seperti fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhari’ (kata kerja sedang dan akan), dan fi’il amr (kata kerja perintah). Sedangkan untuk kata benda bilangan dalam bahasa Arab ada tiga sebutan yaitu mufrad (tunggal), mutsanna (dua atau ganda), jama’ (jamak) yang ada tiga bentuk jamak: jama’ taksir, jama’ mudzakar salim dan jama’ muannats salim.42
41
AcepHermawan, Op. Cit., hal. 101. Ahmad Izzan, Op. Cit., hal. 67-68.
42
45
3) Tata Kalimat Dalam membaca teks bahasa Arab, para pelajar harus memahami artinya terdahulu. Dengan begitu mereka akan membacanya dengan benar. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan tentang ilmu nahwu dalam bahasa Arab yakni untuk memberikan pemahaman bagaimana cara membaca yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab yang berlaku. 4) Tulisan Faktor lain yang menghambat proses pembelajaran bahasa Arab adalah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan tulisan bahasa pelajar lainnya. Sebenarnya, kemahiran menulis Arab sesuai dengan kaidah imla’ harus sudah diperkenalkan sejak usia dini, diajarkan pada tingkat dasar dan menengah, serta dikuasai ditingkat atas. b. Aspek Non Linguistik Problematika non linguistik
juga menjadi
kendala dalam
pembelajaran mahārah al-Qirā’ahyang dibagi menjadi tiga bagian. 1) Lingkungan Adapun faktor lingkungan dalam problematika pembelajaran bahasa Arab non linguistik menurut Wa Muna dalam bukanya metodologi pembelajaran bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu:43
43
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 42-
44.
46
a. Lingkungan Keluarga (Rumah Tangga) Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Akan tetapi di dalam rumah tangganya tidak menggunakan bahasa Arab bahkan bahasa Arab yang diucapkan dalam beribadah masih banyak yang belum memahaminya. b. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat sangat erat kaitannya dengan pengajaran dan pengembangan bahasa Arab. Sebab masyarakat Indonesia pada umumnya berbahasa Indonesia. Dalam masyarakat tentunya pada usia kanak-kanak menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) untuk komunikasi sehari-hari. Pada tahap selanjutnya anak itu akan bergaul dengan masyarakat
dan
pada
saat
itulah
akan
bertambah
pengalaman
berbahasanya. c. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan awal bagi siswa untuk belajar bahasa Arab secara lengkap. Baik di sekolah umum, di madrasahmadrasah ataupun yang berbentuk pesantren. Di sekolah-sekolah umum dan madrasah bahkan di sebagian perguruan tinggi penyampaian materi bahasa Arab umumnya masih menggunakan bahasa Indonesia. 2) Bahan ajar Bahan ajar merupakan salah satu sarana untuk belajar atau sumber belajar, di dalamnya berisi materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh
47
siswa, materi disusun sedemikian rupa dan terstruktur. Sejalan dengan itu, banyak buku ajar yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip penyajian materi bahasa Arab sebagai bahasa asing yang menjadikan problem tersendiri dalam penyajian tujuan. Prinsip-prinsi tersebut antara lain seleksi, gradasi dan kolerasi.44 3) Minat dan Motivasi Rendahnya minat dan motivasi untuk mempelajari bahasa Arab salah satu diantaranya disebabkan oleh rendahnya penghargaan terhadap bahasa Arab. Oleh karena itu antusias dan semangat untuk memperlajari bahasa Arab sebagai alat berkomunikasi perlu ditingkatkan baik secara langsung maupun tidak langsung.45 4) Metodologi Sesungguhnya
ketepatan
pemilihan
suatu
metode
dan
penguasaannya tidak dapat dianggap sebagai hal yang sepele. Karena dengan penguasaan metode yang tepat seseorang dapat mengembangkan ilmu yang dimilikinya. E. Macam-MacamPermainan Edukatif dalam Pembelajaran Mahārah AlQirā’ah Permainan merupakan kebutuhan yang muncul secara alami dan disi oleh individu. Setiap manusia memiliki naluri untuk memperoleh kesenangan, kepuasan, kenikmatan, kesukaan dan kebahagiaan hidup. Hal
44
AcepHermawan, Op. Cit., hal. 106. Wa Muna, Op. Cit., hal. 44.
45
48
ini dikarenakan sifat bawaan sejak lahir bahwa manusia akan menghibur dirinya sampai ia mati.46 Sedangkan permainan edukatif adalah pemainan yang memiliki unsur mendidik yang didapatkan dari sesuatu yang ada dan melekat menjadi bagian dari permainan itu sendiri. Selain itu, permainan ini juga memberi rangsangan atau respon positif terhadap indra pemainnya.47 Permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Arab dengan metode qirā’ah dapat menjadi kekuatan yang diberikan konteks pembelajaran agar siswa terdorong untuk berani tampil secara ekspresif. Selain itu, permainan mampu mengembangkan salah satu aspek yang dimiliki siswa, baik kognitif, afektif, psikomotorik, ataupun sosial. Dalam permainan edukatif dalam metode qirā’ah terdapat beberapa jenis permainan. Misalnya: membaca permulaan, permainan dengan mengurutkan dialog (hiwār),mencocokan kartu, ucapkan kata, menemukan kata, pantonisme dan lain sebagainya.48 Salah satu permainan edukatif dalam bahasa Arab yaitu : membaca permulaan a. Tujuan Permainan ini bertujuan melatih siswa menerjemahkan simbolsimbol tulis ke dalam bunyi. 46
Fathul Mujib dan Nailul Rahmawati, Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 27. 47 Ibid., hal. 29. 48 Fathul Mujib dan Nailul Rahmawati, Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta : Diva Press, 2012), hal. 78.
49
b. Alat yang Diperlukan Alat yang diperlukan dalam permainan ini antara lain lemba kertas atau papan tulis dan soal atau bacaan yang mudah dan sering dikenal oleh siswa. c. Cara Bermain 1) Mintalah siswa maju untuk membaca di papan tulis. Caranya, menggunakan alat bantu absensi agar adil dan tidak saling berebut atau saling tunjuk dan menolak. Caranya dengan “ siapa memanggil siapa”. Rusli memanggil Adi, lalu Adi memanggil Ria, Ria memamnggil Koko dan seterusnya. 2) Mintalah seorang siswa maju ke depan untuk memilih dan menyebut nomor dalam daftar absen. Misalnya, si A maju dan memilih nomor 10 dan kemudian nomor 10 adalah milik Rusli. Berarti Rusli harus menjadi pemain. 3) Rusli dipanggil ke depan untuk bermain “membaca permulaan”. Setelah selesai, Rusli menyebut angka absensi berikutnya. 4) Demikian seterusnya. Tidak ada pemenang dalam permainan ini. F. Upaya Guru Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Probelamtika
merupakan
penghambat
tercapainya
tujuan
pembelajaran, maka dari itu perlu untuk mengatasi problem tersebut dan untuk mengatasinya diperlukan seorang guru bahasa Arab yang lebih profesional dalam menyampaikan materi atau memilih strategi mengajar
50
yang handal sehingga siswa mudah dapat mendengarkan ucapan melalui petunjuk guru tentang lafadz dan koskata yang baik sekaligus dapat memahami arti dan maksud dari materi yang telah dipelajari. Upaya menurut kamus besar umum bahasa Indonesia berarti usaha atau syarat untuk menyampaikan maksud suatu benda yang dilakukan terus menerus.49 Beberapa usaha atau solusi untuk mengatasi problematika bahasa Arab, antara lain : a. Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut tajwid al-Qur‟an, yaitu dengan mempelajari makharijul huruf. Pada tahap ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswanya untuk berkali-kali mengucapkan hurufhuruf Arab. Karena bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahasa lain. b. Pada sistem tata kalimat dalam bahasa Arab disebut dengan nahwu dan sharaf, adalah sangat penting jika seseorang bertujuan ingin memperlancar pembicaraan. c. Untuk memotivasi belajar siswa perlu adanya pelajaran tambahan bahasa Arab, sehingga siswa termotivasi dalam memahami, membaca, menulis dan mengahafal mufrodat. Oleh karena itu antusias dan semangat untuk mempelajari bahasa Arab sebagai alat komunikasi harus ditingkatkan baik secar langsung maupun tidak langsung. Setelah itu guru dapat mengetahui evaluasi pembelajaran bahasa Arab selesai.50
49
WJS, Poerwadarminta, Kamus Besar Umum Bahasa Indonesi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal 1132. 50 Wa Muna, Op. Cit., hal. 45.
51
d. Memilih metode yang tepat dalam pengajaran bahasa Arab seperti menerapkan metode inovatif dalam pengajaran. Metode inovatif adalah metode yang membawa paham-paham baru, diantaranya : 1) Suggestopedia Suggestopedia adalah metode yang menerapkan sugesti ke dalam ilmu mendidik, dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan pendidikan dari Bulgaria, Eropa Timur bernama George Lazanov. Metode ini dimaksudkan untuk membasmi sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari bersemai pada diri anak didik dan untuk memberantas perasaan takut yang menurut para ahli sangat mengganggu proses belajar.51 Metode ini mengandung enam unsur, yaitu authority, infantilisasi, dual-komunikasi, intonasi, irama dan pseudi-pasif.52 a) Authority adalah adanya kemampuan dan penguasaan penuh pada diri guru tentang materi yang dibawakannya. b) Infantilisasi adalah menjadikan para pelajar sebagai anak kecil yang menerima otoritas guru. c) Dual-komunikasi adalah komunikasi verbal dan non verbal yang berupa rangsangan semangat dan kepribadian seorang guru. d) Intonasi adalah pengaturan nada suara ketika berbicara memberikan materi.
51
Acep Hermawan, Op. Cit., hal 212 Ibid.,
52
52
e) Irama adalah berbicara atau membaca dilakukan dengan adegan teratur, dalam hal berhenti fan melaju. f) Pseudi-pasif adalah membawa para pelajar ke dalam situasi yang betul-betul rileks tetapi tidak tidur. 2) Silent Way Metode ini dianggap cukup baik karena bukan hanya guru yang diminta 90% dari alokasi waktu yang dipakai tetapi ada juga saat-saat tertentu di mana murid tidak diam, tidak berbicara, tidak menghayal dan tidak juga menonton video akan tetapi mereka berkonsentrasi pada bahasa Arab yang baru saja didengar.53 3) Counseling Learning Method Adanya counseling diharapkan timbulnya minat untuk memperoleh pandangan-pandangan baru dan munculnya kesadara pribadi yang dapat memberikan stimulsi terhadap perkembangannya.54 e. Menyediakan media pembelajaran yang memadai, karena penggunaan media dalam pembelajaran sangat penting sekali karena media dapat menarik minat siswa, meningkatkan pengertian siswa, memberikan data yang kuar dan terpercaya dan memudahkan informasi.
53
Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 202 . Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 207.
54