86
BAB IV ANALISIS FENOMENA AKTIVITAS REMAJA DALAM MENGIKUTI SHALAT BERJAMA’AH DI DESA WONOYOSO KEC BUARAN KAB. PEKALONGAN
Dalam melakukan analisa data ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif
sehingga
data-datanya
bersifat
kualitatif
dan
menggunakan metode induktif. A. Analisis Aktivitas Remaja di Desa Wonoyoso Remaja Wonoyoso tidak hanya terdiri dari pelajar saja, tapi juga pekerja.Diantara mereka yang masih ber sekolah, mempunyai kegiatankegiatan yang positif, namun tidak jauh dari kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sekolahnya. Namun, banyak dari mereka yang drop out dari sekolahnya, sebelumnya mereka hanya bersekolah sampai tingkat SMA, SMP, bahkan ada juga yang hanya tingkat SD. Dengan tingkat pendidikan yang masih rendah akan menjadikan aktivitas kesehariannya hanya terpacu kepada sebuah pekerjaan. Karena dalam pemikiran mereka hanya ada hasrat bagaimana kita hidup layak didunia ini. Dengan
keadaan
desa
Wonoyoso
yang
lebih
banyak
bekecimpung di dunia perindustrian batik, maka membuat para pemudanya mengesampingkan pendidikannya, dan ikut-ikutan dalam berlomba-lomba mengumpulkan pundi-pundi rupiah hanya untuk
87
melangsungkan
hidupnya,
maupun
sebagai
jalan
menuju
trend
modernisasi yang menjadi sebuah alasan untuk digolongkan sebagai “orang yang layak” di dunianya. Hal inilah yang membuat para remaja Wonoyoso lebih suka bekerja dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tidak jarang dari mereka mempunyai pemikiran “untuk apa sekolah, tidak sekolahpun kita bias kaya”.Dengan demikian, akan sangat penting adanya penerapan dalam hal keagamaan. Bagi mereka yang masih bersekolah mungkin masih mudah menerapkan jiwajiwa keagamaan walaupun remaja saat ini cenderung kepada hal-hal negatif.Namun, bagi mereka yang sudah bekerja cenderung kurang menerapkan hal-hal tersebut dalam keseharian mereka.Untuk itu, kegiatan keagamaan sangatlah penting untuk mengurangi hal-hal yang berbau dunia dan sebagai perbaikan dalam menjalani hidup. Soejono Soekanto, menjelaskan pengertian aktivitas dalam buku beliau Kamus Sosiologi yaitu : 1) Hal-hal yang dilakukan manusia, 2) Dorongan, perilaku dan tujuan yang terorganisasi, 3) Berfungsinya organisme, 4) Tanggapan yang terorganisasi”.1 Aktivitas mengenai keagamaan menjadi satu hal pokok yang seharusnya diikuti para remaja. Di Desa Wonoyoso, yang 100% penduduknya adalah beragama Islam, mempunyai beberapa aktivitas atau rutinan yang berkaitan dengan agama, selain shalat berjamaah.
1
Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, Rajawali Press, Jakarta, 1989.
88
Berdasarkan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang ada di desa Wonoyoso yang dilakukan dengan metode penelitian wawancara kepada pengurus Mushalla dan Masjid, para remaja dan pihak lain selain sumber data primer serta observasi terhadap tempat-tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan, kemudian dokumentasi dari data IPNU/ IPPNU. Maka dapat diketahui aktivitas Keagamaan di desa Wonoyoso sebagai berikut: 1. Tahlilan Acara tahlilan yang berisi tentang ayat-ayat al-Qur’an seperti surat yasin, tahlil, tahmid, hamdalah, shalawat dan lainnya merupakan kegiatan yang sudah tidak jarang dilaksanakan bagi umat Islam. Kegiatan mingguan ini mempunyai kandungan yang dipercaya dapat memberi fadzilah dan syafa’at kepada yang mengikutinya bahkan kepada orang-orang yang sudah mati, dengan pengkhususannya. Pembacaan tahlilan mempunyai tujuan yang tentunya sangat baik bagi yang membacanya, diantaranya ketenangan batin dan jiwa manusia, serta memberikan keringanan kepada yang didoakan (orang meninggal).Selain itu, rutinitas tahlilan yang dilaksanakan tiap minggu ini juga dilaksanakan ketika ada orang yang meninggal yaitu selama tujuh hari berturut-turut. Dengan adanya acara ini juga menjadikan kita sebagai makhluk Tuhan akan mengingat tentang kematian, serta mengurangi pikiran-pikiran keduniaan.
89
2. Marhabanan Marhabanan yang berisi pembacaan maulid diba’ merupakan salah satu maulid yang sudah terkenal di masyarakat. Maulid ini biasa dibaca setiap ada peringatan maulid Nabi Muhammad saw dan juga biasa dibaca pada hari-hari biasa. Isi yang terkandung dalam maulid ini adalah bahwa Nabi Muhammad benar-benar manusia yang istimewa, memiliki akhlak yang sangat mulia, menjadi suri tauladan bagi seluruh umat Islam. Pembacaan atau peringatan maulid Nabi ini diadakan tentunya ada tujuan yang akan dicapai dimana yang mengadakan peringatan maulid Nabi saw secara berkala akan mempererat cinta kepada Nabi Muhammad saw. Dari cinta inilah akan tumbuh semangat dalam menjalankan syariat, rasa ikhlas dalam hal apapun dan menumbuhkan qanaah, rindu dan takut. Marhabanan juga mempunyai manfa’at diantaranya ialah rasa ketentraman dan keselamatan, karena didalamnya berisi tentang shalawat yang di haturkan kepada Nabi SAW.Tujuan lain dari peringatan maulid Nabi yaitu syiar keagamaan, dimana di dalam peringatan maulid dibacakan riwayat Nabi Muhammad, maka remaja akan lebih mengenal nabinya dan menimbulkan semangat kecintaan kepada Nabi Muhammad saw serta menyambung dan mempererat silaturahim dan menjaga ukhuwah Islamiyah.
90
Marhabanan juga bertujuan membantu remaja meraih tujuan pendidikan Islam yaitu membangun individu untuk memiliki kualitas sebagai
manusia
khalifah
di
bumi
sesuai
fitrah
dasar
manusia.Manusia yang konsisten utamanya adalah beribadah kepada Allah, dimana untuk meraihnya dilakukan pendekatan yang menyeluruh, sebagaimana tidak ada yang tertinggal sedikitpun, baik dari segi jasmani maupun rohani, baik kehidupan secara fisik maupun secara mental dalam segala kegiatannya.Maulid juga sebagai sarana mulia untuk memberi nasehat, peringatan dan pengarahan kepada remaja kepada akhlak yang mulia serta meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad dan menuju pada akhlak yang baik. Dalam merayakan maulid Nabi saw, tidak ada tata cara khusus dan tertentu. Pada prinsipnya yang wajib diperhatikan ialah agar dalam majelis perayaan itu ada hal-hal yang dapat mendorong umat manusia dan membimbing mereka ke arah manfaat bagi kehidupan dunia dengan akhlak kepada sesama manusia dan akhiratnya dengan akhlak kepada Allah sebagai refleksi bukti nyata dari kesuksesan menyelenggarakan maulid Nabi. Dalam peringatan maulid Nabi Muhammad saw, pada hakikatnya mengikuti dan mencontoh dengan sungguh-sungguh kehidupan Rasulullah saw yaitu kehidupan yang menerjemahkan wahyu Ilahi ke dalam perilaku yang nyata sehingga menjadi tauladan tertinggi.
91
3. Tadarus/ kataman Membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi umat Islam, khususnya bagi remaja yang dituntut sudah mampu membaca AlQur’an dengan baik dan sesuai ilmunya.Maka dari itu untuk membiasakan membaca Al-Qur’an dengan lancar, diadakan kegiatan khataman Al-Qur’an 30 juz di Masjid Jami’ Wonoyoso. Sudah sepantasnya sebagai umat Islam harus membiasakan membaca AlQur’an di mana pun, baik di rumah, sekolah, atau tempat lainnya yang suci. Al-Qur’an sebagai pedoman yang pertama dan utama umat Islam, selain untuk dibaca saja juga untuk diresapi makna dari ayat-ayat Al-Qur’an untuk dijadikan pedoman hidup agar selamat dunia dan akhirat. Orang yang senantiasa membaca Al-Quran akan tertanam ke dalam jiwanya kebaikan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, juga memberikan ketenangan batin dan jiwa manusia. Selain itu, dengan acara ini para remaja akan semakin terikat dalam ukhuwah Islamiyah karena setiap bulannya memiliki kegiatan positif agar dapat berkumpul dan menjalin tali silaturrahmi. 4. Ngaji kitab Pada tiap malam rabu para remaja mempunyai rutinan pengajian kitab-kitab kuning, sebagai salah satu unsur mutlak dari kegiatan pendidikan di desa Wonoyoso yang sangat penting dalam
92
membentuk kcerdasan itelektual dan moralitas kesalehan para santri.Pengajian
kitab
kuning
dilakukan
sekali
dalam
seminggu.Kitab- kitab yang dikaji disini adalah termasuk kitab klasik yang dikarang oleh para ulama’ terdahulu yang terkenal ke’alimannya. Tujuan diajarkannya kitab-kitab kuning adalah untuk membekali para remaja agar melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang benar, mengetahui dasar hukum dari ahlisunah wal jamaaah serta bersikap tawadhu’ karena banyak sekali ilmu yang belum diketahui dan dangkal sekali pengetahuan yang dimiliki sehingga akan memacu semangat untuk belajar lebih giat lagi. Kegiatan mengaji seperti ini sudah jarang sekali ditemui pada zaman sekarang ini, terlebih dengan adanya teknologi modern para remaja lebih memilih untuk bermain dengan teknologi daripada menuntut ilmu agama. Selain itu, rutinitas ngajiyang ada di Desa Wonoyoso, dan yang memberikan perhatian terhadap hal ini adalah remaja Wonoyoso sendiri, yaitu dari organisasi IPNU dan IPPNU.Aktivitas ngaji ini dilaksanakan pada hari selasa malam, dengan Pengampu salah satu guru di Madrasah bernama Ustadz Bukhori Muslim, dan kajiannya adalah kitab Syarah „Uquudullijain, yaitu berisi tentang Fiqih Hubungan suami dan istri. Remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana dalam masa ini terdapat berbagai masalah
93
yang baru dialami oleh remaja. Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang timbul biasanya para remaja akan mencari cara untuk melampiaskan emosinya yang masih menggebu dan kurang terkendali. Maka untuk mengatasi masalah yang demikian, berbagai kegiatan keagamaan ini menjadi penting untuk para remaja. Dilihat dari aktivitas yang ada di desa Wonoyoso, dapat diketahui bahwa segala aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki tatanan kehidupan para remaja khususnya santri remaja yang rentan terhadap pengaruh buruk dunia. Kualitas kehidupan yang baik bisa dibentuk dengan cara pendidikan dan pembiasaan aktivitas yang positif. Seperti pernyataan W.J.S Poerwadarminta bahwa: “Keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama; segala sesuatu mengenai agama”.2 Untuk itu latihan keagamaan adalah merupakan sikap yang tumbuh atau dimiliki seseorang dan dengan sendirinya akan mewarnai sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk sikap dan tindakan yang dimaksudkan yakni yang sesuai dengan ajaran agama, yang dalam hal ini ajaran agama Islam.dari pengertian-pengertian di atas nampaknya kegiatan keagamaan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau perkelompok yang dilaksanakan secara kontinu (terusmenerus) maupun yang ada hubungannya dengan nilai-nilai keagamaan.
2
W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1966, hal. 19.
94
Aktivitas-aktivitas Keagamaan diatas akan lebih diperhatikan remaja jika para orang tua atau keluarga juga memperhatikan dan memotivasinya agar para remaja agar mau mengikuti secara rutin, bergaul dengan para remaja yang lain dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif. Perhatian orang tua yang demikian bisa menjadikan motivasi atau dorongan bagi remaja yang seharunya masih dirangkul oleh orang tua. Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang di Desa Wonoyoso, menunjukkan bahwa aktivitas keagamaan yang ada jarang diminati oleh para remaja, disamping itu tidak jarang orang tua yang kurang memperhatikan aktivitas keseharian anak-anaknya.
B. Fenomena Aktivitas Remaja dalam Mengikuti Shalat Berjamaah di Desa Wonoyoso Kec. Buaran Kab. Pekalongan Dikarenakan dalam hal ini ialah yang berhubungan dengan agama Islam, maka kegiatan keagamaan di sini mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan nilai-nilai agama Islam itu sendiri, misalnya ceramah keagamaan, peringatan hari-hari besar Islam, shalat berjama’ah, shalat Sunnah Rawatib, tadarus Al-Qur’an dan lain sebagainya, dalam hal ini, yang paling diperhatikan adalah shalatnya, Karena shalat merupakan tiangnya agama. Shalat yang dilakukan dengan berjamaah mempunyai peranan bisa menjadikan para remaja untuk disiplin waktu. Biasanya jika para
95
remaja mengikuti shalat berjamaah, akan dilaksanakan pada awal masuknya waktu shalat sehingga menjadikan para remaja untuk bersiap sebelum azan dikumandangkan. Tapi hal ini jarang terjadi pada remaja, seringkali dari mereka menunggu adzan terlebih dahulu.Hal tersebut kemungkinan sudah menjadi kebiasaan dalam dunia saat ini. Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan terhadap responden, telah diperoleh data bahwa remaja Wonoyoso tidak selalu mengikuti shalat jamaah, hal ini disebabkan karena kegiatan mereka yang padat dalam lingkungan sekolahnya maupun dalam pekerjaannya. Adapun kegiatan-kegiatan lain yang tidak jarang ditemukan adalah kegiatan yang kurang manfaatnya bagi kehidupan, seperti kumpulkumpul dengan para teman sebayanya dan lingkungan sekitarnya menjadi hal yang biasa terlihat di gardu-gardu yang ada di desa Wonoyoso ketika adzan mulai dikumandangkan. Alas an mereka tidak mengikuti jamaah beragam, mulai dari capek karena bekerja, sekolah atau ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan untuk dapat pergi ke Mushalla atau Masjid. Ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi remaja dalam mengikuti shalat berjamaah baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat.Faktor pendukung merupakan faktor yang penting agar aktivitas untuk mengikuti shalat dengan berjamaah di Masjid atau Mushalla berjalan lancar. 1. Faktor Pendukung remaja dalam mengikuti shalat berjamaah
96
a. Kebiasaan berjama’ah Orang yang membiasakan diri dengan berjamaah akan selalu melaksanakan shalat dengan berjamaah secara teratur dan terus menerus. Jika tidak shalat dengan berjamaah akan terasa ada yang tidak nyaman dalam dirinya, atau terasa kurang afdzol. Kebiasaan
berjama’ah
yang
dilakukan
para
remaja
menjadikan disiplin dalam melaksanakan shalat lima waktu. Disamping
itu
menjadikan
perubahan
positif
yang
akan
memberikan kebaikan dalam kesehariannya.
b. Motivasi dari orang tua dan orang terdekat Dalam pembiasaan shalat dengan berjama’ah diperlukan orang-orang yang ada untuk mendorongnya melakukan jama’ah, diantaranya orang tua, guru dan teman sebayanya. Dalam memotivasi, orang tua memberi dorongan dengan menasehati dan memberi contoh atau teladan, hal tersebut akan menjadi pengaruh karena remaja mempunyai sifat yang ikut-ikutan terhadap apa yang dilihatnya. c. Kesadaran diri Kesadaran datang dari para remaja yang biasanya hatinya tertanam pada ingatan kepada Allah dengan kuat, sehingga remaja yang mempunyai kesadaran diri terhadap shalat jama’ah biasanya
97
memiliki kebiasaan positif dalam sehari-harinya, serta memiliki iman yang kuat agar tidak meninggalkan shalat jama’ah. Seperti pendapat Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam buku Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, bahwa shalat lima waktu merupakan pembinaan disiplin pribadi. Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan,3 terlebih jika hal tersebut dilakukan dengan berjamaah. Hal tersebut tidak jauh berbeda dari pernyataan Dr. Muhammad Sayyid Muhammad AzZabalawi dalam buku Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, bahwa melaksanakan shalat-shalat wajib tepat pada waktunya merupakan kaidah asasi untuk mendidik kebiasaan ini pada perilaku seluruh muslimin, dan pada perilaku remaja khususnya, agar dia terdidik dengan terbiasa menunaikan shalat pada waktunya dan berusaha menunaikannya dengan berjamaah tidak menundanya dari waktunya karena udzur atau keadaan darurat.4 Dalam pembiasaan yang positif akan terlaksana dengan motivasi para orang-orang terdekat seperti para orang tua yang selalu memberi nasehat dan contoh yang baik juga jika ada kelompoknya, atau sesama remaja yang mengikuti shalat jamaah di Masjid atau Mushalla maka akan menambah semangat untuk mengikutinya. Hal
3
Zakiah Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta: CV. Ruhama, 1988), hal. 37. 4 Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za’balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hal. 355.
98
tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Panut Panuju dan Ida Umami dalam bukunya Psikologi Remaja, yaitu pendidikan dengan teladan yang baik memberikan dampak yang efektif kepada remaja.5 2. Faktor Penghambat remaja dalam mengikuti shalat berjamaah Faktor penghambat yang mempengaruhi remaja dalam mengikuti
shalat
berjamaah,
baik
faktor
internal
maupun
eksternal.Faktor penghambat inilah yang menjadikan remaja dalam mengikuti shalat berjamaah menjadi tidak lancar dan bersemangat sebagaimana mestinya. Diantara faktor yang menghambat remaja Wonoyoso enggan mengikuti shalat berjamaah yaitu: a. Aktivitas remaja Segudang aktivitas yang dimiliki para remaja baik di rumah maupun di luar menjadi faktor utama penghambat remaja dalam mengikuti shalat dengan berjamaah. Karena dalam sehariharinya remaja menghabiskan waktu di sekolah, apalagi bagi yang sudah bekerja, akan semakin padat kegiatannya di luar rumah. hal ini merupakan suatu kewajaran karena seorang manusia pasti mempunyai berbagai kegiatan dan aktivitas untuk menunjang kehidupan. Namun, hal tersebut jadi tidak baik karena para remaja
5
Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), hal. 129-130.
99
larut dalam kegiatan-kegiatannya terlebih jika lupa dalam kewajibannya. Remaja Wonoyoso yang sudah bekerja seringkali terlihat sibuk dalam urusan dunianya, dengan kata lain mereka seringkali mengutamakan pekerjaannya walaupun mereka bekerja di rumah sendiri. Kebanyakan dari mereka kurang memperhatikan shalat dengan berjamaah meskipun rumahnya tidak jauh dari tempat ibadah, aktivitas tersebut lebih dipentingkan sehingga mereka lebih sering mengesampingkan shalat jamaah dan memilih shalat sendiri di rumah. b. Lokasi Masjid/ Mushalla Faktor Masjid atau Mushalla yang letaknya strategis, mudah dijangkau, dan nyaman juga menjadi salah satu penyebab terdorongnya ke Masjid, tentunya bagi seseorang yang sudah terbiasa.Terkadang letak Masjid atau Mushalla yang agak jauh dari rumah juga menjadi kendala.Faktor ini menghambat remaja dalam mengikuti shalat berjamaah karena terlalu banyak aktivitas sehari-hari akan menjadikan badan lelah dan malas untuk pergi ke Masjid atau Mushalla, terlebih jika jaraknya agak jauh dari rumah. c. Iman yang lemah
100
Karena kurangnya Iman yang ada pada diri remaja, tidak jarang beberapa remaja juga bisa meninggalkan jamaah, bahkan lebih parah terkadang shalatpun bisa ditinggakan. Hal lain yang menjadi penghambat yaitu, identitas remaja yang notabenenya kurang stabil dalam menjalani kehidupan, menyebabkan suka ikut-ikutan dengan lingkungannya. Apalagi melihat lingkungan Desa Wonoyoso yang kebanyakan dari para remaja hanya memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi saja demi mendapat pengakuan dari teman sebayanya juga menyebabkan melemahnya Iman, sehingga tidak begitu memperhatikan ibadahnya. d. Kurang motivasi Motivasi atau suri tauladan dari para orang tua bagi para remaja untuk mengikuti hal-hal yang berbau positif terutama masalah agama, menjadi faktor pendorong remaja untuk membiasakan diri mengikuti shalat berjamaah. Motivasi dari orang tua dan keluarga yang serta merta memberi dorongan untuk anak-anaknya agar selalu mengikuti shalat jamaah di Masjid atau Mushalla, selain itu juga kelompoknya, atau sesama remaja. Jika ada remaja lain yang mengikuti shalat jamaah di Masjid atau Mushalla maka akan menambah semangat untuk mengikutinya. Namun, para orang tua yang mempunyai keseharian sebagai pekerja buruh dan juga kurangnya perhatian tentang agama, menjadikan anak-anaknya mengikuti jejak para orang
101
tua.Terlebih pergaulan remaja yang kurang dari hal-hal yang berbau positif, sehingga kurang memperhatikan shalatnya. Berdasarkan data-data yang ada, aktivitas keseharian remaja cenderung dalam hal-hal yang negatif dan hal tersebut yang mempengaruhi Iman para remaja dan menjadi orang yang kurang memperhatikan tentang agama bahkan ibadahnya.Agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal, maka faktor yang mendukung perlu ditingkatkan lagi, terutama para orang tua dalam memantau aktivitas anak, baik aktivitas keagamaan maupun diluar keagamaan.