66
BAB III AKTIVITAS REMAJA DALAM MENGIKUTI SHALAT BERJAMAAH DI DESA WONOYOSO
A. Gambaran Umum Desa Wonoyoso 1. Letak Geografis Desa Wonoyoso adalah salah satu Desa di bawah kecamatan Buaran, kabupaten Pekalongan. Desa Wonoyoso merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian ± 100 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan sedang. Jarak dari Ibu Kota ke Kecamatan adalah 0,5 km, dari Ibu Kota Kabupaten yaitu 22 km serta jarak dari provinsi yaitu 100 km. Adapun batasan-batasannya adalah sebagai berikut:1 Sebelah utara
: Desa Kertijayan dan Desa Simbang Kulon.
Sebelah selatan
: Kel. Bligo dan Kel. Sapugarut.
Sebelah timur
: Desa Pakumbulan dan Desa Simbang Wetan.
Sebelah barat
: Desa Kertijayan dan Kel. Sapugarut.
DesaWonoyoso mempunyai luas wilayah 636.520 Ha, yang meliputi:
1
Luas persawahan
: 319.350 ha/ m2
Luas kuburan
: 1000 m2
Data Dokumentasi Desa Wonoyoso, Tahun 2013.
67
Luas pekarangan
: 32.720 ha/ m2
Perkantoran
: 154 m2
Luas prasana umum lainnya/ lap. Bulutangkis
: 253 m2.
2. KeadaanMasyarakat a. Penduduk DesaWonoyoso Wilayah desa Wonoyoso terdiri dari 2 dusun, yaitu dusun 1: terdiri dari 5 RW (Rukun Warga) dan 15 RT (Rukun Tetangga), dan dusun 2 terdiri dari 5 RW dan 15 RT. Menurut data statistic monografi Desa Wonoyoso pada bulan Agustus tahun 2013, jumlah penduduk Desa Wonoyoso sebanyak 4.241 jiwa. Dengan rincian laki-laki sebanyak 2.173 jiwa dan perempuan yang berjumlah 2.068 jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) 1.043 KK. Adapun rinciannya dilihat dari urutan usia, yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Penduduk Dalam Kelompok Umur No.
KelompokUmur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
0 – 4 tahun
230
216
446
2.
5 – 9 tahun
208
173
381
3.
10 – 14 tahun
203
182
385
4.
15 – 19 tahun
220
214
434
5.
20 – 24 tahun
182
202
384
68
6.
25 – 29 tahun
224
199
423
7.
30 – 34 tahun
182
165
347
8.
35 – 39 tahun
166
147
313
9.
40 – 44 tahun
145
164
309
10.
45 – 49 tahun
145
120
265
11.
50 – 54 tahun
109
98
207
12.
55 – 59 tahun
66
50
116
13.
60 tahun keatas
93
238
231
2.173
2.068
4.241
Jumlah
Sumber: Data Monografi DesaWonoyoso, Agustus 2013.2 Dari data diatas dapat dilihat bahwa remaja yang berumur dari 1014 tahun berjumlah 385 orang, umur 15-19 tahun 434 orang dan 20-24 tahun sebanyak 384 orang. Dengan demikian jumlah remaja di desa Wonoyoso sebanyak 1203 jiwa. b. Mata Pencaharian Penduduk Ekonomi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dihindari untuk mencapai kemandirian social dan keberlangsungan kehidupannya sebagai manusia. Berikut data Mata pencaharian (Bagi umur 10 tahun keatas):
2
Data Monografi dan Dinamis Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan Proponsi Daerah TK.I Jawa Tengah, Agustus 2013.
69
Tabel 2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Wonoyoso No.
Mata pencaharian
Jumlah
1.
Petani sendiri
30 orang
2.
Buruh tani
30 orang
3.
Nelayan
2 orang
4.
Pengusaha
5.
Buruh industry
41 orang
6.
Buruh bangunan
221 orang
7.
Pedagang
8.
Pengangkutan
9.
Pegawai Negeri (Sipil/ ABRI)
10.
Pensiunan
29 orang
11.
Lain-lain
1.297 orang
1.375 orang
-
Jumlah
25 orang -
3.064 orang
Sumber: Data Monografi DesaWonoyoso bulan Agustus 2013.3 Dari data diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk DesaWonoyoso kebanyakan adalah pengusaha dengan jumlah 1.375 orang. Pengusaha disini kebanyakan adalah pengusaha batik ataupun membuat lapangan pekerjaan seperti laundry jeans, pabrik dan lain 3
Ibid.
70
sebagainya untuk kelangsungan hidup keluarganya dan lebih luas masyarakat sekitar. Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat desaWonoyoso adalah para pekerja di rumah. c. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha manusia yang disengaja untuk angkatan muda untuk mencapai kedewasaan dan meningkatkan taraf kesejahteraan
yang
lebih
baik,
tidak
terkecuali
masyarakat
DesaWonoyoso. Berikut adalah data penduduk berdasarkan pendidikan: Tabel 3 Penduduk Menurut Pendidikan (Umur 5 tahun Keatas) No.
Pendidikan
Jumlah
1.
Tamat Akademi/ perguruan tinggi
32 orang
2.
Tamat SLTA
180 orang
3.
Tamat SLTP
145 orang
4.
Tamat SD
162 orang
5.
Tidak tamat SD
121 orang
6.
Belum tamat SD
14 orang
7.
Tidak sekolah
5 orang
Jumlah
1.777 orang
71
Tabel 4 Drop Out Untuk Sekolah No.
Tingkatan Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak tamat SD
162 orang
2.
Tamat SD
223 orang
3.
Tidak tamat SMP/ SLTP
241 orang
4.
Tamat SMP/ SLTP
445 orang
5.
Tidak tamat SMA/ SLTA
51 orang
6.
Tamat SMA/ SLTA
180 orang
7.
Tidak tamat Akademi/ Perguruan Tinggi Jumlah
7 orang 1.009 orang
Sumber: Data Monografi DesaWonoyoso bulan Agustus 2013. Dari data yang diperoleh seperti tercantum diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran pendidikan masyarakat Desa Wonoyoso dalam tingkat menengah kebawah. Hal itu dapat dilihat dengan hanya sebagian kecil saja. d. Sarana dan Prasarana Peribadatan DesaWonoyoso mempunyai pemeluk agama Islam sebanyak 4.241 orang, yang artinya semua/ 100% dari masyarakat Desa Wonoyoso adalah beragama Islam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sarana dan
72
prasarana untuk menunjang perhatian tentang peribadatan sangatlah penting. Berikut sarana peribadatan di Desa Wonoyoso: Tabel5 Fasilitas Peribadatan No.
FasilitasPeribadatan
Jumlah
1.
Masjid
2 buah
2.
Mushalla
10 buah
Sumber: Data Monografi Desa Wonoyoso bulan Agustus 2013.
B. Aktivitas Remaja di Desa Wonoyoso Aktivitas para remaja di Desa Wonoyoso sebagian adalah pelajar dan sebagian yang lain sebagai pekerja. Sebagai seorang pelajar, para remaja tentunya menghabiskan setengah dari waktunya di lingkungan pembelajaran (Sekolah), dalam hal ini para remaja khususnya mereka yang bersekolah jauh dari tempat tinggal mereka, lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka dengan beristirhat penuh. Selain itu, berbagai kegiatan dirumah, seperti membantu orang tua, mengerjakan tugas-tugas rumah yang didapat dari sekolah, ataupun hanya mencari aktivitas diluar kegiatan-kegiatan tersebut. Seperti pernyata‟an MM, sebagai berikut: “Waktu saya dipenuhi dengan kegitan kuliah, karena di semester lima ini kebetulan masih mempunyai jadwal yang padat, adapun selain kuliah
73
keseharian saya hanya membantu orang tua dalam mengerjakan pekerjaannya.”4 Berbeda dengan para pelajar, para remaja Wonoyoso yang sudah tidak bersekolah lagi, baik yang Drop Out ataupun yang sudah lulus Sekolah banyak yang menekuni pekerjaan sebagai buruh batik, buruh penyucian, usaha, ataupun hal-hal yang berkaitan dengan industri tekstil rumahan atau pabrik. Dengan begitu banyak dari mereka menghabiskan waktu sehari-harinya di lokasi pekerjaan. Sedangkan waktu yang tersisa dari bekerja digunakan untuk sekedar beristirahat atau mencari kesibukan yang tidak membebani tubuh mereka untuk dapat bekerja lagi di kemudian hari. Seperti pemaparan KA berikut ini: “Keseharian saya adalah sebagai buruh disalah satu pengusaha batik di desa Wonoyoso, selain bekerja, saya hanya beristirahat dan terkadang membantu pekerjaan orang tua di rumah.”5 Dalam hal sosial, mereka lebih suka berkumpul dengan “teman sepermainannya”, dari yang suka bergaul dengan lingkungan sekitarnya, seperti pemaparan MS: “Saya termasuk orang yang suka bergaul, jadi saya sering bergaul dengan tetangga-tetangga sekitar, kumpul-kumpul dengan teman-teman sekolah dan teman-teman organisasi.”6 Adapula sebagian dari mereka lebih suka bergaul dengan teman-teman sebayanya dalam ruang lingkup sekolah saja, dan jarang bergaul di lingkungan
4
Wawancara dengan MM, pada hari Rabu, 28 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB. Wawancara dengan KA, pada hari Jum‟at, 30 Agustus 2013, pukul 14.30 WIB. 6 Wawancara dengan MS, pada hari Jum‟at, 20 September 2013, pukul 16.00 WIB. 5
74
tempat tinggalnya, berikut penuturan MG, yang masih bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): “Saya jarang mengikuti dan bergaul dengan masyarakat sekitar, saya lebih sering kumpul-kumpul dengan temn-temanku yang ada di sekolah.”7 Tidak jauh berbeda dengan penutursn MM, yang juga jarang bergaul dengan para teangganya, berikut penuturannya: “Saya sering menghbiskan waktu di rumah, jarang sekali mengikuti perkumpulan-perkumpulan dengan para pemuda sekitar. Hanya saja jika ada kegiatan-kegiatan rutinitas, saya masih aktif mengikutinya….”8 Desa Wonoyoso mempunyai blok/ kelompok jama‟ah di masig-masing Mushalla dan Masjid. Aktivitas para remaja desa Wonoyoso yang berada disekitar masjid lebih aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan, seperti rutinan membaca yasin dan tahlil, marhabanan, dan kegiatan keagamaan lain.9 Seperti yang dipaparkan oleh HK: “Sebagian besar para remaja disini adalah para pekerja, selain itu para pelajar. Dalam kegiatan keagamaan para remaja disini diantaranya Marhabananyang terdiri dari para remaja, juga IPNU IPPNU, selain itu remaja disini juga mengadakan kursus bahasa inggris yang diadakan sekali dalam seminggu, yaitu pada hari jumat yang terstruktur. Para tutornya terdiri dari para anggota Remaja sekitar (yang bersedia)….”10
7
Wawancara dengan MG, hari Sabtu, 7 September 2013, pukul 19.00 WIB. Wawancara dengan MM, pada hari Rabu, 28 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB. 9 Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB. 10 Wawancara dengan HK (pengurus Masjid Jami‟ Wonoyoso), 53 tahun, pada hari Ahad, 8 September 2013 pukul 19.30 WIB. 8
75
Selain kegiatan-kegiatan sosial, banyak pula kegiatan tentang keagamaan yang lainnya yang masih aktif dilaksanakan oleh para remaja, yaitu kegiatan ngaji kitab. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu, dan menjadi rutinitas yang sangat positif terhadap akhlak remaja. seperti yang diungkapkan oleh HK: “….Selain itu ada rutinan ngaji kitab pada malam rabu, namun tidak banyak dari mereka mengikuti rutinan yang dapat menambah pengetahuan tentang agama tersebut. Kebanyakan yang ikut adalah remaja yang masih memperhatikan agama mereka, hal tersebut bisa dilihat dari keluarga yang sangat disiplin tentang agama.”11 Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pengurus Masjid, HKdan para informan lainnya, dan hasil observasi di Desa Wonoyoso terdapat beberapa aktivitas keagamaan yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Tahlilan Kata tahlil merupakan masdar yang berasal dari bahasa arab yaitu: Halala-tahlilan-tahlil, artinya membaca/ mengucap kalimat “Laa ila ha illallah” makna inilah yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan tahlil karena memang dalam pelaksanaannya lebih banyak membaca kalimatkalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti „tahlil‟ (membaca laa ila ha illallah), tahmid dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat. Selain bacaan tahlil ada juga beberapa ayat al-Qur‟an seperti pembacaan surat yaasin, tasbih, hamdalah, shalawat dan lain sebagainya yang
11
Wawancara dengan HK (pengurus Masjid Jami‟ Wonoyoso), 53 tahun, pada hari Ahad, 8 September 2013 pukul 19.30 WIB.
76
dipercaya dapat memberi fadhilah dan syafaat.12Seperti yang dijelaskan oleh MA berikut ini : “….tahlilan niku pembacaan kalimah-kalimah pemujaan kangge Gusti Allah, sing diwoco sak mestine Kalimah Laa ilaaha illallah, kalimah tahmid, namung biasane adat mriki uga ngangge kalimah-kalimah lintune kyo tasbih, hamdalah shalawat lan kalimah dzikir lintune. Wonten maleh pembacaan sing diwoco nalikane tahlilan yaiku moco alQur’an, sing dikhususke kangge leluhur sing mpun wafat, yaiku moco surah yaasiin, al-fatihah, al-Ikhlas lan liane….”13 Dalam pelaksanaan rutinan tahlilan ini, ada kelompok-kelompok tersendiri, yaitu dari anak-anak, remaja, dan para orang tua. Pelaksanaan tahlilan yang terdiri dari para remajapun ada sendiri-sendiri, yaitu masingmasing blok Musholla/ Masjid dan kebanyakan dilaksanakan ketika malam jum‟at.14Adapun rutinan remaja yang lainnya, yaitu dari kegiatan IPNU/ IPPNU diadakan tiap dua minggu sekali pada malam jum‟at, seperti penuturan RH : “….rutinan tahlilan IPNU dilaksanakan dua minggu sekali setiap malam selasa, anggotanya terdiri dari seluruh remaja laki-laki di Desa Wonoyoso. Kalau kegiatan IPPNU untuk remaja perempuan, dilaksanakan 2 bulan sekali, pada malam jum‟at Wage dan Kliwon. Biasanya yang ikut berkisar antara 50-60 orang, anggotanya terdiri dari seluruh remaja Wonoyoso yang ikut IPNU/ IPPNU.15
12
Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB. Wawancara dengan MA, pada hari Rabu, 9 April 2014, pukul 11.00 WIB. 14 Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB. 15 Wawancara dengan RH, pada hari Ahad, 13 April 2014, pukul 09.00 WIB. 13
77
2. Marhabanan Marhabanan merupakan suatu kegiatan keagamaan yang didalamnya berisi tentang bacaan-bacaan dari kitab barzanji, Barzanji atau al Barzanji adalah sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW.Karya sastra ini dibaca dalam berbagai acara keagamaan pada umumnya,termasuk di Desa Wonoyoso.Selain pembacaan kitab alBarzanji, ada juga bacaan-bacaan yang lain, yaitu bacaan shalawat dan lain sebagainya.16 Pembacaan kitab barzanji terdiri dari dua macam, yaitu maulid diba‟ dan
maulid
simtudduror.
Kebanyakan
dari
masyarakat
Wonoyoso
menggunakan maulid diba‟. Acara maulidan/ marhabanan sebagian besar juga dilaksanakan setiap malam jum‟at, selain itu ada juga yang dilaksanakan pada malam senin.17Berikut penuturan RH: “….acara marhabanan berisi tentang bacaan-bacaan dari kitab barzanji, di blok Masjid acara ini dilaksanakan pada tiap malam Jum‟at. Kitabnya sendiri ada dua macam, yaitu maulid diba‟ dan simtudduror. Tapi yang sering digunakan adalah maulid diba‟, walaupun terkadang ada juga yang menggunakan simtudduror.”18 Kegiatan ini mempunyai anggota tidak sebanyak dari kegiatan tahlilan, rata-rata per kelompok Jama‟ah Mushalla terdiri dari 10-20 orang yang hadir mengikutinya.19
16
Observasi di desa Wonoyoso, hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. Observasi di desa Wonoyoso, hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. 18 Wawancara dengan RH, pada hari Ahad, 13 April 2014, pukul 09.00 WIB. 19 Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at – Kamis, 4-10April 2014. 17
78
3. Tadarus/Kataman Kata tadaarusan, yang berkedudukan sebagai mashdarartinya adalah pembelajaran secara bersama-sama, Allahu a‟lam. Namun dalam bahasa umumnya, yaitu membaca al-Qur‟an secara bebarengan20, dan dalam acara tadarus ini juga biasa disebut dengan acara kataman. Disebut kataman karena dalam membaca al-Qur‟an dilangsungkan sampai khatam satu al-Qur‟an (30 juz).21 Pembacaan ayat al-Qur‟an ini adalah salah satu kegiatan remaja yang rutin dilakukan pada setiap malam Jum‟at Pon yang berada di lokasi Masjid Jami‟ Wonoyoso. Seperti yang penuturan remaja berikut yang kebetulan tinggal di sekitar Masjid : “….ada lagi satu kegiatan keagamaan yang biasa dilaksanakan di Masjid, yaitu kataman, acara ini dilaksanakan pada setiap malam Jum‟at Pon di Masjid Jami‟ ba‟da Isya‟ awal. Acaranya berisi tentang pembacaan ayat suci al-Qur‟an sebanyak 30 juz,dan dibaca oleh tiap masing-masing remaja yang hadir untuk mengikutinya. Anggotanya terdiri dari 30-40 orang, acara ini juga termasuk dalam kegiatan dari Pondok Pesantren Al-Hikmah, yang lokasinya dekat dari Masjid Jami‟.”22 4. Ngaji kitab Ngaji itu bahasa Jawa, bahasa Arabnya adalah „thalabul „ilmi‟. Thalab itu mencari, dan al 'ilmi itu ilmu (pengetahuan khususnya ajaran-ajaran agama). Jadi, ngaji atau tholabul 'ilmi itu mencari pengetahuan atau bahasa
20
Bersama-sama (Bahasa Jawa). Observasi di desa Wonoyoso, hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. 22 Wawancara dengan RH, pada hari Ahad, 13 April 2014, pukul 09.00 WIB. 21
79
gampangnya, ngaji itu 'cari ngerti' ajaran-ajaran agama.23 Berikut penjelasan MA tentang pengertian dari ngaji: “Ngaji niku boso Jowo, boso Indonesiane belajar, boso Arab e ‘Thalabul ‘Ilmi’ artine menuntu ilmu utowo luru ilmu tentang agama. Ngaji kui biasanediartikke kangge tiyang-tiyang kang badhe sinau utawa belajar al-Qur’an, namung umume, yaiku sinau utowo luru ngilmu sing njerone ngangge huruf-huruf arab, utowo kitab. Nah kitab e, isine tentang ajaran-ajaran agama….koyo fiqih, tafsir lan lintune….”24 Ngaji kitab yang dilaksanakan secara rutinan di desa Wonoyoso, dalam kajiannya menggunakan kitab yang berkaitan dengan ilmu fiqih, yaitu kitabSyarah ‘Uquudullijain, yaitu berisi tentang Fiqih hubungan suami dan istri. Kegiatan ini dibimbing oleh salah satu Ustadz di Madrasah yang bernama Ustadz Bukhori Muslim. Berikut penuturan beliau: “Kitab Syarah ‘Uquudullijain yaitu kitab yang berisi tentang kajian ilmu fiqih, materinya yaitu tentang hubungan antara suami dan istri, dari hukum, keutamaan, faidah, fadzilah dan lain sebagainya.25
Ngaji kitab ini diadakan oleh organisasi Ranting IPNU/ IPPNU Wonoyoso dan diperuntukkan untuk remaja putra dan putri Wonoyoso, yaitu dilaksanakan pada setiap malam Rabu, anggotanya terdiri dari 20-30 orang dari seluruh remaja Wonoyoso.Adapun ngaji kitab yang lain juga ada, namun ada majlisnya tersendiri, yaitu Madin (Madrasah Diniyah) dan terdiri dari kelas-kelas atau tingkatan. Adapun kegiatan ngaji kitab ini bersifat non formal
23
Observasi di desa Wonoyoso, hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. Wawancara dengan MA, pada hari Rabu, 9 April 2014, pukul 11.00 WIB. 25 Wawancara dengan BM, pada hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 20.00 WIB. 24
80
namun teratur, karena dalam setiap pertemuannya menggunakan absensi perorangan sehingga terlihat mana remaja yang aktif dan mana yang tidak aktif.26
C. Fenomena
Aktivitas
Remaja
dalamMengikutiShalatBerjamaah
di
DesaWonoyoso Kegiatan pokok dalam sehari-hari yang dilakukan remaja adalah sebagai seorang pekerja dan pelajar, ada juga kegiatan keagamaan seperti marhabanan, tahlilan dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang menjadi rutinitas kesehariannya. Selain itu, kebanyakan masyarakat Wonoyoso adalah pekerja, dari pengusaha dan buruh batik ataupun cucian. Jadi dengan kesibukan yang begitu padat dan pergaulan remaja dengan para buruh yang kurang memperhatikan ibadah menjadi pengaruh para remaja dalam kehidupan, dari pergaulan, serta kebiasaan yang tidak hanya kebiasaan dalam sikap/ kegiatan sehari-hari saja, namun juga kebiasaan beribadat termasuk shalat berjamaah.27 Dari hasil wawancara kepada salah satu pengurus masjid tentang konsisi sosial para remaja di Desa Wonoyoso, dipaparkan bahwa pergaulan remaja Wonoyoso aman dari kata “berbahaya” yang berbau kriminalitas. Dalam pergaulan para remaja Wonoyoso masih
memperhatikan norma-norma
masyarakat yang berlaku. Namun memang kebanyakan dari para remaja kurang
26 27
Observasi di desa Wonoyoso, hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB.
81
memperhatikan dalam hal berjamaah, seperti informasi yang penulis dapat dari informan: “Para remaja disini pergaulannya dirasa masih terkondisikan, bisa di kategorikan aman. Kalau dalam kesehariannya para remaja biasanya kumpul-kumpul seperti remaja lainnya. Tapi hanya pada waktu-waktu tertentu saja, seperti malam jumat setelah acara rutinan dan lain-lain. Meskipun begitu tidak terlihat adanya hal-hal yang tidak di inginkan yang terjadi dari cara mereka bergaul. Kalau dalam melaksanakan shalat jamaah, mereka kurang aktif didalamnya, biasanya hanya shalat maghrib dan isya‟ saja, selain itu mereka seringkali absen. Hal tersebut dirasa sangat umum terjadi, karena remaja kebanyakan kurang tertarik jika didorong untuk mengikui shalat berjamaah….”28
Adapun wawancara dengan salah satu pengurus Mushalla lainnya, mengatakan bahwa remaja Wonoyoso jarang mengikuti shalat berjama‟ah, hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh sosial dari remaja lainnya yang notabenenya sebagai pekerja. Berikut penuturan DR, salah satu pengurus di Mushalla Al-Makmur : “Remaja Musholla Al-Makmur sebagian besar adalah pekerja, yang lainnya adalah pelajar. Sebagian besar dari mereka bekerja di sekitar rumah/ melu kerja ning tonggo, sebagai buruh cuci batik, penjahit, dan masih banyak yang lainnya. Pergaulan merekapun tak luput dari pengaruh para pekerja yang kebanyakan kurang memperhatikan pendidikan agama. Sehingga, tidak jarang para remaja kurang aktif dalam kegiatan keagamaan, terutama shalat jama‟ah. Tidak jarang Mushalla kurang ramai oleh para jama‟ahnya, terutama waktu dzuhur yang kebanyakan para remaja menjalani aktivitas kesehariannya. Seperti Mushalla lainnya, Mushalla Al-Makmur juga ramai oleh jama‟ah pada waktu shalat Maghrib dan Isya‟ saja. Kegiatan keagamaan yang lainpun
28
Wawancara dengan HK (pengurus Masjid Jami‟ Wonoyoso), 53 tahun, pada hari Ahad, 8 September 2013 pukul 19.30 WIB.
82
demikian, acara tahlilan yang biasanya ada di setiap Mushalla-mushalla jarang diikuti oleh para remaja sekitar.”29
Shalat yang dilakukan secara berjamaah yang biasanya di ikuti oleh remaja padawaktu shalat Maghrib dan Isya‟. Adapula yang mengikutinya hanya shalat Maghrib, seperti pemaparan para pengurus diatas, hal tersebut disebabkan oleh kegiatan para remaja yang padat setiap harinya, yaitu sekolah dan bekerja. 30 Seperti yang pemaparan oleh salah satu informan : “Jika dalam keadaan dirumah dan tanpa aktivitas terkadang saya mengikuti shalat berjamaah. Waktu shalat yang sering saya ikuti dengan berjamaah di Masjid yaitu shalat Ashar, Maghrib dan Isya, karena ketiga waktu tersebut saya sudah dalam keadaan dirumah tanpa aktivitas.”31
Bagi mereka yang sering melakukan shalat berjamaah disebabkan karena hal-hal yang mendorongnya untuk berjamaah, diantaranya : 1. Kebiasaan berjamaah Para remaja tak ubahnya seperti anak-anak, yaitu melakukan sesuatu karena terbiasa. Remaja Wonoyoso juga demikian, kebiasaan mereka dalam kegiatannya sehari-hari akan menjadikan mereka melakukan hal tersebut secara continu dan terus-menerus kecuali berhalangan. Hal tersebut juga terjadi dalam mengikuti shalat berjamaah, bagi mereka yang sering mengikuti shalat berjamaah akan sering terlihat di salah satu deretan/ barisan shalat di
29
Wawancara dengan bapak DR (pengurus Mushalla Al-Makmur Wonoyoso), Jum‟at 20 September 2013, pukul 19.00 WIB. 30 Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB. 31 Wawancara dengan MM, Wonoyoso, pada hari rabu, 7 September 2013, pukul 14.45 WIB.
83
Mushalla/ Masjid.32 Biasanya bagi remaja yang masih bersekolah, apalagi sekolah di Madrasah yang notabenenya adalah Sekolah Islam, lebih sering melakukan shalat berjamaah karena didalam kegiatan Sekolah mereka juga diterapkan kegiatan shalat dzuhur secara berjamaah.Ini sesuai dengan penuturan salah satu remaja yang bersekolah di MAS Simbang Kulon berikut: “saya selalu berusaha melaksanakan shalat tepat pada waktunya, yaitu beberapa saat setelah adzan dikumandangkan, terkadang juga mengikuti shalat berjamaah pada waktu shalat maghrib dan Isya‟. Jika waktu dzuhur juga melaksanakan shalat berjamaah, karena di Sekolahku ada kegiatan shalat berjamaah, yaitu pada waktu istirahat sebelum pulang sekolah.”33 2. Motivasi dari orang tua dan orang terdekat Motivasi adalah dorongan dari orang lain agar seseorang tersebut mengikuti hal-hal yang ingin diajarkan dan dilaksanakan, dalam hal ini adalah hal-hal yang berbau positif. Motivasi mempunyai pengaruh besar dalam keseharian remaja, dan motivasi terbesar yang dapat menjadikan remaja mengikuti yaitu motivasi dari orang tua. Walaupun orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan, tidak semua remaja mau mengikutinya untuk dapat melakukan hal-hal yang positif sesuai yang diharapkan. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, seringkali orang tua menasihati agar anak-anaknya mengikuti shalat berjamaah secara teratur. Orang tua memberikan motivasi dengan cara menasihati, menyuruh ataupun menjadi 32 33
Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB. Wawancara dengan saudara MS, Wonoyoso, jumat, 20 september 2013, pukul 16.00 WIB.
84
contoh yaitu dengan melaksanakan shalat dengan berjamaah secara teratur. Berikut penuturan salah satu orang tua remaja di Wonoyoso: “Ben dinten kulo biasa’aken nderek shalat jama’ah teng musholla, lan kulo ajak anak-anak ben podo biasa’aken shalat jama’ah. tapi menawi taseh wonten kegiatan nggeh mboten nderek jama’ah, biasane podo nderek jama’ah wayah maghrib lan isya’. Nek mboten nderek jama’ah biasane tak seneni, kerono yo iku… jama’ah kui walaupun perkoro biasa asline ndueni manfa’at seng gede, misale: shalat jamaah luih utomo tinimbang shalat piyambak an, ganjarane luih katah, yaiku 27 derajat, ugo saget ndedekke selamat dunia lan akhirat, Insya Allah.”34
3. Kesadaran diri Kesadaran diri merupakan salah satu tingkat ketaqwaan yang paling atas dari perkara-perkara tadi, karena jika seorang remaja mempunyai kesadaran dalam mengikuti shalat berjamaah biasanya dalam kesehariannya dia sering mendahulukan pelaksanaan hal-hal yang berkaitan ibadah. Dengan begitu akan terasa kekurangan dan tidak tenang hatinya jika tidak melaksanakan hal tersebut seperti biasanya. Hal ini biasanya dapat dilakukan melalui pembiasaan dulu, maupun mendengar nasehat-nasehat dari orang lain, dengan begitu akan terbukalah pikirannya dan mempunyai kesadaran diri untuk beribadah. Dalam aktivitas shalat berjamaah, agaknya kesadaran diri jarang terjadi pada remaja, namun adapula yang melaksanakannya secara teratur.35Namun, dalam mengikuti shalat berjamaah, tidak sepenuhnya
34 35
Wawancara dengan AR, Wonoyoso, Jum‟at, 20 september 2013, pukul 17.00 WIB. Observasi di desa Wonoyoso, hari Jum‟at, 16 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB.
85
dilaksanakan dalam lima waktu, karena padatnya aktivitas yang dijalani remaja. berikut penuturannya : “….Pekerjaan saya agak jauh dari rumah, sehingga saya banyak menghabiskan waktu di lokasi kerja. Untuk itu saya jarang melaksanakan shalat dengan berjamaah, kecuali jika sudah pulang dari lokasi kerja, yaitu pada waktu maghrib, isya‟ dan shubuh. Jika tidak mengikuti shalat dengan berjamaah seperti ada sesuatu yang kurang, apalagi jarak antara rumah saya dengan Mushalla yang tidak terlalu jauh, sehingga hati ini seringkali terdorong untuk mengikuti shalat dengan berjamaah.”36
Dari pemaparan diatas jelas bahwa remaja mempunyai segudang aktivitas yang dapat menyebabkan mereka absen untuk mengikuti shalat berjamaah, selain shalat berjamaah, aktivitas yang berkaitan dengan agama juga agaknya kurang diminati oleh remaja.37Adapun pengolahan lebih lanjut dari hasil wawancara aktivitas para remaja di Desa Wonoyoso, dapat dilakukan juga dengan menggunakan metode observasi. Dalam observasi peneliti memperoleh data melalui pengamatan secara langsung pada remaja yang mengikuti shalat berjama‟ah di Masjid/ Mushalla terdekat ataupun kegiatan keagamaan lainnya. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang kegiatan keagamaan di Desa Wonoyoso, yang aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan adalah: 1). M. Khoirul Amri yaitu kelompok jama‟ah dari Mushalla Al-Makmur, dia selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan kecuali acara tadarus dan ngaji kitab dan mengikuti shalat jama‟ah di Mushalla pada tiap shalat Maghrib,
36 37
Wawancara dengan KA, Wonoyoso, Hari Jum‟at, 30 Agustus 2013, pukul 14.30 WIB. Observasi di desa Wonoyoso, hari Rabu-Jum‟at, 9-20 April 2014.
86
Isya‟ dan Shubuh saat tidak ada halangan atau aktivitas lain. 2). M. Mirza yaitu kelompok jama‟ah dari Mushalla Al-Utsmaniyyah, dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang selalu dia ikuti adalah kegiatan marhabanan yang ada di bloknya, kegiatan tahlilan, tahlilan dari blok jama‟ah ataupun tahlilan se Desa Wonoyoso dalam kegiatan IPNU, juga selalu mengikuti shalat berjama‟ah di Mushalla yaitu ketika waktu Ashar, Maghrib dan Isya‟ saat tidak beraktivitas. Selain dari dua orang tersebut, banyak yang absen dalam mengikuti shalat berjama‟ah
dan
kegiatan-kegiatan
keagamaan
lainnya,
dalam
kegiatan
keagamaan yang paling sering diikuti/ banyak anggotanya adalah kegiatan tahlilan.38 Dari observasi yang sudah dilakukan di dapat hasil yang termasuk ke dalam kategori kurang memuaskan dari seputar aktivitas keagamaan dan dalam mengikuti shalat berjamaah. Dari data tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan jama‟ah shalat lima waktu di Masjid/ Mushalla yang sangat baik dan akan mendapatkan pahala yang lebih dari pada shalat sendiri di rumah, ternyata tidak setiap orang mampu dan mau melaksanakannya. Begitu juga dengan kegiatan rutinan kegamaan, meskipun hal tersebut baik dan memberi pengaruh positif, tidak semua remaja tertarik mengikutinya.
38
Observasi di desa Wonoyoso selama dua minggu, 4-18April 2014.