BAB III WETON DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI DESA PEDAWANG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN
A. Pengaruh Penggunaan Weton Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Penggunaan weton dalam kepercayaan masyarakat Desa Pedawang yang paling kental nampak dalam perkawinan. Hal tersebut dapat dilihat dari tradisi dan kepercayaan yang ada di Desa Pedawang berkaitan dengan penggunaan weton dalam pelaksanaan akad nikah. Dalam adat kepercayaan tersebut, weton yang digunakan meliputi:1 1. Weton calon suami 2. Weton calo istri 3. Weton ayah/wali calon istri 4. Weton ayah/wali calon suami 5. Weton ibu calon istri 6. Weton ibu calon suami Adapun tradisi dan kepercayaan yang hidup didalam masyarakat Desa Pedawang sebagai berikut:2 1. Tradisi dan kepercayaan penentuan waktu pelaksanaan akad nikah a. Penentuan bulan Tradisi penentuan bulan, ialah tradisi perhitungan hari berdasarkan weton untuk menentukan bulan pelaksanaan akad nikah. Tradisi ini dilaksanakan setelah 1 2
Sunaryo, Sesepuh Desa Pedawang, Wawancara Pribadi, Pedawang, 23 Agustus 2014. Ibid.
36
peminangan dari pihak laki-laki diterima oleh pihak perempuan dan dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah keluarga. Setelah kedua belah pihak mencapai kata sepakat, maka dari pihak perempuan menentukan bulan perkawinan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan bulan pelaksanaan akad nikah adalah weton dari kedua orang tua calon perempuan. Untuk menentukan bulan pelaksanaan akad nikah, maka neptu hari kelahiran dan pasaran kedua orang tua calon perempuan dijumlahkan untuk kemudian dikentang berdasarkan bulan dalam satu tahun. Dimana sisa nilai yang tertinggi itulah yang akan digunakan untuk bulan pernikahan, sedangkan bulan yang kosong atau tidak terdapat sisa maka harus dihindari untuk melaksanakan akad nikah. Perhitungan penentuan bulan untuk pelaksanaan akad nikah atau biasa dikenal dengan istilahkentangan, maka perhitungan dimulai dari Bulan Sura (Muharram), kemudian dilanjutkan dengan Bulan Sapar (Safar), Mulud (Robiulawwal), Bakda Mulud (Robiulakhir), Jumadalawal, Jumadal Akhir, Rejeb (Rojab), Ruwah (Syakban), Poso (Ramadhan), Syawal, Legeno (Dzulqa’idah) dan diakhiri pada Bulan Besar (Dzulhijjah). Adapun cara kentangan dalam menentukan bulan pelaksanaan akad nikah adalah dengan mengambil kartu dengan jumlah yang sama dengan jumlah nilai dari hari kelahiran kedua orang tua calon perempuan, selain menggunakan kartu bisa pula dengan menggunakan lidi, kerikil atau batang korek api untuk selanjutnya dikentang layaknya bermain congklak. Dimana kartu atau lidi terakhir
37
yang jatuh pada bulan yang kosong (lidi satu-satunya) adalah akhir dari kentangan. Setelah berakhir pada bulan yang kosong, maka jumlah lidi yang ada ada pada masing-masing bulan dalam satu tahun dihitung perbulannya. Pada bulan yang paling banyak menyisakan lidi, maka bulan itulah yang paling baik digunakan untuk melangsungkan akad nikah. Sedangkan pada bulan yang kosong atau tidak menyisakan lidi, maka bulan tersebut tidak boleh digunakan untuk melangsungkan akad nikah. Perlu diperhatikan pula
pada saat melangsungkan kentangan, ketika
menaruh lidi pada setiap bulannya tidak boleh salah. Haruslah urut dan tertib berdasarkan urutan kentangan, karena salah satu saja dalam menaruh lidi, maka hasilnya akan jauh berbeda dari yang semestinya. Oleh karena hal itu maka dituntut ketelitian dan ketenangan dalam melakukan kentangan, sehingga hanya orang-orang tertentulah yang tahu dan paham serta bisa melakukan perhitungan tersebut. b. Penentuan hari Setelah mendapatkan bulan yang terbaik untuk melaksanakan akad nikah, maka selanjutnya ialah penentuan hari pelaksanaan akad nikah. Adapun hari pelaksanaan akad nikah bisa dari hari kelahiran calon laki-laki, hari kelahiran calon perempuan atau hari kelahiran dari ayah/wali dari calon perempuan. Dari ketiga hari yang akan digunakan tersebut diselanjutnya akan dicari hari mana yang paling baik dengan ketentuan:
38
1. Bilamana pada hari kelahiran calon laki-laki didapati hari baik, maka yang digunakan untuk hari akad nikah ialah hari kelahiran calon laki-laki, namun apabila pada hari kelahiran calon laki-laki tidak didapati hari baik maka; 2. Hari yang akan digunakan untuk hari pelaksanaan akad nikah adalah hari kelahiran dari calon perempuan, namun apabila pada hari kelahiran calon perempuan tidak didapati hari baik maka; 3. Hari terakhir yang digunakan untuk pelaksanaan akad nikah ialah hari kelahiran dari ayah/wali calon perempuan. Selain dari ketiga ketentuan diatas, maka hari yang lain tidak dapat digunakan untuk pelaksanaan akad nikah.3 Disamping hal tersebut, perlu diperhatikan pula perhitungan jumlah nilai dari hari kelahiran kedua pasangan. Bilamana dalam perhitungan didapati salah satu hari yang kosong dari keenam anggota keluarga yang telah dijelaskan diatas maka pernikahan tersebut harus dihindari, karena bilamana tetap dilaksanakan maka akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan yang terjadi pada anggota keluarga yang hari kelahiran didapati kosong. Dari keenam anggota keluarga yang harus diperhatikan hari kelahirannya, hari kelahiran dari calon laki-laki, calon perempuan dan ayah/wali calon perempuan yang paling utama. Hal ini dikarenakan yang akan menikah adalah kedua calon, dan yang akan menjadi wali dan sekaligus shohibul bait adalah ayah/wali dari calon perempuan. Diantara semua perhitungan dalam menentukan
3
Ibid.
39
pelaksanakan akad nikah ialah perhitungan ini, karena dituntut ketelitian dan ketepatan, bila salah sidikit saja perhitungannya maka akan berakibat fatal. Jika didapati kosong atau jeblok pada hari kelahiran calon mempelai atau hari kelahiran dari ayah/wali perempuan, maka pernikahan tidak dapat dilaksanakan karena dapat mengakibatkan kematian. Apabila didapati kosong pada hari kelahiran dari kedua orang tua calon laki-laki atau ibu dari calon perempuan dapat disyarati dengan menghindar dari pelaksanaan akad nikah, namun bila didapati hari kosong tersebut adalah hari kelahiran kedua calon dan ayah/wali, maka pernikahan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya halangan yang akan membawa kematian, kecuali disyarati dengan bebek cocor kencono.4 c. Penentuan jam Setelah didapati hari yang terbaik untuk pelaksanaan akad nikah, maka dilanjutkan dengan perhitungan waktu pelaksanaan akad. Dari 24jam sehari terdapat waktu-waktu yang baik untuk melaksanakan akad nikah, perhitungan waktu tersebut berdasarkan hari pelaksanaan. Menurut kepercayaan masyarakat, dalam melaksanakan akad nikah tedapat waktu/jam yang dipercaya baik untuk melaksanakanya. Adapun waktu/jam yang dianggap baik untuk melaksanakan akad nikah berdasarkan hari yaitu sebagaimana tabel di bawah ini:
4
Bebek cocor kencono adalah bebek dengan paruh emas, namun menurut sesepuh (pujonggo) desa pododadi hal tersebut tidak dapat disyarati, karena bebek cocor kencono itu tidak ada.
40
TABEL XVI WAKTU PELAKSANAAN AKAD5 Hari Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Siang Pada Jam 07.00 - 14.00 11.00 08.00 - 15.00 12.00 09.00 - 16.00 06.00 - 13.00 10.00 - 18.00
Malam Pada Jam 24.00 21.00 - 04.00 18.00 - 01.00 22.00 - 05.00 19.00 - 02.00 23.00 20.0 - 03.00
d. Kepercayaan hari Selasa Wage Penentuan hari pelaksanaan akad nikah, selain dengan menggunakan metode perhitungan hari berdasarkan weton, terdapat pula kebiasaan masyarakat untuk melaksakan akad nikah pada hari selasa wage. Karena hari selasa wage adalah hari yang baik untuk melaksanakan akad nikah dan tidak terikat oleh weton para calon pengantin beserta orang tuanya. Selasa Wage merupakan hari dengan jumlah neptupaling sedikit, yakni tujuh sesuai dengan jumlah hari dalam satu minggu, oleh karena hal itu pada hari Selasa Wage untuk melangsungkan akad nikah tidak diperlukan perhitungan. Selain itu, pada hari Selasa Wage tidak terikat dengan bulan, pada bulan apapun masyarakat bisa melangsungkan akad nikah pada hari tersebut. Seperti halnya pada bulan legeno (dzulqa’idah) atau tepatnya hari selasa wage, tanggal 2 September 2014 (1435 H) di Kantor Urusan Agama Kecamatan Karanganyar tercatat ada dua pernikahan yang terjadi di Desa Karangsari yang
5
Ny. Siti woerjan Soemadijah Noeradyo, Betaljemur Adammakna (Yogyakarta: CV. Buana Raya, 2008), hlm. 7.
41
Akad nikah (ijab qobul) dilaksanakan di Kantor KUA dan di Desa Kayugeritan yang akad nikah dilaksankan di kediaman mempelai perempuan. Lain halnya pada bulan-bulan yang lain, khususnya bulan pernikahan semisal bulan Syawal. Pada hari Selasa Wage bulan Syawal tahun ini atau bertepatan pada 29 Juli 2014 atau tanggal 2 Syawal 1435 H terjadi sembilan pernikahan, hal ini relatif sedikit dikarenakan hari Selasa Wage jatuh berdekatan dengan tanggal 1 Syawal atau hari lebaran.6 Pada tahun lalu atau tepatnya hari Selasa Wage jatuh bertepatan tanggal 13 Agustus 2013 atau 6 Syawal 1434 tercatat terjadi 32 pernikahan pada hari tersebut.7 Hal ini membuktikan bahwa dalam penentuan pelaksanaan akad nikah, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya adat. Berdasarkan kepercayaan perhitungan hari atau kepercayaan hari baik untuk pelaksanaan akad nikah, yakni hari Selasa Wage. 2. Tradisi dan kepercayaan penentuan arah pelaksanaan akad nikah Selain penentuan bulan, hari dan waktu pelasanaan akad nikah, terdapat pula perhitungan arah dalam melaksanakan akad nikah. Sehingga menetukan arah ketika hendak keluar rumah untuk menuju tempat pelaksanaan akad nikah, arah ketika hendak memasuki rumah calon isteri untuk melangsungkan akad nikah dan arah ketika calon suami berhadapan dengan wali atau yang mewakili calon isteri untuk melaksanakan akad nikah.
6
M. Syaikhul Amin, Penghulu KUA Kecamatan Karanganyar, Wawancara Pribadi, Karanganyar, 2 September 2014. 7 Data buku Register KUA Kecamatan Karanganyar, 2 September 2014.
42
Perhitungan tersebut berdasarkan perhitungan Nogotahun, Nogodino dan Kodok mongkrong. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 8 a. Perhitungan Nogodino Perhitungan nogodino adalah perhitungan arah berdasarkan arah naga pada setiap hari, dengan perhitungan lima hari setelah hari yang ditentukan. Adapun ketentuan dari perhitungan Nogodino adalah sebagai berikut: 1. Hari Sabtu arah Kidul (Selatan) 2. Hari Ahad arah Wetan Lor (Timur laut) 3. Hari Senin arah Kulon Lor (Barat laut) 4. Hari Selasa arah Kulon Kidul (Barat daya) 5. Hari Rabu arah Kulon (Barat) 6. Hari Kamis arah Wetan Kidul (Tenggara) 7. Hari Jumat arah Lor (Utara) Berdasarkan perhitungan nogodino, ketika mencari arah pada suatu hari yang telah ditentukan, maka nogodino berada pada hari kelima pada hari yang telah ditentukan. Semisal ketika mencari arah nogodino pada hari senin, maka nogodino terletak pada hari kelima setelah hari Senin yaitu pada hari Jumat, sehingga pada hari Senin nogodino menghadap kearah Lor (Utara). Hal ini dikarenakan arah Nogodino pada hari Senin jatuh pada hari Jumat (hari kelima setelah hari Senin) yaitu Nogodino menghadap kearah Utara, sehingga ketika melaksanakan akad nikah harus membelakangi arah Utara atau mencari arah kejayaan pada hari itu.
8
Sunaryo, Loc. cit.
43
b. Perhitungan Nogotahun Sama dengan perhitungan nogodino, perbedaan perhitungan nogotahun dengan nogodino adalah perhitungan nogotahun digunakan untuk mencari arah Naga berdasarkan bulan dalam satu tahun. Adapun ketentuan dalam nogotahun adalah sebagai berikut: 1. Timur
: Bulan Sura, Sapar dan Rabingulawal
2. Selatan
: Bulan Rabingulakir, Jumadilwal dan Jumadilakir
3. Barat
: Bulan Rejeb, Ruwah dan Pasa
4. Utara
: Bulan Syawal, Dulkaidah dan Besar
Adapun penerapannya sama dengan nogodino, yaitu apabila akad nikah dilaksanakan pada bulan yang telaah ditentukan, maka harus menghindari arah naga pada bulan tersebut. Semisal, akad nikah akan dilaksanakan pada Bulan Syawal maka, harus menghindari arah Utara. Hal ini dikarenakan pada Bulan Syawal,Naga menghadap kearah utara. c. Perhitungan Kodokmongkrong Perhitungan
Kodokmongkrong
adalah
perhitungan
dalam
rangka
menentukan arah, perhitungan ini hampir sama dengan perhitungan nogodino. Namun dalam perhitungan Kodokmongkrongmenggunakan kelipatan tigabelas, atau hari ke tigabelas dari hari yang telah ditentukan. Misalnya pada hari Ahad, maka menurut perhitungan ini Naga berada di arah utara. Hal ini dikarenakan hari ketigabelas dari hari Ahad adalah hari Jumat, sehingga pada hari Jumat naga berada di arah utara.
44
3. Tradisi dan kepercayaan penentuan wali nikah Berdasarkan perhitungan weton hari kelahiran para calon, apabila didapati hari yang kosong atau jeblok maka anggota keluarga yang lahir bertepatan dengan hari yang kosong tersebut tidak boleh menghadiri acara akad nikah. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagaimana kalau hari yang kosong bertepatan dengan hari kelahiran ayah/wali calon perempuan, padahal ayah/ wali dari calon perempuan yang harus bertindak sebagai wali ataupun yang menikahkan. Implikasi dari perhitungan ini, maka ayah/ wali calon perempuan tidak bisa hadir dalam majelis akad nikah. Hal ini dikarenakan apabila hari kelahiran wali kosong maka akan membawa musibah bagi wali tersebut ataupun keluarga yang lain apabila menghadiri prosesi akad nikah. Lalu bagaimana biasanya warga masyarakat menikahkan anaknya apabila hari kelahirannya kosong, warga masyarakat mensiasati atau mensyarati dengan tuku wali atau biasa dikenal dengan wali tukon. Istilah wali tukon digunakan warga dikarenakan ayah/wali calon perempuan tidak diperbolehkan hadir dalam akad nikah, oleh karena itu sebelum pelaksanaan akad ayah/ wali calon perempuan terlebih dahulu menguasakan seorang ulama atau Petugas Pencatat Nikah (penghulu) untuk menikahkan putrinya dengan disaksikan oleh dua orang saksi.9
9
M. Syaikhul Amin, Loc. cit.
45
B. Praktek Pelaksanaan Akad Nikah Didalam masyarakat, khususnya masyarakat Desa Pedawang Kecamatan Karanganyar. Pelaksanaan akad nikah merupakan suatu prosesi yang paling penting dalam suatu pernikahan, melalui prosesi akad nikah inilah awal dari suatu kehidupan keluarga yang baru terbentuk setelah sahnya akad nikah. Pada prakteknya, akad nikah seringkali dikaitkan dengan tradisi-tradisi masyarakat Jawa. Khususnya tradisi-tradisi yang merupakan perpaduan antara budaya Jawa dan Hukum Islam, dimana tradisi tersebut telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan akad nikah. Bagi masyarakat Desa Pedawang yang telah mempunyai calon istri dan hendak melangsungkan pernikahan, maka kedua belah keluarga calon bermusyawarah terlebih dahulu untuk menentukan pelaksanaan akad nikah. Salah satu perwakilan dari kedua belah keluarga, dimana biasanya diwakili oleh orang tua dari pihak calon perempuan mendatangi salah satu tokoh atau sesepuh untuk konsultasi dan mencari hari baik guna melaksanakan akad nikah. Di Desa Pedawang terdapat lima dusun, dan di masing-masing dusun mempunyai sesepuh yang disegani dalam perhitungan. Adapun sesepuh di Desa Pedawang meliputi sebagai berikut;10 1. Mbah Rubadi 2. Bapak Sunaryo 3. Mbah Tugi 4. Mbah Taswin 10
Arif, Kepala Dusun Pedawang Timur (Plt. Kaur Kesra), Wawancara Pribadi, Pedawang, 18 Agustus 2014.
46
5. Mbah Slamet 6. Mbah Muklas 7. Mbah Kadir Namun dari semua sesepuh (pujonggo) masing-masing dusun yang ada di Desa Pedawang, hanya Bapak Sunaryo dari Dusun Bareh dan Mbah Slamet dari dusun Pedawang Barat yang dianggap lebih ahli dan lebih tua ilmunya dalam hal perhitungan Jawa (petungan).11 Metode yang digunakan dalam hal penentuan pelaksanaan akad nikah antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain berbeda, namun hasil dari perhitungannya adalah sama. Hal ini dapat dilihat ketika dalam satu hari terdapat beberapa pasangan yang menikah, baik dalam satu Dusun, satu Desa ataupun satu Kecamatan. Di Desa Pedawang terdapat beberapa metode perhitungan weton dalam pelaksanaan akad nikah, diantara metode-metode yang ada hanya dua yang sering digunakan. Semisal metode perhitungan weton atau hari kelahiran yang digunakan oleh Bapak Sunaryo, dan metode perhitungan berdasarkan nama para calon yang digunakan oleh Mbah Slamet.12 Namun dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada penggunaan metode perhitungan weton yang digunakan oleh Bapak Sunaryo. Hal ini dikarenakan metode perhitungaan Weton lebih akrab dikenal oleh masyarakat secara luas, baik masyarakat Desa Pedawang secara khusus maupun masyarakat Kecamatan Karanganyar secara umum. Sebagai contoh, ketika Bapak Sunaryo hendak menikahkan putrinya yang bernama Indahyani dengan Andi Saryanto, maka keluarga kedua belah pihak 11 12
Ibid. Cashuri, Warga Desa Pedawang, Wawancara Pribadi, Pedawang, 5 September 2014.
47
terlebih dahulu melakukan musyawarah keluarga. Hal ini didahului dengan peminangan yang dilakukan oleh keluarga Andi Saryanto terhadap Indahyani putri Bapak Sunaryo. Setelah peminangan diterima oleh keluarga Bapak Sunaryo, maka keluarga pihak laki-laki atau keluarga Andi Saryanto menyerahkan amanat kepada Bapak Sunaryo untuk menentukan pelaksanaan akad nikah. Hal ini dikarenakan keluarga Bapak Sunaryo selaku pihak calon perempuan dan tuan rumah dari pelaksanaan akad nikah. Dikarenakan Bapak Sunaryo atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Sunaryo, merupakan seorang tokoh yang fasih mengenai perhitungan hari di Desa Pedawang, maka tidak perlu meminta pertolongan orang lain untuk menetapkan pelaksanaan akad nikah. Jika orang lain perlu bersusah-susah untuk meminta pertolongan terhadap sesepuh, maka Bapak Sunaryo tidak perlu untuk meminta pertolongan. Bapak Sunaryo yang dilahirkan di Dusun Sinang, kemudian
dibesarkan
di Dusun Blimbing. Bapak Sunaryo merupakan cucu dari seorang pujonggo atau ahli perhitungan hari, di samping itu ayah kandung dari Bapak Sunaryo juga seorang pujonggo. Namun pada awal mulanya, Sunaryo muda kurang tertarik akan ilmu petungan. Baru setelah Bapak Sunaryo dinikahkan dengan ibu Sundari atau yang lebih dikenal dengan Mbak Bawon putri dari Mbah Daon dan tinggal di Dusun Bareh. Mbah Daon atau mertua dari Bapak Sunaryo dikenal sebagai pujonggo sepuh dan merupakan rujukan petungan Desa Pedawang. Bapak sunaryo tinggal
48
bersama di Dusun Bareh, baru setelah Mbah Daon merasa usianya telah lanjut maka setiap kali ada orang yang datang meminta pertolongan untuk dicarikan hari baik guna pernikahan anaknya, Bapak Sunaryo dipanggil untuk menemani Mbah Daon dalam menetukan pelaksanaan akad nikah. Secara tidak langsung, melalui itulah Bpak Sunaryo sedikit demi sedikit memahami dan mempelajari petungan. Setelah Mbah Daon wafat dan buku tulisan tangannya diberikan kepada Bapak Sunaryo maka orang yang hendak meminta pertolongan dalam masalah petungan datang menemui Bapak Sunaryo. Mulai dari saat itulah bapak Sunaryo menjadi salah satu orang yang diminta pertolongan dalam masalah petungan oleh masyarakat Desa Pedawang. Bukan hanya masyarakat Desa Pedawang, warga dari daerah lainpun kerap datang ke tempat Bapak Sunaryo. Kembali ke permasalahan pernikahan putri Bapak Sunaryo yang bernama Indahyani, dimana diketahui bahwa neptu dari Bapak Sunaryo dan Ibu Sundari berjumlah 27. setelah diketahui neptu dari kedua orang tua calon perempuan, maka selanjutnya ditetapkan bulan pernikahan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, penentuan bulan pelaksanaan akad nikah ditentukan dengan perhitungan neptukedua orang tua calon perempuan. Dari neptu 27 tersebut, kemudian oleh Bapak Sunaryo dilakukan kentangan sesuai urutan bulan yang telah ditentukan diatas. Bapak Sunaryo dalam melakukan kentang menggunakan batuan kartu khusus yang telah diwariskan dari sang mertua yaitu mabah Daon. Pertama-tama Bapak Sunaryo mengambil kartu
49
tersebut dengan jumlah sebanyak 27 buah, sesuai dengan neptudari weton hari kelahiran. Langkah selanjutnya ialah dengan membagi kartu satu-persatu sesuai dengan urutan bulan mulai dari bulan Muharram sampai dengan bulan Dzulhijjah. Setelah dua putaran yang berarti telah membagi 24 buah kartu dan mengisi masing-masing bulan dengan dua kartu, serta menyisakan 3 kartu ditangan, maka ketiga kartu tersebut dibagi lagi mulai dari bulan Muharram dan berhenti dibulan Robbiulawal. Maka selanjutnya kartu yang berada di bulan Robbiulawal dengan jumlah sebanyak tiga kartu diambil untuk selanjutnya dibagi lagi mulai bulan Robbiulakhir, dan berhenti pada bulan Jumadilakhir. Dengan jumlah kartu sebanyak tiga buah yang berada di bulan Jummadilakhir, kemudian diambil dan dilanjutkan mulai dari bulan Rojab dan berhenti di bulan Ramadhan. Setelah berhenti di Bulan Ramadhan, maka jumlah kartu yang ada di bulan Ramadhan dengan jumlah tiga buah diambil lagi untuk selanjutnya dibagi mulai dari bulan Syawal dan berhenti di bulan Dzulhijjah. Pada bulan Dzulhijjah terdapat tiga kartu yang selanjutnya diambil dan dibagi lagi mulai dari bulan Muharam dan berhenti dibulan Robbiulawal, tepat pada bulan Robbiulawal yang tadi telah kosong diambil maka kentangan berhenti di bulan Robbiulawal dengan menyisakan jumlah nilai sebagai berikut:
50
TABEL XVII HASIL KENTANGAN13 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan
Sisa Kartu Empat buah Empat buah Satu buah Tiga buah Tiga buah Kosong Tiga buah Tiga buah Kosong Tiga buah Tiga buah Kosong
Muharam Safar Robbiulawal Robbiulakhir Jummadalawal Jummadalakhir Rojab Syakban Ramadhan Syawal Dzulqa’idah Dzulhijjah
Dari hasil kentangan tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga bulan yang hasilnya kosong yakni pada bulan Jummadalakhir, Ramadhan dan bulan Dzulhijjah. Sehingga pada ketiga bulan tersebut, keluargaBapak Sunaryo tidak boleh melangsungkan akad nikah. Adapun bulan dengan jumlah sisa kartu terbanyak terdapat pada bulan Muharam dan Safar, sedangkan seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pada bulan tersebut terdapat larangan untuk melangsungkan pernikahan. Jumlah sisa kartu terbanyak selanjutnya berjumlah tiga buah kartu pada bulan Robbiulakhir, Jummadalawal, Rajab, Syakban, Syawal dan Dzulqa’iadah. Oleh karena hal tersebut, maka Bapak Sunaryolebih memilih bulan Syawal dalam melangsungkan akad nikah putrinya. Setelah didapatkan bulan syawal sebagai bulan pernikahan, maka selanjutnya Bapak Sunaryomemilih hari yang baik untuk melakukan akad nikah.
13
Sunaryo, Loc. cit.
51
Penentuan hari pelaksanaan akad nikah berdasarkan weton hari kelahiran dari calon laki-laki dan calon perempuan serta weton hari kelahiran ayah/wali calon perempuan. Adapun weton hari kelahiran dari masing-masing calon suami istri adalah sebagai berikut:14 1. Calon laki-laki (Andi Saryanto) lahir pada hari sabtu manis; 2. Calon perempuan (Indahyani) lahir pada hari kamis pon, sedangkan; 3. Ayah/wali dari calon perempuan (bapak Sunaryo) lahir pada hari sabtu. Dari hari kelahiran ketiga orang tersebut dapat dipastikan bahwa hari pelaksanaan akad nikah dapat dilakukan pada hari sabtu (weton kelahiran calon laki-laki, sekaligus weton hari kelahiran ayah/wali calon perempuan) atau hari kamis (weton kelahiran calon prempuan). Hal ini merupakan suatu ketetapan, dimana pasti ada salah satu dari ketiga hari kelahiran tersebut yang baik untuk melaksanakan akad nikah. Dari hari kelahiran calon laki-laki yang lahir pada Sabtu Manis, maka neptudari hari tersebut adalah 14. Hal ini didapatkan karena neptudari hari Sabtu adalah sembilan, sedangkan neptudari pasaranmanis adalah lima, sehingga wetonSabtu Manis adalah empatbelas. Sedangkan calon perempuan yang lahir pada hari Kamis Pon mempunyai neptu15, hal ini didapat dari neptuhari Kamis yang berjumlah delapan, sedangkan pasaran pon mempunyai neptutujuh. Sehingga neptudari wetonKamis Pon adalah limabelas.
14
Ibid.
52
Setelah diketahui neptudari hari kelahiran dan pasaran para calon, maka langkah selanjutnya yang ditempuh Bapak Sunaryo yaitu dengan menghitung hari baik, keberuntungan dan hari naas. Perhitungan ini memperhatikan hari kelahiran dari keenam anggota keluarga kedua belah pihak, yakni calon laki-laki (Andi Saryanto), ayah dan ibu calon laki-laki, calon perempuan (Indahyani), ayah dan ibu calon perempuan (Bapak Sunaryo dan Ibu Sundari). Berdasarkan perhitungan dari weton kedua pasangan tersebut, maka menurut Bapak Sunaryo hari yang paling baik untuk melangsungkan akad nikah putrinya ialah hari Sabtu, atau hari kelahiran calon laki-laki (Andi Saryanto). Sedangkan rangkep yang dipilih oleh Bapak Sunaryo ialah Pahing, sehingga akad nikah akan dilaksanakan pada Bulan Syawal, hari Sabtu Pahing, atau bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2013. Setelah didapatkan bulan dan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan putrinya, maka keluarga bapak Sunaryo mengusulkan hari dan bulan pelaksanaan akad nikah yang jatuh pada hari Senin Pahing Bulan Syawal kepada keluarga Andi Saryanto. Berdasarkan musyawarah diantara kedua belah keluarga, maka usulan hari dan bulan tersebut disepakati untuk melangsungkan akad nikah. Hal ini dikarenakan pada bulan dan hari tersebut tidak ada halangan bagi keluarga Bapak Sunaryo dan juga keluarga Andi Saryanto atau keluarga calon laki-laki. Sehingga pada Bulan Syawal hari Sabtu Pahing itulah dilaksanakannya akad nikah antara Andi Saryanto dan Indahyani dengan wali/wakilnya Bapak Sunaryo.
53
Adapun dalam prosesi akad nikah, sepenuhnya menggunakan tradisi Islam, kecuali prosesi awal yang masih dipengaruhi perhitungan berkaitan dengan arah dan prosesi awal. Pada acara/prosesi akad nikah antara Andi Saryanto dan Indahyani, setelah kedua calon hadir dalam majelis akad (dalam hal ini dilaksanakan di rumah Bapak sunaryo) dan telah dihadiri oleh para saksi dan Petugas Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Karanganyar, maka prosesi akad nikah dimulai oleh pembawa acara (biasa dilakukan oleh Kepala Dusun atau Bapak Arif) dengan bacaan basmallah untuk kemudian dibacakan susunan acara. Adapun susunan acara pelaksanaan akad nikah antara Indahyani dengan Andi Saryanto adalah sebagai berikut:15 a). Pembacaan ayat suci al-Qur’an dan Khutbah Nikah pembacaan ayat suci al-Qur’an dan khutbah nikah dilaksanakan oleh satu orang, bisa dari pihak laki-laki ataupun pihak perempuan. Namun dalam acara tersebut dari pihak keluarga Bapak Sunaryo.16 b). Ijab qobul Setelah pembacaan ayat suci al-Qur’an dan khutbah nikah, maka dilanjutkan dengan ijab qobul. Sebelum ijab qobul, dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan berkas pernikahan dengan identitas calon laki-laki, calon perempuan, wali nikah dan saksi. Setelah berkas sesuai dengan data identitas, maka Petugas Pencatat Nikah (penghulu) menawarkan kepada bapak Sunaryo untuk menikahkan sendiri putrinya Indayahni dengan Andi 15 16
Arif, Loc. cit. Sunaryo, Loc. cit.
54
Saryanto atau diwakilkan kepada Kyai/Ulama setempat, atau kepada Petugas Pencatat nikah.17 Kemudian Bapak Sunaryo memilih untuk mewakilkan kepada Petugas Pencatat Nikah (penghulu) untuk mewakili menikahkan putrinya. Dengan dipandu oleh Bapak Lebe(Kaur Kesra) yang pada waktu itu dijabat oleh Bapak Tarjono, Bapak Sunaryo mengucapkan serah terima sebagai wakil dalam pernikahan sebagai berikut “bapak penghulu, kulo pasrah lan ridho maring panjenengan supados nikahaken putri kulo Indahyani binti Sunaryo pikantuk Andi Saryanto dengan maskawin tersebut” kemudian dijawab oleh Penghulu “kulo tampi”. Setelah selesai acara serah terima wakil, maka dilanjutkan dengan ijab qobul yang dilakukan oleh penghulu dan calon laki-laki atau Andi Saryanto dan dilanjutkan dengan doa nikah. Selesai ijab, maka dilanjutkan dengan pembacaan taklik talak oleh calon laki-laki. c). Walimah Setelah selesai ijab qobul, maka dilanjutkan dengan walimah yang dihadiri oleh tetangga keluarga bapak Sunaryo dan keluarga pihak lakilaki. Acara walimah dimulai dengan pembacaan doa walimatul „urs dan dilanjutkan dengan pembagian berkat. Setelah selesai seluruh prosesi tersebut, maka Andi Saryanto dan Indahyani telah resmi dan sebagai suami-isteri. Baik menurut hukum positif, Hukum Islammaupun Hukum Adat.
17
Ibid.
55