BAB III MOTIVASI REMAJA DALAM MENGIKUTI KAJIAN ILMU FIKIH DI MAJELIS TA’LIM AL HUSAIN DESA DAIDREJO KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian di Majelis Ta’lim Al Husain Dadirejo Tirto Pekalongan yang meliputi a). Gambaran Umum Majelis Taklim Al Husain Dadirejo Tirto Pekalongan mencakup: sejarah berdirinya Majelis Ta’lim Al Husain, letak geografis Majelis Ta’lim Al Husain, materi, struktur organisasi, keadaan tenaga pendidik dan santri, sarana dan prasarana, waktu pelaksanaan kegiatan, kegiatan lain yang ada. b). Pelaksanaan kajian ilmu fikih di majelis ta’lim Al-Husain. c) Motivasi remaja mengikuti kajian ilmu fikih di majelis ta’lim Al-Husain. A.
Gambaran Umum Majelis Ta’lim Al Husain 1.
Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Al Husain Pada tahun 2005 sebelum mendirikna Majelis Taklim Al Husain, ustadz Muhammad Husaini telah mengajar di Pondok Pesantren Salafiyah Pekalongan (Masjid Waqaf). Pada saat itu sepulang dari mengajar, dirumahnya sudah ada anak yang menunggu untuk mengaji, akan tetapi ia menolaknya karena ia merasa belum pantas untuk menjadi seorang pengajar. Akan tetapi anak tersebut tidak menyerah begitu saja untuk 52
53
meminta diajari mengaji sampai akhirnya hati ustadz Husaini luluh dan mau membagi ilmu yang telah diperoleh. Kemudian kegiatan mengaji tersebut berjalan secara alamiah hingga semakin hari banyak anak disekitar majelis ikut mengaji kepada beliau. Riwayat pendidikan ustadz Muhammad Husaini berpindah-pindah tidak hanya monoton pada satu tempat, sehingga luas keilmuannya dan peraturan yang diterapkan fleksibel disesuaikan dengan perkembangan zaman agar santri di Majelis Ta’lim Al Husain mampu menghadapi globalisasi yang semakin berkembang dan bisa menfilter mana yang harus ditiru dan mana yang tidak ditiru. Awalnya ia hanya menerima santri putra karena ia lulusan dari pondok pesantren Rubat Tarim Hadramaut di Yaman dan ia sudah terbiasa dengan kebudayaan di Yaman. Awalnya kegiatan mengaji diajarkan langsung olehnya kepada santri yang mengaji ditempat tinggalnya. Semakin hari jumlah santri putra yang mengaji kepadanya semakin banyak dan pada suatu hari ada orang tua yang datang kepadanya yang ingin memasukan anak perempuannya untuk mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain. Dan permintaan orang tua anak tersebut ditolak olehnya, akan tetapi pada akhirnya diperbolehkanlah untuk anak perempuan ikut mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain. Menurutnya tidak ada salahnya untuk menjadi fasilitator anak-anak dan remaja disekitar Majelis Al Husain menjadi manusia yang berakhlakul
54
kariman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Riwayat belajar ilmu agama ustadz Muhammad Husaini: a. Kyai Sutoyo Desa Dadirejo selama 5 tahun b. Kyai Zaenuri Desa Dadirejo selama 2 tahun c. Madrasah Diniyah Desa Dadirejo selama 2 tahun d. Pondok Pesantren Al Arifiyah Kebulen, Zaenal Arifin selama 5 tahun e. Pondok Pesantren Ramah Pasuruan 5 tahun f. Pondok Pesantren Rubat Tarim Hadramaut Yaman selama 5 tahun. Melihat antusias para santri yang mengikuti kegiatan mengaji, kemudian ia meningkatkan kegiatan mengaji dengan salah satunya adalah menunjuk santri yang telah lama mengaji kepadanya yang dianggap sudah kompeten untuk mengajar beberapa santri baru. Struktur kepengurusanpun dibentuknya dengan menunjuk beberapa santri lama untuk dijadikan pengurus Majelis. Hingga pada tahun 2008 beliau resmi mendirikan Majelis Ta’lim Al Husain yang diambil dari namanya sendiri. Seiring berjalannya waktu santri semakin bertambah hingga mencapai 200 santri putra dan putri.1 2.
Letak Geografis dan Keadaan Majelis Ta’lim Al Husain Majelis Ta’lim Al Husain terletak Jln. Wiroto No.230 Dadirejo Barat kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan.
1
MH, Pengasuh Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi I , 1 Juli 2015.
55
Batasan-batasan komplek Majelis Ta’lim Al Husain adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan pasar wiradesa b. Sebelah selatan berbatasan dengan areal perkampungan desa dadirejo c. Sebelah
barat
berbatasan
dengan
areal
perkampuangan
desa
gumawang d. Sebelah timur berbatasan dengan areal desa Dadirejo Barat.2 Ditinjau dari geografisnya, letak Majelis Ta’lim Al Husain bisa dikatakan cukup strategis, karena lokasinya yang berdekatan dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh santri dan dilewati oleh banyak orang. Adapun santri yang mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain berasal dari desa Dadirejo, Gumawang, Waru, Ketandan dan sekitar Wiradesa. Bangunan Majelis Ta’lim Al Husain majelis ta’lim ini dibangun diarea rumah ustadz Muhammad Husaini sendiri karena area rumah belian cukup luas dan untuk mempermudah memantau sekaligus meninjau kegiatan mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain. Ruang utama dari majelis ada di bagian depan bersebelahan langsung dengan rumah pengasuh majelis. Kantor majelis berada dirumah berdekatan dengan majelis utama. Semakin lama santri yang mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain sehingga ruangan yang semula cukup untuk menampung santri kini tidak cukup karena terlalu banyak santri. Dengan kegigihan ustadz 2
Observasi, tanggal 3 Juli 2015.
56
Muhammad Husaini majelis mengalami kemajuan, maka dibangun ruangan dibelakang majelis utama yang diberi nama majelis jadid yang artinya majelis baru karena bangunannya baru dibangun. Setelah bangunan majelis jadid dibangun kegiatan mengaji menjadi lebih nyaman karena tidak berdesak-desakan lagi.3 3.
Materi Materi yang diajarkan di Majelis Ta’lim Al Husain sangat beragam disesuaikan dengan tingkatan para santri yang meliputi kajian seputar masalah fikih, tauhid, al Quran, hadits dan akhlak. Sesuai pemaparan MH selaku pengasuh Majelis Taklim sekaligus pengajar memaparkan kitab yang dikaji adalah sebagai berikut: a. Kelas Ibtida’ mengkaji kitab Mabadiul Fikiyah dan al Quran b. Kelas Ibtida’ Tsani mengkaji kitab Akhlaqul Banin/Banat, Aqidatul Awan, Safinatunnajah, dan Hujjah Ahlussunah wal Jama’ah c. Kelas Ibn Sumair
mengkaji kitab Safinatun Najah, Jurumiyah dan
Taisirul Kholaq d. Kelas Abi Suja’ Qasim mengkaji Taqrib, Bulughul Marram dam Imrithi.4
3 4
Observasi, tanggal 3 Juli 2015. MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015.
57
4.
Struktur Organisasi Majelis Ta’lim Al Husain Seperti halnya lembaga pendidikan lain, Majelis Ta’lim Al Husain awalnya dipimpin langsung oleh pendiri Majelis Ta’lim tersebut dan secara otomatis kebijakan penyelenggaraan kegiatan di Majelis Ta’lim ditentukan secara langsung oleh beliau yang merupakan pimpinan tunggal. Namun seiring dengan semakin banyaknya santri dan semakin bertambahnya kegiatan di Majelis Ta’lim tersebut maka tidak mungkin dapat dipimpin dan dikoordinasikan hanya seorang pemimpin saja. Sebagai seorang pemimpin majelis ta’lim, ustadz Muhammad Husaini tetap memegang peranan sentral, akan tetapi dalam menjalankan program
pendidikan
majelis
ta’lim
dibantu
santri-santri
yang
berkompeten dibidangnya. Dalam struktur organisasi Majelis Ta’lim Al Husain antara putra dan putri dijadikan satu. Akan tetapi walaupun struktur organisasi dijadikan satu Majelis Ta’lim Al Husain selalu menitikberatkan pada asas kebersamaan dalam segala aspek, sehingga secara umum santri putra dan santri putri sama-sama mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang sama dari ustadz Muhammad Husain selaku pengasuh tunggal Majelis Ta’lim Al Husain. Adapun masa jabatan yang diemban oleh pengurus Majelis Ta’lim Al Husain adalah satu tahun dan pergantian pengurus diadakan setiap bulan Ramadhan, sebagai harapan agar kinerja yang terprogram dapat terrealisasikan dengan baik dan maksimal.
58
Struktur Organisasi Majelis Ta’lim Al Husain periode 2015/2016 adalah sebagai berikut: Pengasuh
:
Ust. H. M. Husaini
Ketua
:
1. M. Lutfi Khakim 2. M. Khoiruddin
Sekretaris
:
1. M. Dody Al Rosyid 2. Khiru Rozikin 3. Iwan Surandi 4. Aditya Ahsin
Bendahara
:
1. Khoiru Rizqi Hidayat 2. Eko Sulistyo
Seksi-seksi 1. Pendidikan
:
a. Faisal b. Imam Kholis c. Dani Romadhon d. Khoirul Furqon
2. Kebersihan
:
a. Arif Musthofa b. Saifurrohman c. Shoheh Hamid
3. Perlengkapan
:
a. Kusnadi b. Ro’is Abdillah
59
c. Fahri Husaini d. Sirojul Munir e. M. Khuzairi 4. Keamanan
:
a. Mustaqim b. Ahmad Rian Pambudi
5. Pengkaderan seni
:
a. Iqbal Abdul Majid
6. Dapur dan gudang
:
a. M. Adib Setiaji b. Agus Setyo
7. Parkir
:
a. Rosyidi b. Akrom Makrom c.Ali Mahfudz. 5
5.
Keadaan Tenaga Pendidik dan Santri a. Yang dimaksud dengan pendidik adalah semua guru yang secara langsung menanggung pelaksanaan pendidikan atau pengajaran Majelis Ta’lim Al Husain. Semua pendidik yang ada di Majelis Ta’lim Al Husain ini berjumlah 23 dan pendidik di majelis ta’lim ini adalah para santri dan alumni yang berkompeten. Kriteria untuk menjadi guru harus sudah khatam semua kitab yang dikaji dan yang terpenting sudah menguasai ilmu yang telah dikaji dalam semua kitab di majelis ta’lim ini. Setelah khatam kitab yang dikaji selama di majelis ta’lim maka para calon guru di test tentang apa yang sudah
5
Dokumentasi Majelis Ta’lim Al Husain, diambil pada tanggal 17 September 2015.
60
diajarkan, jika dirasa layak dan mampu menjadi guru maka akan dijadikan sebagai pendidik di majelis ta’lim ini. Begitupun sebaliknya jika ditest kurang mampu maka harus memperdalam pelajaran atau kitab yang dikaji di majelis ta’lim ini. Sebagai guru tidak dapat berbuat sekehendak hati, mereka harus disiplin dalam segala hal sepereti dalam pergaulan, berpakaian, gaya bicara dan sebagainya. Karena guru dilingkungan Majelis Ta’lim Al Husain merupakan teladan bagi para santri yang mengaji di majelis ta’lim ini. 6 Tabel I Tenaga pendidik Majelis Ta’lim Al Husain peride 2014/2015 No 1.
Nama pendidik Ustadz H. Muhammad Husaini
Mengampu pelajaran Fikih, Hadits dan Akhlak
6
2.
Ustadz Maliki
Nahwu
3.
Ustadz M. Khoirul Furqon
Tarikh
4.
Ustadz Faisal Septiyan
Tajwid
5.
Ustadz Dani Romadhon
Tajwid
6.
Ustadz M. Luthfi Hakim
Tauhid
7.
Ustadz M. Khoiruddin
Fikih
8.
Ustadz Imam Kholish
Bahasa Arab
Dokumentasi Majelis Ta’lim Al Husain, diambil pada tanggal 28 September 2015.
61
9.
Ustadz Khoiru Rizqi
Fikih
10
Ustadzah Umi Kulsum
Bahasa Arab
11.
Ustadzah Nur Kumala
Fikih
Selain kitab tentang agama yang dikaji di Majelis Ta’lim Al Husain, ada pula waktu memperdalam tentang Al Quran. Pembelajaran Al Quran untuk kelas Ibtida’ dengan metode hafalan dari al Fatikhah sampai Ad Dhuha. Untuk kelas Ibtida’ Tsani, Ibn Sumair dan Abi Suja’ dengan metode pembacaan secara bergilir yang di simak oleh para pendidik yang berkompeten. Berikut daftar asatidz dan asaatidzah yang bertanggung jawab dalam memperdalam Al Quran Tabel II Tenaga pendidik Al Quran Majelis Ta’lim Al Husain periode 2014/2015 No
Nama
Santri putra / putri
1.
Ustadz Khoiru Roziqin
Santri Putra
2.
Ustadz Gusnaidi
Santri Putra
3.
Ustadz Akrom Mahfudz
Santri Putra
4.
Ustadz Eko Sulistyo
Santri Putra
5.
Ustadz Iqbal Abdul Majid
Santri Putra
6.
Ustadzah Rofiqoh
Santri Putri
7
Ustadzah Khikmawati
Santri Putri
62
8.
Ustadzah Novi Melatika
Santri Putri
9.
Ustadzah Hadirotul Qudsy
Santri Putri
10.
Ustadzah Mia Sintya Dewi
Santri Putri
11.
Ustadzah Ana Fitriani Adha
Santri Putri
12.
Ustadzah Septy Sulistiyowati
Santri Putri
b. Santri adalah setiap orang yang belajar di majelis ta’lim ataupun pesantren. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan santri adalah setiap orang yang belajar atau mengaji di Majelis Ta’lim baik mereka yang bermukim maupun yang tidak bermukim di bawah bimbingan pengasuh dan pengawasan Majelis Ta’lim Al Husain. Pada mulanya Majelis terbuka hanya untuk santri putra saja, akan tetapi dengan berjalannya waktu dan dengan dorongan oleh wali santri maka sekarang Majelis Ta’lim Al Husain terbuka untuk umum baik itu santri putra maupun santri putri yang ingin mengaji dan memperdalam ilmu agama baik remaja ataupun dewasa. Adapun jumlah santri putra adalah 137 dan santri putri adalah 113 santri. 6.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan proses belajar mengajar pada setiap lembaga pendidikan. Begitupun di Majelis Ta’lim Al Husain
63
sebagai lembaga pendidikan non formal membutuhkan sarana dan prasarana untuk mendukung segala kegiatan. Sarana dan prasarana yang ada di Majelis Ta’lim Al Husain diantaranya: a. Ruang kelas Dalam sebuah kegiatan belajar mengajar ruang kelas sangatlah penting adanya dan sangat berpengaruh pada proses maupun hasil santri dalam belajar. Begitupun di Majelis Ta’lim Al Husain ruang kelas yang tersedia untuk mengkaji ilmu fikih sebanyak 4 dan masih dalam pembangunan untuk kelas baru. b. Musholla Tempat ibadah sangatlah penting untuk umat Islam dalam menjalankan perintah Allah. Di Majelis Ta’lim Al Husain terdapat sebuah mushalla yang terletak di samping kediaman pengasuh Majelis Ta’lim Al Husain. Mushalla ini digunakan untuk shalat magrib dan isya’ berjamaah, bahkan ketika hari ahad pagi mushalla digunakan untuk shalat subuh berjamaah. Berbeda pada waktu bulan Ramadhan mushalla tersebut bertambah fungsinya untuk shalat tarawih dan tadarusan bagi para santri. Selain digunakan untuk shalat, mushalla ini juga digunakan untuk mengaji kitab-kitab termasuk kitab ilmu fikih.
64
c. Parkir Tempat parkir ini sengaja disediakan karena kebanyakan santri yang mengaji di majelis ta’lim laju dari rumah. Tempat parkir ini berada di halaman depan dan belakang Majelis Ta’lim Al Husain. 7 d. Koperasi Koperasi di Majelis Ta’lim Al Husain memang sengaja disediakan untuk kebutuhan para santri dalam mengaji seperti disediakannya kitab-kitab yang dikaji dimajelis al Husain juga peralatan tulis menulis. e. Komputer Komputer yang ada di majelis ta;lim al Husain ini ada 1 dipergunakan untuk kepentingan belajar mengajar seperti untuk mengetik soal-soal pelajaran yang akan diujikan dan juga untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan Majelis Ta’lim Al Husain. f. Printer g. Kamar untuk santri yang ingin menginap Ada kamar yang sengaja disediakan oleh pengasuh untuk para santri yang hendak bermukim guna membahas kegiatan di majelis ta’lim atau sekedar bermusyawarah dengan para pengurus, guru
7
Observasi, tanggal 13 Juli 2015.
65
maupun para santri. Di majelis ta’lim ada dua santri yang tetap bermukim, mereka berasal dari desa Dadirejo Barat. h. Kamar mandi i. Gudang. Gudang di Majelis Ta’lim Al Husain ini ada satu yang berguna untuk menyimpan peralatan dapur dan peralatan yang setiap hari digunakan untuk mendukung saat mengaji.8 7.
Waktu pelaksanaan kegiatan di Majelis Ta’lim Al Husain Kegiatan di Majelis Ta’lim Al Husain dimulai pada pukul 17:30 dan diakhiri pada pukul 20:00 yang dilaksanakan setiap hari kecuali hari kamis yang digunakan para santri untuk tahlilan dan yasinan keliling yang bertujuan untuk menyambung tali silaturahmi. Adapun jadwal kegiatan mengaji di majelis ta’lim sebagai berikut.9 Tabel III Jadwal kegiatan mengaji di Majelis Ta’lim Al Husain Pukul
Kegiatan
17:55 – 18:15
Shalat maghrib berjama’ah dan wirid
18:15 – 18:30
Halaqah Al Quran
18:30 – 19:45
Mengaji kitab
8
MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, Pekalongan, 27 September
2015. 9
Observasi, tanggal 17 September 2015.
66
19:45 – 20:00
8.
Shalat Isya’ berjama’ah dan pulang
Kegiatan lain di Majelis Ta’lim Al Husain Kegiatan di majelis ta’lim selain mengaji Al Quran dan kitab, juga ada kegiatan lain yang diharapkan bisa membentuk akhlak dan bisa membantu potensi yang ada pada diri para santri. Kegiatan lain yang ada di Majelis Ta’lim Al Husain sebagai berikut: a. Pembacaan maulid simthudduror Maulid simthudduror atau biasa disebut mauled habsy karangan Habib Ali Al Habsy berisi tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai wafatnya yang dibacakan setiap malam minggu, pembacaan mauled ini bertujuan agar para santri dapat meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang berakhlak mulia. Pembacaan mauled ini berlangsung setelah shalat magrib dan berakhir ketika adzan isya’. b. Pembacaan rothib al atthas Rothib al atthas merupakan zikir dan wirid yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthas. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari pada pukul 17:30 sampai menjelang magrib. Pada kegiatan ini santri dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok akan mendapat jatah pada hari tertentu. Pembacaan rothib al atthas ini
67
bertujuan sebagai pelindung dari kemaksiatan dan sebagai dzikir kepada Allah SWT. c. Khitobah Khitobah adalah latihan untuk berceramah dan memimpin sebuah acara yang biasa ada dalam masyarakat. Hal ini dilaksanakan agar para santri siap menghadapi tantangan ketika terjun langsung dalam masyarakat. Para santri dituntut untuk tidak hanya tahu pelajaran secara teori saja melainkan harus belajar mempraktekkan secara langsung didepan santri yang lain. d. Khataman al Quran 30 juz Khataman Al Quran 30 juz dilaksanakan pada hari minggu pagi setelah shalat subuh berjama’ah. Kegiatan ini diikuti oleh semua santri yang sudah bisa dan fasih membaca Al Quran. Setiap santri diberi tanggung jawab untuk membaca 1 juz. e. Khataman Jus ‘Amma Khataman jus ‘Amma ini dikhususkan untuk para santri yang berada di kelas Ibtida’, dimana para santri menghafalkan dari Al Fatikhah sampai Ad Dhuha yang kemudian disetorkan pada pendidik yang bertugas dan bertanggung jawab. Khataman Jus ‘Amma ini dilaksanakan setiap malam minggu.
68
f. Rebana. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkeliling setiap dua minggu sekali dan tidak jarang juga dilaksanakan di musholla ataupun masjid yang berada di desa Dadirejo Batat.10
B.
Pelaksanaan Kajian ilmu Fikih di Majelis Ta’lim Al Husain Fikih adalah ilmu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari umat manusia maka dari itu sangatlah penting untuk tahu dan memdalami tentang ilmu fikih dan begitupun ilmu agama yang lainnya seperti ilmu tentang tauhid dan akhlak. Dalam pelaksanaan kajian ilmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain dibagi menjadi empat kelas. Pelaksanaan kajian ilmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain dilaksanakan secara sistematis dan disesuaikan dengan kebutuhan dan usia para santri. Hal ini bisa dilihat dari materi dan metode yang berbeda pada setiap kelas. Selain itu juga didukung dengan para pendidik yang berkompeten dibidangnya masing-masing. Akan tetapi evaluasi serentak diadakan pada semua kelas, yaitu pada bulan Rabiulawal. 1.
Kelas Ibtida’, pada kelas ini santri yang mengaji adalah santri antara usia 7 – 12 tahun ( Sekolah Dasar ). Hal ini serupa dengan yang dituturkan oleh MLH.
10
Dokumentasi, 28 September 2015.
69
“Untuk santri baru yang akan mengaji disini yang pertama itu menurut usia mbak. Jika usianya dibawah 12 tahun atau masih sekolah dasar maka akan dimasukan kedalam kelas Ibtida’, tapi kalau sudah diatas usia 12 tahun maka akan dimasukan kedalam kelas Ibtida’ Tsani.11 Dalam kelas Ibtida’ kitab fikih yang dikaji adalah Mabadi’ul Fikiyah yang dikaji pada hari Jum’at atau malam Sabtu. Kitab Mabadi’ul Fikiyah cocok untuk para pemula atau anak sekolah dasar karena dengan materi yang mendasar seperti tata cara wudhu dapat diserap dan diterima dengan mudah oleh peserta didik. Pada pembukaan kelas ini sebelum membahas tentang isi yang terkandung di kitab Mabadi’ul Fikiyah para santri diharuskan mencatat terlebih dahulu materi yang telah dicatat oleh pendidik. Ini bertujuan untuk melatih para santri dikelas Ibtida’ guna para santri diharapkan bisa menulis dan membaca materi yang diajarkan. Hal ini juga diungkapkan oleh MLH “pada kelas Ibtida’ mengkaji kitab Mabadi’ul Fikiyah, karena pada kelas ini adalah anak sekolah dasar mbak makanya mengkaji yang termudah dahulu. Dan para santri sebelum ketahap yang lebih sulit diajarkan untuk terbiasa menulis arab dan membaca tulisan arab mbak, jadi kalaupun naik kelas yang lebih tinggi dalam mengapsahi tidak kesulitan lagi. Metode yang digunakan metode ceramah mbak, tapi terkadang juga menggunakan metode Tanya jawab maklum anak-anak ingin tahunya sangat tinggi.”12
11 12
MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015. MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015.
70
Kemudian setelah mencatat materi yang akan dibahas pendidik akan membacakan materi tersebut dan para santri mengapsahi materi yang telah dicatat sesuai dengan yang dituturkan oleh pendidik. Setelah para santri selesai mengapsahi materi barulah pendidik akan membahas lebih dalam materi yang dicatat. Akan tetapi terkadang pendidik juga membahas materi yang sudah diajarkan yang bertujuan agar para santri selalu ingat dan di harapkan bisa mengaplikasikannya. Dalam kelas ini metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode drill dan metode tanya jawab.13 2. Kelas Ibtida’ Tsani, pada kelas ini umur santrinya adalah 12 tahun ke atas ( remaja awal ). Dalam kelas ini ilmu fikih yang dikaji adalah kitab Safinatunnajah yang sudah ada harakatnya. Kajian ilmu fikih pada kelas ini dilaksanakan pada hari Jum’at atau malam Sabtu. Hal ini serupa yang dituturkan oleh MLH “setelah dilaksanakan test pada kelas Ibtida’, maka santri yang lulus pada test tersebut akan naik di kelas Ibtida’ Tsani. Dikelas ini para santrinya dimulai usia sekolah menengah pertama mbak. Kitab yang dikaji itu kitab Safinatun Najah, tapi bukan kitab kuning yang dikaji dikelas ini akan tetapi kitab yang berbentuk buku mbak yang sudah ada kharakatnya. Nah sebelum mulai pembelajaran setelah shalat magrib jama’ah para santri kecuali yang kelas Ibtida’ melakukan halaqah Al Quran.”14 Sebelum mulai pembelajaran para santri melakukan pembacaan halaqah Al Quran, dimana para Asatidz dan Asaatidzah menyimak para santri yang melakukan halaqah Al Quran. Pembacaan halaqah Al Quran 13
Observasi, tanggal 25 September 2015. MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015.
14
71
berlaku juga untuk kela`s diatas Ibtida’ Tsani yaitu kelas Ibn Sumair dan Abi Suja’. Pada kelas Ibtia’ Tsani pelaksanaan kajian ilmu fikih pendidik langsung membacakan materi yang ada pada kitab oleh pendidik, Setalah itu baru pendidik memberikan arti dari setiap kata yang ada dikitab tersebut dan otomatis para santripun mencatat arti yang dituturkan oleh pendidik sesuai dengan kata demi kata atau sering juga disebut dengan mengapsahi. Setelah selesai membacakan dan mengapsahi materi yang ada dikitab, pendidik menerangkan lebih luas dari maksud yang ada di materi tersebut.15 Dalam kelas Ibtida’ Tsani metode yang digunakan adalah metode ceramah dan metode tanya jawab.16 3. Kelas Ibn Sumair dalam kelas ini para santrinya adalah mereka yang telah lulus dan telah menguasai materi yang diajarkan pada kelas Ibtida’ dan Ibtida’ Tsani . Kitab fikih yang dikaji dikelas ini adalah kitab Safinatunnajjah yang tidak ada harakatnya atau sering disebut kitab kuning seperti yang dituturkan oleh MLH. “pelaksanaan pada kelas Ibn Sumair hampir sama mbak dengan kelas Ibtida’ Tsani kitab yang dikaji juga kitab Safinatunajah. Yang beda adalah pada kelas ini kitab yang digunakan adalah kitab kuning yang tidak ada harakatnya. Metode yang digunakan juga hampir sama, Cuma di kelas ini terkadang ada metode diskusi antara pendidik dengan santri ataupun santri dengan santri.”17
15
Observasi, tanggal 25 September 2015. Observasi, tanggal 18 September 2015. 17 MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015. 16
72
Test diadakan pada bulan Rabiul Awal, dimana test yang diadakan benar-benar mengandalkan ketajaman otak para santri yang telah mengkaji ilmu fikih, tidak banyak yang naik ke kelas yang lebih tinggi yaitu kelas Abi Suja’. Dalam evaluasi semua santri ditest secara tertulis dan praktek oleh para pendidik yang sudah diberi tanggung jawab. Berbeda dengan yayasan atau pendidikan non formal pada umumnya dimana pada setiap kenaikan kelas justru banyak peserta didik yang naik kelas dan sedikit yang tertinggal kelas, bahkan sangat jarang kalau dalam pendidikan non formal lainnya. Hal ini ditujukan agar para santri yang mengaji di majelis ta’lim ini benar-benar menguasai dan paham betul dari isi pembelajaran ilmu fikih dan ilmu agama yang lain. Bukan hanya tahu dasar-dasar yang telah dikaji akan tetapi bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari itu tujuan yang utama. Dalam kelas ini metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi. Kelas keempat yang ada di majelis ta’lim al husain adalah kelas Abi Suja’ seperti halnya pada kelas sebelumnya yaitu kelas Ibn Sumair untuk naik pada kelas Abi Suja’ juga diadakan test pada setiap pelajaran atau kitab yang telah dikaji dari mulai kitab pada kelas Ibtida’ sampai pelajaran atau kitab yang dikaji pada kelas Ibn Sumair. Test diadakan juga pada waktu yang sama dengan kelas yang lainnya yaitu pada bulan Rabiul Awal. Hal ini serupa dengan penuturan MLH. “pada kelas ini sedikit mbak yang bisa naik, soalnya harus benarbenar menguasai semua kitab dan pelajaran yang pernah diajarkan. Testnyapun sangat ketat soalnya kalau sudah benar-benar mengusai kitab dan pelajaran dengan kata lain sudah mampu dan berkompeten
73
bisa membantu dalam proses belajar mengajar mbak, baik itu sebagai pendidik ataupun sebagai pengurus.”18 Dalam kelas ini pendidiknya bukan dari kalangan para santri ataupun para alumni majelis ta’lim al husain akan tetapi langsung dari pengasuh tunggal majelis ta’lim. Pada kelas ini para santri yang ada sedikit tidak seperti pada kelas-kelas sebelumnya karena memang untuk naik kelas harus benar-benar menguasai semua pelajaran atau kitab yang telah diajarkan. Kitab yang dikaji pada kelas ini adalah kitab Taqrib. Dalam kelas ini pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan kelas sebelumnya yaitu kelas Ibn Sumair, dimana setelah selesai halaqah Al Quran pendidik langsung membacakan materi dan langsung menyampaikan arti dari setiap kata yang terdapat pada kitab tersebut dan diikuti oleh para santri. Yang membedakan adalah pendidiknya dimana kelas sebelumnya pendidiknya adalah dari kalangan santri yang berkompeten dan para alumni dan dikelas ini adalah pengasuhnya langsung, dimana dalam pembelajaran kajian ilmu fikih dan ilmu agama yang lain berlangsung sangat hikmat. Dalam kelas ini metode yang digunakan sama dengan kelas sebelumnya yaitu metode ceramah, metode tanya jawab dan metode diskusi. Metode diskusi yang diterapkan pada saat pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan para santri untuk aktif dalam pembelajaran. Dimana jika sudah terjun di masyarakat diharapkan akan aktif dan ikut andil dalam kegiatan 18
MLH, ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, 27 September 2015.
74
masyarakat seperti menjadi bilal pada shalat tarawih dibulan Ramadhan, tadarus Al Quran, ikut berkontribusi dalam acara-acara dimasyarakat dan sebagainya. Metode tanya jawab bukan hanya antara pendidik dan para santri, akan tetapi juga antara santri dengan santri yang lainnya. Metode tanya jawab yang diterapkan juga bertujuan agar para santri bisa mengutarakan pendapatnya jika diantara para santri yang lain kurang paham dengan materi yang diajarkan dan dibahas.19
C.
Motivasi Remaja Motivasi remaja adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri remaja yang muncul adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong remaja untuk melakukan sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan. Seperti remaja yang mengkaji ikmu fikih di Majelis Ta’lim Al Husain mempunyai motivasi yang berbeda-beda dari remaja satu dengan remaja yang laiinya. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap remaja yang mengikuti kajian ilmu fikih di mejelis ta’lim Al Husain, diperoleh temuan bahwa remaja yang ikut mengaji karena dilatarbelakangi oleh alasan yang bermacam-macam yaitu:
19
Observasi, tanggal 22 September 2015.
75
1. Dorongan dari diri sendiri Dorongan yang berasal dari diri sendiri seorang remaja untuk melakukan hal positif itu sangat baik, entah baik dalam menjalani kegiatan maupun baik dalam hasil. Seperti yang dituturkah oleh MH “Motivasi remaja di majelis ta’lim ini macam-macam mbak, ada yang kemauan dari diri sendiri, ada yang ikut temannya yang sudah dulu ngaji disini dan mungkin juga ada yang terpaksa karena orang tua. Biasanya yang terpaksa itu anak yang masih sekolah dasar mbak, karena orang tuanya pengen anaknya tau tentang ilmu fikih tapi ya namanya anak-anak pengennya maen terus jadi belum sadar gimana pentingnya ilmu agama itu mbak”20
Tidak jauh beda hal serupa juga dituturkan oleh MGF. “Saya ingin sendiri mbak ngaji teng majelis, karena agar hidup saya lebih baik dan tau tata cara beribadah yang tepat.”21
Begitupula yang dituturkan oleh AHM. “Saya ngaji disini bukan paksaan dari orang tua mbak tapi saya pingin sendiri soalnya saya ingin tahu apa saja yang dikaji dalam ilmu fikih, bukan hanya masalah ibadah saja. Selain itu ustadznya
20 21
2015.
MH, Pengasuh Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi I, 1 Juli 2015. MGF, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi III, Pekalongan, 22 September
76
kadang suka ngelucu mbak nek pas pelajaran, jadi saya tidak bosan kalo pas pelajaran atau pas saya ngantuk.”22 2. Ingin memperdalam ilmu fikih Ilmu fikih merupakan ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan sebagai umat Islam haruslah tahu tentang ilmu fikih yang tepat. Sehingga dalam melakukan segala macam ibadah kita tidak keliru bahkan salah dalam amal-amalan yang telah dikerjakan. Seperti IM yang ikut mengkaji ilmu fikih agar tahu lebih dalam tentang ilmu fikih. “Motivasi saya mengikuti ngaji ilmu fikih itu supaya saya mengerti tentang ilmu keseharian yang saya lakukan itu benar atau salah karena ilmu fikih itu ilmu yang menyangkut ilmu keseharian mbak. ”23
KQ juga menuturkan bahwa motivasi ikut kajian ilmu fikih untuk menambah dan memperdalam ilmu agamanya termasuk ilmu fikih. “Saya ingin mendalami ilmu tentang bagaimana cara melakukan ibadah kepada Allah SWT yang benar, karena setahu saya mbak ibadah orang yang tahu tentang ilmunya lebih mulia ketimbang orang yang yang ibadah akan tetapi tidak tahu tentang ilmunya.”24 22
AHM, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi IV, Pekalongan, 22 September
23
IM, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi V, Pekalongan, 22 September
24
KQ, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi VI, Pekalongan, 22 September
2015. 2015.. 2015.
77
IT juga termotivasi mengikuti kajian ilmu fikih karena ingin memperdalam ilmu agama. “motivasi saya ikut kajian ilmu fikih adalah ingin menambah ilmu pengetahuan tentang agama dan supaya saya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk mbak. Biar bisa saya terapkan ketika suatu saat saya terjun dimasyarakat mbak”.25 3. Ingin mengamalkan ilmu fikih yang telah dipelajari Ilmu yang bermanfaat adalah ketika ilmu itu diamalkan kepada siapapun. Seperti yang dituturkan oleh MI motivasi mengikuti kajian ilmu fikih agar kelak bisa mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. “saya ingin mencoba menerapkan point demi point yang terkandung dikitab yang saya pelajari mbak khususnya ilmu fikih. Dan kalau suatu saat saya diberi kesempatan menjadi aktifis dimasyarakan InsyaAllah saya akan memberikan ilmu yang saya dapat di majelis ta’lim ini kepada orang-orang yang membutuhkan mbak.”26 Serupa dengan MI, HW juga menuturkan bahwa dorongan mengikuti kajian ilmu fikih ingin tahu lebih banyak dan dalam tentang ilmu fikih. “iya mbak saya itu kalau dirumah terkadang ditanya tentang ilmu agama, tapi terkadang saya tidak tahu makanya saya ikut mengaji ilmu fikih agar kalau ada yang tanya tentang ilmu fikih atau ilmu agama yang lain bisa saya jawab. Jadi secara
25
IT, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi VII, Pekalongan, 24 September
26
MI, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi VIII, Pekalongan, 24 September
2015. 2015.
78
tidak langsung saya mengamalkan ilmu yang sedikit demi sedikit saya dapat di majelis ta’lim ini mbak.”27 4. Ingin membahagiakan orang tua Kebahagiaan Allah adalah kebahagian dari orang tua. Maka wajiblah seorang anak untuk membahagiakan orang tuanya. Karena ridho Allah adalah ridho dari orang tua. Beberapa santri di majelis ta’lim juga mempunyai dorongan untuk mengaji agar suatu hari berharap bisa membahagiakan orang tuanya. Seperti yang dikatakan oleh TNA. “motivasi saya ikut mengaji ilmu fikih itu yang pertama pengen buat orang tua saya bangga mbak sama saya, kalaupun saya tidak jadi tokoh agama dimasyarakat setidaknya saya bisa menjalankan ibadah dengan benar karena saya tahu tata cara melakukan ibadah yang baik. Saya pernah mendengar mbak bahwa kalo ingin orang tua masuk surge salah satunya anak harus beribadah dengan baik, jadi sekarang saya cuma bisa memberi untuk bekal orang tua saya diakhirat kelak mbak. Kedua saya tidak ingin menjadi orang bodoh dan saya juga berharap agar hidup saya lebih disiplin setelah mengetahui tentang ilmu agama mbak.”28 Hal serupa juga dituturkan oleh MS bahwa motivasi utama adalah orang tua. “saya ngaji ilmu fikih awalnya disuruh orang tua mbak, kalo saya tidak nurut nanti pasti orang tua saya sedih makanya saya turuti untuk ngaji di majelis ta’lim ini mbak. Tapi semakin hari yang awalnya hanya untuk membahagiakan orang tua saja bertambah motivasi saya ikut ngaji mbak. Salah satunya agar saya bisa berkumpul dengan orang-orang alim, terus supaya ibadah saya lebih afdhol.”29 27
HW, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi IX, Pekalongan, 24 September
28
TNA, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi X, Pekalongan, 24 September
29
MS, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi XI, Pekalongan, 24 September
2015 . 2015. 2015 .
79
5. Kebutuhan akan ilmu agama Semua orang didunia ini sangat membutuhkan ilmu terutama ilmu agama, dimana agama adalah kebutuhan manusia di dunia ini. Untuk memahami tentang agama maka dibutuhkan ilmu agama agar kita tahu yang diperintahkan-Nya dan dilarang-Nya. Di majelis ta’lim Al Husain pula ada beberapa santri yang sadar akan kebutuhan tentang ilmu agama. Seperti yang dituturkan oleh MLH bahwa santri yang ikut mengkaji ilmu fikih ada yang sadar akan kebutuhan ilmu fikih secara murni dan adapula yang ikut mengkaji ilmu fikih sebab faktor yang lain. “yang ikut mengaji ilmu fikih ya ada yang sadar bahwa diri saya sebagai hamba Allah harus tahu bagaimana caranya agar saya dicintai oleh Allah dengan salah satu jalan yaitu harus tahu bagaimana ilmu agama yang sesungguhnya. Adapula mbak yang ikut kajian ilmu fikih karena sudah kuliah nah dalam beberapa mata kuliah yang diambil itu ilmu fikih, makanya ada beberapa santri yang ikut mengkaji ilmu fikih untuk menunjang akademiknya. Katanya kalo di kampus itu pendidik ada yang tidak mengupas secara keseluruhan ilmu fikihnya, jadi dia mencari sendiri mbak.”30 Hal serupa juga dituturkan oleh MA. “saya mengaji disini selain untuk memperdalam ilmu agama, juga untuk menunjang pelajaran atau mata kuliah dalam bidang fikih. Tau sendiri mbak kalau disekolah itu yang dipelajari
30
2015.
MLH, Ketua Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi II, Pekalongan, 27 September
80
hanya hal yang mendasar saja kurang mendalam seperti di majelis ta’lim Al Husain ini.”31
31
2015.
MA, Santri Majelis Ta’lim Al Husain, Wawancara Pribadi XII, Pekalongan, 24 September