BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA’ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT
A. Analisis Bentuk Penyimpangan Perilaku Peserta Didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan Setelah penulis memperoleh data selama mengadakan penelitian, maka dalam bab ini akan penulis analisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif dan komparatif. Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, bahwa ada bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh peserta didik MTs. Ma’arif NU
Buaran
Pekalongan. Yaitu:Tidak mengerjakan tugas dari guru, membolos, terlambat sekolah, berbohong dengan guru, tidak memakai seragam sesuai jadwalnya, Tidak memakai atribut sekolah, tidak pakai peci, sepatu dan lain-lain, tidak sopan dengan guru, memakai perhiasan, membawa HP, merokok, Meninggalkan kelas tanpa izin guru dan pada saat jam pelajaran.1 Dari beberapa bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan peserta didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan tersebut, penulis menganalisa bahwa bentuk-bentuk penyimpangan perilaku peserta didik MTs. Ma’arif NU
Observasi yang dilakukan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan pada tanggal 23 September 2014. 1
69
70
Buaran Pekalongan merupakan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang masih dalam kategori penyimpangan perilaku yang ringan. Di MTs. Ma’arif NU Buaran tidak pernah terjadi penyimpanganpenyimpangan perilaku yang terlalu ekstrim.Hanya penyimpangan perilaku umum yang dilakukan oleh para remaja. Sebagaimana telah penulis sebutkan dalam bab dua, diterangkan dalam buku Psikologi Anak dan Remaja Muslim karya Muhammad Jamaluddin Ali Makhfuzh,” bentuk-bentuk perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh siswa pada usia remaja adalah terlambat pelajaran, kabur dari sekolah, absen dari sekolah, berontak terhadap aturan sekolah, berbohong, berlagak seperti lawan jenis, perilaku-perilaku yang anarkis, berbuat cabul, problem gender, merokok, memusuhi teman-teman, membuat gank, tidak mau taat kepada orang tua, mencuri, memusuhi guru.”2 Demikian juga penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan peserta didik MTs. Ma’arif NU Buaaran Pekalongan merupakan perilaku siswa yang dalam usia remaja yang sebatas pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan, seperti membolos, terlambat sekolah, berbohong, kurang sopan terhadap guru dan lain sebagainya. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu guru di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan yaitu pak Hery Mulyanto, S. Pd. : “Kalau menurut saya, sebenarnya perilaku anak-anak disini ya wajarwajar aja sie mbak... seperti di sekolah-sekolah lain. Namanya anakanak, ada yang penurut ada juga yang sukanya melanggar peraturan...”3
2 Muhammad Jamaluddin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm. 174-175. 3 Hery Mulyanto, TU MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 September 2014.
71
B. Analisis Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Peserta Didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis paparkan dalam bab tiga, bahwa faktor-faktor penyebab penyimpangan perilaku peserta didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan bermacam-macam sesuai jenis penyimpangan perilakunya, yaitu sebagai berikut: 1.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik tidak memakai seragam sesuai jadwalnya, tidak memakai atribut, tidak memakai peci, sepatu dan lainlain, yaitu karena faktor ekonomi keluarga, atau faktor dari diri anak itu sendiri misalnya lupa dan lain sebagainya.
2.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik memakai perhiasan atau membawa handphone, yaitu karena siswa masih dalam usia remaja yang ingin tampil menarik di depan lawan jenisnya dan ingin memperbanyak teman.
3.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik tidak mengerjakan tugas guru atau terlambat ke sekolah yaitu, karena kurangnya perhatian dari orang tua,
bangun kesiangan, bermain sampai larut malam, keteladan dari
guru. 4.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik berbohong kepada guru atau tidak sopan terhadap guru yaitu, kurangnya pendekatn pada siswa, kurang tegasnya seorang guru dan lain sebagainya.
72
5.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik membolos atau meninggalkan kelas tanpa izin saat jam pelajaran yaitu, malas, pengaruh teman dan lain sebagainya.
6.
Faktor yang mempengaruhi peserta didik merokok yaitu, faktor keluarga dan faktor lingkungan sekitar baik lingkungan disekitar rumah atau teman disekolah. Berdasarkan uraian faktor-faktor penyebab penyimpangan perilaku
diatas,
dapat
mempengaruhi
ditarik
kesimpulan
bahwa
penyimpangan-penyimpangan
faktor-faktor perilaku
yang
paling
yang dilakukan
peserta didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan adalah: a. Faktor Keluarga Orang tua yang kurang perhatian terhadap anaknya, orang tua yang pendidikan agamanya kurang, faktor ekonomi keluarga, orang tua yang kurang tegas, dan lain sebagainya. b. Faktor Lingkungan Selain lingkungan keluarga, Faktor lingkungan yang lain yang dapat mempengaruhi
anak
melakukan
penyimpangan
perilaku
adalah
lingkungan masyarakat sekitar dan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah seperti halnya keteladanan guru, pendidikan yang kurang baik di sekolah, teman-teman disekolah dan lain sebagainya. Setelah dari sekolah, anak-anak bergaul di masyarakat, jika teman-teman nya dimasyarakat kurang baik maka akan berpengaruh juga bagi perilaku si anak.
73
c. Faktor Dari Dirinya Sendiri Faktor dari diri anak inilah yang paling susah untuk ditanggulangi, dan perlu usaha ekstra untuk memperbaikinya. Faktor dari diri peserta didik sendiri contohnya tidak membawa buku pelajaran dan penyebabnya adalah lupa, dan lain sebagainya. Faktor-faktor penyebab penyimpangan perilaku tersebut sesuai dengan materi yang telah penulis paparkan pada bab dua, yang dikutip dari buku “Kesehatan Mental” karya Yusak Burhanuddin, bahwa penyimpangan perilaku anak biasanya disebabkan karena beberapa hal, diantaranya: a.
Kurangnya pendidikan agama
b.
Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan
c.
Tidak teraturnya pengisian waktu luang
d.
Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi
e.
Kemerosotan moral dan mental orang dewasa
f.
Adanya pengaruh film dan buku-buku yang tidak baik
g.
Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik
h.
Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak
i.
Salahnya pendidikan orang tua
j.
Pengaruh motivasi agama bagi anak.4
4
Yusak Burhanudddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 86-91.
74
C. Analisis
Peranan
Guru
Dalam
Penganggulangan
Penyimpangan
Perilaku Peserta Didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan Melalui Spiritual Treatment Dari beberapa bentuk dan faktor penyebab penyimpangan perilaku peserta didik MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan yang telah penulis paparkan sebelumnya, MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan mempunyai cara-cara atau usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka menjalankan peranannya. Peranan tersebut diantaranya melalui usaha-usaha spiritual treatment. Usaha Spiritual Treatment yang dimaksud dan dilaksanakan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka menyentuh jiwa peserta didik, agar peserta didik mempunyai kesadaran pada dirinya sendiri bahwa dirinya melakukan perilaku yang kurang baik. Usaha tersebut adalah: 1.
Hukuman Yang Mendidik dan Pembinaan Hukuman mendidik ini diberikan dengan tujuan membuat jera siswa agar tidak mengulangi perbuatannya lagi, dan memberikan pelajaran bahwa yang dilakukannya adalah salah, sekaligus memberikan pendidikan mana perbuatan yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh. Sedangkan pembinaan yang dilakukan setiap hari sabtu pagi bertujuan untuk mengingatkan siswa tentang peraturan-peraturan sekolah sehinga siswa lama-kelamaan akan tersentuh hatinya dan mau berubah ke arah
75
yang lebih baik. Selain itu juga diberikan reward untuk memotivasi siswa untuk berprestasi disekolah. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Kurdiyanto: “... Saya sendiri biasanya menangani kasus perkasus itu secara individu, kalau secara umumnya saya biasanya memberikan pembinaan setiap hari sabtu saat upacara...”5 2.
Pembiasaan Nilai-nilai Agama Pembiasaan nilai-nilai agama dilakukan dalam rangka memberikan pendidikan agar anak senantiasa terbiasa dalam melakukan kegiatankegiatan agama, khususnya beribadah. Seperti pembiasaan sholat dhuhur berjamaah di sekolah secara otomatis mengajak anak untuk sholat, mengajari pentingnya jama’ah dan lain sebagainya. Seperti yang disebutkan dalam buku “ Konseling Islami” karya Saiful Akhyar Lubis bahwa dengan ibadah sholat sebagai ibadah pokok dan kunci dalam agama Islam, diharapkan klien dapat merasakan benarbenar telah menyerahkan seluruh permasalahannya kepada Allah. Dan akhirnya ia dapat kembali merasakan ketenangan hati.6
3.
Menciptakan Hubungan Yang Baik Hubungan yang baik antara guru dengan murid sangat membantu dalam rangka menanggulangi pernyimpangan perilaku siswanya. Hubungan yang baik dan relatif dekat akan membuat anak nyaman jika menceritakan masalah-masalahnya kepada guru, sehingga guru dapat
5 Kurdiyanto, Kepala MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 September 2014. 6 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami (Yogyakarta: ElSAQ Press, 2007), hlm.102.
76
mengetahui faktor penyebab anak melakukan penyimpangan perilaku sehingga dapat di atasi dengan tepat dan lebih mudah. 4.
Kegiatan Keagamaan Kegiatan keagamaan yang dilakukan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan antara lain adalah: a. Pelaksanaan peringatan hari besar islam, misalnya peringatan Isro’ Mi’roj, peringatan maulid Nabi, dan lain sebagainya. b. Kegiatan istighosah, dalam rangka menjelang ujian anak-anak biar jiwanya lebih tenang. c. Kegiatan nariyahan, tujuannya sama dengan istighosah yaitu menenangkan hati dan jiwa peserta didik agar mereka siap menghadapi ujian. Dan secara otomatis juga akan merubah perilaku anak ke arah yang lebih baik. Kegiatannya dilakukan setiap hari Jumat khusus untuk kelas IX. Seperti yang dipaparkan oleh pak Siroj: “...nariyahan setiap hari Jum’at ba’dal Ashar, di sana nanti ada tausiyahnya juga, terus pembaca’an tahlil seminggu sekali sebelum akhir pelajaran biasanya setiap hari Sabtu. Terus Istighoshah, biasanya untuk menghadapi ujian, nanti ada acara pembaca’an do’a istighosah, sholat malam, sholat hajat, renungan-renungan untuk menggungah hati siswa. Terus kalau di jam pelajaran saya membiaskaan setiap akhir pelajaran anak-anak tak suruh membaca ayat-ayat al-Qur’an atau menghafal juz amma, terus saya memberikan nasehatnasehat agama. Dan sebelum pelajaran ada juga tradisi membaca asmaul khusna. Biar jiwa anak itu adem mbak.”7
Muhammad Siroj, Guru PAI MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 18 September 2014. 7
77
5.
Bimbingan Konseling Seperti telah dipaparkan dalam bab tiga bahwa setiap peserta didik yang melakukan penyimpangan perilaku akan di tangani terlebih dahulu oleh guru kelas, kemudian wali kelas, dan selanjutnya jika tidak bisa teratasi barulah guru BK memberikan bimbingan dan konseling untuk mengatasinya. Diantara bimbingan yanng dilakukan diantaranya adalah kegiatan Hipnoterapi. Dengan mendatangkan ahli untuk mengubah pola pikir anak dan membantu anak ke arah yang lebih baik.
6.
Home Visit Home visit bertujuan untuk menginformasikan perilaku anak kepada orangtua dan mencari informasi tentang faktor penyebab seorang siswa melakukan penyimpangan perilaku. Sehingga terjadi kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua siswa dalam rangka memperbaiki perilaku siswa. Yang menjadi kendala dalam usaha ini adalah, kadang-kadang ada orang tua yang acuh dan kurang perhatian kepada anaknya. Sepeerti yang diungkapkan oleh pak Hery: “...Mungkin yng agak sulit semisal kita sudah berusaha dengan keras tapi wali muridnya susah di ajak kerja sama. Itu aja si mbak...”8
Hery Mulyanto, TU MTs. Ma’arif Pekalongan, 17 September 2014. 8
NU Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi,
78
7.
Kegiatan Ekstrakulikuler Kegiatan ekstrakulikuler diadakan dengan tujuan mengisi waktu luang anak dengan kegiatan yang positif. Kegiatan tersebut antara lain: pramuka dan rebana. Dari beberapa usaha spiritual treatment yang telah dilakukan di MTs.
Ma’arif NU Buaran Pekalongan, penulis menganalisa, bahwa usaha-usaha tersebut sudah sesuai dengan teori konsep spiritual treatmentyang telah dipaparkan penulis pada bab dua, tentang usaha-usaha spiritual treatment yang dapat dilakukan di sekolah, yaitu: a.
Terapi Agama Terapi agama yang dilaksanakan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan sebagaimana disebutkan diatas, yaitu kegiatan-kegiatan keagamaan seperti peringatan PHBI, nariyahan, istighosah. Dan ada juga pembiasaan nilai-nilai agama, seperti diadakannya sholat dhuhur berjamaah dan lain sebagainya.
b.
Pendidikan Rohani Pendidikan rohani yang dilaksanakan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan yaitu, pemberian hukuman yang mendidik seperti menulis surat pernyataan, mengucapkan kalimat istighfar dengan jumlah tertentu, menghafalkan surat-surat pendek dan lain-lain. Kemudian juga setiap awal kegiatan KBM dibiasakan membaca asmaul khusna bersama-sama, kemudian setiap akhir pelajaran membaca surat-surat dalam juz amma,
79
dan juga diberikannya nasehat-nasehat agama setiap saat untuk peserta didik c.
Bimbingan Konseling Bimbingan konseling merupakan usaha wajib yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dalam rangka menanggulangi masalah-masalah siswa. Hal ini juga dilaksanakan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan sebagai salah satu usaha untuk menanggulangi penyimpangan perilaku peserta didik. Bimbingan konseling yang dilakukan di MTs. Ma’arif NU Buaran Pekalongan selain menangani kasus perkasus, secara umumnya adalah dengan diadakannya pembinaan setiap hari sabtu, menciptakan hubungan yang baik dengan siswa, home visit, hipnoterapi, pengisian waktu luang siswa yaitu dengan mengadakan kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka dan rebana.