BAB I PENGANTAR
1.1. Latar Belakang Kehidupan dan pekerjaan adalah dua hal yang saling melekat dan telah menjadi ketetapan hidup, agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya maka harus bekerja. Sebenarnya bukan hanya manusia saja yang haruis bekerja, seluruh makhluk hidup yang hidup di dunia ini juga bekerja untuk mencari makan dan bertahan hidup tentunya dengan caranya sendiri-sendiri. Bonus demografi yang akan diperoleh bangsa Indonesia pada tahun 2020-2035 mendatang, merupakan masa transisi dimana terjadi penurunan fertilitas dalam jangka panjang yang mampu menyebabkan perubahan struktur kependudukan, terutama peningkatan terhadap penduduk usia produktif. Peningkatan penduduk usia-usia produktif ini mampu menurunkan angka ketergantungan bagi penduduk usia non-produktif, sehingga dapat memberikan keuntungan kesejahteraan
ekonomis bangsa
untuk
meningkatkan
Indonesia.
Namun,
pertumbuhan jika
bangsa
ekonomi Indonesia
dan tidak
menginginkan untuk kehilangan jendela kesempatan tersebut, maka perlu dipersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas sejak sekarang sehingga adanya momentum bonus demografi dapat benar-benar bermakna bila mampu dimanfaatkan dengan baik. Solusi untuk pemanfaatan bonus demografi, pendidikan berperan dalam penting
dalam
peningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
untuk
mengembangkan potensi manusia secara optimal karena pendidikan sendiri 1
2
merupakan investasi bagi sumber daya manusia dimasa depan. Selain pendidikan, kesehatan juga perlu diperhatikan karena kesehatan merupakan salah satu aspek kualitas penduduk. Jika pendidikan dan kesehatan penduduk usia produktif
dalam
peningkatan modal manusia sudah berkualitas, secara tidak langsung bangsa Indonesia siap untuk menyambut bonus Demografi yang berperan dalam memajukan Bangsa, karena dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan, akan menciptakan kesejahteraan bagi penduduk. Oleh karena itu, bonus demografi sangat berperan untuk mengukur mampu tidaknya bangsa Indonesia dalam memanfaatkan adanya bonus demografi untuk memajukan bangsa,
yang dimaksud
disini
adalah
jika
bangsa
Indonesia
berhasil
memanfaatkan adanya bonus demografi dengan baik, maka akan dapat membawa Indonesia melesat lebih maju karena peningkatan perekonomian yang signifikan seperti negara-negara tetangga yang telah berhasil dalam hal pemanfaatan jendela kesempatan tersebut. Untuk itu, mulai saat ini generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing meraih kesempatan kerja dan bersaing dengan negara-negara lain seluruh dunia. Artinya, mulai sekarang anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara optimal. Permasalahan pembangunan sumber daya manusia yang seharusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar yaitu kualitas manusia. Pengembangan sumber daya
3
manusia yang merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa. Pemerintah harus mampu menjadi “agent of development” dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Pemerintah juga harus menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga asset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri. Koperasi sejak awal diperkenalkan baik di negara-negara Eropa Barat maupun Indonesia sudah diarahkan untuk mampu mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang beruntung dalam sistem ekonomi pasar liberal kapitalistik. Koperasi diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai kerja sama (gotong royong),
menolong
diri
sendiri,
solidaritas,
kejujuran,
keterbukaan,
mengutamakan kebersamaan dan keadilan serta beberapa esensi moral positif lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Undang Undang Dasar (UUD) 1945, dalam
4
pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Koperasi yang terlahir pertama di Inggris (1844) berusaha mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan yang selanjutnya menelorkan prinsipprinsip keadilan yang dikenal dengan “Rochdale Principles”. Dalam waktu yang hampir bersamaan di Perancis lahir koperasi yang bergerak di bidang produksi dan di Jerman lahir koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjam (Masngudi, 1990). Pada mulanya prinsip Rochdale memang banyak ditentukan oleh semangat kerja para pengurusnya, yang benar-benar merasakan kepahitan hidup era revolusi industri di Inggris. Karena itu, rumusan prinsip Rochdale itu adalah hasil dari proses pemikiran yang dalam, matang oleh kepahitan zaman, teruji oleh kenyataan sejarah, dan didorong oleh semangat tinggi untuk mengangkat martabat manusia. Sejalan dengan perkembangan koperasi di bagian dunia lainnya, prinsip Rochdale itu dijadikan contoh dan pedoman oleh seluruh gerakan koperasi dunia (Baswir, 2012). Dalam Pasal 1 UU No. 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian dijelaskan bahwa, “Koperasi sebagai badan usaha yang didirikan oleh orang perorangan atau badan hokum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperasi yang dimaksudkan pada Pasal 4 UU No. 17 Tahun 2012 yang berkaitan
5
dengan
demokrasi
ekonomi,
bahwa
koperasi
bertujuan
meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Organisasi koperasi mempunyai tujuan dan memiliki sistem pengelolaan, tertib organisasi bahkan mempunyai asas dan sendi-sendi dasar dalam melakukan kegiatannya. BPS (2013), jumlah penduduk di Indonesia saat ini berkisar 250 juta jiwa, hal ini dapat dianalisis bahwa Indonesia dapat menjadi negara maju apabila memiliki minimal 5 juta entrepreneur. Akan tetapi, fakta data statistik mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki entrepreneur sejumlah 900.000 orang atau hanya sekitar 0,18 %. Fakta ini mengungkapkan bahwa Indonesia masih sangat jauh dari level negara maju, dengan asumsi jumlah entrepreneur dijadikan acuan utama. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan bagi kita sebagai masyarakat Indonesia yang harus berpikir sebagaimana pikiran yang dimiliki oleh negara maju. Lulusan Perguruan Tinggi dari tahun ke tahun terus meningkat. Lapangan pekerjaan tidak banyak berkembang. Salah satu solusi yang dimungkinkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mempersiapkan generasi muda terutama para lulusan perguruan tinggi agar memiliki kemampuan berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan minimal bagi dirinya sendiri. Agar efektif, perguruan tinggi harus memahami secara mendalam
tentang
faktor-faktor
berwirausaha di kalangan mahasiswa.
yang
mempengaruhi
munculnya
minat
6
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam pembangunan perekonomian adalah dengan jalan kewirausahaan. Kewirausahaan memiliki peran yang penting dalam pembangunan perekonomian di suatu Negara, terutama Negara berkembang seperti Indonesia. Kewirausahaan adalah salah satu kekuatan pendorong bagi pencapaian pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja (Gorman et al., 1997 dan Henley, 2005 dalam Jurnal Small Business). Kemudian menurut Zelealem et al., (2004, dalam Journal of Management Development) para pembuat kebijakan, akademisi, dan peneliti setuju bahwa kewirausahaan adalah rute penting bagi kemajuan ekonomi Negara berkembang dan maju. Penelitian ini memperhatikan kecenderungan yang terjadi pada kelompok masyarakat berpendidikan tinggi atau tingkat sarjana. Salah satu orientasi mereka setelah lulus adalah mencari kerja, bukan menjadi pekerja mandiri maupun menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Masyarakat berpendidikan tinggi di Indonesia sedikit sekali yang memilih wirausaha sebagai alternatif profesinya. Pandangan ini dianut oleh sebagian besar penduduk di Indonesia, sehingga mereka tidak tertarik untuk berwirausaha. Mereka lebih memilih bidang lain seperti menjadi pegawai negeri, atau pegawai swasta (Alma, 2005). Guna menumbuhkan jiwa wirausaha yang tangguh pada diri seseorang memang membutuhkan waktu yang terbilang lama serta dibutuhkan kesabaran untuk selalu mengasahnya. Jiwa entrepreneurship atau jiwa wirausaha memang dapat diupayakan untuk dikembangkan serta dibekalkan pada seseorang (terutama pada pemuda) untuk menguatkan mental seseorang tentang entrepreneurship.
7
Cara yang sering ditempuh untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yaitu dengan mengikuti seminar-seminar umum tentang kewirausahaan, mempelajari psikologi manusia serta membiasakan menjalani kehidupan dengan semangat tinggi untuk berpola hidup produktif. Tanamkan gagasan bahwa setiap waktu adalah uang, setiap tenaga adalah kerja dan setiap ide merupakan inovasi perubahan. Dan tumbuhkan bahwa seorang pemuda memang siap untuk menjadi wirausaha muda yang sukses. Koperasi “Kompa UGM” sendiri mempunyai prinsip-prinsip seperti pada koperasi-koperasi lainnya namun tetap mengacu pada UU No. 25 tahun 1992 (Kompa UGM, 2009), yaitu; keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; pengawasan secara demokratis oleh anggota; partisipasi aktif oleh anggota; keotonomian dan kemandirian; pendidikan, pelatihan dan penginformasian; kerjasama antar Koperasi; dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Idealnya dalam sebuah koperasi partisipasi dari anggota terhadap kegiatankegiatan harus tinggi tak terkecuali dalam kegiatan pendidikan. Begitu juga dengan kewajiban sebuah koperasi untuk melaksanakan pendidikan ke semua anggota tanpa terkecuali dan memberikan kebermanfaatan pada anggotanya. Jumlah anggota Koperasi Mahasiswa sampai dengan bulan Desember tahun 2014 adalah 1618 anggota, yang terdiri dari 1503 anggota sebagai di luar kepengurusan, 28 anggota sebagai pengurus Koperasi Mahasiswa “Kopma UGM” dan 87 anggota sebagai karyawan di empat divisi usaha Koperasi Mahasiswa “Kopma UGM”. Dari jumlah anggota Koperasi Mahasiswa “Kopma UGM”
8
tersebut yang aktif sudah mengikuti pendidikan 3D (Pendidikan Dasar, Pendidikan Organisasi, dan Pendidikan Manajemen). Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Kewirausahaan memang diminati oleh banyak kalangan mahasiswa dan kalangan pemuda yang lainnya. Banyak wirausaha muda yang bermunculan dengan berbagai produk yang mereka usung kedalam bisnis mereka. Wirausaha muda saat ini telah mengalami berbagai pengalaman dalam menjalani bagaimana menjadi seorang entrepreneurship yang baik dan dapat bersaing dengan berbagai produk yang ada di pasar. Wirausaha muda yang telah memiliki jiwa wirausaha yang tinggi akan selalu berusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi baru agar produk yang mereka produksi tidak kalah bersaing di pasar. Untuk memenangkan setiap persaingan, kebanyakan seorang wirausahawan akan melakukan berbagai modifikasi pada produk serta meningkatkan strategi pemasaran produk agar konsumen tertarik pada produk yang mereka tawarkan. Made, Tri dan Budi (2004) menyatakan bahwa output Perguruan Tinggi berwawasan
entrepreneurship
diharapkan
mempunyai
IPTEKS
(Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni) sebagai kompetensi untuk berwirausaha dan mempunyai wujud kebudayaan ideal. Proses pembentukan sarjana sebaiknya berbentuk proses pembelajaran bersama antara mahasiswa dan dosennya dengan objek pemecahan masalah berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam bentuk produk/jasa berdasarkan kompetensi IPTEKS yang dipelajari. Tumbuhnya jiwa berani bertindak (mengambil resiko) sebagai dasar sifat entrepreneur. Kegiatan
9
berwawasan entrepreneurship dapat diarahkan untuk melatih secara bertahap kemampuan mahasiswa dalam mencirikan dan memformulasikan berbagai peluang wirausaha yang ada di masyarakat sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajarinya. Untuk mengantisipasi keseimbangan antara produk perguruan tinggi akan kebutuhan sarjana di lapangan maka beberapa hal perlu mendapatkan perhatian, antara lain peningkatan kegiatan ektra kurikuler yang berupa kewirausahaan yang diikuti dengan pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas staf pengajar, peningkatan fasilitas laboratorium, keterkaitan dan kesepadanan, serta umpan balik alumni. Oleh karena itu, untuk mewujudkan calon-calon pengusaha muda terdidik atau pengusaha muda pemula perlu ditumbuhkan jiwa dan naluri kewirausahaan melalui Kuliah Kewirausahaan, sehingga menumbuhkan etos kerja seiring dengan pembelajaran. Hal yang ingin dikaji oleh peneliti di koperasi mahasiswa “KOPMA UGM”. Peneliti mengambil penelitian ini dikarenakan pemuda sebagai kunci utama dalam membangun bangsa harus memiliki ilmu pengetahuan, moral dan etika yang baik sebagai modal dasar untuk memajukan bangsa, dengan memberi judul “Peran Koperasi Mahasiswa (Kopma) Dalam Membangkitkan Jiwa Kewirausahaan Di Kalangan Mahasiswa dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Ekonomi” (Studi di KOPMA UGM Yogyakarta).
10
1.2. Rumusan Masalah Lulusan Perguruan Tinggi dari tahun ke tahun terus meningkat dan lapangan pekerjaan tidak banyak berkembang. Salah satu solusi yang dimungkinkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mempersiapkan generasi muda terutama para lulusan perguruan tinggi agar memiliki kemampuan berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peran koperasi mahasiswa “Kopma UGM” dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa? 2. Bagaimana implikasinya dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa terhadap ketahanan ekonomi?
1.3. Keaslian Penelitian Penelitian yang mengkaji tentang peran koperasi mahasiswa dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai atau tidak jauh berbeda dengan tema penelitian ini.
11
No.
1.
Nama, Tahun dan Judul Penelitian Usman Moonti, 2013. “Peran dan Prospek Perkembangan Koperasi Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kota Gorontalo”
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi karakteristik dan pola sebaran koperasi di Kota Gorontalo, mengkaji tingkat perkembangan koperasi dan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perkembangan koperasi di Kota Gorontalo.
Dalam penelitian ini menggunakan metode survey, sampling design acak sederhana, analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
Peran dan prospek perkembangan koperasi di Kota Gorontalo sangat penting dalam perekonomian masyarakat, hal ini terlihat dari adanya program pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat dalam peningkatan kualitas, sumber daya manusia, bantuan langsung dan pengkreditan.
2.
Edy Santoso, 2011. “Pemberdayaan Koperasi Untuk Peningkatan Kesejahteraan Anggota Dalam Mendukung Ketahanan Ekonomi Wilayah (studi kasus di Koperasi Pasar Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan)”
Untuk mengetahui bagaimana peran koperasi pasar pondok labu dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan dalam mendukung ketahanan ekonomi wilayah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Koperasi Pasar Pondok Labu menyimpan potensi ekonomi yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar yang didukung oleh regulasi dan kebijakan pemerintah yang cukup memadai.
3.
Bayu Himawan Susanto, 2013. “Analisis Pengaruh Dimensi Hambatan Berwirausaha Terhadap Niat Berwirausaha Di Kalangan Mahasiswa”
Untuk menguji apakah variabel independen hambatan berwirausaha berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu niat untuk berwirausaha pada mahasiswa,
Menggunakan instrument kuesioner yang diperoleh dari 120 responden mahasiswa FEB UGM.
Faktor psikologis terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap niat untuk berwirausaha pada mahasiswa.
12
4.
Uswatun Hasanah, 2013. Implementasi Paperless Office Sebagai Media Perkantoran di Koperasi Mahasiswa UGM”
Untuk membuat system paperless office yang dapat diimplementasikan di Koperasi Mahasiswa UGM.
Metodologi penelitian yang dilakukan dengan observasi, studi literatur, wawancara dan pengembangan sistem.
Sistem perkantoran paperless telah berhasil dibuat dan diimplementasikan di Kopma UGM. Sistem juga dapat melakukan proses perkantoran jarak jauh seperti pemberitahuan pengumuman, diskusi dan adanya file yang dapat didownload, pendokumentasian surat, fasilitas pengiriman agenda melalui SMS gateway ke semua anggota, serta sarana komunikasi.
Posisi penelitian ini meskipun mengambil tema yang sama namun memiliki perbedaan. Kesamaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada fokus penelitiannya yaitu koperasi. Sedangkan untuk perbedaannya mencakup tempat penelitian, variabel yang diteliti dan alat analisis yang digunakan, serta pada rumusan masalahnya dihubungkan dengan Ketahanan Ekonomi Anggota dan lebih menekankan pada keanggotan yang tergolong usia muda (pemuda). Selain itu, yang membedakan juga dapat dilihat dari kepengurusan yang sepenuhnya dikelola oleh mahasiswa dalam menjalankan sendi-sendi dasar koperasi dan peningkatan pemahaman anggota dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan koperasi untuk mencetak kader-kader yang paham tentang kewirakoperasian.
13
1.4. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peran koperasi mahasiswa “Kopma UGM” dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa. 2. Untuk mengetahui implikasinya koperasi mahasiswa “Kopma UGM” dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa terhadap ketahanan ekonomi.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu ketahanan nasional terutama yang berkaitan dengan koperasi khususunya koperasi mahasiswa dalam peningkatan ketahanan ekonomi. b. Manfaat Praktis Penelitian ini akan memberikan sumbangan informasi kepada: 1. Pengurus Koperasi mahasiswa “Kopma UGM”, diharapkan hasil temuan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan Peran koperasi mahasiswa “Kopma UGM” sehingga diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan ketahanan ekonomi anggota koperasi.
14
2. Mahasiswa, hasil penelitian diharapkan dapat mengidentifikasi peran koperasi mahasiswa “Kopma UGM” dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa sehingga harapan dari penelitian ini dapat mengubah cara pandang mahasiswa bahwa koperasi mahasiswa “Kopma UGM” bukan semata-mata tanggung jawab kampus namun kalangan mahasiswa juga berperan dalam menentukan keberhasilan dan kesejahteraan ekonomi anggota. 3. Keilmuan, diharapkan temuan ini berguna sebagai informasi bagi peneliti lain mengenai konsep peran yang sesungguhnya dan menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pengembangan peran koperasi mahasiswa “Kopma UGM” dalam membangkitkan jiwa kewirausahaan di berbagai kalangan terhadap Ketahanan Ekonomi Anggota.