1
BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adanya perkembangan waktu dan diikuti dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tuntutan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan tersebut terus meningkat. Masalah perkembangan kota pada saat ini telah menjadi masalah yang sulit untuk diatasi dan sering memunculkan konsekuensi negatif pada lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk di kota berarti juga peningkatan kebutuhan lahan (Kusrini, 2011: 6). Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan diperlukan lahan/tanah. Sifat tanah yang tetap mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat. Tanah memiliki ciri khas yang unik karena tidak ada persil tanah yang persis sama baik lokasi maupun komposisinya, secara fisik tidak bergerak, bersifat tahan lama, penawarannya relatif tetap dan mempunyai kegunaan bagi manusia. Kegunaan tanah pun dapat dikembangkan sebagai perumahan, komersial, industri dan pertanian serta kegunaan lainnya (Appraisal institute, 2008: 205). Menurut pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa negara bertanggungjawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya
1
2
dilaksanakan oleh pemerintah. Kebutuhan akan perumahan (papan) bagi masyarakat makin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat serta merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan setelah pangan dan sandang (Prasetyo, 2006: 7). Laju pembangunan fisik di wilayah perkotaan sangat dipengaruhi oleh laju perkembangan kota yang mengalami proses pergeseran penggunaan lahan dari pusat kota ke pinggiran kota. Hal tersebut timbul akibat keterbatasan lahan dan tingkat kompetisi penggunaan lahan di pusat kota. Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan secara fisik dapat ditandai dengan kenampakan lahan melalui pola tata penggunaan lahan. Pola perubahan penggunaan lahan merupakan arah dari perubahan lahan menuju pusat kegiatan ekonomi sebagai akibat adanya perkembangan kota. Perubahan tersebut dapat berupa kawasan terbangun dengan mengkonversi lahan pertanian (Putra, 2003: 60). Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Kota Mataram ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berfungsi sebagai pintu gerbang dan simpul utama transportasi serta kegiatan perdagangan dan jasa skala regional. Sementara, dalam RTRW Provinsi NTB, Kota Mataram ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Mataram Metro dibidang pertumbuhan ekonomi. Keberadaan Kota Mataram sebagai PKN dan KSP memiliki potensi yang sangat strategis dalam pengembangan wilayah (Bappeda, 2011: 36). Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan memiliki peran yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan kota-kota lain di provinsi NTB. Dalam pembangunan Kota Mataram sampai pada akhir-akhir ini, sangat dirasakan sekali
3
adanya perkembangan cukup pesat yang dicirikan antara lain oleh perubahan dalam berbagai bidang termasuk fisik ruang kota yang sekaligus disertai tekanan transformasi sosial ekonomi dengan pola penggunaan lahan yang semakin mendekati pusat-pusat kegiatan ekonomi. Berdasarkan data jumlah penduduk Kota Mataram pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah penduduk sebanyak 413.210 jiwa. Terjadi kenaikan sebesar 57.069 jiwa atau sebesar 13,8 persen dari jumlah penduduk tahun 2007. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Ampenan sebanyak 80.281 jiwa. Hal tersebut diakibatkan karena Kecamatan Ampenan adalah kecamatan tertua dan merupakan kawasan perdagangan regional. Adanya kenaikan jumlah penduduk ini berdampak pada konversi lahan pertanian di Kota Mataram. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir yaitu tahun 2007-2012 alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian cukup tinggi sebesar 326,03 Ha. Terjadi alih fungsi lahan terbesar di Kecamatan Sekarbela sebesar 174,34 Ha dengan penggunaan sebagai kawasan pengembangan infrastruktur kota, kawasan pendidikan, industri, perluasan jalan dan perumahan. Kecamatan Mataram sebesar 80,33 Ha dengan penggunaan sebagai pusat perkantoran, pengembangan perumahan dan pertokoan. Hal ini disebabkan oleh semakin pesatnya perkembangan dan pertumbuhan kota yang berdampak pada penyesuaian terhadap kebutuhan lahan untuk pengembangannya. Adanya pengalihan fungsi lahan disebabkan oleh tingginya permintaan untuk pemanfaatan lahan pertanian menjadi non pertanian baik konversi lahan yang dilakukan pemerintah kota ataupun permintaan dari masyarakat untuk permukiman. Berikut disajikan data alih fungsi
4
lahan pertanian di Kota Mataram Tahun 2007-2012 pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perkembangan Alih Fungsi Lahan Pertanian Per Kecamatan di Kota Mataram, 2007-2012 Kecamatan
2007-2008
-1,5 Ampenan -34,78 Sekarbela -0,23 Mataram -0,1 Selaparang 0,68 Cakranegara -5 Sandubaya -40,93 jumlah
Alih Fungsi lahan pertanian (Ha) 2008-2009 2009-2010 2010-2011
2011-2012
-1,5 -34,78 -0,23 3,99 2,32 -5 -35,2
-0,16 -35 -39,82 -1,74 -3,75 -23,39 -103,86
-2,88 -34,78 -0,23 0 0 -5 -42,89
-6,89 -35 -39,82 -6,89 -13 -1,55 -103,15
Total -12,93 -174,34 -80,33 -4,74 -13,75 -39,94 -326,03
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2013, diolah
Menurut Supardi (2012), Kepala Dinas Tata Kota Mataram bahwa perumahan ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, sehingga pembangunan perumahan tidak bisa dibatasi, jumlah rumah yang tersedia masih kurang sedangkan masyarakat berkeinginan untuk mempunyai rumah. Oleh karena itu, pengembangan perumahan di Kota Mataram saat ini semakin mempersempit areal pertanian di Kota Mataram. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat di satu sisi memberikan dampak positif, karena merupakan potensi daerah sebagai tenaga kerja dalam kegiatan pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan permukiman juga meningkat yang meruntut pada perkembangan kota, lahan-lahan untuk kompleks permukiman penduduk terus bertambah setiap tahun, sawah-sawah pertanian banyak dikonversi menjadi kompleks permukiman (Putra, 2003: 5) Perubahan penggunaan lahan juga dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, pendapatan yang digambarkan melalui PDRB mempunyai peran penting pada konversi lahan. Berdasarkan data PDRB tahun 2012 sebanyak Rp2.513.386.288
5
meningkat sebesar Rp777.023.281 dari tahun 2007. Selain itu, pertumbuhan jumlah industri yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan perdagangan mengakibatkan konversi lahan pertanian yang pembangunannya sangat bergantung pada ketersediaan lahan. Sementara itu, pembangunan industri sesuai dengan RTRW Kota Mataram tahun 2011-2031, dikembangkan pada kawasan pinggiran kota sehingga terjadi konversi lahan pertanian. Tercatat jumlah perusahaan pada tahun 2012 di Kecamatan Cakranegara dan Kecamatan Mataram sebesar 4.201 dan 3.454 perusahaan. Menindaklanjuti masalah alih fungsi lahan ini, pemerintah provinsi telah mempertegas ketentuan alih fungsi lahan pertanian yang dituangkan dalam Peraturan Daerah NTB Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 sebagai acuan bersama dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram. Berdasarkan Perda tersebut pada pasal 30 ayat (3) dinyatakan bahwa lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dapat dialihfungsikan selain dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum atau terjadi bencana dapat dialihfungsikan paling banyak seluas 300 m2 (tiga ratus meter persegi), dalam hal lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dimiliki petani hanya satu-satunya dan akan digunakan untuk rumah tinggal. Akan tetapi, berdasarkan Tabel 1.1 diketahui terjadi alih fungsi lahan yang cukup besar. Dengan demikian, di dalam pelaksanaan pembangunan Kota Mataram, pedoman yang telah terakomodasi dalam RTRW Kota Mataram belum dapat diikuti secara mutlak. Hal itu terkait dengan teknis pelaksanaan
6
dilapangan yang belum sesuai dengan RTRW. 1.1.1 Perumusan masalah Semakin berkembangnya Kota Mataram mengakibatkan banyak terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian. Penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian tersebut adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, peningkatan pendapatan serta pembangunan perusahaan (industri) yang tidak bisa dihindari, sehingga berdampak pada peningkatan jumlah pembangunan perumahan dan prasarana lain. Permasalahan yang terjadi seiring pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan peningkatan jumlah perusahaan perdagangan di Kota Mataram yang tidak sebanding dengan ketersediaan lahan, sehingga pembangunan ini mempersempit areal pertanian yang kemudian dialihfungsikan sebagai kawasan terbangun. Pola perubahan penggunaan lahan yang mengarah ke pusatpusat kegiatan ekonomi tidak lepas dari perkembangan kota yang ditandai dengan semakin banyaknya pembangunan infrastruktur sampai ke pinggiran kota akibat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota. Hal tersebut berdampak pada lahan pertanian produktif yang mendominasi pinggiran kota berubah menjadi kawasan perdagangan, jasa dan permukiman, konsekuensinya adalah terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian. Dari perumusan masalah pertanyaan penelitiannya adalah. 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di Kota Mataram, 2007-2012? 2. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di
7
Kota Mataram? 3. Bagaimana dampak dari pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di Kota Mataram terhadap harga lahan? 1.1.2 Batasan Penelitian 1. Pola perubahan penggunaan lahan yang dimaksud adalah secara parsial (keruangan) yang berbentuk pembangunan dan mengarah ke pusat kegiatan kota (CBD) dan infrastruktur kota. 2. Dalam penelitian ini perubahan yang dianalisis adalah lahan pertanian yang terkonversi menjadi lahan non pertanian di Kota Mataram yang terjadi selama tahun penelitian di lakukan. 3. Lahan pertanian yang dimaksud adalah lahan sawah yang terdapat di Kota Mataram. Lahan pertanian yang mendominasi atau dengan jumlah yang besar adalah pada lahan sawah. 4. Tahun penelitian dibatasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012.
1.2 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian tentang perubahan penggunaan lahan pertanian yang telah dilakukan antara lain. Penulis/tahun Ilham, Syaukat dan Friyatno (2003)
Alat analisis/lokasi Tabulasi dengan metoda deskriptif. lokasi pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara makro jumlah penduduk berpengaruh negatif terhadap konversi lahan pertanian, sedangkan nilai tukar petani dan hasil panen berpengaruh negatif terhadap konversi lahan pertanian. Namun, bila ditinjau secara mikro jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap konversi lahan
8
pertanian. Study of landsat Hasil analisis menunjukkan konversi HO and LIN photographs. lahan di kawasan pesisir dipengaruhi (2004) Lokasi di Coastal oleh migrasi, pertumbuhan ekonomi provinces in China. dan peningkatan investasi. Namun, beberapa tahun belakang ini konversi terjadi lebih lambat yang disebabkan karena adanya kebijakan untuk mengontrol konversi lahan pertanian. Regresi sederhana Berdasarkan hasil penelitian dapat Prasetyo Lokasi di Kabupaten disimpulkan bahwa pertumbuhan (2005) Sleman DIY. ekonomi Kabupaten Sleman selama 31 tahun adalah 5,06 persen/tahun. Terjadi perubahan dari sektor primer ke tersier yang didominasi oleh sektor jasa dan terjadi penyusutan pada tanah pertanian akibat adanya konversi. Berdasarkan hasil penelitian Sudibyanung Model logit. Lokasi di Kabupaten disimpulkan bahwa luas tanah, PBB, (2006) Karanganyar. pendapatan selain dari objek berpengaruh positif dan signifikan sedangkan jarak lokasi tanah dan luas seluruh tanah yang dimiliki selain objek berpengaruh negatif dan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat Raddad et. al. Metoda kualitatif dengan teknik disimpulkan dampak dari (2010) kuesioner. ketidakstabilan ekonomi dan politik, Lokasi lingkungan pendapatan petani yang rendah, perkotaan Palestina. kelangkaan air (irigasi), kurangnya perencanaan perkotaan dan manajemen perlindungan lahan pertanian pangan serta pembangunan daerah perumahan mengakibatkan dampak langsung perubahan penggunaan lahan pada geopolitikal seperti penyelesaian masalah Israel, kemiliteran, pemisahan. Dampak tidak langsung pada geopolitik adalah adanya tren perluasan urban di
9
Palestina yang dapat mengurangi lahan pertanian di kota. Pendekatan Analisis Hasil analisis GIS menunjukkan Kusrini Peta Digital (GIS) bahwa dari tahun 1994-2008 terjadi (2011) Dan Analisis perubahan lahan yang bervariasi yaitu Statistik. pertambahan pada lahan permukiman Lokasi Kecamatan dan jasa/komersil dan pengurangan Gunungpati Kota pada lahan kebun, tegalan dan sawah. Semarang. Hasil uji statistik menunjukkan hanya penduduk pendatang dan jarak aksesibilitas berpengaruh secara signifikan, sedangkan jarak dan proporsi penduduk yang bekerja di sektor non pertanian tidak signifikan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Setyohatmoko Analisis data panel Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tahun 1993-2010. bahwa pola konversi yang terjadi pada (2012) di Daerah Istimewa 5 kabupaten di DIY adalah jenis lahan Yogyakarta. irigasi setengah teknis, dengan ratarata/tahun sebesar 297,11 ha. Jumlah penduduk, otonomi daerah dan PDRB berkorelasi negatif sedangkan tenaga kerja berkorelasi positif. Uji mean menunjukkan bahwa setelah otonomi daerah maka luas lahan sawah semakin melambat kecuali di daerah Kulonprogo. Regresi linier Berdasarkan hasil penelitian dapat Suriyanto berganda. disimpulkan jumlah penduduk (2012) Lokasi di Kabupaten berpengaruh negatif dan signifikan Sidoarjo. terhadap konversi lahan, nilai tukar petani berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap konversi lahan, sedangkan variabel jumlah industri berpengaruh positif. Secara keseluruhan terbukti bahwa variabel jumlah penduduk, jumlah industri dan nilai tukar petani signifikan mempengaruhi konversi lahan
10
Rimal (2013)
Analisis Penginderaan jauh dan GIS. Lokasi Pokhara, Nepal.
pertanian. Berdasarkan hasil analisis urbanisasi dan bertambahnya penduduk merupakan penyebab berkurangnya lahan pertanian. Klasifikasi perubahan penggunaan lahan terdiri dari perumahan, lapangan terbuka, hutan dan daerah berpasir. Perubahan penggunaan lahan yang terbesar terjadi untuk kawasan perumahan.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaannya adalah penelitian ini lebih fokus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian menggunakan analisis regresi linier berganda dengan data panel. Variabel dependennya luas lahan pertanian yang terkonversi, sedangkan variabel independennya adalah jumlah penduduk, PDRB dan jumlah perusahaan. Analisis pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian dengan menggunakan metoda Overlay melalui GIS dan analisis dampak perubahan penggunaan lahan pertanian terhadap harga lahan serta implikasi kebijakan pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Lokasi penelitian di Kota Mataram dengan kurun waktu 2007-2012.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian 1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di Kota Mataram, 2007-2012. 2. Menganalisis pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di
11
Kota Mataram, 2007 dan 2012. 3. Menganalisis dampak dari pola perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di Kota Mataram terhadap harga lahan. 1.3.2 Manfaat penelitian 1. Secara teoritis Klarifikasi lebih lanjut terhadap penelitian sebelumnya terkait penggunaan lahan dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara empiris Memberikan informasi dan bukti bagi institusi swasta yang menangani pengadaan perumahan dan pembangunan prasarana lainnya serta sebagai pertimbangan dinas terkait khususnya Dinas Kota Mataram dan Badan Pertanahan Nasional untuk mengembangkan strategi pembangunan pertanahan berkelanjutan. 3. Untuk pengambilan kebijakan Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan oleh dinas terkait yaitu Dinas Tata Kota Mataram dalam mengontrol dan menentukan kebijakan penggunaan lahan, perkembangan perumahan dan prasarana lainnya dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Mataram.
1.4 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari empat bab dan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I menguraikan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan; Bab II, Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, menguraikan tinjauan pustaka menguraikan sistematika teori dan
12
studi empiris terkait dengan topik penelitian, landasan teori menguraikan model yang akan diteliti untuk memecahkan masalah dan alat analisis; Bab III Analisis Data, menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan variabel-variabel yang diteliti, hasil penelitian dan pembahasan; Bab IV, Kesimpulan dan Saran, menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang ditujukan kepada pemerintah Kota Mataram untuk penetapan kebijakan dalam upaya pengendalian konversi lahan.