BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Sejumlah anggaran dalam APBD Yogyakarta Tahun 2013 seperti potensi pendapatan pajak dan retribusi daerah belum dapat dimaksimalkan. Hal ini disebabkan karena tarif yang ditetapkan pada Perda Yogyakarta No. 5 tahun 2012 masih sama dengan tarif yang ditetapkan pada Perda Yogyakarta No. 3 tahun 2009, sehingga hal ini berdampak pada PAD Yogyakarta. Untuk memenuhi pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah dapat diperoleh dari penerimaan daerah sendiri atau dari luar daerah. Dalam rangka meningkatkan penerimaan daerah, pemerintah dapat mengoptimalkan PAD. Siregar (2004: 359) menyatakan bahwa potensi masing-masing daerah tentu berbeda. Jika sumber pendapatannya besar, maka makin besar pula kemampuan daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri, sehingga akan meningkatkan kemampuan memberikan pelayanan kepada masyarakat serta seberapa jauh suatu daerah mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri. Harun (2004: 1) menyatakan bahwa ada dua macam cara meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu dengan menaikkan tarif pajak dan retribusi daerah dan menetapkan target PAD setiap tahun secara rasional. Dalam penelitian ini akan fokus pada cara peningkatan tarif retribusi daerah. Menurut Simanjuntak (2004: 21) dalam menganalisis pendapatan asli daerah (PAD) peningkatan pendapatan sangat tergantung pada kebijakan penyesuaian tarif.
1
2
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sendiri seperti hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan dana perimbangan. Sumber Pendapatan Asli Daerah yang terpenting salah satunya adalah retribusi daerah yang terdiri dari retribusi umum, retribusi usaha dan retribusi perijinan tertentu. Salah satu sumber PAD Kota Yogyakarta adalah retribusi umum yang berasal dari retribusi pelayanan pasar seperti pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai salah satu pusat aktivitas masyarakat Kota Yogyakarta yang merupakan salah satu faktor pendorong kemajuan perekonomian masyarakat. Adapun yang menarik dari pasar tradisional karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Salah satu Pasar tradisional legendaris di Yogyakarta adalah Pasar Tradisional Beringharjo. Pasar Tradisional Beringharjo merupakan pasar tradisional yang terletak di Jalan Pabringan No. 1 Yogyakarta. Keberadaan Pasar Tradisional Beringharjo ini tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta karena pasar ini dibangun di atas tanah keraton seluas 2,5 hektar. Secara sosial Pasar Tradisional Beringharjo mempunyai letak yang sangat strategis untuk daerah perdagangan karena dibangun di kawasan Central Business District yaitu Malioboro. Pasar Tradisional Beringharjo memiliki fungsi tiga pilar sekaligus, yaitu fungsi ekonomi, fungsi wisata dan fungsi pendidikan. Dalam fungsinya sebagai pusat ekonomi, 6.192 pedagang menggantungkan nasibnya di Pasar Tradisional
3
Beringharjo. Bagi para wisatawan Pasar Tradisional Beringharjo merupakan tempat wisata belanja oleh-oleh khas Yogyakarta. Selain itu, fungsi pendidikan adalah sebagai laboratorium untuk memahami Pasar Tradisional Beringharjo serta bagi para akademisi bisa dijadikan kajian tersendiri dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi ini, tentunya didukung oleh ketersediaan tempat yang nyaman untuk melakukan transaksi. Kenyamanan ini bisa direalisasikan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya dengan memperhatikan proses pengelolaan, operasional dan pemeliharaan bangunan. Optimalisasi manfaat tersebut tentunya membutuhkan sumber pendanaan untuk pemeliharan dan renovasi sebagai biaya operasionalnya agar potensi properti dapat secara efektif bermanfaat sebagai fasilitas pendukung pelalayanan masyarakat secara luas. Adapun sumber pembiayaan operasional tersebut berasal dari tarif retribusi los/kios/lapak. Penetapan tarif retribusi pasar yang ditetapkan pada Perda Yogyakarta No. 5 tahun 2012 masih sama dengan tarif yang ditetapkan pada Perda Yogyakarta No. 3 tahun 2009, sehingga hal ini berdampak pada PAD Yogyakarta. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan tarif retribusi Pasar Tradisional Beringharjo tersebut yang sesuai dengan potensi properti saat ini.
1.2 Rumusan Masalah Sejumlah anggaran dalam APBD seperti potensi retribusi daerah belum dapat dimaksimalkan karena tarif yang masih mengacu pada perda Nomor 3 Tahun 2009, sehingga berdampak pada PAD Yogyakarta dan tidak mencerminkan potensi pendapatan properti saat ini.
4
1.3 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Rianto dan Jaya
Tahun 2000
Wilmath
2003
Sakeh
2005
Harto
2006
Murhandjanto
2012
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Alat Analisis Hasil Penelitian Pertama pendekatan Pertama, estimasi nilai tanah dan nilai sewa perbandingan penjualan, selama ini, oleh Pemerintah Daerah yang digunakan untuk Istimewa Yogyakarta telah menerapkan menghitung nilai tanah tingkat sewa sesuai dengan harga pasar kosong, kedua pendekatan yang berlaku. Kedua, bila Pemerintah biaya, yang digunakan Daerah Istimewa Yogyakarta menginginkan untuk menghitung peningkatan terhadap sewa, disarankan pembangunan bangunan untuk menghitung ulang, karena harga baru, ketiga pendekatan selalu mengalami perubahan dari waktu ke pendapatan, untuk waktu. menghitung dan memproyeksi semua pendapatan. pendekatan perbandingan Hasilnya dari tiga pendekatan penilaian penjualan, pendekatan tersebut yang paling sesuai untuk fasilitas biaya, dan pendekatan olah raga (aset khusus) adalah pendekatan pendapatan. biaya (cost approach), karena tersedia data dan tindakan partisipan pasar. Pendekatan perbandingan Berdasarkan estimasi nilai sewa diperoleh penjualan (sales nilai sewa pasar rumah di Jl. Cendana, Jl. comparison approach W.C.H.Oetmatan, Jl. Bil Nope dan Method), pendekatan Jl.W.Z.Johanes, Jl.Sudirman dan Jl.M.Hatta, biaya (cost approach), Jl. Merpati yang berbeda-beda dan dengan estimasi nilai sewa aset, tingkat kapitalisasi yang berbeda juga. metoda statistik Besarnya kontribusi sewa rumah dinas deskriptif. terhadap PAD sebesar 0,62 persen. Pendekatan perbandingan Berdasarkan pendekatan perbandingan data data pasar, Pendekatan pasar dan pendekatan biaya diperoleh Biaya, estimasi nilai estimasi nilai aset yaitu Rp8.264.798.525. sewa, dan Statistik Nilai aset tersebut digunakan sebagai dasar Deskriptif. penetuan nilai sewa atas pemanfaatan aset daerah kepada pihak ketiga, sedangkan berdasarkan analisis menggunakan tingkat kapitalisasi langsung, maka estimasi nilai sewa tahunan atas aset daerah tersebut sebesar Rp588.179.982. Estimasi tersebut sesuai dengan nilai pasar wajar dan kondisi setempat pada saat penelitian 3) Besarnya kontribusi nilai sewa aset milik pemerintah daerah Ketapang terhadap total PAD sebesar 5,51 persen. Pendekatan perbandingan Penetapan harga sewa berdasarkan biaya data pasar, Pendekatan operasional dan pemeliharaan, dengan Biaya, estimasi nilai pendekatan metoda perbandingan data sewa. pasar, berdasarkan ATP dan WTP kelompok sasaran penghuni rusunawa Panggungharjo sehingga harga sewa rusunawa Panggungharjo ditetapkan dalam interval Rp200.000 –Rp500.000 per bulan untuk unit hunian.
5
Apabila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu menyangkut manajemen aset tanah dan bangunan. Perbedaannya terdapat pada tujuan penelitian dan pendekatan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tarif retribusi Pasar Tradisional Beringharjo dengan menggunakan pendekatan biaya dan pendekatan pendapatan dengan optimalisasi nilai properti, serta menghitung besarnya kontribusi retribusi pasar tradisional terhadap PAD Yogyakarta.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitan ini adalah: 1.
menganalisis tarif retribusi Pasar Tradisional Beringharjo berdasarkan nilai properti;
2.
menghitung besarnya kontribusi pendapatan retribusi Pasar Tradisional Beringharjo terhadap PAD Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
sebagai referensi atau masukan untuk pemerintah setempat dalam membuat kebijakan dalam menetapkan tarif retribusi Pasar Tradisional Beringharjo yang sesuai dengan potensi properti saat ini;
2.
menambah pengetahuan tentang cara pemeliharaan dan pengelolaan Pasar Tradisional Beringharjo dari segi penetapan tarif retribusi yang optimal;
3.
sebagai bahan referensi untuk penelitian yang serupa atau penelitian lanjutan.
6
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan tesis ini dibagi menjadi empat bab. Bab I merupakan pengantar yang menjelaskan tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II mencakup tinjauan pustaka, alat analisis yang digunakan. Bab III merupakan analisis data yang mencakup cara penelitian dan pembahasan hasil penelitan. Bab IV mencakup kesimpulan dan saran yang menguraikan secara singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang direkomendasikan sebagai masukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian.