BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi salah satu sektor yang diandalkan oleh pemerintah untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan devisa negara dan mencari terobosan di sektor non migas. Untuk sektor pariwisata, Indonesia cukup potensial karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam dan budaya yang kaya dan beragam. Kekayaan dan keragaman alam dan budaya tersebut merupakan modal dasar dalam pembangunan. Dengan keberagaman sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna, dan keindahan alam yang bentuknya berkepulauan kaya akan adat istiadat, kebudayaan dan bangsa sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Dari daya tarik ini mendorong pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata. Pemerintah Indonesia bertekad menjadikan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa utama. Guna mewujudkan tekad tersebut, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain dikeluarkannya UU No. 9 Tahun 1990 yaitu memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan serta meningkatkan mutu objek dan daya tarik pariwisata, sehingga sektor pariwisata mampu menjadi salah satu roda penggerak pembangunan nasional, dan dapat memberikan kesempatan usaha dan menciptakan lapangan kerja serta di dukung dengan program pencegahan dan penangkalan dampak negatif.
1
2
Ditinjau dari sektor kepariwisataan, Kabupaten Subang yang terletak di Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 205.176,95 hektar atau 6,34 persen dari luas Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi objek wisata yang cukup besar. Kabupaten yang sebagian besar wilayahnya itu adalah daerah berbukit dan daerah pegunungan, menjadikan Kabupaten Subang memiliki sejumlah potensi pariwisata alam, sejarah, budaya, religi dan rekreasi. Salah satu objek wisata yang ada dikabupaten subang adalah objek wisata air panas alam Sari Ater. Pada awalnya objek wisata Ciater yang sekarang lebih dikenal dengan Sari Ater adalah tempat pemandian yang biasa dipergunakan oleh masyarakat sekitar ciater, palasari dan nagrak. Pada tahun 1968 Pemda Kabupaten Subang melalui PU Kabupaten bekerja sama dengan Dispenda perlahan-lahan mulai menggarap sumber air panas alam Ciater sebagai objek wisata. Pada tahun 1972 PPN DWIKORA (sekarang PTPN XIII ciater) membuat 1 buah bangunan untuk kamar mandi dan pintu gerbang berbentuk joglo yang lengkap dengan kantor dan loket penjualan tiket. Pada tanggal 20 Maret 1974 Pemda TK II Kabupaten Subang menyerahkan pengelolaan Objek Wisata Air Panas Ciater kepada PT. Sari Ater dengan menghibahkan lahan seluas 30 H untuk dikelola dan dikembangkan sebagai area wisata. Sari Ater merupakan salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Objek wisata Sari Ater terletak di sebelah utara kaki Gunung Tangkuban Perahu pada ketinggian sekitar 1.500 meter diatas permukaan laut. Lokasi objek wisata ini berada Desa Ciater Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang jaraknya sekitar 30 km dari Kabupaten Subang dan 32 km dari Kota
3
Bandung. Sari Ater merupakan salah satu
objek wisata air panas yang
mengandung kadar yodium dan belerang, bersumber dari Kawah Gunung Tangkuban Perahu dengan kata lain pengunjung dapat dimanjakan dengan relaksasi pemandian air panas dan keindahan alam Gunung Tangkuban Perahu serta hamparan lahan perkebun teh yang berada desekitar objek wisata.
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Ciater Setiap weekend dan long weekend kawasan ini selalu dipadati oleh wisatawan. Berikut ini data pengunjung rekreasi jumlah wisatawan Sari Ater dapat dilihat pada tabel 1.1.
4
Tabel 1.1 Data Pengunjung Sari Ater Tahun
Pengunjung
Jumlah
Asing Domestik 2007 2,662 1,454,103 1,456,765 2008 2,077 1,204,408 1,206,485 2009 3,362 1,318,184 1,321,546 2010 4,514 1,418,936 1,423,450 2011 17,811 1,373,146 1,390,957 Total 30,426 6,768,777 6,799,203 Sumber : Data Statistik Pengunjung dari GRO (Guest Relation Officer) Sari Ater, 2012. Kawasan wisata Sari Ater yang terkenal dengan sumber air panas serta lingkungan perkebunan tehnya merupakan kawasan yang diandalkan bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Subang di sektor kepariwisataan. Bisa dilihat dari tabel data yang didapat dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Subang untuk objek wisata Sari Ater selama 3 tahun: Tabel 1.2 Data PAD Sari Ater Tahun
Target
Realisasi
2010
Rp1.800.000.000
Rp2.236.934.287
2011
Rp5.804.034.287
Rp3.354.194.377
2012
Rp4.500.000.000
Rp5.020.844.093
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Subang, 2013. Target yang ditetapkan untuk Sari ater dari tiga tahun di atas mengalami kondisi yang fluktuatif, di mana untuk target tahun 2011 mengalami kenaikan yang cukup tinggi sekitar 222 persen, sedangkan untuk tahun 2012 mengalami penurunan penetapan target dari tahun 2011 sebesar 22 persen. Hal ini disebabkan
5
tidak adanya nilai ekonomi yang pasti dari Sari Ater. Dengan demikian valuasi ekonomi objek wisata Sari Ater perlu diketahui tersebut dengan cara mengetahui biaya (travel cost), faktor pendapatan, umur, jarak serta kondisi wisata Sari Ater sendiri dalam mempengaruhi keiinginan pengunjung tersebut untuk mengunjungi objek wisata Sari Ater. Selain itu, analisa juga dilakukan terhadap keinginan pengunjung dalam mengeluarkan biaya untuk mengunjungi objek wisata Sari Ater, sehingga nantinya akan ditemukan nilai ekonomi dari objek wisata Sari Ater yang akan menjadi pedoman dalam menganalisasi sejauhmana optimalisasi pengelolaan objek wisata Sari Ater. 1.1.1 Pertanyaan penelitian Berdasarkan uraian di atas maka timbul pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut. 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah kunjungan dan kesediaan membayar atas objek wisata Sari Ater di Kabupaten Subang? 2. Berapakah nilai ekonomi objek wisata Sari Ater berdasarkan metoda Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method?
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai valuasi objek wisata telah banyak dilakukan baik di dalam maupun diluar negri, namun penelitian khusus di objek wisata Sari Ater belum pernah dilakukan. Berikut ini beberapa daftar penelitian berupa aset publik baik objek wisata maupun taman rekreasi yang disajikan dalam tabel berikut:
6
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu Penulis/Tahun Lokasi Parumog, Plaza Mizokami dan Independen Cal (2003) cia dan Fort San Predo, Filipina
Mwebaze dan Tiga botani Bennett kebun (2011) Australia, Canberra, Melbourne, Sydney
Variabel Travel cost, dummy complex, pendapatan, umur, dan tingkat pendidikan
Dependen: Frekuensi jumlah kunjungan untuk metoda travel cost, Independen: biaya transportasi, kedekatan situs pengganti, dan karakteristik sosial ekonomi pengunjung seperti usia, gender dan pendapatan Hakim, Wisata Dependen: (CVM) Subanti dan Alam Willingness to pay, Tambunan Rawapening (TCM) Jumlah (2011) , Jawa kunjungan Tengah, Independen: Indonesia (CVM) Jumlah tawaran nominal, pendapatan dan pendidikan, (TCM) Pengalaman untuk mengunjungi, biaya perjalanan, pendapatan, usia, dan persepsi
Metoda Travel Cost dan Contingent Valuation
Kesimpulan Surplus konsumen Plaza Independensia 5.093,39 PhP, dan Fort San Predo sebesar3.785,55 PhP Travel Cost Penelitian ini dan menyatakan Contingant bahwa nilai Valuation estimasi rata-rata surplus konsumen per kunjungan adalah $34, dan rata-rata WTP adalah $3-$4 per kunjungan per orang Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
Nilai ekowisata rawapening adalah Rp7,41 triliun untuk surplus konsumen dan Rp1,65 triliun untuk total benefit per tahun, dan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk membayar peningkatan kualitas lingkungan (WTP) secara signifikan adalah pendapatan,
7
Fonscca dan Museum Biaya perjalanan, Travel Cost Robelo (2010) Lamego di jenis kelamin dan Method Portugal pendidikan
Dyack, (2007)
dkk Kawasan Das Murray (Coorong dan Hutan Nasional Barmah Australia)
Jumlah kunjungan, kesediaan membayar (WTP), kondisi demografi, persepsi pengunjung, atau responden lama perjalanan, dan lama kunjungan
Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
Mayor, (2007)
dkk Rekreasi Jumlah kunjungan Irish Forest wisatawan, lama Irlandia perjalanan dan biaya perjalanan
Travel Cost dan Contingent Valuation Method
Herarth dan Taman Kennedy Nasional (2011) Mount Buffalo, Australia
Jumlah kunjungan, kesediaan membayar (WTP), biaya perjalanan, biaya waktu, bid value, jumlah keluarga, pendapatan, umur, pekerjaan, payment attitude
Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
pendidikan dan jumlah biaya masuk. Biaya perjalanan, pendidikan dan gender wanita berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan Nilai rekreasi hutan barmah sebesar $13 milyar dan Cooring sebesar $57 milyar berdasarkan metoda TCM. Metoda CVM menghasilakan nilai rekreasi per individu adalah $64 (hutan barmah) dan $237 (cooring) Dalam analisis CVM pekerjaan tidak mencerminkan nilai dari WTP untuk berwisata. Nilai surplus konsumen per orang per perjalanan sebesar IR£2.40 Nilai ekonomi dari Taman Nasional Mount Buffalo berdasarkan TCM sebesar $11.128.262,00 per tahun dan berdasarkan CVM sebesar $3.125.000,00
8
Tiantian (2009)
Yuelu Montain Park, Cina
Carr dan Great Mendelsohn Barrier (2003) Reef, Australia Iswitardiyanto (2011)
Wisata Pantai Kawaru, Kabupaten Bantul Indosesia
per tahun Nilai responden Travel Cost Maka nilai rataberkunjung, usia, Method rata akses biaya perjalnan. perjalanan diperkirakan €0.75 untuk wisata lokal dan €64.52 untuk wisata non-lokal per individu yang menghasilkan nilai ekses agregat pertahun sebesar €20.430.000 Jumlah kunjungan, Travel cost Nilai rekreasi biaya perjalnan, Method dan tahunan sebsesar kaakteristik sosial Contingent USD700.000,00ekonomi Valuation 1.600.000.000,00 Method Biaya perjalnan, Travel cost Travel Cost pendapatan, umur, Method dan Method yaitu pendidikan dan Contingent antara dummy substitusi Valuation Rp313.202.118.4 Method 20,00Rp742.414.121.5 80,00 dan dengan Contingent Valuation Method yaitu Rp874.830.968.9 00,00
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metoda yang digunakan untuk menilai objek wisata yaitu Travel Cost Mathod (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). Namun ada beberapa perbedaan pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu. 1. Lokasi dalam penelitian ini adalah di objek wisata Sari Ater. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2013
9
1.3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk. 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan dan kesediaan membayar individu atas objek wisata Sari Ater di Kabupaten Subang. 2. Mengestimasi nilai ekonomi objek wisata Sari Ater di Kabupaten Subang berdasarkan metode Travel Cost Method dan Contingengt Valuation Method. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi bagi. 1. PT. Sari Ater dan Pemerintah Kabupaten Subang dalam mengestimasi nilai ekonomi Sari Ater sebagai acuan dalam optimalisasi objek wisata Sari Ater. 2. Sebagai tambahan pemikiran dalam penilaian wisata alam dan lingkungan.
1.4 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini dibagi menjadi empat bab dengan sistematika penulisan, seperti berikut ini. Bab I yang berisi latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II yang menguraikan tinjauan pustaka, landasan teori serta alat analisis yang digunakan. Bab III yang menguraikan mengenai cara penelitian, perkembangan dan hubungan antara variabel serta hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV yang merupakan bab penutup yang berisikan uraian singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasanya. Penyampaian saran sebagai rekomendasi yang diberikan peneliti tehadap hasil peneliti dan pembahasan yang dilakukan.