BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya selalu mengalami perubahan-perubahan
selama hidup, baik secara individu maupun secara kolektif dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini bagi sebagian orang merupakan hal yang sangat menarik untuk dilewati dan bersikap dinamis juga dinilai bermakna positif. Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan dalam hal nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial,
pola-pola
perilaku
organisasi,
susunan
lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perkembangan zaman dari masyarakat agrikultur menuju masyarakat industri hingga menjadi masyarakat informasi memang tak dapat dihindari. Seiring dengan hal tersebut menjadi perubahanperubahan tren atau mode di dalam masyarakat yang memiliki konsekuensi, yaitu informasi menjadi sebuah power untuk mempersuasif masyarakat. Adanya kekuatan inilah, timbul sikap konsumerisme dikalangan masyarakat. 1 Sadar ataupun tidak, masyarakat sebagai objek life style mengalami perubahan baik pola perilaku, sistem sosial, nilai-nilai, termasuk world-view, cara pandang, dan ideologi. 1
Mimi Alysa, Beauty in Faith Hijabers Community, http://mimialysa.blogspot.com/2010/12/beauty-in-faith-hijabers-community.html, diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Dampak Globalisasi dan eksistensi melukiskan keterkaitan serta ketergantungan antarmanusia di dunia melalui perdagangan, investasi, budaya populer, life style, dan bentuk interaksi lain, sehingga batas-batas suatu negara menjadi relatif. Hal ini digambarkan (Anthony Giddens) bahwasanya mayoritas umat manusia menyadari sebenarnya bahwa setiap individu turut ambil bagian dalam dunia yang harus berubah tanpa terkendali, yakni ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan terhadap hal yang sama, ketidakpastian, dan realita sosial yang mungkin terjadi. 2 Awal budaya perkembangan Islam telah mengenalkan kepada wanita diwajibkan menutup aurat dari atas kepala hingga ujung kaki, kecuali wajah dan telapak tangan. Pakaian merupakan salah satu simbol sebagai penentu seseorang terhadap sisi keislaman. Di dunia muslim, busana bisa mencerminkan identitas, selera, pendapatan, pola perdagangan regional, dan religiusitas pemakainya. 3 Busana dan pemakaiannya bervariasi menurut jenis kelamin, usia, status, perkawinan, asal geografis, pekerjaan, dan bahkan aliran politik. Posisi busana dalam kehidupan muslim melampaui indikator-indikator orientasi Islam atau non-Islam. 4
2
Ibid
3
Nadim, M. Abbas. Hati & Jilbab Mengukur Kecantikkan Wanita Muslimah. Bandung : Mujahid Press. 2006 hal 48
4
Malcolm Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Jalasutra : Jogjakarta. 2007 hal 10
Kehadiran busana muslim bukan lagi sebagai penutup aurat tetapi juga sebagai kiblat fashion, ia juga digunakan sebagai simbolik dan penghias diri sekaligus meningkatkan penampilan yang sempurna. 5 Untuk itulah, banyak pula orang-orang mengikuti tren fashion yang lahir terus menerus. Fashion muslim melayani kebutuhan dan selera kelas menengah dan atas. Fashion juga menjadi mode sejak 1980-an. Sebelum kerudung atau jilbab, misalnya hanya dipakai di kalangan terbatas segelintir keluarga aktivis Islam dan pelajar muslim di pesantren atau di sekolah umum sebagai ungkapan kepatuhan pada ajaran agama, dan sekaligus bentuk ungkapan perlawanan terhadap status quo.6 Menurut orang-orang barat, Islam adalah agama yang pertama kali memberlakukan peraturan jilbab. Aturan seperti itu belum pernah dikenal dan dilaksanakan sebelumnya, baik di Jazirah Arab maupun di Negara-negara lain. 7 Jilbab wanita sebenarnya sudah dikenal orang-orang Ibrani semenjak masa Nabi Ibrahim as sampai lahirnya agama Al-Masih. Saat itu jilbab dikenal dengan sebutan burqu’ (cadar). Jadi jilbab sudah dikenal di kalangan agama-agama dan bangsa-bangsa terdahulu, ratusan tahun sebelum lahirnya Islam. Tidak semua wanita berjilbab adalah wanita muslimah. 8
5
Sindo News, Indonesia jadi kiblat busana muslim dunia, http://ekbis.sindonews.com/read/2014/03/21/34/846524/indonesia-jadi-kiblat-busanamuslim-dunia, diakses 13 April 2014.
6
Malcolm Barnard, op.cit., 11.
7
Nadim, M. Abbas. Hati & Jilbab Mengukur Kecantikkan Wanita Muslimah. Bandung : Mujahid Press. 2006 hal 48
8
Ibid. 48-49
Adapun perintah jilbab juga disebutkan dalam Al-Quran :9 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Perintah memakai jilbab pada ayat diatas, dimulai dari para isteri Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah teladan bagi seluruh wanita didunia. Kemudian perintah tersebut ditujukan pada seluruh wanita. Hal ini menjadi dalil yang kuat bahwa semua wanita muslimah diwajibkan memakai jilbab. 10 Ketika Islam datang, masalah jilbab telah menjadi tradisi dan kebiasaan yang turun temurun tanpa makna dan tujuan. Lalu Islam menyikapi masalah jilbab seperti menyikapi tradisi-tradisi. Islam menegaskan tujuannya dengan jelas. Akhirnya, jilbab menjadi sebuah representasi moral yang diwajibkan kepada semua wanita. 11 Adanya selera kelas menengah dan atas, menjadi mode sejak 1980-an. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, jilbab merambah keluarga kelas menengah atas. Jilbab justru dianggap merupakan suatu tanda globalisasi, suatu lambang identifikasi orang Islam di Indonesia dengan umat Islam di negaranegara lain di dunia modern.12
9
Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Hikmah. Al-Ahzab surah ke 33 ayat 59. Bandung : CV Penerbit Diponegoro. 2014 hal 426
10
Nadim, M. Abbas . Loc.cit.,
11
Ibid. 49
12
Malcolm Barnard, op.cit., 12
Seorang wanita akan dihormati dan disegani jika tingkah lakunya sopan dan santun serta tidak menunjukkan sikap manja. Selain itu, Islam melarang wanita yang menggunakan busana laki-laki, begitulah sebaliknya. Perintah Islam kepada wanita untuk mengenakan jilbab dan menghiasi diri dengan akhlak mulia sedikitpun tidak mengurangi kehormatan dan harga dirinya. Akan tetapi ketentuan ini sangat sesuai dan selaras dengan falsafah Islam tentang wanita. 13 Pakaian menurut Featherstone dirancang untuk merayakan bentuk tubuh manusia yang alami, suatu tanda yang kontras dengan abad kesembilan belas ketika pakaian dirancang untuk menyembunyikan tubuh. 14 Beragam bahasa tubuh yang digunakan yaitu salah satunya artefak (penampilan). Penampilan ditampilkan dengan tujuan sebagai bentuk pencitraan diri maupun karakteristik yang melekat pada masing-masing individu. Berbicara tentang pakaian, sesungguhnya berbicara tentang sesuatu yang sangat erat dengan diri kita. Pakaian bisa menunjukkan siapa pemakainya. Dalam kata-kata tersohor dari Eco, “I speak through my cloth” (Aku berbicara lewat pakaianku). Pentingnya peran busana, pakaian, dandanan, dan perhiasan dalam proses komunikasi insani telah mendapatkan sorotan dari beberapa penulis. Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian, kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual. 15
13
Nadim, M. Abbas . Op.cit., 49-50
14
Malcolm Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Jalasutra : Jogjakarta. 2007 hal 8
15
Ibid. 7
Pakaian yang kita pakai bisa menampilkan pelbagai fungsi. Sebagai bentuk komunikasi, pakaian bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal. Pakaian bisa melindungi kita dari cuaca buruk atau dalam olahraga tertentu dari kemungkinan cedera.16 Di samping itu, pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi, oleh karena itu, menurut Lurie “Memilih pakaian, baik di toko maupun di rumah, berarti mendefinisikan dan menggambarkan diri kita sendiri”.17 Tulisan “Kamu Bergaya Maka Kamu Ada” dilihat dari konteks aplikasi fashion dalam berbusana. Dalam gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian terhadap urusan penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah. Urusan penampilan atau presentasi diri ini sudah lama menjadi perbincangan sosiolog dan kritikus budaya. 18 Menurut
Sosiolog
Prancis
Pierre
Bourdieu,
busana
dinilai
menampilkan pakaian sebagai bentuk pencitraan diri, identitas kelas, kelas sosial, meningkatnya budaya konsumerisme, seksualitas, dan gender. Dalam arti disini, hanya orang-orang “berada” yang dapat meningkatkan budaya tren. Sedangkan keberadaan orang yang kurang mampu ataupun sederhana dinilai tidak layak sebagai pengikut fashion. Dalam dunia role fashion, kita menginginkan objek-objek bukan karena ketidakcukupan alamiah, melainkan
16
Ibid. 8
17
Rumah Keluarga Indonesia, Jilbab Bagi Muslimah; Pakaian & Identitas Diri, http://www.rumahkeluarga-indonesia.com/jilbab-bagi-muslimah-pakaian-identitas-diri2478/, diakses tanggal 9 Februari 2015
18
David Chaney. Lifestyles Sebuah Pengantar Komprehensif. Bandung : Jalasutra. 1996 hal 7
ketidakcukupan yang kita produksi dan reproduksi sendiri. 19 Mungkin itulah sebabnya muslim fashion show sering digelar di tempat-tempat prestisius seperti hotel-hotel berbintang. Perubahan mode atau fashion yang semakin marak, membuat kaum perempuan khususnya menjadi konsumtif, modernisasi, dan meningkatkan eksistensinya di dunia maya. Kehadiran hijab style membanjiri kaum muslimah untuk mengikuti tren tersebut.20 Pada tahun 2012, hijab menjadi fenomena besar karena Indonesia sudah dijadikan sebagai kiblat busana muslim dunia yang telah diberitakan lewat Metro TV news, Berita Satu, Antara, dan berita-berita lainnya. hasil rancangan desainer muda seperti Dian Pelangi telah berhasil merebut semua wanita agar mau berhijab tanpa menunggu waktu yang lama. Memang dalam syariat Islam sendiri seorang wanita dewasa diwajibkan untuk menutup aurat. Dari landasan pengetahuan bahwa tren fashion dari tahun ke tahun berubah. Ini memang tidak lepas dari peran media. Oleh sebab itu, hijab style lahir. Kelahiran hijab style ini menjadi berita baik untuk perkembangan gerakan menutup aurat di Indonesia. Fenomena hijab style mulai meramaikan media internet demi mengenalkan gaya jilbab yang semakin populer. Pesona hijab style sangat diminati oleh kaum remaja baik yang telah mengenakan hijab maupun yang belum mengenakan hijab. Ini mengindikasikan bahwa gaya hijab maupun
19
Sindo News, Indonesia jadi kiblat busana muslim dunia, http://ekbis.sindonews.com/read/2014/03/21/34/846524/indonesia-jadi-kiblat-busanamuslim-dunia, diakses 13 April 2014.
20
Dewi Hijab, Tips dan Cara Merawat Rambut Berjilbab, http://dewihijabs.blogspot.com/2012_10_01_archive.htm , diakses 13 April 2014.
jilbab sebelumnya dikenal sebagai jilbab konvensional tidak memunculkan keindahan dan kecantikan penggunanya. 21 Mode berjilbab konvensional, yakni mode berhijab yang tidak memerlukan aksen warna dan motif tambahan serta bentu-bentuk yang sederhana maupun praktis dianggap tidak memunculkan aura kecantikan penggunanya dan tidak sesuai dengan tren mode dunia. Jilbab lebih terkesan kuno, dan tradisional. Pada akhirnya, kesan ini yang membuat orang-orang belum berjilbab menjadi enggan berjilbab.22 Ketidakcukupan dalam jilbab konvensional adalah ketiadaan kesan cantik dan trendy. Sebab tidak adanya tampilan keindahan maupun perbedaan warna pakaian. Kesan cantik dan modish ini adalah hasrat yang dimiliki perempuan. 23 Keberadaan kaum hawa yang selalu memperlihatkan jilbab dengan mengandung kecantikan luar memang sangat terlihat jelas untuk dijadikan simbol para hijabers yang sedang naik daun saat ini. Kecantikan wanita itu relatif kata sebagian orang. Sebagian lain mengatakan bahwa kecantikan wanita itu ada ukuran standarisasinya seperti di Indonesia, bisa dilihat pada kalangan artis maupun penyanyi, antara lain berkulit putih, bertubuh langsing, berwajah oval, mata lebar, hidung mancung, dagu yang lancip, dan berambut hitam panjang. Wajah adalah titik tolak kecantikan seorang wanita seperti mata, hidung, bentuk muka, bibir dan bentuk rahang.
21
Shabrina, Hijab Style : Mitos Baru dalam Berhijab di Indonesia, http://langitshabrina.wordpress.com/2012/11/01/581/, diakses tanggal 13 April 2014.
22
Ibid.
23
Ibid.
Sedangkan bagian tubuh yang lain dijadikan aksesoris yang akan menambah kecantikannya. Wajah yang cantik akan semakin cantik dengan tubuh yang ideal dan seksi, memiliki tubuh antara dada dan bokong yang lebar serta pinggang, lengan, dan kaki yang ramping. Aspek bathiniah kecantikan wanita mencakup sifat, karakter, perilaku, sikap, moral, agama, dan lain-lain yang tidak bisa diukur dengan pandangan mata sekejap. Aspek ini pula yang disebut dengan aspek kepribadian. 24 Hijab style mengakomodasikan muslimah yang ingin berjilbab agar tetap terlihat cantik dan sesuai dengan tren didunia. Makna lain dari sebutan hijab style yakni hijab kontemporer. Di tahun ini telah semakin pesat, perkembangan industri hijab style mulai dari bahan kain yang berbeda corak, motif,
warna,
bentuk,
ukuran,
hingga
perpaduan
gaya
jilbab
yang
dikombinasikan dengan lapisan lain. 25 Melihat konteks Negara Indonesia, komunitas lebih banyak hadir sebagai cerminan diri serta wadah aktualisasi maupun eksistensi diri. Kecenderungan pergeseran tinjauan masyarakat baru, salah satunya adalah gerakan berbasis komunitas yang sesuai dengan identitas dan pilihan pribadi. Kelompok mana yang membuat mereka nyaman dan memberikan kepuasan psikologis, maka itulah yang akan mereka ikuti. Salah satu contoh yakni pembentukkan komunitas pengguna hijab/jilbab yang biasa dikenal yaitu 24
Nadim, M. Abbas. Hati & Jilbab Mengukur Kecantikkan Wanita Muslimah. Mujahid Press : Bandung. 2006 hal 45-46
25
Mimi Alysa, beauty-in-faith-hijabers-community, http://mimialysa.blogspot.com/2010/12/beauty-in-faith-hijabers-community.html, diakses tanggal 13 April 2014.
Hijabers Community Jakarta (HCJKT). Komunitas ini sangat menjunjung tinggi nilai fashion busana muslim dan mengikuti pengaruh perubahan gaya setiap waktunya. 26 Bahwa saat ini saja komunitas hijabers itu merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia yakni sebagai makhluk sosial. Selain itu, bergaul dalam sebuah kelompok atau komunitas agar mempermudah manusia mengenal jati diri dan memperkuat identitas dirinya (eksistensi) didalam masyarakat.
Gambar 0.1 Hijabers Community Jakarta
Dengan adanya komunitas ini, para wanita lebih banyak memahami gaya berpakaian dan aneka ragam warna. Dalam pemilihan warna busana, Hijabers Community Jakarta lebih menggunakan konsep kelembutan hati seorang wanita, yakni warna-warna lembut atau warna pastel. Motif dan perpaduan pakaiannya pun tidak terlalu mencolok/ warna-warna terang. Perkenalan lewat penampilan ini yang pada akhirnya mempermudah orang lain mengenal komunitas pengguna hijab. Selain itu pula, banyak orang yang ingin
26
Mimi Alysa, beauty-in-faith-hijabers-community, http://mimialysa.blogspot.com/2010/12/beauty-in-faith-hijabers-community.html, diakses tanggal 13 April 2014.
terlibat didalam komunitas hijabers guna menambah pengetahuan seputar fashion, cara berpenampilan, dan kajian rutin Islam yang lebih mendalam seperti digelarnya acara pengajian, gathering, ibadah puasa yaitu berbuka puasa, dan beragam bentuk kegiatan amal sosial lainnya/ Charity. Komunitas Hijabers begitu diekspos, mulai dari kegiatan mereka, cara memakai jilbab yang trendy, sampai dengan pola pemasaran jilbab yang lagi trend dibahas dengan begitu menarik. Kehendak media dalam mengkonstruksi masyarakat memicu lahirnya tren berjilbab yang stylish. Hijabers Community Jakarta lahir untuk meningkatkan perempuan yang bermartabat dengan cara tidak menanggalkan kerudungnya. Lewat komunitas ini, peserta yang terlibat akan diajari beberapa hal seputar gaya jilbab terbaru dan menyelisik ilmu Islam lebih dalam untuk para perempuan.27 Adapun ungkapan oleh Dian Pelangi terkait mendirikan Hijabers Community yaitu memiliki asumsi :
Gambar 0.2 Dian Pelangi (Pendiri Hijabers Community)
27
Ibid.
“Dari mode untuk studi Islam, dari gaya jilbab untuk belajar Islam,” tawaran yang diajukan Hijabers Community ini seperti mengajak orang berjalan dari hilir ke hulu, dari simbol ke esensi. Publik diajak menggunakan mode jilbab yang bertajuk “hijab” versi hijabers Community, baru setelah itu belajar mengetahui makna hijab sebenarnya dalam Islam. Dalam buku Hijab Street, pendiri Hijabers Community, Dian Pelangi berpendapat. “Mereka yang berkomitmen membuktikan cintanya kepada Allah dengan menutup aurat, mengkombinasikannya dengan perkembangan tren di dunia. Lumrah bagi wanita ingin terlihat cantik, dengan niat menginspirasi sesama dan tampil cantik di depan suaminya dan pasti karena Allah Swt karena Allah mencintai keindahan, bukan?”.28 Maksud dari Dian Pelangi diatas dapat disimpulkan bahwa wanita pada hakekatnya ingin terlihat cantik, karena dengan kecantikkan itupula yang membuat mereka bisa tampil lebih percaya diri. Kaitannya dengan Islam juga sangat kuat, mengingat setiap wanita yang telah baligh harus menutup aurat. sehingga kewajiban menutup aurat namun tetap cantik dan modis memang menjadi dambaan bagi kebanyakan wanita. Adapun ayat Allah yang berbunyi, “Yang demikian itu lebih mudah mereka untuk dikenal,”29 Demikian terjemahan ayat yang menggambarkan fungsi pakaian. Identitas/
kepribadian
eksistensinya
sekaligus
sesuatu
adalah
membedakannya
yang dari
menggambarkan
yang lain. Hal-hal yang
bersifat material antara lain tergambar dalam pakaian yang dikenakannya. Rasul 28 29
Dian Pelangi. Hijab Street Style. Bandung : Gramedia Pustaka Utama. 2012 hal 11 Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Hikmah. Al-Ahzab surah ke 33 ayat 59. Bandung : CV Penerbit Diponegoro. 2014 hal 426
SAW amat menekankan pentingnya penampilan identitas Muslim, antara lain melalui pakaian. Karena itu: “Rasulullah SAW melarang lelaki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian lelaki,” (HR Abu Daud). Yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa Rasul menekankan pentingnya menampilkan kepribadian tersendiri, yang berbeda dengan yang lain. Dari sini dapat dimengerti mengapa Rasul SAW. bersabda: “Siapa yang meniru satu kaum, maka ia termasuk kelompok kaum itu.” Seorang muslim diharapkan mengenakan pakaian ruhani dan jasmani yang menggambarkan identitasnya. Di sadari sepenuhnya bahwa Islam tidak datang menentukan mode pakaian tertentu, sehingga setiap masyarakat dan periode. Namun demikian agaknya tidak berlebihan jika diharapkan agar dalam berpakaian tercermin pula identitas itu.30 Identitas sendiri adalah makna yang dibuat oleh seseorang agar orang lain mengetahuinya dengan beberapa tanda maupun lambang. Terkadang pula, beberapa orang sampai membuat tanda tersendiri dengan pakaian yang dikenakannya. Seperti misalnya, seseorang menggunakan pakaian serba putih untuk menunaikan ibadah dan menggunakan pakaian serba hitam sebagai simbol sedang berduka. Sebab, hal tersebut dianggap kode dari masing-masing busana yang dikenakannya.
30
Rumah Keluarga Indonesia, Jilbab Bagi Muslimah; Pakaian & Identitas Diri, http://www.rumahkeluarga-indonesia.com/jilbab-bagi-muslimah-pakaian-identitas-diri2478/, diakses tanggal 9 Februari 2015
Tanggapan ini juga banyak direspon secara positif. Sebab terbukti, saat ini sudah banyak perempuan yang hobi dengan gaya berjilbab dan kemudian mereka mencintai jilbabnya serta berusaha menjaga diri dari bahaya. Menciptakan nuansa Islam yang begitu damai dan tenang, bisa dilihat dari peragaan busana muslim yang lahir saat ini. Jilbab telah menjadi fenomena busana perempuan dalam keseharian masyarakat yang mayoritas beragama Islam. busana muslim menciptakan kreasi tersendiri dengan tampilah hijab style. Tradisi berjilbab “Terlepas dari Pro Kontra” pada awal kemunculannya, dianggap menjadi penanda dan penegas identitas keberagamaan seorang perempuan, saat sejumlah perempuan yang berurusan dengan hukum tiba-tiba tampil religius, mendadak tampil mengenakan jilbab dan pakaian tertutup. Terdakwa kasus penggelapan, Malinda Dee, mendadak mengenakan jilbab setelah ditangkap karena dugaan penggelapan dana nasabah Rp 16 miliar mengenakan pakaian yang agak terbuka.31
31
Suara Merdeka, Perempuan Jilbab dan Kebohongan Visual, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/14/169947/PerempuanJilbab-dan-Kebohongan-Visual, diakses tanggal 13 April 2014.
1.2
Fokus Penelitian Dalam fokus penelitian ini, penulis membatasi tentang keberagaman
gaya berhijab. Pada dasarnya, hijab style digunakan sebagai alat untuk mempercantik wanita muslimah agar tetap percaya diri dengan beragam aktivitas, sehingga Penulis dapat menganalisa tentang bagaimana fenomena hijab style pada Hijabers Community Jakarta sebagai aplikasi fashion dan identitas diri. Perubahan diri muslimah yang lebih aktif dan mudah bersosialisasi bisa diamati dengan perubahan penampilan maupun komunitas yang mereka ikuti. Garis besar penelitian yang dapat diteliti oleh penulis antara lain: 1. Bagaimana motif pengguna hijab memakai hijab style? 2. Bagaimana identitas diri pengguna hijabers sebelum dan setelah menggunakan hijab? 3. Bagaimana makna dan perilaku berhijab para Hijabers Community Jakarta?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Motif pengguna hijab memakai hijab style b. Identitas diri pengguna hijabers sebelum dan setelah menggunakan hijab c. Makna dan perilaku berhijab para Hijabers Community Jakarta
1.4
Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Manfaat teoritis bermanfaat bagi: 1) Pengembangan ilmu komunikasi artifaktual terkait hijab style, 2) Upaya meningkatkan pembelajaran mengenai fashion khususnya terkait hijab style, 3) Pengembangan studi fenomenologi dengan penggunaan teori dari Alfred Schutz dalam Hijabers Community di Jakarta, 4) Pemahaman tentang keterkaitan makna hubungan yang dibangun antara identitas diri dengan fashion, 5) Pengetahuan menganai motif, identitas, dan perilaku berhijab.
b. Manfaat Praktis 1) Dapat memberikan konstribusi kepada Hijabers Community Jakarta dalam pemahaman Hijab Style sebagai aplikasi fashion dan identitas diri. 2) Memberikan pembelajaran hijab style oleh Hijabers Community Jakarta kepada pengguna hijab lainnya. 3) Sebagai tolok ukur antara hijab style dengan hijab syar’I 4) Sebagai pengaplikasian bentuk busana muslim yang benar 5) Media pembelajaran sekaligus syiar agar para wanita muslim mau menutup auratnya.