BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Setiap tahun perekonomian di Indonesia mengalami perkembangan, hal ini seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat serta pengaruh perekonomian global.
Perkembangan
perekonomian suatu Negara erat kaitannya dengan sistem ekonomi yang ada di dalamnya. Pada tahun 2006 di Indonesia mulai muncul program pemerintah yaitu “Indonesia Desain Power” yang bertujuan menggali ekonomi kreatif.
Ekonomi Kreatif
ini mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebelum muncul adanya industri kreatif, masyarakat mengenal industri konvensional dimana konvensional sering digunakan untuk menyatakan sesuatu yang telah kuno.
Selain itu ada juga yang
mengatakan bahwa konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya kesepatakan, atau dapat diartikan bahwa sesuatu hal tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan bersama. konvensional
merupakan
sesuatu
Hal ini menunjukkan bahwa hal
yang
dibuat
berdasarkan
kesepakatan bersama sehingga bersifat umum dan telah lama digunakan atau diterapkan sehingga terkesan kuno.
Apabila dikaitakan dengan
industri konvensional maka dapat disimpulkan bahwa suatu industri yang produknya telah disepakati bersama baik bahan, bentuk, dan ukurannya bersifat umum (kebanyakan terdapat di pasaran), sehingga terlihat seperti kuno.
Industri konvensional telah terlebih dulu tumbuh dalam lingkungan masyarakat
yang
menghasilkan
produk-produk
kebutuhan
pokok
masyarakat, yang walaupun tidak mengalami perubahan secara signifikan dalam berbagai macam bentuk, tetap akan dibutuhkan dan digunakan oleh masyarakat.
Namun, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat
mulai mengerti dan memahami akan ketertarikan pada hal-hal yang bersifat tidak biasa. Sehingga untuk memenuhi akan hal tersebut, para pengusaha mulai berfikir untuk membuat produk yang lebih mengutamakan kreatifitas. Dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya
evolusi
ekonomi
kreatif
yaitu
bahwa
terjadi
pergeseran
perekonomian dari era pertanian, ke era industrialiasi kemudian beralih ke era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan di bidang teknologi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi.
Perkembangan
industrialisasi menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan efisien. (Departemen Perdagangan RI, 2008:1) Berkat adanya penemuan baru di bidang teknologi seperti internet, email, SMS, Global system for Mobile communications (GSM) telah menciptakan interkoneksi antar manusia yang membuat manusia menjadi semakin produktif. Selain itu globalisasi di bidang hiburan juga mengubah karakter, gaya hidup, dan perilaku masyarakat menjadi lebih peka dan kritis. Di sisi lain kompetisi yang semakin keras mendorong perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan seefisien mungkin. Sehingga konsentrasi industri berpindah dari Negara barat ke Negara berkembang di Asia seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan
Jepang karena tidak mampu menyaingi biaya yang murah. Kejadian ini membuat Negara-negara maju menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa mengandalkan supremasi di bidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan sumber daya manusia yang kreatif. Untuk itu sejak tahun 1990an perekonomian dunia mulai bergeser menuju perekonomian yang didukung oleh kreativitas dengan istilah ekonomi kreatif melalui industri kreatif. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa ekonomi kreatif merupakan upaya perwujudan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreatifitas perekonomian yang berdaya saing dan pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya terbaharukan, bahkan tak terbatas seperti ide, talenta, dan kreatifitas. Setiap Negara membangun kompetensi ekonomi kreatif dengan caranya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Negara tersebut. Arah pengembangan industri kreatif ini, misalnya seperti pengembangan lapangan usaha kreatif dan budaya, pengembangan lapangan usaha kreatif, atau pengembangan hak kekayaan intelektual sperti hak cipta. Indonesia memiliki beberapa kota yang dapat diandalkan menjadi pusat industri kreatif yaitu Bandung, Denpasar, DKI Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Makasar. Setiap kota memiliki subsektor unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan.
Misalnya Bandung (subsektor industri
kreatif unggul di bidang musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT dan makanan atau kuliner); Denpasar (potensi subsektor industri kreatifnya yaitu industri kerajinan, musik, penerbitan, percetakan dan fashion); DKI Jakarta (empat belas subsektor industri kreatif telah berkembang); Solo
(subsektor industri kreatif yang berpotensi adalah kerajinan, fesyen dan seni pertunjukkan); Yogyakarta (berkembang subsektor industri kreatif seperti kerajinan, fesyen, dan layanan listrik & piranti lunak) dan Makasar (subsektor kreatif yang diperhatikan dan dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah Kota Makasar adalah industri kerajinan dan seni pertunjukkan). (Badan Pengembangan Ekspor Nasional Kementrian Perdagangan, 2010 : 8 - 9). Surakarta masuk ke dalam salah satu kota yang menjadi sentra industri kreatif di Indonesia. Hal ini karena Surakarta dilatarbelakangi oleh sejarah
kota
Surakarta
sebagai
“Kota
Budaya”
yang
memiliki
keanekaragaman warisan budaya seperti Keraton Surakarta Hadiningrat dan Puro Mangkunegaran, seni wayang kulit, gamelan, batik, dan lain sebagainya. Hal ini mendorong para pengusaha untuk mengembangkan usahanya tidak hanya sebagai penopang ekonomi daerah, tetapi juga sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan kota Surakarta. Wujud dari upaya tersebut ditandai dengan beberapa industri kreatif seperti pembuatan batik, kerajinan tangan, sangkar burung, sepatu, dan lain-lain. Dari berbagai uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengambil judul “ANALISIS USAHA INDUSTRI KREATIF DI KOTA SURAKARTA”.
1.2
Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif?
Lebih tinggi mana pendapatan antara
sebelum dan sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif? 2. Apakah terdapat perbedaan modal usaha sebelum dan sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif? Lebih tinggi mana pendapatan antara sebelum dan sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui terdapat perbedaan pendapatan atau tidak pada pelaku usaha industri kreatif, dan mengetahui pendapatan yang lebih tinggi sebelum atau sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif
2. Untuk mengetahui terdapat perbedaan modal usaha atau tidak pada pelaku usaha industri kreatif, dan mengetahui pendapatan yang lebih tinggi sebelum atau sesudah menjadi pelaku usaha industri kreatif.
1.4
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang bersangkutan, seperti:
1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang potensi industri kreatif dan industri konvensional di kota Surakarta.
2. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai potensi industri yang ada di kota Surakarta.
3. Bagi Lembaga Pendidikan Penelitian
ini
dapat
memberikan
tambahan
referensi
hasil
penelitian guna melengkapi koleksi yang ada di Perpustakaan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
4. Bagi Pengusaha Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi pengusaha dalam mengembangkan usaha khususnya di bidang industri, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan kualitas serta mampu berdaya saing di pasar domestik maupun manca Negara.
5. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan bagi
pemerintah dalam membuat kebijakan yang tepat untuk
meningkatkan perekonomian.