BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat majemuk. Geertz (dalam Suparlan, 1999), menjelaskan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dalam masing-masing sub sistem yang terikat dalam satu ikatan primodial seperti suku-bangsa, agama, adat-istiadat, golongan atau kelompok dan sebagainya. Lebih lanjut, Rudito (1991) menjelaskan bahwa masyarakat majemuk terdiri dari berbagai golongan suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem politik yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Masing-masing suku bangsa tetap mempertahankan identitasinya, meskipun harus mengikuti aturan-aturan yang berkenaan dengan peranannya dalam masyarakat. Kemajemukan masyarakat Indonesia dicerminkan dari keberagaman suku bangsa yang dapat dilihat dari masyarakat pribumi seperti Jawa, Mandailing, Toba, Minangkabau, Madura, Melayu dan sebagainya. Selain itu, kehadiran bangsa asing dari Negara luar ke Indonesia seperti halnya Cina, India, Arab dan Eropa menambah keberagaman suku bangsa Indonesia. Kehadiran bangsa asing tersebut dikarenakan kepulauan Indonesia pernah menjadi salah satu tempat singgah perdagangan bangsa-bangsa Cina, India, Arab (Machmud dalam Fachruddin, 2005:131). Kehadiran tersebut lambat laun membuat pendatang tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga Negara Indonesia
1 Universitas Sumatera Utara
seperti bangsa India dan Cina. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka sampai di Indonesia, sehingga dalam suatu daerah yang semula hanya dihuni oleh suatu suku bangsa tertentu saja akhirnya daerah tersebut dihuni oleh beberapa suku bangsa yang hidup saling berdampingan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Soemardjan (1988) menjelaskan bahwa manusia dalam melakukan perpindahan mempunyai beberapa alasan-alasan tertentu yang pada dasarnya tidak akan terlepas dari alasan ekonomi. Alasan ekonomi merupakan alasan utama manusia dalam melakukan suatu perpindahan untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah asalnya. Salah satu bangsa asing yang datang ke Indonesia yaitu masyarakat India. Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Suku bangsa 1 Punjabi adalah kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan. Kelompok ini berasal dari wilayah Punjab yang juga menjadi tempat beberapa peradaban tertua di dunia termasuk peradaban pertama dan
tertua
dunia
yaitu
Peradaban
Lembah
Indus
(htp://id.wikipedi.org/wiki/Punjabi). Di Indonesia, suku bangsa Punjabi tidak hanya terpaku dalam satu wilayah saja melainkan menyebar ke berbagai wilayah. Umumnya suku bangsa Punjabi tersebar di wilayah Jawa seperti; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan di wilayah Sumatera Utara seperti; Medan, Binjai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, maupun Kisaran. Persebaran tersebut disebabkan kedatangan mereka tidak dengan cara berkelompok melainkan dengan cara sendiri-sendiri, sehingga pola 1
Etnik disebut suku bangsa, istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah suku bangsa, jika ada istilah lain itu hanya sekedar kutipan.
2 Universitas Sumatera Utara
pemukiman mereka tersebar di berbagai sudut kota. Walaupun suku bangsa Punjabi datang tidak secara berkelompok, hal ini tidak membuat mereka terpecah belah melainkan membentuk hubungan yang baik guna mempererat atau memperkuat hubungan antarsesama suku seperti halnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan. Menurut Lubis (2005:140) suku bangsa Punjabi telah ada di Kota Medan sejak pertengahan abad ke 19. Lebih lanjut Lubis menjelaskan bahwa kebanyakan mereka datang dengan tujuan berdagang, ada juga yang bekerja sebagai penjaga rumah ataupun gudang dan pengawas bagi orang-orang belanda pada zaman perkebunan tembakau dibuka. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi juga tersebar keberbagai wilayah seperti Marelan, Marendal, Polonia, Tengku Umar, dan Sari Rejo. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi yang paling banyak berdomisili di wilayah Sari rejo. Penduduk suku bangsa Punjabi di Kota Medan sangat sedikit jika dibandingkan dengan suku bangsa Melayu, Minang, Batak, Tionghoa atau lainnya. Hal tersebut membuat suku bangsa Punjabi tinggal dan menetap secara mengelompok dan memperkuat identitasi maupun tradisi budaya mereka. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan di Kota Medan seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan (Veneta,1998:37). Dalam bidang ekonomi, suku bangsa Punjabi tergolong tekun dan sukses dalam menjalankan bisnis, sehingga secara ekonomi mereka terlihat mapan dibandingkan suku-suku India lainnya seperti Tamil yang menetap di Kota
3 Universitas Sumatera Utara
Medan. Kesuksesan ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko sport yang sudah ditekuni sejak tahun 1930-an. Hingga saat ini telah ada kurang lebih 20 toko sport di Kota Medan yang pemiliknya berasal dari suku bangsa Punjabi. Dalam bidang pendidikan, suku bangsa Punjabi membuka tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang dibuka untuk umum. Sedangkan dalam bidang keagamaan suku bangsa Punjabi sangat taat terhadap ajaran yang dianutnya yaitu ajaran sikh (Veneta,1998:37). Secara harafiah sikh dapat diartikan sebagai murid atau pengikut. Orang sikh adalah murid dari pendiri mereka yaitu Guru Nanak dan para pengikut ajarannya. 2 Ajaran sikh merupakan bagian dari agama Hindu yang didirikan pada abad ke-16 di Punjab. Guru Nanak merupakan pembawa ajaran sikh. Guru Nanak mengambil yang terbaik dari agama Hindu dan Islam selanjutnya menggabungkan kedua agama tersebut, sehingga terbentuk ajaran sikh. Dari kedua agama tersebut, ajaran sikh mengikuti sisi teologi dari agama Islam yaitu tentang keyakinan satu Tuhan serta percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan melarang penggunaan berhala. Selain itu, ajaran sikh mengikut i sisi ritual dari agama Hindu yaitu pengaruh tradisi Hindu yang sangat kental. Suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh tidak menghilangkan jati dirinya. Hal ini disebabkan mudahnya mereka untuk dikenal melalui sorban 3 yang digunakan untuk menutup kepala pada kaum laki-laki, yang mana sorban tersebut
2
Guru Nanak seorang yang pada asalnya beragama Hindu tradisional, dia yang menggabungkan ciri-ciri agama Hindu dan Islam menjadikan ajaran sikh yang percaya kepada adanya satu Tuhan. Ada 9 pengikut ajaran Guru Nanak yaitu; Guru Angad Dev, Guru Amar Das, Guru Ram Das, Guru Arjun Dev, Guru Har Gobind, Guru Har Rai, Guru Har Krishan, Guru Tegh Bahadur dan Guru Gobind Singh. 3 Sorban merupakan Penutup kepala pada kaum laki-laki suku bangsa Punjabi.
4 Universitas Sumatera Utara
ada yang berwarna biru 4, putih 5 dan hitam 6, sedangkan untuk warna-warna lain hanya sebagai selera saja. Sorban ini harus dipakai sebagai bagian praktek ajaran kepercayaan yang sangat penting. Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku bangsa, dimana semuanya dapat disebut sebagai suku bangsa minoritas. Kota Medan terletak di daerah Melayu, namun budaya Melayu tidak menjadi budaya dominan karena masing-masing suku bangsa lainnya mempertahankan identitasinya. Bahkan dalam memperkuat identitasi tersebut masing-masing suku bangsa mendirikan suatu organisasi yang bercirikan suku bangsanya. Sebagai contoh, dalam mempertahankan identitasi suku bangsa Punjab, mereka saling mempererat hubungannya di dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai aktivitas keagamaan atau aktivitas sosial. Umumnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan menganut ajaran sikh. Dalam ajaran sikh, suku bangsa Punjabi mempunyai sub organisasi sosial di dalam Gurdwara (sebagai organisasi sosial induk) yaitu sukhmani. Sukhmani memiliki berbagai kegiatan yang terkait dengan ajaran Sikh. Sukhmani merupakan kegiatan pembacaan ayat-ayat suci untuk mencapai kehidupan yang lebih baik yang diikuti kaum ibu-ibu. Adapun tujuan dari sukhmani ini untuk mempererat silaturahmi antar-anggota sesama suku bangsa Punjabi khususnya yang menganut ajaran sikh. Sukhmani dilakukan setiap hari jumat di Gurdwara. Kaum ibu-ibu
4
Sorban biru menggambarkan pikiran yang luas seperti langit, tidak ada tempat untuk prasangka. 5 Sorban putih menggambarkan orang suci yang menempuh kehidupan sebagai teladan. 6 Sorban hitam menggambarkan pengingatakan penindasan Inggris atas orang sikh pada tahun 1919.
5 Universitas Sumatera Utara
sukhmani ini juga membahas keperluan-keperluan barang yang dibutuhkan dalam Gurdwara. Suku bangsa Punjabi juga mempunyai kegiatan-kegiatan yang menganut ajaran sikh, seperti memperingati “hari guru” dan samelan. Samelan merupakan suatu bentuk acara seperti kegiatan belajar guna memperdalam ajaran sikh yang ditujukan terhadap kaum muda-mudi. Samelan ini mempunyai bagi kelompok kelas yaitu Maitis dan Jetha serta dalam pelaksanaan kegiatan ini mempunyai kriteria anggota dari 5 tahun sampai belum menikah. Maitis terdiri dari satu kelas dan mereka mempelajari sekaligus mengenal para guru (pahlawan) melalui ceritacerita dan gambar, sedangkan jetha terdiri dari beberapa kelas yang ditentukan oleh guru mereka. Jetha mempelajari cara menggunakan benda-benda yang dianggap suci di dalam Gurdwara, contohnya cara menggunakan buku besar, cara mengucapkan doa sembahyang dan lain-lain. Biasanya setiap hari sabtu mudamudi kumpul jam 5 sore di Gurdwara 7 untuk memperdalam ajaran yang mereka anut. Hal ini dapat diketahui sebagai pendidikan di luar sekolah karena mereka tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penting untuk mengkaji pelaksanaan kegiatan samelan sebagai salah satu kegiatan keagamaan suku bangsa Punjab di Kota Medan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi kaum muda-mudi untuk mewujudkan tanda eksistensi suku bangsa Punjabi dari heterogenitas masyarakat Kota Medan selain sebagai wujud eksistensi ajaran sikh
7
Gurdwara adalah sebutan tempat ibadah bagi yang menganut ajaran sikh (sering disebut
kuil).
6 Universitas Sumatera Utara
dihadapan ajaran-ajaran lainnya. Di samping itu, juga sebagai wujud pelestarian budaya suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya.
1.2 Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahaman dan pelestarian ajaran sikh, serta menyatuhkan suku bangsa Punjabi dan mengespresikan kehadirannya di tengah-tengah heterogenitas masyarakat Kota Medan ? Permasalahan ini dituangkan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yakni: 1. Apa yang mendasari dilaksanakan samelan ? 2. Siapa saja yang terlibat dan bagaimana syarat-syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan ? 3. Bagaimana proses pelaksanaan samelan ? 4. Kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut ?
1.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas hasil pengamatan sementara yang menunjukkan bahwa adanya berdiri sebuah Gurdwara termewah di Asia Tenggara dan pelaksanaan kegiatan samelan di dalamnya. Di Kota Medan kegiatan samelan hanya terdapat di Gurdwara Sari Rejo.
7 Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang kegiatan yang terkait dengan ajaran sikh, khususnya pada kaum muda-mudi yang disebut dengan samelan. Lebih rincinya menggambarkan tentang apa yang mendasari dilaksanakan samelan, siapa saja yang terlibat dan bagaimana syaratsyarat keterlibatan dalam kegiatan samelan, bagaimana proses pelaksanaan samelan, kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahamandan pelestarian ajaran sikh, khususnya pelaksanaan kegiatan samelan yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan suku bangsa Punjabi ataupun yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan samelan di Kota Medan.
1.5 Tinjauan Pustaka Menurut Koentjaraningrat (1990:248) perpindahan dapat menyebabkan pertemuan-pertemuan antarkelompok manusia dan kebudayaan yang berbeda, yang mengakibatkan individu-individu dalam kelompok dihadapkan dengan unsur kebudayaan yang lain. Seperti halnya suku bangsa Punjabi dihadapkan dengan suku bangsa yang berbeda dengan kebudayaannya.
8 Universitas Sumatera Utara
Fenomena perpindahan penduduk sudah sejak dahulu kala dan bukan suatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Dari hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai mobilitas perpindahan yang cukup tinggi seperti halnya orang Minangkabau, Banjar, Bugis, dan Batak. Di tempat yang baru, orang pendatang akan beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak menghilangkan budayanya dengan sendirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Ermansyah (2005:25) bahwa keberadaan seseorang atau sekelompok orang di tempat yang baru dengan latar sosial budaya yang berbeda mewujudkan 3 (tiga) proses sosial yang saling berkaitan yaitu: Pertama, pengelompokan kembali di dalam latar belakang sosial budaya yang baru. Proses ini merupakan proses penting dalam hubungannya dengan proses adaptasi atau adanya kecenderungan dari seseorang atau sekelompok orang untuk tetap berhubungan dan menetap bersama warga kelompok asalnya di tempat yang baru. Kedua, proses rekonstruksi sejarah kehidupan yang baru terbentuk. Hal ini memiliki arti yang sangat berbeda bagi seseorang atau sekelompok orang, karena latar belakang budaya yang berbeda dengan latar budaya dimana mereka menjadi bagian sebelumnya. Ketiga, proses rekonfigurasi ’proyekproyek” etnik mereka. Seseorang atau sekelompok orang yang berbeda di tempat baru akan meyusun kembali dan menegaskan identitasi kelompok atau kebudayaannya. Perubahan konteks atau latar sosial budaya menimbulkan kesadaran seseorang atau sekelompok orang untuk menegaskan kembali asal usul dan identitasi kebudayaannya. Hal ini menunjukkan suatu proses reproduksi kebudayaan yang dapat dipahami dari 3 (tiga) aspek (Abdullah dalam Ermansyah, 2005:26), yaitu: Pertama, aspek kognitif, yang melihat kebudayaan sebagai sistem gagasan yang merupakan pedoman hidup manusia. Untuk itu, gagasan dan berbagai aspek kehidupan
9 Universitas Sumatera Utara
seseorang atau sekelompok orang akan dikaji untuk melihat sistem kosmologis dalam rangka menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan. Kedua, aspek evaluatif, yang merupakan standar nilai yang masih direproduksi dan digunakan untuk menilai kehidupan di tempat yang baru. Hal ini mengarah kepada analisis norma-norma dan nilai-nilai yang masih berperan di dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang, meskipun di dalam latar sosial budaya yang berbeda. Aspek evaluatif sangat penting diperhatikan karena berkaitan erat dengan pemberian makna terhadap suatu kehidupan. Ketiga, aspek simbolik, yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai upacara dan kegiatan yang berlangsung. Keberadaan berbagai upacara dan kegiatan kebudayaan tersebut merupakan tanda penting dari pelestarian kebudayaan. Secara langsung, hal tersebut menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan yang diwujudkan seseorang atau sekelompok orang di dalam latar sosial budaya yang berbeda. Demikian halnya dengan suku bangsa Punjabi, bentuk reproduksi kebudayaan dapat dilihat dari kegiatan samelan. Kegiatan samelan ini dibentuk khusus kepada kaum muda-mudi suku bangsa Punjabi. Samelan merupakan aktivitas yang terkait dengan ajaran/agama sikh. Ajaran/agama sikh dapat dihadapkan sebagai kebudayaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Geertz (1992:5:49) bahwa agama adalah sebuah simbol-simbol yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas sehingga suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak khas realitis dan merupakan suatu operasi dua-tahap; pertama, suatu analisis atas sistem makna-makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang meliputi agama
10 Universitas Sumatera Utara
tertentu, dan kedua, mengaitkan sistem-sistem itu pada struktur sosial dan prosesproses psikologis. Secara umum kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapat dari proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman individu atau masyarakat yang pada akhirnya terorganisir dalam pikiran individu atau masyarakat tersebut. Geertz (dalam Kuper, 1999:98) juga menjelaskan kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur prilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik. Sebagai sistem budaya, ajaran sikh merupakan jaringan makna-makna yang dirajut oleh suku bangsa Punjabi. Dalam hal ini, jaringan makna-makna yang dirajut suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya yakni di Kota Medan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti pelaksanaan kegiatan samelan. Berbagai aktivitas tersebut sesunggungnya merupakan simbol yang bermakna bagi suku bangsa Punjabi khususnya kaum muda-mudi di Kota Medan. Spradley (1990:121) menyebutkan bahwa simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjukkan pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga
11 Universitas Sumatera Utara
unsur yakni simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar dari semua makna simbolik. Makna yang melibatkan simbolik dan rujukan tersebut makna referensial. Walaupun penting makna referensial, namun tidak terlalu jauh mengarahkan pada suatu makna kebudayaan. Makna referensial hanya mulai menggores permukaan makna yang disandikan dalam simbol-simbol yang digunakan masyarakat. Untuk lebih memahami makna dari suatu simbol, maka harus dilihat kontekstual yang menyertainya. Dengan demikian, kegiatan samelan yang dirajut di dalam Gurdwara merupakan salah satu simbol bagi ajaran sikh yang diekspresikan guna mewujudkan suatu identitasi yang membedakan dengan suku bangsa lainnya. Menurut kamus etimologi Van Dale (dalam Nainggolan 2006:7) identitasi berasal dari kata Latin ‘identitasi’ yang artinya sama dengan dirinya sendiri. Identitasi mempunyai dua pengertian. Pengertian yang pertama adalah pengertian akan kesamaan absolut. Dengan demikian, orang dapat melihat kesamaan dalam mempersatukan diri mereka. Pengertian yang kedua adalah keunikan kelompok etnik tertentu yang membuat mereka berbeda dari kelompok lain. Keunikan kelompok merupakan unsur identitasi kelompok yang istimewa. Ekspresi identitasi melalui kegiatan samelan tersebut membuat hubungan kaum muda-mudi Punjabi tetap terjaga dengan baik. Sehingga mereka tetap menegaskan identitasinya di setiap tempat yang baru. Sebagaimana kegiatan samelan di Kelurahan Sari Rejo merupakan bentuk reproduksi budaya suku bangsa Punjabi yang berada di daerah lain.
12 Universitas Sumatera Utara
Kegiatan samelan yang dilaksanakan oleh suku bangsa Punjabi di Kota Medan merupakan suatu identitasi yang dibawa oleh suku bangsa Punjabi yang berada di Malaysia. Hal tersebut direproduksi sesuai nilai yang masih dipertahankan sebagai aktivitas simbolik ajaran sikh. Sekaligus sebagai wujud pelestarian ajaran sikh maupun mempertahankan identitasi suku bangsa Punjabi di lingkungan yang baru, seperti halnya di Kota Medan. Adapun kegiatan-kegiatan kebudayaan yang masih dilakukan suku bangsa Punjabi antara lain; upacara kematian, kelahiran dan perkawinan serta sebagai sarana komunikasi suku bangsa Punjabi dengan Guru, leluhurnya. Selain itu suku bangsa Punjabi juga tetap mempertahankan tari-tarian dari daerah asalnya, pakaian yang digunakan di dalam Gurdwara sebagai bentuk identitasi sukunya. Dalam hal ini, kepercayaan dan kebudayaan suku bangsa Punjabi saling terkait dan saling mendukung. Kenyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Geertz (1992:4) bahwa simbol-simbol sakral berfungsi mensintesiskan suatu etos bangsa yaitu nada, ciri dan kualitas kehidupan, moral dan gaya estetis.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe penelitian Penelitian ini bertipekan deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara mendalam tentang wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahaman dan pelestarian ajaran sikh. Dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis data yang akan dikumpulkan yaitu; data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Data
13 Universitas Sumatera Utara
sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet yang berhubungan dengan masalah penelitian. Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa partisipasi. 8 Dalam observasi tanpa partisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dalam segala kegiatan sosial suku bangsa Punjabi. Observasi tanpa partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada saat samelan. Dapat dilihat benda-benda apa saja yang ada di dalam Gurdwara, cara berpakaian para anggota samelan, bendabenda apa yang digunakan pada saat kegiatan samelan, cara berkomunikasi antara anggota samelan dengan guru begitu juga dengan sesama anggota samelan dan memutar ulang video pasa saat acara samelan. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Dalam wawancara mendalam peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang dibantu dengan alat perekam (tape recorder) dan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Wawancara tersebut dilakukan guna memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.
8
Observasi tanpa partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini si peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau referensi dengan standard tertentu (seorang peneliti/ahli ilmu social misalnya dengan menggunakan konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian).
14 Universitas Sumatera Utara
Informan pangkal adalah orang yang pertama sekali ditemui di lapangan. Dalam hal ini, informan pangkal yakni pengurus Gurdwara. Informan kunci atau pokok adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang diteliti yang dalam hal ini yakni Guru, pengurus Gurdwara, panitia samelan, dan orang tua dari kaum muda-mudi, sedangkan informan biasa adalah kaum muda-mudi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan samelan. Jumlah informan akan ditentukan di lapangan. Dalam penelitian, jika seluruh informasi yang dibutuhkan belum lengkap maka pencarian informan berlangsung dan jika informasi sudah lengkap maka pencarian informan dihentikan. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal, dibutuhkan untuk memperoleh informasi tentang siapa orang-orang yang dapat memberikan informasi lebih dalam yang terkait dengan yang diteliti di lapangan dan juga sejarah suku bangsa Punjabi maupun keberadaan mereka. Wawancara yang ditujukan kepada informan kunci atau pokok dilakukan untuk memperoleh informasi sejarah kedatangan suku bangsa Punjabi di Kota Medan, alasan dibentuknya samelan dan berbagai kegiatan yang dilakukan, keanggotaan di dalam samelan, aturan-aturan apa saja yang berlaku pada saat samelan, kegiatankegiatan apa yang dilakukan pada saat samelan, siapa-siapa saja orang yang ikut berpartisipasi pada saat samelan, dan kepentingan yang didapat dalam kegiatan samelan, sedangkan wawancara yang ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai alasan muda-mudi ikut bergabung dalam pelaksanaan kegiatan samelan yang dilakukan di lapangan, serta kepentingan apa yang
didapat
melalui
pelaksanaan
kegiatan
samelan
tersebut.
Untuk
15 Universitas Sumatera Utara
memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan informan. Dalam hal ini, peneliti membangun hubungan dengan informan dengan cara datang berkunjung ke rumah untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan mengikuti beberapa kegiatan sehari-hari dari para informan.
1.6.2 Teknik Analisa data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif yang menganalisis tentang pelaksanaan kegiatan samelan suku bangsa Punjabi khususnya pada muda-mudi. Data yang telah didapat dari hasil observasi, wawancara, dan sumber keperpustakan disusun berdasarkan pemahaman atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian hasil
pencatatan
tersebut,
disusun
dan
berupaya
menggabungkan
dan
menghubungkan atas jawaban dari informan sehingga mencapai tujuan penelitian, dan sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk bersikap objektif, data yang diperoleh tidak dikurangi, ditambah ataupun dirubah, sehingga tidak mengurangi keaslian data yang diperoleh dari di lapangan.
16 Universitas Sumatera Utara