BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat telah termaktub dalam UUD 1945 sebagai wujud tanggung jawab Negara terhadap bangsa dan rakyat Indonesia.
Kesehatan anak yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan kesejahteraan rakyat merupakan dasar pembangunan kesehatan dalam mempersiapkan generasi bangsa di masa mendatang. (Kemenkes, 2013). Salah satu bentuk kerjasama secara global, Indonesia bersama negaranegara didunia sepakat untuk menempatkan kepentingan terbaik bagi anak dengan memenuhi hak-hak anak melalui suatu forum internasional yang mendeklarasikan ”World Fit for Children”. Deklarasi ini dilakukan pada tanggal 20 November 1989 di Amerika Serikat dan kemudian disahkan pada tanggal 2 September 1990 oleh PBB. Pemerintah RI meratifikasi program ini melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) sejak tahun 2006 dalam bentuk program pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). (Irmawati N, 2009). Unicef sebagai badan PBB mengelaborasi program World Fit for Children di seluruh dunia dengan mengintegrasikan tujuan program ini dalam millennium development goals (MDGs). Dari laporan Unicef 2007 menunjukan bahwa setelah pelaksanaan program ini secara lintas program terjadi peningkatan status kesehatan anak dimana khususnya tujuan MDGs 4
1
2
terjadi penurunan angka kematian balita untuk dunia dari 93/1000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 72/1000 kelahiran hidup pada tahun 2006 dan ditargetkan terjadi penurunan sampai tahun 2015 sebesar 9,4% setiap tahunnya. (Unicef, 2007). Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menerbitkan Permeneg PP/PA RI 02 Tahun 2009 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak sebagai payung hukum dalam pelaksanaan program kota layak anak, penjabaran dari World fit for clhidren dan konvensi hak anak. Peraturan ini dimaksudkan untuk melindungi hak-hak anak dalam tumbuh dan berkembang secara optimal di setiap kota di seluruh Indonesia. (Irmawati N, 2009). Kota Layak Anak adalah sistem pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak, dimana anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi. (www.kotalayakanak.org, diakses 17 April 2014). Program Kota Layak Anak ini diharapkan dapat menjamin semua hakhak anak sebagai warga kota, dimana pemerintah kota menyediakan pemenuhan hak-hak anak disegala bidang sebagai warga kota sesuai kemampuan dan kebutuhan anak. Program KLA terfokus pada 4 upaya pokok yaitu, kesehatan anak, pendidikan anak, perlindungan anak dan partisipasi anak. Dalam bidang kesehatan ini mencakup Pelayanan yang holistik di rumah
3
sakit, pelayanan untuk ibu hamil, ibu hamil dengan komplikasi, ibu bersalin (normal, dengan alat bantu, maupun dengan operasi), neonatal dengan komplikasi, universal child immunization (UCI), fasilitas NICU dan PICU, pelayanan balita, pelayanan gizi buruk, pelayanan untuk anak terjangkit penyakit, seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan lain sebagainya. Selain itu pelayanan posyandu dan tempat penitipan anak juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pelayanan kesehatan pada anak untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. (Djustiana, 2012). Ketersediaan sarana dan fasilitas untuk memenuhi hak-hak anak sebagai warga kota ditetapkan sebagai indikator kota layak anak yang harus disediakan setiap pemerintah kabupaten/kota meliputi klaster indikator yaitu; penguatan kelembagaan, hak sipil dan kebebasan, lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan pemanfataan waktu luang dan kegiatan budaya dan perlindungan khusus. Klaster indikator tersebut di atas terbagi dalam 31 indikator yang dinilai sebagai bentuk evaluasi apakah kabupaten/kota tersebut telah memenuhi syarat sebagai kota layak anak. (Kemen PP-PA, 2011). Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan oleh pemerintah Republik Indonesia dapat diketahui melalui indikator pencapaian yaitu indikator Indonesia sehat yang meliputi; 1). Indikator derajat kesehatan yaitu mortalitas, morbiditas dan status gizi. 2). Indikator hasil yaitu kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan kesehatan,
4
sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektoral. (Kemenkes, 2013). Masalah kesehatan anak di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di bandingkan dengan beberapa Negara asia lainnya, dimana keadaan mortalitas pada anak meliputi angka kematian bayi (AKB) sebanyak 32/1000 kelahiran hidup , Angka kematian Balita (AKABA) sebesar
40/1000
kelahiran hidup dan angka kematian neonatal (AKN) sebesar 19/1000 kelahiran hidup (SDKI,2012). Sedangkan untuk morbiditas dapat diketahui dari prevalensi gizi buruk sebanyak 5,7/1000 dan gizi kurang 13,0/1000, prevalensi ISPA 25,0/1000, prevalensi diare 7,0/1000, prevalensi preumonia 18,5/1000 (Riskesdas, 2013). Indikator derajat kesehatan di Indonesia yang masih perlu terus ditingkatkan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah indikator hasil berupa kesehatan lingkungan yang masih rendah, hal ini terlihat pada hasil Riskesdas, 2013 dimana ketersediaan air bersih pada rumah tangga sebesar 66,8%, kepadatan hunian > 8/m2 sebesar 85%, akses kefasilitas kesehatan yang baru dapat diakses penduduk sebesar 65,6% dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan sebesar 50,5%. Hal tersebut di atas kemungkinan dapat menganggu upaya pelayanan kesehatan yang diperlukan anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan dapat meningkatkan resiko anak terpapar penyakit menular. (SDKI, 2012). Upaya peningkatan kesehatan anak di propinsi Sulawesi Tenggara, telah dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Hal tersebut dapat dilihat
5
dari capaian beberapa indikator antara lain angka kematian neonatal (AKN); sebesar 40/1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) sebesar 45/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) sebesar 55/1000 kelahiran hidup, cakupan pelayanan neonatus sebesar 91,26%, cakupan imunisasi dasar sebesar 86,3%, cakupan pelayanan ibu hamil K4 sebesar 80,30%. (Dinkes Sultra, 2012). Kota Kendari merupakan salah satu kota yang telah berkomitmen untuk melaksanakan program ini telah menerima penghargaan sebagai kota layak anak tingkat madya di tahun 2013 dengan pencapaian 21 indikator KLA. pelaksanaan kota layak anak di Kota Kendari telah dicanangkan pada 3 (tiga) kecamatan yaitu kecamatan Mandonga, Kadia dan Kendari Barat. Untuk memperkuat pengelolaan kota layak anak pemerintah Kota Kendari melalui Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan telah membentuk gugus tugas dalam workshop yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014, dengan pembentukan gugus tugas tersebut pemerintah Kota Kendari berupaya untuk mencapai KLA kategori utama dengan 31 indikator pencapaian. (Melya, 2014). Jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun 2013 sebanyak 314.126 jiwa yang tersebar pada 10 (sepuluh) kecamatan dengan jumlah anak usia 019 tahun sebanyak 234.651 jiwa dan komposisi anak berdasarkan umur, khususnya kecamatan Mandonga antara lain usia 0-4 tahun sebanyak 4420 jiwa, usia 5-9 tahun sebanyak 3945 jiwa, usia 10-14 tahun sebanyak 3515 jiwa dan usia 15-19 tahun sebanyak 3.983 jiwa. Kecamatan Kendari Barat antara
6
lain usia 0-4 tahun sebanyak 4.954 jiwa, usia 5-9 tahun sebanyak 4.610 jiwa, usia 10-14 tahun sebanyak 4.070 jiwa dan usia 15-19 tahun sebanyak 4.902 jiwa dan kecamatan Kadia antara lain usia 0-4 tahun sebanyak 4.013 jiwa, usia 5-9 tahun sebanyak 3.711 jiwa, usia 10-14 tahun sebanyak 3.529 jiwa dan usia 15-19 tahun sebanyak 5.443 jiwa. (BPS Kota Kendari, 2014). Pemerintah Kota Kendari telah melakukan upaya peningkatan kesehatan anak, beberapa capaian antara lain angka kematian neonatal sebesar 37/1000 kelahiran hidup angka kematian bayi sebesar 40/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita sebesar 49/1000 kelahiran hidup, cakupan pelayanan neonatus sebesar 97,26%, cakupan imunisasi dasar sebesar 96,3%, cakupan pelayanan ibu hamil K4 sebesar 92,30%. Penyakit terbesar bagi anak masih ditempati oleh ISPA dengan 12.403 kasus dan Diare 6769 kasus serta masih adanya kasus campak sebanyak 87 kasus (Riskesdas, 2013) Fasilitas dan pelayanan kesehatan di Kota Kendari pada tahun 2013 didukung oleh tenaga dokter umum 20 orang, dokter gigi 8 orang, perawat 194 orang dan tenaga bidan 156 orang. Bila dibandingkan tahun sebelumnya terjadi pengurangan untuk tenaga dokter umum sebanyak 7 orang, dokter gigi 1 orang dan perawat sebanyak 26 orang, hal ini menjadikan rasio dokter dan perawat
terhadap
jumlah
penduduk
semakin
tinggi.
(BPS
Kota
Kendari.2014). Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa program kota layak anak di Kota Kendari dari 31 indikator, baru tercapai 21 indikator, khusus indikator kesehatan anak dimana bahwa angka kematian neonatal, bayi dan
7
balita masih sangat tinggi yaitu 40/1000 dan 49/1000 kelahiran hidup, masih sangat tinggi di atas rata-rata nasional, terdapat pengurangan tenaga kesehatan yang dapat berimbas pada mutu pelayanan kesehatan, masih terdapatnya angka kesakitan yang tinggi pada penyakit ISPA dan Diare serta masih terdapatnya 87 kasus campak pada anak. Karena itu perlu adanya kajian tentang pelaksanaan program KLA di Kota Kendari sebagai salah satu program pemerintah, yang dapat meningkatkan indikator status kesehatan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan akses anak pada pelayanan kesehatan dan air bersih dan pelayanan disabilitas. B. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah program kota layak anak (KLA) dapat meningkatkan indikator status kesehatan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan akses anak pada pelayanan kesehatan dan air bersih dan pelayanan disabilitas di Kota Kendari?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengaruh program KLA terhadap peningkatan indikator status kesehatan anak di Kota Kendari 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi indikator status kesehatan anak meliputi angka kematian bayi, angka kematian neonatal, angka kematian balita,
8
cakupan pelayanan kesehatan anak, imunisasi, prevalensi penyakit pada anak, gizi buruk dan disabilitas. b. Mengidentifikasi kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar dan air bersih oleh anak c. Mengidentifikasi peran serta keluarga dalam tumbuh kembang dan perlindungan anak D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai literasi bagi penelitian dan pengembangan keilmuan dalam bidang keperawatan anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Perawat Sebagai acuan upaya promotif dan preventif
dalam rangka
peningkatan status kesehatan anak b. Bagi pemerintah 1) Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi rencana tindak lanjut dalam upaya peningkatan kesehatan anak di daerah dan nasional 2) Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah Kota Kendari dalam melaksanakan program kota layak anak 3) Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi dinas kesehatan Kota Kendari dalam meningkatkan upaya kesehatan anak c. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan akan menjadi pengembangan untuk penelitian selanjutnya
9
E. Keaslian Penelitian Sejak program Kota Layak Anak (KLA) di canangkan, telah ada beberapa penelitian terkait dengan program Kota Layak Anak telah dilakukan antara lain : Tabel.1. Matriks keaslian penelitian. No Author /tahun 1 Niken Irmawati (2009)
2
Rica Amanda (2008)
Judul
Perbedaan
Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak (KLA) di kota Solo Analisis teknik bidang pendidikan dalam implementasi model kota layak anak di Kota Semarang -
3
Faradilla Nissa Safitri (2013)
4
Lene Linberg et.al, 2013.
Implementasi kebijakan pengembangan kota layak anak di Kecamatan Semampir Surabaya The effects and costs of the universal parent group program – all children in focus -
Persamaan
Variabel yang digunakan responsifitas pemerintah kota solo Lokasi : solo
Metode menggunak an kuantitatif
Variabel yang digunakan indikator pendidikan pendekatan data envelopment analisys (DEA) Lokasi : semarang Metode kualitatif Lokasi : Surabaya
Metode kuantitatif
Variabel yang digunakan adalah program universal parent group. Metode RCT Lokasi : Swedia
Variabel dependen yaitu status kesehatan anak
Implementa si Pelaksanaan KLA