BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu dari kebutuhan hidup yang harus terpenuhi secara mandiri adalah kebutuhan aktualisasi diri. Bukan hanya pada kaum pria, kaum perempuan kini juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Salah satu upaya kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan ikut berperan serta diluar lingkup peran domestik. Keikutsertaan kaum perempuan dalam lingkup publik di Indonesia bermula dari adanya gerakan emansipasi wanita yang dipelopori oleh R.A. Kartini. Ketidakadilan perempuan yang disebabkan oleh aturan atau hukum yang mendudukkan perempuan pada posisi subordinat dalam aspek kehidupan politik, agama, dan budaya menjadi dasar dari perjuangannya. Oganisasi-organisasi masyarakat yang menekankan peningkatan pendidikan perempuan mulai banyak dihadirkan oleh Kartini dan rekannya di tengah-tengah masyarakat. Keberhasilan Kartini dalam memperjuangkan kedudukan perempuan berjalan seiring dengan kemunculan organisasi perempuan mandiri dan organisasi perempuan nonpemerintah yang bergerak di segala aspek kehidupan seperti perburuhan, pertanian, sosial, ekonomi, politik, dan budaya (Murniati, 2004:121-124). Keberhasilan Kartini telah membuat kesadaran bagi kaum perempuan dalam pentingnya berpartisipasi pada lingkup publik. Secara tradisional, kaum perempuan dalam keluarga hanya melakukan perannya di dalam lingkup domestik. Freiden (Sugihastuti dan Septiawan, 2007: 283) menyebutkan peran tradisional kaum perempuan dalam keluarga yaitu sebagai istri, ibu, dan ibu rumah tangga yang hanya menjalankan peran subsider atau peran pembantu. Perempuan sebagai istri, ibu dan ibu rumah tangga bertugas melayani suami, membantu suami, mengasuh anak, mendidik anak, memelihara anak,
Universitas Sumatera Utara
memelihara kesehatan untuk keluarga, mengelola serta mengurusi segala yang berhubungan dengan rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan zaman, peranan kaum perempuan telah bergerak maju kearah yang lebih luas. Kini, kaum perempuan tidak lagi hanya berperan pada lingkup domestik saja, tetapi ikut berperan serta dalam lingkup publik. Begitu juga halnya peranan perempuan dalam keluarga mengalami pergerakan. Christensen dan Johnsen (Nugroho (2007), Skripsi Hubungan antara Persepsi Terhadap Komunikasi Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja di RS. Panti Wilasa”Citarum” Semarang, Universitas Diponegoro) mengungkapkan bahwa peran perempuan bergerak dari peran tradisional (traditional role), peran kawan (companion role), menuju peran sekutu (partner role). Peran tradisional (traditional role) membuat peranan perempuan terpisah dari peranan laki-laki pada segi kegiatan dan kepentingan. Istri bertanggung jawab dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anak serta menjalankan tugas-tugas rumah tangga, sedangkan suami berperan sebagai pelindung dan pencari nafkah untuk keluarga. Kewajiban perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga adalah melakukan tugas domestik, menjadi pelayan bagi kepentingan ekonomi dan diri suami, penerimaan terhadap sedikitnya aktivitas dan penerimaan terhadap ketergantungan ekonomi. Peran kawan (companion role) mengharuskan kaum perempuan sebagai istri dalam keluarga bertugas sebagai individu yang bertanggung jawab atas interaksi sosial, kontak sosial dan dukungan emosional suami. Dalam hal ini, hubungan interpersonal menjadi hal yang sangat diperhatikan bagi istri dan suami demi mencapai harapan keluarga serta keamanan ekonomi dan kesuksesan karir. Peran sekutu (partner role) dalam keluarga menghapuskan perbedaan derajat dan pembedaan pekerjaan atas dasar jenis kelamin. Kaum perempuan sebagai istri dalam peran sekutu turut serta dalam dunia ekonomi sama seperti suami. Hal ini bukan hanya menjadi tambahan tugas tradisional bagi istri melainkan juga menjadi sebuah penerimaan kewajiban baru bagi istri untuk berbagi kewajiban sebagai pencari nafkah keluarga. Istri menjadi sekutu bagi suami dalam menggalang kesejahteraan dan kemuliaan keluarga dengan potensi yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Keterlibatan kaum perempuan dalam usaha mencari nafkah dalam sebuah keluarga sudah dapat dijumpai pada masyarakat pedesaan sejak dahulu. Murniati (2004:135) menjelaskan bahwa perempuan desa memiliki peranan aktif dalam organisasi ekonomi baik didalam maupun diluar rumah. Di rumah perempuan desa bekerja membuat industri rumah seperti makanan dan alat rumah tangga, sedangkan diluar rumah mereka bekerja membantu suami seperti bertani, beternak, berkebun, dan berdagang. Seiring dengan perkembangan zaman, keterlibatan kaum perempuan dalam lingkup publik telah mengalami peningkatan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum perempuan dalam lingkup publik yang marak dijumpai saat ini yaitu keputusan pengambilan
peran
sebagai
seorang
pegawai/karyawan.
Berdasarkan
data
Kementerian Tenaga Kerja RI, jumlah pekerja wanita telah mengalami peningkatan dari Agustus 2012 sampai Februari 2013. Pada Agustus 2012, jumlah pekerja wanita tercatat sebanyak 41,74 juta jiwa Pada Februari 2013, jumlah pekerja wanita tercatat meningkat
menjadi
43,81
juta
jiwa.
Status
pekerjaan
sebagai
buruh/karyawan/pegawai menjadi yang paling diminati oleh kaum perempuan (Depnakertrans, 2014). Upaya kaum perempuan terutama seorang ibu dalam pengambilan peran sebagai karyawan dapat dilatarbelakangi oleh usahanya untuk meringankan ekonomi keluarga. Selain itu, keterlibatan seorang ibu dalam pengambilan peran sebagai karyawan dapat juga dilatarbelakangi pada keadaan tertekan akan peranannya secara tradisional yang selalu hanya mengurusi hal-hal didalam rumah tangga. Seperti yang dikemukakan Nancy Kumala Sari Suhut (dalam Ihromi, 1999:169), kehidupan dibalik dinding rumah yang dirasakan para ibu secara terus menerus menyebabkan kebosanan pada diri mereka, dan bekerja di luar rumah merupakan solusi mengurangi kebosanannya. Tuntutan sosial dan kebutuhan psikologis juga menjadi faktor pendorong keikutsertaan kaum perempuan untuk bekerja. Kepuasaan tersendiri apabila dapat mengaplikasian ilmu yang dimiliki menjadi alasan meningkatnya kaum perempuan dalam dunia pekerjaan. Hal ini tidak hanya menjadi alasan bagi perempuan-
Universitas Sumatera Utara
perempuan muda saja, tetapi juga pada perempuan yang sudah menyandang status sebagai ibu didalam keluarga. Keputusan mengambil peran sebagai pegawai/karyawan menyebabkan seorang ibu harus menjalankan multi peran. Bukan hanya menjalankan perannya dalam lingkup domestik saja, tetapi juga harus menjalankan perannya dalam lingkup publik. Sebagai seorang ibu, istri, dan ibu rumah tangga, ia harus bertanggung jawab atas tugasnya dalam mendidik anak, melayani suami, dan mengurus hal-hal rumah tangga. Sebagai seorang pekerja, ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya dimana ia bekerja. Idealnya, seorang ibu yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah harus bisa menjalankan kedua perannya tersebut dengan baik dan seimbang. Pengambilan keputusan seorang ibu untuk bekerja sebagai pegawai/karyawan tentu saja tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif bagi keluarga. Dampak positif, ibu yang bekerja dapat meringankan perekonomian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dampak negatif, ibu yang bekerja kehilangan banyak waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan suami dan anaknya secara langsung serta tidak selalu ada pada saat-saat penting ketika sangat dibutuhkan, terutama pada ibu yang bekerja sebagai wanita karir. Tuntutan pekerjaan, jam kerja yang padat dan kesibukan bekerja menjadi faktor pemicu terhambatnya interaksi dan proses komunikasi antarpribadi seorang ibu dengan anaknya. Ibu yang sibuk bekerja hingga jarang mengurus anak akan mengakibatkan anak tidak merasa bahagia dan menimbulkan rasa benci terhadap ibunya karena tidak mengasuhnya (Mulyanti, 2013:41). Hal inilah yang dapat memicu anak tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan dapat mendorong mereka melakukan tindakan-tindakan menyimpang. Keadaan lelah yang dirasakan istri atau ibu saat pulang kerja yang diakibatkan dari kesibukannya bekerja dapat menyebabkan ia kehabisan energi dan tidak bisa menemani anak bermain serta menemani suami dalam keadaan tertentu. Ketidaksanggupan istri atau ibu bekerja dalam menjalankan peran dan tugasnya ini dapat menyebabkan keretakan hubungan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian.
Universitas Sumatera Utara
Dalam upaya mencegah terjadinya perceraian dan perilaku menyimpang anak, seorang ibu yang bekerja haruslah dapat menjaga hubungan baik dengan suami maupun anak. Sebab hubungan baik yang terjalin dan terjaga antara suami, istri, dan anak dapat menciptakan sebuah keharmonisan keluarga. Salah satu cara dalam menjaga dan menjalin hubungan baik antar anggota keluarga yaitu dengan melakukan komunikasi. Komunikasi adalah satu hal yang penting dalam menciptakan dan menjaga keharmonisan keluarga. Dengan berkomunikasi, segala pesan dapat disampaikan oleh orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang tua. Adi J Mustafa (2008) mengungkapkan bahwa seringnya masalah dalam keluarga muncul disebabkan oleh kemacetan komunikasi. Komunikasi yang macet akan membuat tujuan di dalam keluarga tersebut gagal tercapai (Hidayat, 2012:156). Shannon dan Weaver (1949) mengungkapkan komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya dengan atau tanpa disengaja (Cangara, 2006:19). Komunikasi dalam keluarga melibatkan adanya interaksi antara tiap anggota keluarga. Oleh karenanya, komunikasi dalam keluarga tidak terlepas halnya dengan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi didalam keluarga akan berjalan baik apabila didukung oleh interaksi dan hubungan baik diantara anggota keluarga tersebut. Komunikasi dalam keluarga penting untuk dibahas dalam penelitian karena setiap anggota keluarga saling terikat satu sama lainnya melalui proses interaksi dan komunikasi. Komunikasi keluarga yang efektif akan dapat menimbulkan saling pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi sikap dan penghormatan, kedekatan, serta tindakan bersama-sama. Khususnya bagi seorang istri sekaligus ibu yang bekerja, komunikasi yang baik dengan suami dan anak menjadi sangat penting demi menjaga sebuah keharmonisan keluarga. Fenomena ibu bekerja sudah bukan menjadi fenomena yang baru dewasa ini. Ibu bekerja khususnya di kota-kota besar sudah tidak asing lagi untuk ditemui, seperti misalnya di Jakarta. Jakarta merupakan kota terbesar nomor satu di Indonesia. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta merupakan pusat kota dengan tingkat pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang cukup pesat, baik pada sektor perdagangan, jasa, property, industri kreatif, maupun keuangan. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia, tidak terkecuali bagi seorang ibu memutuskan untuk bekerja di Jakarta. Jakarta, sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, perusahaan asing, kantor sekretariat ASEAN, serta tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan seperti salah satunya yaitu Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SetJen Kemendikbud) merupakan salah satu unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang berada di Jakarta. Berdasarkan pra-penelitian yang dilakukan peneliti di Setjen Kemendikbud, terdapat satu divisi yaitu di Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, yang memiliki jumlah pekerja wanita lebih banyak dibandingkan jumlah pekerja pria. Pekerja wanita dalam divisi ini berjumlah tiga puluh satu orang, sedangkan pekerja pria hanya berjumlah tujuh belas orang. Mayoritas dari pekerja wanita tersebut merupakan seorang ibu. Divisi ini pula yang sering mendapatkan jam kerja lebih dari biasanya, yang dikenal sebagai lembur. Seringnya lembur berkecenderungan membuat interaksi dan komunikasi para ibu bekerja tersebut dengan anak dan suaminya dirumah menjadi berkurang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi keluarga terhadap ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dengan suami dan anak dalam hubungan harmonisasi keluarga.
1.2. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana proses komunikasi antarpribadi ibu bekerja di Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Universitas Sumatera Utara
dengan suami dan anak dalam waktu yang terbatas dalam hubungan harmonisasi keluarga?”
1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 2. Mengetahui proses komunikasi antarpribadi ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dengan suami dan anak dalam waktu yang terbatas 3. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi pada proses komunikasi antara ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan suami dan anak. 4. Mengetahui skema hubungan keluarga dalam keluarga ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Secara
akademis,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperluas
pengetahuan dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai komunikasi keluarga yang diterapkan oleh ibu bekerja. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak
yang
membutuhkan
pengetahuan
berkenaan
dengan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi dalam keluarga, serta hambatan-hambatan dan upaya-upaya ibu bekerja dalam menjaga hubungan harmonis dengan suami dan anak.
Universitas Sumatera Utara