BAB I PENDAHULUAN
I.1
Umum Pemilihan suatu material konstruksi tergantung dari sifat sifat teknis, ekonomis
dan dari segi keindahan. Apabila kayu diambil sebagai bahan konstruksi maka perlu diketahui sifat-sifat dari kayu itu sendiri. Kayu sampai saat ini masih banyak dibutuhkan dan digunakan oleh masyarakat luas karena kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tiada habis habisnya apabila dikelola dengan baik, karena itu tidak hanya merupakan salah satu jenis bahan konstruksi didalam sejarah umat manusia, tetapi mungkin juga menjadi yang terakhir. Sebagai salah satu konstruksi yang pertama , jauh sebelum ilmu pengetahuan , khususnya matematika, memperlengkap kita dengan suatu teori untuk perencanaan konstruksi, teknik penggunaan kayu pada jaman yang lampau didasarkan hanya berdasarkan atas pengalaman dan intuisi. Sekarang ini Ilmu Teknik Konstruksi Kayu (Timber Engineering ), yang dimulai perkembangannya di jerman pada permulaan abad 20, telah dan masih terus mengalami transisi dari suatu bidang pengetahuan pertukangan kayu tradisional ke suatu ilmu pengetahuan berdasarkan matematis yang sudah lama digunakan pada konstruksi – konstuksi baja dan beton. Dalam teknik penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi yang lebih rasional, perlu disebut khusus : •
Pengetahuan sifat – sifat jenis-jenis kayu serta faktor pengaruh.
•
Sambungan dan alat penyambung.
•
Pengawetan
Oleh karena itu pada masa sekarang ini Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai kekayaan alam akan kayu, harus dapat memanfaatkan kayu demi perkembangan pembangunan dan keindahan akan bangunan kayu, Negara ngara maju
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan kayu sebagai bahan konstruksi seperti : pilar ( kolom ), kuda-kuda atap, balok, panggung bekisting jembatan , dan lain lain. I.2
Latar Belakang
Pada revisi PKKI NI-5 2002 hanya mencakup baut atau pasak dengan diameter 6 -25 mm, oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan rumusan kekuatan sambungan apabila menggunakan baut atau pasak yang lebih besar dari diameter 25 mm. Dibandingkan dengan konstruksi baja di mana praktis kita hitung dengan sambungan sambungan dan titik buhul yang kaku , maka karakteristik dalam konstruksi kayu adalah juga adanya deformasi-deformasi atau pergeseran-pergeseran pada sambungan . Maka untuk perencanaan sambungan digunakan rumus : Zu ≤ λ Øz Z’ dimana Zu = Tahanan perlu sambungan λ
= faktor waktu (tergantung kombinasi pembebanan) biasanya untuk baja diambil 1,0
Øz = Faktor tahanan sambungan diambil 0,65 Z’ = Tahanan terkoreksi sambungan Dalam hal yang akan ditinjau adalah sambungan dengan menggunakan alat penyambung pasak cincin yang terbuat dari baja, dimana penulis ingin mengetahui koefisien sambungan, hubungan antara Tegangan dan Regangan serta rumus untuk kekuatan ijin pada sambungan pasak cincin yang akan diuji secara eksperimental dan kajiannya secara teoritis dengan menggunakan tata cara perencanaan konstruksi kayu berdasarkan Revisi Peraturan Konstuksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 2002).
I.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Elastisitas kayu , Tegangan tekan ijin sejajar serat kayu, Kadar air dan Berat jenis dari kayu yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mendapatkan rumus kekuatan ijin sambungan kayu dengan alat penyambung pasak dari baja menggunakan PKKI NI-5 2002
3. Mendapatkan hubungan Regangan dan Tegangan yang terjadi sampai pada tegangan ultimate baik secara teoritis maupun secara experimen. 4. Mengamati hubungan Tegangan dan Regangan dari elastis sampai ultimate.
I.4
Perumusan Masalah Alat penyambung yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pasak yang
terbuat dari baja dengan memakai tata cara perencanaan konstruksi kayu didasarkan pada PKKI NI-5 2002 ,arah gaya diasumsikan bekerja sejajar serat kayu, agar didapat hubungan antara Tegangan dan regangan sampai pada Tegangan ultimate baik secara teoritis dan experimental.
I.5
Pembatasan Masalah Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada : 1. Bahan bersifat linear elastis sesuai dengan hukum hooke. 2. Kayu bersifat Ortotropis. 3. Kayu yang digunakan adalah kayu sembarang dan akan ditentukan kelas kuat dan mutu setelah diadakan pengujian. 4. Sambungan yang digunakan adalah Pasak cincin yang terbuat dari baja 5. Perencanaan menggunakan peraturan PKKI NI-5 2002 dimana tegangan leleh pada sambungan pasak baja diperhitungkan karena pasak sudah mengalami perubahan bentuk
I.6
Metodelogi Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian laboratorium yaitu : 1. Pengujian Physical dan Mechanical properties kayu dengan menggunakan British Method ,untuk mendapatkan •
Elastisitas Lentur Kayu.
Universitas Sumatera Utara
•
Tegangan tekan izin sejajar serat kayu
•
Kadar air kayu
•
Berat jenis kayu
2. Perhitungan secara analitis dengan menggunakan Tata cara perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5 2002). 3. Pengujian secara experimental dengan menggunakan PKKI NI-5 2002. 4. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 3 buah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pasak cincin
Pasak cincin
Gambar I.1 : Sambungan kayu dengan menggunakan pasak cincin.
Baut Ø 12