BAB I PENDAHULUAN 1.1
Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi manusia berinteraksi antar satu individu dengan individu lainnya, dalam interaksi ini manusia Saling bertukar pesan untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Komunikasi juga merupakan hal yang paling esensial bagi individu maupun kelompok dalam menjalin dan membangun hubungan dengan orang lain. Komunikasi antar individu dalam kehidupan sosial ini kita kenal sebagai komunikasi interpersonal. Selain itu manusia tidak hanya berkomunikasi antar individu saja, namun juga selalu berusaha untuk berkomunikasi secara intrapersonal yaitu komunikasi yang dilakukan dengan dirinya sendiri. Dalam komunikasi intrapersonal seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberi umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Berkomunikasi dengan diri sendiri berarti mengkomunikasikan suatu informasi, ide, atau nilai, baru atau lama, kepada diri sendiri (Nugroho, 2008). Selain itu komunikasi intrapersonal juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terjadi di dalam diri individu mulai dari kegiatan
menerima
pesan
atau
informasi,
mengolah,
menyimpan,
dan
menghasilkan kembali. komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap yaitu sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. (Rakhmat, 1985). Proses komunikasi intrapersonal yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif (Hardjana, 2003). Hipnosis merupakan salah satu bentuk komunikasi intrapersonal. Dimana pengertian hipnosis adalah suatu seni penyampaian “pesan” agar dapat diterima oleh orang lain, dan berlanjut menjadi tindakan sesuai dengan yang dimaksudkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pesan tersebut (Nurindra, 2008). Pada dasarnya, semua hipnosis adalah self hypnosis dan peran penghipnosis (hipnotis) hanyalah sebagai pembimbing untuk menuju kondisi hipnosis lebih dalam, yaitu gelombang otak yang rendah (Wong dan Hakim, 2009). Self hypnosis adalah proses penyampaian pesan kepada diri sendiri kedalam pikiran bawah sadar untuk mengarahkan perilakunya di masa mendatang (Kahija, 2007). Dengan demikian dalam self hipnosis, seseorang menjadi orang yang di hipnosis sekaligus menjadi seorang penghipnosis (hipnotis). Sebenarnya ada perbedaan pengertian antara hipnotis dengan hipnosis. Hipnotis adalah orang yang melakukan kegiatan hipnosis. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami miss konsepsi yang menerjemahkan hipnotis bukan sebagai orang (pelakunya) tapi sebagai ilmunya. Dahulu dan sampai saat ini kata “hipnotis” di Indonesia masih memiliki stigma buruk. Mendengar kata “hipnotis” sering kali kita terasosiasi dengan berbagai hal yang berada di area “abu-abu”, mulai dari kejahatan, pemaksaan kehendak, sampai dengan kuasa kegelapan, serta penggunaan kekuatan mistik dan magis (Nurindra, 2008). Bahkan dalam kamus besar bahasa Indonesia hipnosis diterjemahkan sebagai keadaan seperti tidur, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali (Balai Pustaka, kamus besar bahasa indonesia, 2009). Bahkan ketika saat ini kita mengetahui bahwa hipnosis merupakan salah satu bentuk komunikasi intrapersonal yang keberadaannya dapat dijelaskan secara ilmiah dan sistematis, serta telah banyak buku mengenai hipnosis yang menjelaskan tentang keilmiahan hipnosis dan pemanfaatnya diterbitkan, tetap tidak dapat merubah pandanganan tersebut begitu saja. hipnosis masih kerap kali diidentikan dengan kekuatan-kekuatan mistis yang digunakan untuk menguasai dan mengendalikan pikiran orang lain, hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pemberitaan di media massa mengenai hipnosis yang dikaitkan dengan tindak kriminalitas. Saat ini masyarakat Indonesia dapat dikatakan sudah memiliki gambaran mengenai hipnosis melalui tayangan acara televisi yang di bawakan oleh Romy Rafael maupun acara hipnosis Uya Kuya. Namun, pemahaman yang benar mengenai hipnosis itu sendiri masih belum sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memiliki ketakutan dan adanya sikap penolakan terhadap praktik-praktik hipnosis. Praktik-praktik hipnosis seperti hipnosis untuk hiburan, terapi, olahraga, kelahiran, orang tua, dan penjualan sesungguhnya memberikan sangat banyak manfaat positif bagi pemberdayaan kehidupan manusia. Hipnosis untuk terapi atau hipnoterapi merupakan praktik komunikasi intrapersonal yang bermanfaat untuk proses penyembuhan dan pemberdayaan diri seperti, mengontrol kesehatan, mengelola
rasa
sakit,
mengurangi
keluhan
atau
gangguan
kesehatan,
menyembuhkan masalah emosional, membebaskan diri dari kecanduan dan kebiasaan
buruk,
serta
meningkatkan
kualitas
hidup
(http://nathaliainstitute.com/manfaat-hipnoterapi/). Proses penyembuhan emosional yang dapat dilakukan melalui hipnoterapi salah satunya ialah mengubah perilaku fobia. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh manusia yang disadari maupun tidak disadari (http://www.scribd.com/doc/54012277/Definisi-perilaku). Fobia adalah ketakutan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya (Balai Pustaka, kamus besar bahasa indonesia, 2009). Jadi dapat didefinisikan, Perilaku fobia adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh manusia yang timbul sebagai akibat rasa takut terhadap benda atau keadaan tertentu. Perilaku fobia ini menjadi sebuah kebiasaan buruk disebabkan seseorang akan melakukan respon yang sama terhadap stimulus fobianya. Pada umumnya fobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian
ditekan
kedalam
alam
bawah
sadar
(http://catatanmingguanku.blogspot.com/2012/02/pengertian-macam-dan-caramengatasi.html). Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan bisa dikatakan mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan yang dimilikinya mengganggu aktivitas dalam kehidupannya. Salah satunya yaitu, terganggunya fungsi sosial dalam dirinya. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang
Universitas Sumatera Utara
untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya. (Hadjam, 2011) Ketakutan atau kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek-subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. fobia merupakan salah satu hambatan yang dapat sangat mempengaruhi hidup si penderita. Pada kasus fobia yang lebih parah dapat menyebabkan penderita terus menerus berada dalam keadaan fobia dan menunjukan perilaku ketakutan dan kecemasan yang berlebihan walaupun tidak ada rangsangan (stimulus) spesifik. Dasar perilaku adalah adanya stimulus yang diterima oleh seseorang. Stimulus tersebut diolah dalam proses pengolahan informasi melewati tahapan pengolahan informasi dalam komunikasi intrapersonal yaitu sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Kemudian hasil dari pengolahan informasi tersebut keluar sabagai sebuah perilaku. Namun seringkali seseorang tidak mengetahui proses pengolahan informasi yang terjadi dalam dirinya, sehingga ia tidak mengetahui kapan dan bagaimana terjadinya fobia yang ia miliki. Proses pengolahan informasi tersebut dapat diamati melalui komunikasi intrapersonal dalam hipnoterapi. Melalui proses komunikasi hipnoterapi, hipnoterapis dapat mengetahui bagaimana pikiran bawah sadar seseorang mengolah informasi – stimulus penyebab fobia – hingga menjadi sebuah respon perilaku fobia. Bahkan dalam komunikasi intrapersonal hipnoterapi, melalui teknik age regression seseorang dapat diajak hipnoterapis kembali megalami secara nyata ingatan masa lalunya – revivification – dengan jelas untuk mengetahui bagaimana individu tersebut mengolah informasinya. The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) adalah suatu organisasi profesi di bidang Hypnotherapy yang didirikan pada tahun 2002 oleh sekelompok Hypnotherapist
Indonesia,
dengan
tujuan
utama
mengembangkan
dan
mempopulerkan Hypnotherapy kepada masyarakat Indonesia agar dapat lebih
Universitas Sumatera Utara
diterima dan dimanfaatkan sebagai salah satu metoda terapi yang efektif bagi penyembuhan penyakit mental maupun penyakit fisik yang bersumber dari gangguan atau ketidak seimbangan psikologis (psikosomatis). Selain itu The Indonesian Board of Hypnotherapy merupakan organisasi profesi Hypnotherapy yang pertama dan terbesar di Indonesia (The Indonesian Board of Hypnotherapy, “nd). Dalam lembaga ini telah banyak praktisi hipnoterapi yang mendirikan klinik hipnoterapi secara mandiri dan telah melakukan praktik hipnoterapi penyembuhan dan pemberdayaan diri. Tranzcare merupakan salah satu dari klinik hipnoterapi yang ada di Indonesia. Didirikan pada tahun 2002 oleh Bapak Yan Nurindra sebagai salah satu pelopor perkembangan hypnosis di Indonesia. Selain Bapak Yan Nurindra, klinik Tranzcare juga memiliki beberapa hipnoterapis lain yang professional dan berpengalaman. Selain itu klinik Tranzcare termasuk sebagai salah satu pelopor klinik hypnotherapy di Jakarta. Dimana klinik Tranzcare dibentuk sebagai sebuah sentra transformasi pengembangan diri, yang menangani berbagai masalah mental, seperti fobia, kecemasan, insomia, penyakit dari psikosomatis, dan lainnya. klinik Tranzcare juga menyediakan program untuk Weight Contol,
Managament stress, dan motivasi (http://tranzcare.com/).
Penerapan prinsip-prinsip dan metode-metode hipnosis yang dilakukan dalam sesi hipnoterapi pada klinik Tranzcare dirasa perlu untuk di teliti untuk mengetahui manfaat hipnoterapi melalui proses komunikasi intrapersonal dalam mengubah prilaku fobia seseorang. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai hipnosis yang sesungguhnya serta banyaknya manfaat hipnosis yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, menjadi sebuah rujukan untuk kita agar dapat memperhatikan perkembangan hipnosis dalam berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan dan juga profesi. Begitu banyaknya manfaat hipnosis bagi kesehatan yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, menjadi sebuah nilai lebih yang patut diperhitungkan untuk diketahui dan kemudian dikembangkan seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang komunikasi dan kesehatan. Dengan adanya penelitian ini kiranya peniliti dapat memberikan pengetahuan mengenai proses komunikasi intrapersonal dalam mengubah perilaku
Universitas Sumatera Utara
fobia, yang kemudian manfaat positif hipnosis bagi kesehatan, pendidikan dan juga profesi dapat di manfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan pemberdayaan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta. 1.2
Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta?”. 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakteristik hipnoterapis di klinik Tranzcare. 2. Untuk mengetahui alasan informan menjadi hipnoterapis. 3. Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia di Klinik Tranzcare Jakarta.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas penelitian dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, Penelitian ini diharapakan dapat memberikan peneliti maupun mahasiswa lain pengetahuan dan wawasan mengenai komunikasi intrapersonal hipnoterapi dan proses perubahan perilaku fobia. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan dalam pemanfaatan hipnoterapi dalam bidang keilmuan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara