BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Modernisasi dan perkembangan dunia menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat saat ini. Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan untuk meningkatkan pencapaian diri serta ketidaksanggupan pribadi dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat menimbulkan stres dalam diri seseorang (Mastura, 2007). Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial (Krohne, 2002). Stres sendiri bisa berasal dari individu, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan dapat pula berasal dari tempat-tempat dimana individu
banyak menghabiskan waktunya seperti kantor dan tempat pendidikan. (Pedak, 2009). Proses stres sendiri merupakan suatu siklus yang berkelanjutan dan memiliki suatu mekanisme umpan balik. (Weinberg, 2003). Mahasiswa, sebagai insan akademik, dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan internal. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua, kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan internal bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. (Heiman, 2005). Penyebab stres pada mahasiswa tersebut berbeda antara satu individu dengan yang lain. Pada mahasiswa tingkat pertama penyebab stres dapat berupa norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas yang banyak, perubahan pada gaya hidup yang ternyata menuntut waktu dan self-
Universitas Sumatera Utara
control yang lebih besar dibandingkan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA), transisi dari seorang siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT), perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian
nilai
dan
problem-problem
akademik
lainnya.
Berbagai
penyesuaian yang harus dihadapi oleh para mahasiswa diperberat dengan adanya faktor personal seperti jauhnya para mahasiswa baru dari orang tua dan sanak saudara, pengelolaan keuangan, problem lingkungan baru, serta problem-problem personal lainnya (Reisberg 2005, Santrock 2003). Problem akademik penyebab stres pada tingkat pertama adalah berlakunya Sistem Kredit Semester yang merupakan salah satu perubahan yang dialami. Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaran pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS) untuk menyatakan beban studi peserta didik, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. Sistem Kredit Semester menuntut mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuannya dan mahasiswa harus giat dan serius menyelesaikan program studi yang telah ditentukan dalam waktu sesingkat mungkin. Sistem ini meminta tanggung jawab yang besar pada mahasiswa dalam menentukan mata kuliah dan jumlah SKS yang akan diambil. Lain halnya pada sekolah menengah atas dimana beban studi, mata pelajaran, dan masa studi siswa sudah ditentukan sehingga mereka tinggal menjalaninya saja (USU, 2010). Penyebab lain yaitu pola hubungan pengajar dengan mahasiswa. Pola hubungan dosen-mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan guru-siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan diikuti pula dengan jumlah mahasiswa yang biasanya lebih banyak sehingga perhatian dosen terhadap mahasiswa menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya (Gunarsa, 2000). Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa sesuai pilihan fakultas mereka telah dilakukan pada beberapa universitas di dunia. Prevalensi mahasiswa di dunia yang mengalami stres didapatkan sebesar 38-71%
Universitas Sumatera Utara
(Szalavitz, 2011), sedangkan di Asia sebesar 39,6-61,3% (Habeeb 2010, Koochaki 2009). Sementara itu, di Indonesia sendiri didapatkan sebesar 36,771,6% prevalensi mahasiswa yang mengalami stres (Fitasari 2011, Susanto 2008, Kurniawati 2010, Oktovia 2012). Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran juga telah dilakukan di berbagai universitas di dunia. Di dunia, prevalensi terjadinya stres pada mahasiswa fakultas kedokteran sebesar 31,2-51% (Stephani 2006, Firth 2004). Sementara itu, di Asia didapatkan sebesar 4774,2% prevalensi mahasiswa fakultas kedokteran yang mengalami stres (Saipanish 2003, Abdulghani 2008, Marjani 2008). Di Indonesia, prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran didapatkan sebesar 45,8-71,6%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stres mahasiswa yang memilih fakultas kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang memilih jurusan lain (Carolin 2010, Oktovia 2012). Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi ternyata menunjukkan bahwa stres pada mahasiswa fakultas kedokteran banyak terjadi pada tahun pertama yaitu 74,2% dan pada tahun berikutnya prevalensinya menurun (Abdulghani, 2008). Di Pakistan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, 47%. Penelitian di Pakistan menunjukkan tingkat stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama dan kedua lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa fakultas kedokteran tahun ketiga dan keempat (Inam, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pakistan tentang stres ditingkat mahasiswa kedokteran, penyebab terbanyak adalah adanya ekspektasi yang tinggi dari orang tua (63%), frekuensi ujian yang lebih sering terjadi dibandingkan fakultas lainnya (59%), waktu yang cepat untuk menyelesaikan kurikulum akademik (50%), waktu tidur yang berkurang (48%), , kecemasan tentang masa depan (45%), kesepian (41%) dan ketidakpuasan dalam pengajaran materi perkuliahan (35%) (Shah,2010). Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa stres merupakan kondisi yang lebih sering dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa yang memilih jurusan lain, terutama pada mahasiswa tahun pertamanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan perbedaan jenis kelamin. 2.
Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan perbedaan suku
3.
Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan alasan memilih Fakultas Kedokteran
4.
Mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa Mahasiswa tahun pertama dapat mengetahui dan memahami masalah tentang stres serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres. Bagi mahasiswa hasil penelitian yang menunjukkan kriteria tingkat stres yang berat dapat dirujuk ke dokter untuk penanganan selanjutnya.
1.4.2 Bagi Fakultas Kedokteran Data dan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi informasi kebijakan akademik bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam usaha pencegahan stres pada mahasiswa tahun pertama.
1.4.3 Bagi Peneliti Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara