BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masalah Fotografi saat ini cukup berkembang pesat. Fotografi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang beda, maksudnya bukan hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Fotografi banyak dijadikan sebagai hobi oleh siapapun, baik yang tua maupun yang muda. Selain dijadikan sebagai hobi, fotografi bisa juga dijadikan sebagai ladang penghasilan atau profesi. Orang yang mempunyai profesi di bidang fotografi dinamakan fotografer. Foto tidak hanya dijadikan sebagai dokumentasi pribadi saja atau untuk mengabadikan kenangan, tetapi ada orang yang memang benar-benar menjadikan seni fotografi sebagai hobi. Maksudnya disini adalah orang tersebut benar-benar mempelajari fotografi baik dari segi tehnik pengambilan gambar, segi pencahayaan, angle yang bagus, maupun momen yang pas ataupun yang jarang didapatkan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling
populer
untuk
menangkap
cahaya
ini
adalah
kamera
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi). Kemajuan fotografi ditandai dengan meningkatnya penjualan kamera digital. Kamera digital bukan lagi dianggap sebagai suatu barang yang mewah atau hanya
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh individu-individu tertentu saja. Sudah banyak orang yang memiliki kamera digital. Pengiriman kamera digital naik 118 persen pada pertengahan pertama tahun ini. Demikian menurut laporan terbaru dari Camera & Imaging Products Association (CIPA) di Jepang, yang bertanggung jawab untuk penjualan kamera sekitar 80 persen dari total penjualan di seluruh dunia. Peningkatan pengiriman untuk kamera digital dengan Single Lens Reflex (SLR) masih sangat kuat, yakni mencapai 145,5 persen. Volume pengiriman kamera digital setiap tahunnya meningkat, termasuk hingga Juni lalu (2007) sebesar 7,570,000 unit. Sementara nilai pengirimannya setiap tahunnya naik 33 persen atau setara dengan 164,1 milyar yen ($1,387 milyar), kataTetsuya Wadaki, salah satu analis Security Nomura yang berkantor di Tokyo. Ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan dunia. Berdasarkan riset IC Insights, pengiriman kamera digital kompak diprediksi akan tumbuh sebesar 10 persen saja, menjadi 96,5 juta unit dengan peningkatan penjualan sebesar 6 persen atau setara dengan 21,7 juta dolar AS. Sehingga pada tahun 2010, 9 dari 10 kamera yang dijual diperkirakan adalah kamera digital kompak. (http://www.republika.co.id/koran_detail.asp) Mereka yang hobi dengan fotografi biasanya suka mencari tempat-tempat atau pun momen-momen yang bagus untuk difoto. Kegiatan seperti ini disebut hunting. Karena semakin banyak penggemar fotografi, maka terbentuklah berbagai perkumpulan-perkumpulan fotografi. Perkumpulan fotografi itu tidak hanya ada di dunia nyata saja, tetapi mereka juga membuat forum-forum atau situs-situs fotografi yang banyak terdapat di dunia maya (internet). Munculnya media komunikasi internet dalam kehidupan manusia memang menghadirkan
Universitas Sumatera Utara
suatu peradaban baru khususnya dalam proses komunikasi dan informasi baik yang bersifat massa maupun pribadi. Internet sebagai media komunikasi dan informasi, menunjukkan sebuah tanda bahwa manusia telah berada dalam arus globalisasi yang akan membawa perubahan terhadap jarak, ruang dan waktu. Globalisasi ini jugalah yang akan membawa suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya dalam kehidupan manusia. Dalam laporan US Departement Of Commerce, “The Emerging Digital Economy” yang diterbitkan pada bulan Mei 1998, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sanga cepat, mencapai 50 juta user, hanya dalam waktu 4 tahun sejak diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat dibandingkan dengan teknologi lain seperti pesawat TV, PC (personal computer) dan radio (Febrian, 2005:40). Manusia sebagai khalayak yang menikmati media massa juga harus bisa memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Banyak situs fotografi yang telah ada, salah satunya adalah situs fotografi Artphotomania.com (APM). Artphotomania hadir untuk melengkapi situs fotografi yang sudah ada. Artphotomania sebagai sarana untuk bertukar pikiran antar sesama fotografer, yaitu dengan memberikan komentar atas sebuah foto, memberikan info ataupun tips fotografi, serta sebagai wadah perkumpulan fotografer di dunia maya. Fotofoto yang ada didalam situs Artphotomania ini, semuanya sudah mengalami proses digital imaging. Digital imaging adalah pengolahan gambar secara digital pada suatu gambar/foto. Dengan adanya proses digital imaging maka membuat sebuah foto semakin bernilai lebih.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Artphotomaniapara pemilik account biasanya memiliki galeri untuk memamerkan fotonya masing-masing, saling bertukar info fotografi, memberi komentar terhadap foto orang lain dan lain sebagainya, dan masih banyak lagi fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh APM. Fasilitas-fasilitas tersebut disediakan untuk para pemilik account, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dan informasi di dalam bidang fotografi. Berangkat dari kondisi tersebut di atas maka penelitian ini diarahkan ke kalangan fotografer, yaitu anggota MPC (Medan Photogarphy Club) yang memiliki account di situs fotografi Artphotomania Medan Photography Club adalah sebuah komunitas fotografer di kota Medan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Profil Pengguna Situs Artphotomania di kalangan Anggota(MPC) Medan Photography Club.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa alasan mereka (anggota MPC yang memiliki account di website Artphotomania ) mengakses situs Artphotomania? 2. Kebutuhan apa saja yang ingin mereka penuhi? 3. Puas atau tidakkah mereka dengan kehadiran situs Artphotomania?
Universitas Sumatera Utara
I.3 Pembatasan Masalah Untuk
menghindari
lingkup
penelitian
yang
terlalu
luas
dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagi berikut:
1. Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat
prediksi.
2. Penelitian terbatas pada situs Artphotomania 3. Objek penelitian adalah anggota MPC (Medan Photography Club) yang memiliki account di situs Artphotomania.com 4. Penelitian dilakukan untuk mengetahui profil para pengguna (users) situs Artphotomania di kalangan anggota MPC (Medan Photography Club) . 5. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2008.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui isi situs Artphotomania 2. Untuk mengetahui profil pengguna situs Artphotomania di kalangan anggota MPC 3. Untuk mengetahui intensitas penggunaan situs Artphotomania di Kalangan anggota MPC.
Universitas Sumatera Utara
I.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa Ilmu Komunikasi tentang internet dan fotografi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi Penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan menjadi
wadah
memperluas
cakrawala
pengetahuan
khususnya
mengenai media massa. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I.5 Kerangka Teori Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1993: 6). Teori merupakan generalisasi yang menjelaskan pola-pola tetap, seperti perilaku komunikasi. Teori juga merupakan sebagai perangkat pernyataan yang menjelaskan suatu hubungan antara dua atau lebih fenomena komunikasi (Bulaeng, 2004: 29). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Uses and Gratifications.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Model Teori yang digunakan : Uses and Gratification Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Teori ini secara radikal menandai pergeseran fokus pandangan dari apa yang media lakukan untuk khalayak menjadi apa yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Dan karenanya terpaan
media
belum
tentu
diterima
dan
ditiru
oleh
khalayak.
(http://tengkudhaniiqbal.wordpress.com/2006/08/04/televisi-dan-pemirsa-buatan). Herbert blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses Of Mass Communications: current Perspectives and Gratification research. Dikatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Katz juga mengatakan bahwa penelitian ini diarahkan kepada jawaban terhadap pernyataan Apa yang dilakukan Media untuk khalayak (What do the media do to people?) (Effendy, 2003: 289). Effendy mengatakan, penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang atau uses and gratification , teori dan pendekaan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media). Pendekatan uses and
Universitas Sumatera Utara
gratification
ditujukan
untuk
mengambarkan
proses
penerimaan
dalam
komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu ( Bungin, 2006: 284). Pendekatan uses and gratification sebenarnya juga tidak baru. Di awal decade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratification telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain. Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam Rosengren dkk., 1974), yaitu: •
Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
•
Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
•
Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan. ( Uses & Gratification
)
Universitas Sumatera Utara
Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Blumler dan Katz 1974 menjelaskan bahwa mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini 1. Khalayak dianggap aktif, artinya: sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus diangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Model used and gratification memandang individu sebagai mahluk suprarasional dang sangat efektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang
Universitas Sumatera Utara
jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Jumlah kebutuhan yang dapat diopenuhi media belum disepakati, sebagaimana para psikolog mempunyai klasifikasi motif yang bermacam-macam. Sigmund Freud menyebut dua macam motif : eros (hasrat bercinta) dan thanatos (hasrat merusak). Henry A. Murray (1968) menyebutkan 28 macam kebutuhan psikogenis yang pokok. Ericson (1963) menyebutkan delapan kebutuhan psikologis. Abraham Maslow (1970) mengusulkan lima kelompok kebutuhan yang disusunnya dalam tangga hierarkis dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Sedangkan berdasarkan berbagai “aliran” dalam psikologi motivasional. William J. McGuire menyebutkan 16 motif yang dibagi menjadi dua kelompok besar : motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif (berkaitan dengan “perasaan”). Pendekatan uses and gratification di atas mempersoalkan apa yang dilakukan prang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuasan kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. (httpjurnal.bl.ac.idwpcontentuploads200711blcom%20hadiono%20sept%202007. pdf) Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media (Rakhmat, 2005: 205).
Universitas Sumatera Utara
Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message, and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskannya teori ini
Janji Imbalan
=
Probabilitas seleksi
Upaya yang diperlukan
Imbalan di sini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan memenuhi kebutuhan khalayak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu ( Nurudin, 2006: 193). Alasan khalayak aktif memilih media adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya.
I.6 Variabel Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I. 7 Defenisi Operasional Variabel : Menurut Singarimbun (1995:46). Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
1. Latar belakang pengguna adalah oleh sebab apa mereka mengakses website
Artphotomania.
2. Ketertarikan untuk mengakses website Artphotomania adalah dorongan apa
yang menimbulkan rasa ketertarikan pengguna untuk mengakses website
Artphotomania.
3. Kebutuhan Kognitif meliputi :
- Informasi : Informasi mengenai tips, artikel, dan apa saja yang berhubungan
dengan dunia fotografi yang diperoleh dari website
Artphotomania
- Pengetahuan : Pengetahuan tentang fotografi, setelah mengakses website
Artphotomania
Universitas Sumatera Utara
- Pemahaman : Pengertian yang timbul dalam diri pengguna website
Artphotomania setelah memperoleh informasi dan
pengetahuan setelah mengakses website
tersebut
4. Kebiasaan mengakses meliputi :
- Intensitas mengakses adalah rata – rata waktu yang habis digunakan oleh Pengguna website Artphotomania dalam menggunakan website tersebut, setiap kali dia menggunakannya.
- Focus Strategier adalah kebiasaan users ketika mengakses website
Artphotomania.
5. Kepuasaan adalah yakni kemampuan media untuk memberikan kepuasan.
Dalam hal ini apakah website artphotomania dapat membantu users
memperjelas suatu masalah sebagai dependensi media.
Universitas Sumatera Utara