BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertanian menjadi sangat penting bagi Indonesia, karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya yang ada di sektor pertanian. Sektor pertanian juga berperan untuk menyediakan kebutuhan pangan penduduk seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Sumberdaya yang ada di Indonesia terutama di sektor pertanian diharapkan mampu untuk (1) mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) meningkatkan diversifikasi pangan (3) meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT Kementerian Pertanian 2010). Subsektor peternakan memiliki
peranan
penting
merupakan bagian dari sektor pertanian yang dalam
menopang
perekononiam
masyarakat.
Perkembangan peternakan di Indonesia juga didukung oleh adanya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi pangan bergizi. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan dengan mengembangkan sistem peternakan yang diharapkan dapat meningkatkan populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, untuk itu proses adopsi inovasi sebuah teknologi peternakan sangat penting,
1
2
Suatu teknologi akan diadopsi oleh pengguna, apabila teknologi tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi pengguna. Fakta empiris yang didukung hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi teknologi tersebut di tingkat pengguna belum sesuai harapan. Seperti penelitian Wiguna AA, (2013) menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk mencapai swasembada daging sapi tahun 2014, relatif sulit dicapai, karena rendahnya dukungan penyuluhan di Bali, padahal Bali merupakan salah satu andalan pemerintah dalam menyiapkan daging sapi secara nasional. Umumnya peternakan sapi bali di Bali awalnya juga hanya bersifat skala kecil, tetapi kebutuhan yang semakin besar didukung oleh kualitas daging sapi bali dengan berbagai kelebihannya, maka sapi bali pun mulai di kelola secara profesional dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga membuat beberapa daerah di Bali menjadi sentra peternakan sapi bali, guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi. Beberapa daerah yang dimaksud seperti : Kabupaten Bangli, Buleleng dan Tabanan. Permasalahan yang dialami oleh peternak ada kalanya tidak bisa diatasi dalam kelompok tani yang sudah terbentuk. Kondisi ini tentunya memerlukan metode atau teknik tersendiri agar bisa mendapatkan solusi yang tepat. Inovasi terbaru dapat diperkenalkan kepada peternak melalui kegiatan penyuluhan pertanian (agricultural extension). Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (nonformal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka tahu, mau, mampu, dan berswadaya mengatasi masalahnya secara baik
3
dan memuaskan serta meningkatkan kesejahteraannya (Wiriatmadja 1990). Di tingkat petani, inovasi teknologi yang telah diperkenalkan masih belum sepenuhnya diadopsi oleh seluruh petani. Kegiatan penyuluhan pertanian belum berpengaruh terhadap perilaku petani dalam mengadopsi sebuah inovasi, sehingga tak jarang petani memutuskan untuk menolak inovasi teknologi tersebut, meskipun inovasi yang diperkenalkan merupakan hasil perbaikan atau modifikasi teknologi yang ada di tingkat peternak dan bahkan telah diujicobakan kepada peternak lain, akan tetapi belum mampu untuk mengubah keyakinan peternak dalam mengadopsi sebuah inovasi teknologi. Ketidakpastian dan ketidakterjaminan hasil yang akan diperoleh peternak ketika mengadopsi sebuah inovasi baru menyebabkan peternak masih berpegang teguh dan bertahan pada teknologi lokal yang selama ini diterapkannya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang keputusan adopsi inovasi, fakta yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa apa yang disampaikan kepada peternak tidak selalu didengar dan jika didengar tidak selalu dipahami, apabila mereka memahami belum tentu mereka setuju, dan meskipun mereka setuju dengan apa yang disampaikan, ternyata petani belum tentu melakukannya. Jika mereka menerapkan apa yang disampaikan, tidak selalu penerapan inovasi tersebut dipertahankan atau berkelanjutan. Penyuluhan pertanian juga mengajarkan masyarakat tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana cara mencapai tujuannya. Metode yang diterapkan dalam penyuluhan pertanian adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada peternak untuk percaya pada apa yang dilihatnya. Sedangkan, pola komunikasi
4
yang dikembangkan adalah komunikasi dua arah, saling menghormati dan saling mempercayai dalam bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarkat. Penyuluh pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berfikir kreatif dan dinamis yang mengacu pada kegiatankegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. Komunikasi, metode penyuluhan dan tingkat pendidikan seorang penyuluh serta pemahaman terhadap karakter peternak, tradisi serta kebiasaan masyarakat ketika membuat program penyuluhan merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari kegiatan penyuluhan. Faktor penghambat
dalam kegiatan penyuluhan, di antaranya tingkat
pendidikan masyarakat yang secara umum masih termasuk rendah, sementara itu penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani beserta keluarganya dari tradisional menjadi dinamis rasional. Penyuluhan tidak dapat rnemecahkan semua permasalahan yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang telah dikemukakan. Fungsi sosial lain, seperti penelitian ilrniah dapat membautu memecahkan persoalan sosial, misalnya dengan mengembangkan
teknik penyuluhan yang tepat sehingga
tercapai tujuan dari penyuluhan itu. Tujuan petani merupakan diangkat, melalui diskusi, penyuluhan dapat membantu tujuannya yang tepat.
isu yang perlu
petani menentukan
5
Keberhasilan penyuluhan pertanian bukan semata-mata tergantung pada teknis penyuluhannya saja, tetapi merupakan gabungan dari seluruh aspek mulai dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, kelembagaan, metode penyuluhan yang digunakan, juga kondisi kelompok tani. Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun organisasi. Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal. Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai, perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien, untuk mengubah sikap, dan untuk dapat memberikan motivasi yang kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, digunakan metode pendekatan kelompok, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif (Mardikanto, 1993). Metode penyuluhan lain yang sudah diterapkan oleh penyuluh, salah
satunya adalah metode demonstrasi dan sekolah lapangan, metode ini sering kali dipandang sebagai metode yang paling efektif , karena metode sesuai dengan kata pepatah seeing is believing
yang dapat diartikan, kita menjadi percaya atau
percaya karena melihat. Artinya didalam kegiatan penyuluhan, kepada sasaran penyuluhan perlu ditunjukkan bukti-bukti nyata, yang dapat dilihat dengan mata
6
kepala sendiri, agar mereka mempercayai segala sesuatu yang disuluhkan. Bila mereka sudah percaya, mereka lebih cepat terdorong untuk mencoba dan menerapkannya. Oleh sebab itu, metode demonstrasi dan sekolah lapangan hampir selalu diterapkan oleh setiap penyuluh, meskipun sebenarnya metode ini lebih tepat diterapkan setidak – tidaknya pada tahapan mina dan menilai, karena memerlukan biaya yang relatif mahal. Kelebihan serta kelemahan dari masing-masing metode penyuluhan tidaklah sama dan tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya, karena dalam penyuluhan mempunyai
pertanian masing-masing metode serta teknik penyuluhan
spesifik
dalam penerapannya.
Ketepatan pemilihan metode
penyuluhan mempunyai arti penting dalam keefektifan tujuan penyuluhan, serta lebih baik jika dilakukan dengan metode dan teknik yang sesuai dengan karakteristik kelompok sasarannya. Menurut Henning dan Coloumbia (1990), Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi diantara peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi, peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi maupun mengajukan pertanyaan. Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan
7
yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa. Beberapa alasan dipergunakannya FGD yaitu: 1) adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara. 2) memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat. 3) sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal dan spesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling ideal. 4) menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang diteliti, sehingga peneliti memberikan rekomendasi dengan mudah dan masyarakat mau menerima rekomendasi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana penerapan teknik FGD dalam proses penyuluhan sapi bali ?
2.
Bagaimana dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan penerapan penyuluh di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi bali?
3.
Bagaimana dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap
dan
penerapan peternak sapi bali di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi bali?
8
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan teknik FGD dalam proses penyuluhan.
4.
Menganalisis dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap
dan
penerapan penyuluh di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi bali 5.
Menganalisis dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan penerapan peternak sapi bali di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi bali
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1.
Untuk peternak sapi bali, dapat menambah wawasan pengetahuan baru tentang teknik penyuluhan melalui FGD
2.
Untuk penyuluh, dapat menambah wawasan pengetahuan baru tentang teknik penyuluhan melalui FGD dan dampaknya bagi upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan penerapan dalam proses penyuluhan
3.
Untuk pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan informasi bahwa teknik penyuluhan FGD dapat digunakan sebagai salah satu cara efektif untuk mengubah pengetahuan, sikap dan penerapan pada sasaran penyuluhan.