BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata .Wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di Indonesia setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki bermacam-macam manfaat di dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan makanan, untuk pengobatan dan untuk bahan pakan ternak. Kacang hijau memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.1 sehingga banyak digunakan sebagai bahan produk olahan pangan. Diantara kandungan gizi kacang hijau ialah protein, sedikit lemak, vitamin B1 (Thiamin). Selain kandungan gizi dan vitamin, kacang hijau ternyata bisa menyembuhkan penyakit beri-beri, radang ginjal, melancarkan pencernaan, tekanan darah tinggi, mengatasi keracunan alkohol, pestisida, timah hitam, mengatasi gatal karena biang keringat, muntaber, menguatkan fungsi limpa dan lambung, impotensi, TBC paru-paru, jerawat, mengatasi flek hitam di wajah (Anonim, 2008). Selain kandungan gizi kacang hijau adapun perbandingan kandungan protein kacang hijau yang ditampilkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr Jenis Gizi
Kandungan
Kalori (kal)
323
Protein (g)
22
Lemak (g)
1,5
Karbohidrat (g)
56,8
Kalsium (mg)
223
Zat Besi (mg)
7,5
Fosfor (mg)
319
Vitamin A (SI)
157
Vitamin B (mg)
0,46
Vitamin C (mg)
10
Air (g)
15,5
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)
Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr
Bahan Makanan
Protein (% Berat)
Susu skim kering
36
Kedelai
35
Kacang Hijau
22
Daging
19
Ikan Segar
17
Telur Ayam
13
Jagung
9,2
Beras
6,8
Tepung Singkong
1,1
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)
Kacang hijau merupakan salah satu prioritas pengembangan dan peningkataan produksi disamping komoditas pangan lainnya. Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.3, mengingat permintaan yang hampir selalu meningkat setiap tahun. Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah produksi kacang hijau di Indonesia adalah: NAD, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70% berasal dari lahan sawah. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan Departemen Pertanian memprediksikan bahwa laju produksi kacang hijau di dalam negeri belum bisa mencukupi laju permintaannya sampai tahun 2010, Diperkirakan pada tahun 2010 permintaan kacang hijau mencapai 2,8 juta ton. Sementara itu, pada saat yang sama produksi kacang hijau nasional hanya mencapai 1,2 juta ton (Anonim, 2008).
Tabel 1.3 Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi kacang hijau tahun 20032013
Sumber : Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2013)
Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang hijau sejumlah 30.900 - 73.191 ton per-tahun. Produksi kacang hijau di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasil rata-rata kacang hijau di Indonesia 0,71 ton per hektare, sedangkan potensi hasil kacang hijau unggul rata-rata 1,20-1,75 ton per hektare (Anonim, 2012). Negara asal kacang hijau impor bervariasi, terbanyak datang dari Myanmar. Sepanjang Januari-Maret 2014, kacang hijau Myanmar yang masuk ke Indonesia mencapai 18,64 ribu ton dengan nilai US$ 18,18 juta kemudian disusul Etiopia, yang memasok kacang hijau ke Indonesia sebanyak 3,95 ribu ton dengan nilai US$ 3,34 juta. Lalu ada Thailand 247 ton (US$ 364.300), Australia 114,16 ton (US$ 174.496), Brasil 265,45 ton (US$ 128.947), dan lainnya 206,6 ton (US$ 158.756) (Setiaji, 2014). Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan yang lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis, seperti: lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55 – 60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya yang mudah, dengan demikian kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Rendahnya tingkat produktivitas dari tanaman kacang hijau tersebut dapat diperbaiki melalui berbagai upaya perbaikan
budidaya seperti pengaturan jarak tanam yang sesuai dan pemberian pupuk dengan takaran yang tepat untuk meningkatkan hasil per satuan luas lahan dan waktu. Untuk meningkatkan produksi kacang hijau, dibutuhkan pula ketersediaan benih dengan kualitas baik dalam jumlah yang banyak serta selalu tersedia setiap saat. Kurangnya ketersediaan benih selama ini terjadi karena sistem budidaya kacang hijau yang umumnya hanya dilakukan selama satu kali dalam setahun oleh petani dimusim kering diantara musim budidaya tanaman pangan utama seperti padi. Setelah musim panen kacang hijau, sebagian dari hasil panen tersebut akan disimpan oleh petani selama 6 bulan hingga masa tanam kacang hijau selanjutnya. Selama masa penyimpanan ini, benih akan mengalami kemunduran. Diperlukan penyimpanan yang baik untuk menghambat proses kemunduran yang terjadi. Penyimpanan merupakan salah satu kegiatan penting dalam penanganan pasca panen terutama untuk produk musiman dan mudah rusak seperti kacang hijau. Tujuan dari penyimpanan yaitu untuk menjamin ketersediaan bahan pangan dengan mutu yang baik. Lama penyimpanan benih dipengaruhi oleh lingkungan disekitar benih yang tersimpan dalam tempat penyimpanan benih tersebut. Menurut Ramlah et al. (2004), dalam penyimpanan benih dapat mengalami deteriorasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju deteriorasi benih dalam penyimpanan, adalah vigor awal benih, proses panen dan pascapanen (termasuk kondisi lingkungan dan lama penyimpanan). Penurunan mutu fisiologis benih dapat terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi laju deteriorasi benih sulit dikendalikan. Proses pascapanen masih sering diabaikan sehingga mutu yang tinggi dari setiap individu benih sangat sulit diperoleh. Oleh karena itu pemilihan jenis kemasan juga sangat penting agar dapat memberi perlindungan terhadap kerusakan fisik, kimia, mikroba, kerusakan akibat uap air, serta oksigen (Justice & Bass, 1994). Menurut Lubis (2005), penggunaan kemasan hermetik (kemasan kedap udara) dapat menghambat kenaikan kadar air gabah selama dalam penyimpanan, rnengurangi kandungan oksigen, menekan butir patah dari kerusakan selama penyimpanan 12 bulan. Usaha-usaha untuk memproduksi benih kacang hijau yang bermutu dan memiliki laju deteriorasi yang relatif lambat, antara lain dengan cara pengaturan jarak tanam dan diimbangi dengan pemberian nutrisi yang seimbang, dalam hal ini pemberian pupuk N, P, dan K, untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas benih yang dihasilkan. Dalam cara budidaya, terutama dalam hal pengaturan jarak tanam dan sistem penanaman, jarak tanam rapat memungkinkan tajuk tanaman menutup tanah secara cepat sehingga mempengaruhi penangkapan energi matahari menjadi kurang optimal. Menurut Ariffin (1998), besarnya tingkat naungan pada pertanaman kacang hijau akan mempengaruhi
beberapa komponen hasil seperti jumlah polong, bobot 100 biji, hasil biji per satuan luas, serta indeks panen karena faktor cahaya dan air merupakan faktor pembatas yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Faktor cahaya dan air ini pula yang mempengaruhi laju deteriorasi benih karena berkaitan erat dengan daya tumbuh dan vigor yang menjadi faktor internal yang mempengaruhi laju deteriorasi. Hal ini dapat diatur melalui pengaturan waktu tanam dan populasi tanaman (Guritno, 1980). Selain pengaturan populasi tanaman, pemberian pupuk NPK dalam tanah dapat mempengaruhi perkecambahan benih, pertumbuhan tanaman, dan efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman (Anonim, 2012). Pemberian pupuk NPK yang berimbang tentunya akan menjadikan benih yang dihasilkan berkualitas baik. Pemberian yang tidak sesuai akan mengakibatkan kualitas awal benih yang dihasilkan akan rendah. Rendahnya kualitas benih akan mengakibatkan daya simpan benih menurun sehingga mempercepat proses kemunduran sehingga benih tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang takaran pemupukan yang tepat serta pengaruhnya terhadap kualitas benih.
B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman dan takaran pupuk NPK pada benih tanaman kacang hijau (Vigna radiata .Wilczek) terhadap kualitas benih selama 6 bulan penyimpanan.
C. Hipotesis Pengaturan populasi tanaman dan takaran pupuk NPK yang tepat memberikan hasil benih kacang hijau (Vigna radiata .Wilczek) dengan kualitas yang tinggi selama 6 bulan penyimpanan.