BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut John Elkington (dalam Solihin, 2008 : 30) dalam bukunya yang berjudul Cannibals with Forks, Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussines, perusahaan dalam dunia bisnis tidak bisa hanya mencari keuntungan atau profit saja, melainkan juga perlu ‘berbagi’ kepada masyarakat dan lingkungan. Dimensi sosial inilah yang menjadi filosofi lahirnya CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini hanya melakukan aktivitas ekonomi semata. Elkington memperkenalkan konsep triple p dalam menggambarkan relasi antara perusahaan, masyarakat, dan lingkungan. Konsep triple p ini perlu diterapkan oleh perusahaan yang ingin memiliki keberlanjutan dalam usahanya. triple p yang dimaksud adalah profit, people, dan planet.
People
Planet
Profit
Bagan 1.1 Triple Bottom Line Sumber: Elkington 1997 (dalam Solihin, 2008: 30)
Pada bagan di atas menunjukan keberlangsungan hidup perusahaan hanya akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pengembangan lingkungan (planet), kepedulian terhadap pengembangan sosial (people) dan kepedulian
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
(profit).
Searah
dengan
perkembangan, perusahaan bisnis harus memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya keberlanjutan (sustainability) adalah keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
masyarakat,
lingkungan
dan
ekonomi.
Dalam
menjalankan bisnisnya perusahaan harus mengemban tugas yakni menjaga hubungan-hubungan dengan aspek pendukung, baik lingkungan itu sendiri dan masyarakat sekitar. Masyarakat atau aspek sosial juga perlu menjadi perhatian khusus dari perusahaan, dimana masyarakat merupakan stakeholder dari suatu perusahaan. Untuk menjaga keberlanjutan, perusahaan yang menjalankan kegiatan bisnis di tengah-tengah masyarakat perlu melakukan hubungan-hubungan positif dengan masyarakat. Sehingga dukungan kuat dari masyarakat kepada perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnis bisa terwujud. Dengan memperhatikan seluruh aspek seperti lingkungan dan sosial, maka secara otomatis perusahaan akan membentuk dan memperoleh citra positif dari calon pemodal yang ingin menanamkan modalnya sehingga perusahaan akan memperoleh profit yang besar. Keuntungan (profit) merupakan hal wajib yang harus dicapai oleh suatu perusahaan. Namun jika hanya berbicara mengenai keuntungan saja, maka perusahaan akan kesulitan dalam pengembangan perusahaan dan juga mempengaruhi
pemodal
untuk
bekerjasama
dalam
perusahaan,
karena
mengabaikan aspek-aspek lain, seperti aspek sosial. Tentunya pemodal melihat suatu perusahaan berdasarkan rekam jejak yang dimiliki oleh perusahaan tersebut seperti hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar perusahaan dan masyarakat sekitar. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan Kiroyoan (2006:45),
mengatakan bahwa pemodal menjadikan CSR sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dengan harapan investor akan berinvestasi dalam jangka waktu yang lama. Menurut Thendry Supriatno (dalam Fitrianti 2008:13), CSR merupakan keharusan bagi perusahaan terhadap masyarakat yang di implementasikan dalam bentuk program CSR dan dapat mencegah munculnya gesekan sosial, sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan maupun masyarakat. CSR dapat berpengaruh positif maupun negatif kepada perusahaan, pengaruh positif perusahaan yakni mendapat citra dari masyarakat setempat. Namun perusahaan tidak bisa hanya mencari citra saja melainkan dapat memberikan pengaruh yang baik melalui program CSR itu sendiri. Salah satu perusahaan yang melihat bahwa CSR itu penting adalah Discovery Kartika Plaza Hotel (DKPH). DKPH merupakan perusahaan yang memperhitungkan CSR dalam bisnisnya dan DKPH merupakan perusahaan yang menjalankan kegiatan bisnisnya di Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung. Adapun bentuk program yang dilakukan beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar tidak terjadi adanya salah sasaran. DKPH dalam menjalankan program CSR berbeda dengan kepedulian sosial berdasarkan Perda Kabupaten Badung. Perda Kabupaten Badung yang bertentangan tersebut adalah Perda Kabupaten Badung No. 6 Tahun 2013 tentang Tujuan Umum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) pasal 4 menjelaskan bahwa perusahaan harus meningkatkan kualitas hidup dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah pada umumnya dan khususnya masyarakat sekitar perusahaan beroperasi (Pemerintah Kabupaten
Badung, 2013: 1). Dan dalam penelitian ini, penulis melihat DKPH dalam pelaksanaan CSR lebih melihat pada kebutuhan dari masyarakat Desa Adat Kuta. Dari penjabaran Perda Daerah Kabupaten Badung No.6 Tahun 2013 tercermin bahwa perusahaan harus memperhatikan bidang sosial seperti mensejahterakan masyarakat di sekitar perusahaan berdiri. Dalam pelaksanaanya, Perda Kabupaten Badung tersebut tidak sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang sebagai objek dari TJSP tersebut. Perbedaan dengan program CSR DKPH dengan Perda Kabupaten Badung adalah kondisi masyarakat Desa Adat Kuta yang tergolong mampu, berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Kuta mengenai kondisi sosial masyarakat Desa Adat Kuta yang dari aspek mata pencaharian tergolong sudah berkembang. Dari 1714 jumlah Kepala Keluarga (KK) yang tercatat, sebanyak 2984 sudah bekerja (Bendesa Desa Adat Kuta, 2015). Di bawah naungan Artha Graha Network, DKPH menjalankan program CSR dengan nama Artha Graha Peduli (AG Peduli). Dengan misi “Menjadi Mitra Strategis Pemerintah dan Masyarakat Indonesia Dalam Mendukung Program Pemerintah, Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Artha Graha Network di Bidang Sosial Kemanusiaan, Lingkungan Dan Pemberdayaan Masyarakat” menjadikan DKPH bisa bertahan di tengah-tengah masayarakat dilihat dari banyaknya persaingan bisnis khususnya hotel di Bali. Setiap unit usaha yang berada dibawah naungan Artha Graha Network menjalankan CSR dengan nama AG Peduli. AG Peduli merupakan bagian yang disejajarkan dari Core Business Line atau program utama dari bidang lain seperti Infastruktur, Agro, telekomunikasi dan teknologi, Industri, Properti, dan Asuransi.
Mengenai AG Peduli, bentuk program peduli terhadap masyarakat sudah dilakukan sejak tahun 1993 dengan memberikan bantuan seperti beras di kantongkantong daerah miskin Jabodetabek dan sekitarnya dan untuk AG Peduli yang berada di Bali baru dilaksanakan tahun 2004 (DKPH, 2014). Beberapa bentuk program yang disalurkan kepada Desa Adat Kuta yakni berupa motor pengangkut sampah yang diinformasi dari Bendesa Desa Adat Kuta, lalu ada sumbangan seperangkat alat gamelan kepada Pura Dalem Pesangrahan, kemudian bidang kesehatan berupa donor darah dan operasi mata katarak secara gratis, serta sembako murah. Berdasarkan uraian tersebut, maka menarik penulis untuk menyusun penelitian dengan judul Respon Masyarakat Desa Adat Kuta Terhadap Program Corporate Social Responsibility Discovery Kartika Plaza Hotel. Adapun pemilihan judul tersebut dilatar belakangi dengan adanya kegiatan CSR yang dilakukan oleh DKPH dan kegiatan CSRnya dilakukan dengan kondisi masyarakat yang sudah tergolong berkembang serta penekanan maksud yang berbeda dengan Perda Kabupaten Badung mengenai TJSP.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk program CSR yang dilakukan DKPH kepada masyarakat Desa Adat Kuta? 2. Bagaimana pengaruh CSR bagi perusahaan maupun masyarakat Desa Adat Kuta?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Memberi gambaran mengenai bentuk program CSR DKPH
kepada
masyarakat Desa Adat Kuta. 2. Melihat pengaruh antara DKPH dengan masyarakat Desa Adat Kuta terkait kegiatan CSR yang dijalankan.
1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu khususnya terhadap kajian Sosiologi terkait kegiatan CSR dari perusahaan kepada masyarakat.
1.4.1.2
Dapat menggugah minat peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis di tempat lain yang memiliki perhatian yang sama terhadap perusahaan yang melakukan kegiatan CSR.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran lebih dalam kepada perusahaan mengenai pentingnya peran serta aktif untuk melaksanakan kegiatan CSR.
2. Diharapkan masyarakat dapat mengetahui lebih dalam, mengenai pentingnya kegiatan CSR baik sebagai media komunikasi dengan perusahaan atau membantu memberdayakan masyarakat kurang mampu. 3. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan lain yang melakukan kegiatan bisnis di Desa Adat Kuta untuk lebih memperhatikan CSR kepada masyarakat Desa Adat Kuta dan lingkungan perusahaan berdiri.