BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk merancang dan menerapkan
mutu kebijakan dalam rangka melindungi dan membina desa pakraman serta mewujudkan maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, salah satunya mengatur pendirian Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 merupakan perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa. Peraturan daerah ini menggariskan bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah badan usaha milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa untuk pakraman desa. Setiap badan usaha termasuk juga LPD dalam usahanya tentu menginginkan suatu keuntungan. Keuntungan/profitabilitas juga penting untuk pemerintah dan masyarakat jika tingkat laba LPD senantiasa bertambah sehingga diharapkan lalu lintas keuangan terjamin. Demikian juga pengumpulan dan penyaluran kepada masyarakat secara timbal balik berjalan baik (Yohanes, 2010: 25). Untuk mencapai tujuan tersebut LPD melaksanakan usaha-usaha seperti menerima simpanan dari warga masyarakat desanya, memberikan pinjaman yang bersifat produktif, usaha-usaha lainnya yang bersifat pengelolaan dana desa, 1
penyertaan modal pada usaha-usaha lainnya serta menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan. LPD di suatu daerah dapat digolongkan menjadi beberapa ukuran berbeda yaitu LPD besar dan kecil, dimana penggolongan tersebut dilihat dari total aktiva yang dimiliki setiap LPD. Menurut Ferry, dkk (dalam Sujianto, 2001:21), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dan dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dimiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama (Daniati, 2006:8). Miswanto, dkk (1999:56) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Hasil penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan resiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, ukuran aktiva diprediksi mempunyai hubungan yang berbalik dengan resiko. Perusahaan besar dianggap mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingan dengan perusahaan kecil. Adapun data LPD yang tergolong ke dalam LPD besar dan kecil di Kota Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.1. 2
Tabel 1.1
Penggolongan LPD Besar dan Kecil di Kota Denpasar pada Tahun 2010 (dalam ribuan)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama LPD Jumlah Aktiva (Rp) LPD Padang Sambian 42.844.308 LPD Ubung 44.155.982 LPD Poh Gading 24.958.850 LPD Peninjoan 9.095.871 LPD Peraupan 5.346.809 LPD Jenah 987.044 LPD Peguyangan 18.624.936 LPD Kedua 641.086 LPD Cengkilung 577.052 LPD Tonja 2.146.415 LPD Oongan 2.390.469 LPD Bekul 13.445.086 LPD Poh Manis 7.235.317 LPD Lap-Lap 1.747.236 LPD Anggabaya 2.237.380 LPD Penatih 8.140.275 LPD Tembawu 11.804.192 LPD Penatih Puri 1.777.529 LPD Tanjung Bungkak 19.412.095 LPD Sumerta 7.499.493 LPD Kesiman 45.911.872 LPD Yang Batu 5.844.572 LPD Pagan 3.134.856 LPD Kepaon 29.159.457 LPD Pemogan 35.403.440 LPD Pedungan 38.028.523 LPD Sesetan 19.885.617 LPD Sanur 9.647.313 LPD Intaran 42.210.926 LPD Panjer 32.090.928 LPD Serangan 4.235.273 LPD Sidakarya 22.031.410 LPD Renon 7.091.420 LPD Penyaringan 5.547.521 TOTAL 525.290.553 Sumber: PLPDK Kota Denpasar, 2011 3
Kategori BESAR BESAR BESAR KECIL KECIL KECIL BESAR KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL KECIL BESAR KECIL BESAR KECIL KECIL BESAR BESAR BESAR BESAR KECIL BESAR BESAR KECIL BESAR KECIL KECIL
Dalam Tabel 1.1 dapat dilihat adanya 13 LPD yang tergolong besar dan sisanya tergolong ke dalam LPD kecil. Penggolongan tersebut didapat dari melihat jumlah total aktiva yang telah dirata-ratakan, yaitu Rp. 525.290.553 dibagi dengan 34 LPD yang ada di Kota Denpasar, didapat nilai sebesar Rp. 15.449.722 yang akan digunakan sebagai acuan untuk menggolongkan LPD ke dalam golongan besar dan kecil. Dari hasil perhitungan yang didapat maka jumlah aktiva LPD yang lebih besar atau berada di sekitarnya akan digolongkan ke dalam LPD besar, sedangkan LPD dengan jumlah aktiva yang berada di bawah dari hasil tersebut digolongkan ke dalam LPD kecil. Sehingga didapat 13 LPD yang jumlah aktivanya di atas nilai rata-rata. Kontribusi LPD dalam perekonomian rakyat di pedesaan merupakan indikator keberhasilan LPD. Semakin besar peran LPD kepada masyarakat menunjukkan bahwa peluang besar bagi LPD akan semakin tinggi. Untuk memperoleh profit yang tinggi, minimal ada empat bidang yang perlu mendapatkan perhatian manajemen, yaitu pengelolaan terhadap asset yang sehat, pengelolaan sumber dana yang efektif, pengelolaan fee base income yang kreatif, serta pengelolaan terhadap biaya usaha yang efisien (Rahyuda, 2003:51). Kemampuan LPD untuk menghasilkan keuntungan/laba yang maksimal tidak terlepas dari aktiva atau kekayaan atau modal atau investasi yang dimiliki oleh LPD tersebut untuk melakukan kegiatan operasional sehingga nantinya dapat menghasilkan nilai tambah bagi LPD yaitu keuntungan dengan desa yang 4
dimilikinya yang disebut rentabilitas, salah satu komponennya adalah rasio BOPO yaitu rasio biaya operasional yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan operasional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2005:24) didapatkan hasil bahwa BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif, artinya semakin tinggi rasio BOPO maka bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Dalam hal ini, kinerja operasional LPD bisa dikatakan baik apabila pendapatan LPD lebih tinggi dibandingkan dengan biaya operasional. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional (BO) dengan pendapatan operasional (PO), semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006:159). Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya (Ahmad, 2009:32). Dari rasio ini dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja perusahaan, jika angka rasio menunjukkan angka di atas 90 persen dan mendekati 100 persen ini berarti bahwa kinerja perusahaan tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat rendah dan dikatakan efisiensi tinggi bila rasio yang dihasilkan rendah. Dapat dikatakan rasio BOPO
sebagai salah satu ukuran
efisiensi dan rentabilitas banyak dikontribusi oleh aktiva produktif sebagai sumber pendapatan operasional serta dana pihak ketiga sebagai sumber biaya yang utama dalam operasional, dikatakan juga bahwa rasio ini berkaitan erat 5
dengan kegiatan penggunaan dana. Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. LPD mempunyai aktiva yang digunakan sebagai sumber pendapatan operasional untuk membiayai keseluruhan operasional LPD, salah satu bentuk aktiva produktif yang paling besar peranannya dalam menyumbangkan pendapatan bagi LPD adalah kredit (pinjaman) yang diberikan. Aktiva produktif adalah semua aktiva dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh hasil sesuai dengan fungsinya (Budisantoso, 2006:118). Sebagian besar aktiva bank merupakan aktiva produktif, jika kondisi tersebut dipenuhi, maka pada umumnya bank dapat tumbuh dengan baik (Payamta, 2008:167). Semakin tinggi pertumbuhan aktiva produktif, maka semakin besar aktiva produktif yang disalurkan kepada masyarakat. Pertumbuhan aktiva produktif yang tinggi dapat menyebabkan pendapatan operasional LPD akan meningkat sehingga kinerja operasionalnya pun juga akan semakin baik (Rasio BOPO akan semakin turun). Hal ini dibuktikan dalam penelitian Mahendra (2010) yang memperoleh hasil bahwa pertumbuhan aktiva produktif (pertumbuhan kredit yang diberikan) mempunyai pengaruh dan signifikan pada kinerja operasional. Hapsari juga menemukan bahwa rasio aktiva produktif terhadap total aktiva memiliki hubungan searah dengan pertumbuhan laba. Jadi berdasarkan 6
pernyataan di atas, pertumbuhan aktiva produktif memiliki pengaruh dan hubungan dengan Rasio BOPO. Kegiatan penghimpunan dana LPD dengan
mengumpulkan sejumlah
dana dari masyarakat, baik perorangan, kelompok, lembaga masyarakat, maupun badan hukum tertentu disebut dengan dana pihak ketiga yang biasanya berwujud tabungan dan deposito. Pertumbuhan tabungan dan deposito mencerminkan seberapa besar dana yang berhasil dihimpun oleh LPD. Tabungan merupakan dana pihak ketiga yang sifatnya sangat labil, hal ini dikarenakan pemegang tabungan dapat menarik dananya setiap saat tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Dana tabungan bisa saja digunakan untuk aktiva produktif, tetapi dengan jangka waktu yang relatif pendek. Namun, secara keseluruhan pendapatan yang diperoleh aktiva produktif tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Begitu juga dengan deposito, yang memiliki sifat semi tetap karena penarikannya berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga fluktuasinya dapat diantisipasi, oleh karena itu deposito lebih banyak digunakan untuk aktiva produktif berupa kredit. Deposito merupakan dana yang relatif mahal karena bunga yang diberikan kepada deposito biasanya lebih tinggi dari bunga tabungan. Pernyataan-pernyataan
tersebut
menunjukkan
bahwa,
semakin
tinggi
pertumbuhan tabungan dan deposito maka semakin tinggi pula biaya operasional yang dikeluarkan LPD (Rasio BOPO akan semakin naik). Jadi, pertumbuhan tabungan dan deposito sebagai bagian dari dana pihak ketiga memiliki pengaruh 7
pada rasio BOPO. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2006) diperoleh hasil bahwa pertumbuhan tabungan mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap rasio BOPO, sedangkan penelitian yang dilakukan Mahendra (2010) diperoleh hasil bahwa pertumbuhan deposito berpengaruh dan signifikan pada kinerja operasional. Adapun data perkembangan asset, modal, aktiva produktif, tabungan, deposito, laba serta rasio BOPO LPD Kota Denpasar tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2
No
Perkembangan Asset, Modal, Aktiva Produktif, Tabungan, Deposito, Laba dan Rasio BOPO dari LPD di Kota Denpasar Tahun 20072010 Tahun
Uraian
2007 Asset (Rp000) 286.908.372 Modal (Rp000) 49.709.255 Aktiva Produktif 188.813.185 (Rp000) 4 Tabungan (Rp000) 119.385.635 5 Deposito (Rp000) 100.120.843 6 Laba (Rp000) 13.328.681 7 BOPO (%) 78,99 Sumber: PLPDK Kota Denpasar, 2011 1 2 3
2008 2009 2010 357.977.099 436.850.607 525.290.553 56.033.994 65.202.826 75.714.812 234.497.151 315.383.408 393.788.974 159.976.360 192.440.954 230.848.589 122.989.056 156.048.581 189.242.547 15.512.438 19.182.282 24.528.170 67,00 66,00 65,00
Dalam Tabel 1.2 terlihat terjadi peningkatan asset, modal, aktiva produktif, tabungan, deposito, dan laba dari 2007 sampai dengan tahun 2010. Sedangkan rasio BOPO mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. 8
1) Apakah pertumbuhan aktiva produktif, tabungan dan deposito berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar? 2) Apakah pertumbuhan aktiva produktif, tabungan dan deposito berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar? 3) Apakah ada perbedaan kinerja operasional antara LPD yang tergolong berukuran besar dengan LPD yang tergolong berukuran kecil?
1.2
Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah. 1) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan aktiva produktif, tabungan, dan deposito secara simultan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam ukuran berbeda di Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan aktiva produktif, tabungan, dan deposito secara parsial terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam ukuran berbeda di Kota Denpasar. 3) Untuk mengetahui adanya perbedaan kinerja operasional antara LPD yang tergolong berukuran besar dengan LPD yang tergolong berukuran kecil.
9
1.3
Kegunaan Penelitian Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
beberapa kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat memperluas wawasan mengenai penilaian kinerja keuangan LPD terutama Rasio BOPO dalam mengelola aktiva produktif, tabungan, dan deposito secara optimal sehingga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian ini yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Selain itu juga dapat memberikan informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terkait seperti masyarakat desa (krama desa) serta para pengurus LPD itu sendiri, agar membawa manfaat yang baik demi perkembangan LPD untuk selanjutnya.
1.4
Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran sementara dari skripsi ini maka pembahasannya
disusun berdasarkan beberapa bab secara sistematis sehingga antar bab mempunyai keterkaitan, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut.
10
Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang mendasari pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang mendukung pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yang meliputi analisis laporan keuangan, pengertian LPD, aktiva produktif, tabungan, deposito, pendapatan, beban, kinerja operasional, dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya.
Bab III
Metode Penelitian Bab ini meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini meliputi pembahasan yang menguraikan gambaran umum tentang Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar, struktur organisasi, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian.
11
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini berisikan simpulan dan saran yang dikemukakan berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan saran yang diajukan sebagai sarana pemecahan masalah.
12