BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah
meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen pada tahun 2012. Selain peningkatan angka prevalensi kontrasepsi, program KB juga berhasil menurunkan angka fertilitas total (TFR) Indonesia dari 5,2 anak per wanita tahun 1976 menjadi 2,6 anak per wanita tahun 2012 (BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013). Seiring dengan meningkatnya CPR dan menurunnya TFR, laju petumbuhan penduduk Indonesia mengalami penurunan dari 2,31 persen pada tahun 19711980 menjadi 1,49 persen pada tahun 2000-2010 (Bappenas, 2010). Berdasarkan hasil SDKI 2012, masih terdapat wanita usia subur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi tetapi tidak memakai alat kontrasepsi atau yang disebut unmet need KB. Kondisi ini tidak banyak berubah dari SDKI sebelumnya. Apabila jumlah ini tidak segera diturunkan, dikhawatirkan akan menyebabkan banyak kehamilan yang tidak dikehendaki dan praktik aborsi yang tidak aman sehingga menyebabkan tingginya kematian ibu. Berdasarkan penelitian Ross and Winfrey tahun 2002 (dalam Borja et al, 2010), sekitar 105,2 juta wanita berstatus menikah di negara berkembang (proporsi tertinggi terdapat di Asia) merupakan kelompok yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya (unmet need). Pada tahun 2012 di Indonesia,
1
2
terdapat sekitar 11,4 persen jumlah wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi jumlah anak, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Jumlah tersebut terdiri dari 4,5 persen untuk menjarangkan kelahiran dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran (BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013).
Persentase Wanita Kawin Usia 15-49
18 16 14 12 10
8
17
15.3
6
13.6
13.2
13.1
2002/03
2007
11.4
4 2 0
1991
1994
1997
2012
Tahun
Sumber: BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013
Gambar 1.1 Tren Kebutuhan KB Tidak Terpenuhi (unmet need) Indonesia Tahun 1991-2012 dengan Perhitungan Baru Berdasarkan hasil perhitungan BPS dalam SDKI 2012, jumlah wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya masih belum menunjukkan penurunan yang signifikan hingga saat ini. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi masih belum mencapai target 5 persen dalam RPJMN 2010-2014 (BKKBN, 2013). Hal ini menjadikan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) sebagai salah satu indikator yang menunjukan kurang optimalnya pelaksanaan
3
program KB di Indonesia beberapa tahun terakhir karena gagal diturunkan sesuai target. Ukuran unmet need menjadi semakin penting dalam konteks MDGs. Tujuan-tujuan dalam pembangunan millenium ini terdiri dari 8 agenda yang terkait dengan masalah pendidikan, kesetaraan gender, dan kesehatan. Pentingnya kesehatan reproduksi dan keluarga berencana untuk realisasi MDGs ditegaskan pada KTT Dunia tahun 2005 (Sedgh, et al, 2007). Sekjen PBB merekomendasikan menambahkan target akses yang menyeluruh terhadap kesehatan reproduksi untuk kerangka pemantauan MDG. Selanjutnya, para ahli dalam pencapaian MDGs merekomendasikan unmet need untuk keluarga berencana sebagai indikator kemajuan pada target ini. Pada tahun 2006, unmet need KB dimasukkan sebagai tambahan ke dalam Millennium Development Goal (MDG) yang kelima sebagai indikator untuk kesehatan ibu (UN, 2007). Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian terdahulu, mengatasi kebutuhan yang belum terpenuhi akan menghasilkan tingkat prevalensi kontrasepsi yang melebihi target dan membantu wanita mencapai tujuan mereka sendiri sehingga mengurangi tekanan penduduk (Sedgh, et al, 2007; Makripuddin, 2011; Qie, 2011). Risiko kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak aman juga bisa dicegah dengan menekan jumlah kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UN tahun 2007, sekitar 17 persen dari 4,5 juta atau sekitar 760 ribu kelahiran yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Lestari (dalam Guttmacher Institute, 2008) menyebutkan bahwa
4
hampir seluruh klien yang melakukan aborsi adalah kelompok yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya. Melalui pemenuhan kebutuhan wanita untuk menggunakan kontrasepsi modern akan mencegah seperempat hingga sepertiga dari semua kematian ibu (Singh et al, 2003). Terdapat hubungan negatif antara pemakaian kontrasepsi (CPR) dan kematian ibu (MMR). Semakin tinggi angka pemakaian kontrasepsi maka jumlah kematian ibu semakin rendah (Gambar 1.2). Apabila kebutuhan akan alat kontrasepsi dapat dipenuhi maka proporsi dari cedera, infeksi, dan kecacatan jangka panjang akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan aborsi yang diperkirakan mempengaruhi 15 juta perempuan setiap tahunnya dapat dicegah (UNFPA, 2005).
Sumber: Demographic Health Surveys 2004-2008 dalam Prata N, et al.2008.
Gambar 1.2 Hubungan Pemakaian Kontrasepsi dan Kematian Ibu Keluarga Berencana merupakan salah satu hal yang penting dan mendasar guna mencapai keselamatan ibu dan untuk memenuhi hak-hak reproduksi mereka.
5
Hal ini menjadi penting menempatkan keluarga berencana untuk mempercepat pengurangan kematian ibu dan bayi terutama di Negara berkembang (Anthony et al, 2009). Nurlely (dalam Qie, 2011) menjelaskan bahwa tujuan program Keluarga Berencana adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang berkualitas termasuk di dalamnya upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas. Melalui pemenuhan kebutuhan program keluarga berencana dapat dianggap sebagai cara untuk menjamin hak-hak perempuan. McCauley, et al, (1994) menegaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan, waktu kehamilan, dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusandi rumah. Peningkatan akses terhadap keluarga berencana dapat meningkatkan pendidikan perempuan dan kesempatan kerja serta partisipasi mereka dalam ranah sosial politik (Singh, et al, 2003). Pasangan yang mengontrol fertilitas mereka biasanya dapat berinvestasi lebih banyak pada setiap anak, yang akhirnya meningkatkan standar kesehatan, pendidikan dan kekayaan. Investasi dalam keluarga berencana akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan pembangunan.
1.2
Permasalahan Penelitian Kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi (unmet need)
merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan program keluarga berencana sekaligus mempengaruhi pengukuran kesehatan ibu. Kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi menjadi penting untuk diprioritaskan
6
ketika menjadi bagian dari MDGs, apalagi hingga saat ini di Indonesia belum bisa diturunkan secara signifikan sesuai target. Baik dengan perhitungan lama maupun baru dari BPS, angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi sangat bervariasi antar daerah di Indonesia.
Sumber: BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013
Gambar 1.3 Disparitas Kebutuhan KB Tidak Terpenuhi (unmet need) di Indonesia Tahun 2012 Rata-rata unmet need nasional tahun 2012 adalah 11,4 persen menggunakan perhitungan baru yaitu hasil penyederhanaan Bradley, et al (2012). Beberapa daerah mencapai angka unmet need di bawah rata-rata nasional, namun masih banyak juga daerah yang memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional (Gambar 1.3). Salah satu daerah yang memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu 17,5 persen dengan
7
rincian 8,6 persen untuk menjarangkan (spacing) dan 8,9 persen untuk membatasi kelahiran (limiting). Sejak tahun 1997 hingga 2007 NTT memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional dan cenderung terus mengalami peningkatan. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan hasil SDKI 2012 namun angka yang tetap tinggi yaitu di atas rata-rata nasional ini menjadi alasan penelitian di daerah ini. Pada penelitian ini dirumuskan dua permasalah pokok untuk analisis kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 yaitu: 1) apa yang menjadi alasan wanita menikah usia 15-49 tahun di NTT tidak menggunakan alat kontrasepsi padahal sudah tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda kehamilan berikutnya? 2) bagaimana pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di Nusa Tenggara Timur?
1.3
Keaslian Penelitian Penelitian yang mengkaji unmet need Keluarga Berencana sudah banyak
dilakukan sejak konsep ini diperkenalkan baik di dalam maupun di luar negeri, mengkaji dalam skala nasional maupun membandingkan antar daerah atau antar Negara dengan menggunakan data sekunder (hasil Survei Demografi dan Kesehatan) maupun data primer.
8
Tabel 1.1 Posisi Penelitian Terhadap Penelitian Sebelumnya No 1.
2.
Judul/ peneliti/ tahun Unmet Need for Family Planning in Iran; Aliyar Ahmadi and Jalil Iranmahboob; 2005
Unmet Need for Family Planning in Indonesia: Trends and Determinants; Sri Harijati Hatmadji; 2006.
Tujuan
Metode
Hasil
1. mengidentifikasi unmet need KB di Iran, 2. menjelaskan alasan wanita unmet need KB, 3. mengidentifikasi faktor sosial ekonomi yang berpengaruh.
menganalisis data sekunder yaitu DHS Iran Tahun 2000 dengan 2 unit analisis yaitu wanita dan propinsi.
1. variasi unmet need KB antar propinsi di Iran sangat besar dan angka kejadian di kota lebih tinggi daripada di desa. 2. alasan wanita unmet need di Iran adalah sedang menyusui, takut akan efek samping/masalah kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi, dan adanya larangan dari masyarakat setempat. 3. umur wanita, tingkat kekayaan, pengetahuan terhadap kontrasepsi dan jumlah anak yang pernah lahir merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian unmet need KB di Iran.
1. mengetahui tingkat dan trend unmet needdi Indonesia, 2. mengkaji hubungan karakteristik latar belakang wanita usia subur (umur, jumlah anak yang masih hidup, penggunaan kontrasepsi, persetujuan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi, pendidikan, status bekerja, indeks kekayaan, dan lokasi tempat tinggal) dan status unmet need KB (analisis determinan unmet need KB).
Menganalisis data sekunder yaitu SDKI tahun 19912002/03 menggunakan analisis deskriptif tabulasi silang dan multiple binary logistic regression.
1. Selama 12 tahun angka unmet need KB di Indonesia mengalami penurunan dari 13% (1991) menjadi 9% (2002/03). 2. Umur, jumlah anak yang masih hidup, penggunaan kontrasepsi, persetujuan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi, indeks kekayaan, dan lokasi tempat tinggal merupakan determinan (faktor penyebab) unmet need KB.
9
No 3.
Judul/ peneliti/ tahun Women with an Unmet Need for Contraception in Developing Countries and Their Reasons for Not Using a Method; Gilda Sedgh, Rubina Hussain, Akinrinola Bankole and Susheela Singh; 2007
Tujuan 1. 2.
Mengkaji tingkat unmet need Menganalisis alasan wanita yang tidak ingin hamil namun tidak menggunakan alat kontrasepsi atau berhenti menggunakannya.
Metode
Hasil
Menganalisis data 1. lebih dari 1 dari 7 wanita sekunder dari menikah dan 1 dari 13 Demographic and wanita tidak menikah Health Surveys usia 15-49 unmet need (DHS) antara KB. tahun 1995 dan 2. Alasan umum wanita 2005 yang sudah menikah menggunakan tidak menggunakan analisis deskriptif. kontrasepsi berhubungan dengan akses ke pasokan dan jasa pelayanan. Takut akan efek samping menjadi alasan wanita pada kelompok unmet need yang sudah pernah pakai alat kontrasepsi di masa lalu menghentikan penggunaan alat kontrasepsi.
4.
Determinan Penyebab Terjadinya Unmet Need Program KB di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007);Harriet Qie; 2011.
mengetahui hubungan dan pengaruh dari faktor-faktor demografi (umur ibu, jumlah anak hidup), sosio ekonomi (tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, daerah tempat tinggal, tingkat kesejahteraan, pengalaman pernah menggunakan kontrasepsi, komunikasi dengan suami tentang KB, persetujan suami terhadap KB) dan budaya (pengetahuan tentang kontrasepsi) terhadapunmet need.
menganalisis data sekunder dari hasil SDKI 2007 menggunakan uji statistik korelasi Spearman (bivariabel) dan Regresi Logistik Biner (Mutivariabel)
5.
Kebutuhan Keluarga Berencana yang Tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur; Ayu Rahmaningtias; 2014
1. menjelaskan karakteristik wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan KB-nya 2. menjelaskan alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan berikutnya namun
Menganalisis data sekunder dari SDKI 2012 Propinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan analisis deskriptif tabulasi silang, korelasi speraman dan regresi logistik
Umur ibu, jumlah anak hidup, status bekerja ibu, tingkat kesejahteraan, daerah tempat tinggal, komunikasi dengan suami tentang KB, suami setuju adalam penggunaan kontrasepsi dan pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi memiliki pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya unmet need.
10
No
Judul/ peneliti/ tahun
Tujuan
3.
tidak memakai alat kontrasepsi (alasan wanita unmet need KB), mengkaji pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur.
Metode
Hasil
biner
Sumber: Ahmadi and Iranmahboob, 2005: Hatmadji, 2006; Sedgh, et al, 2007; Qie, 2011.
Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang diacu, penelitian yang dilakukan lebih fokus mengkaji kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di satu Propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur menggunakan data sekunder dari hasil SDKI 2012. Penelitian ini mengkaji alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menunda kehamilan berikutnya, namun tidak memakai alat kontrasepsi. Pertama dibahas mengenai karakteristik wanita unmet need KB. Setelah mengelompokkan alasanalasan wanita unmet need KB, diuraikan karakteristik wanita berdasarkan alasan unmet neednya. Tahap akhir adalah menganalisis pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi dengan terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. menjelaskan karakteristik wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya,
11
2. menjelaskan alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan berikutnya namun tidak memakai alat kontrasepsi (alasan wanita unmet need KB), 3. mengkaji pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan guna mencapai beberapa manfaat berikut:
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kajian kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi (unmet need KB) terkait karakteristik wanita, alasan wanita unmet need KB, dan faktor yang berpengaruh. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat khususnya, supaya meningkatkan perhatian terhadap wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya dan mengoptimalkan layanan kesehatan dan keluarga berencana untuk menurunkan angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi melalui pemberian perhatian terhadap alasan-alasan wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi namun tidak menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun dan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan KB tidak terpenuhi.