1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menangani masalah kependudukan adalah dengan menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode kontrasepsi. Program KB diyakini telah berkontribusi terhadap penurunan tingkat kelahiran dan kematian, yang selanjutnya mengakibatkan penurunan tingkat pertumbuhan penduduk, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat Indonesia, pemerintah beserta seluruh lapisan masyarakat melaksanakan berbagai macam program pembangunan. Salah satu program pembangunan yang sangat penting dilaksanakan adalah upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui penurunan fertilitas. Salah satu cara yang tepat menurunkan fertilitas dengan mengikuti program KB melalui Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Kontrasepsi adalah alat/cara yang digunakan pasangan usia subur untuk mengatur jarak kelahiran atau untuk membatasi jumlah kelahiran yang
2
berfungsi untuk mencegah terjadinya kehamilan/konsepsi (Adioetomo dan Samosir,
2011:176).
Dalam
penggunaan
kontrasepsi
yang
perlu
dipertimbangkan adalah antara waktu kembalinya kesuburan setelah penghentian kontrasepsi dengan selang waktu yang diinginkan untuk kelahiran berikutnya. Perbedaan waktu yang diperlukan untuk hamil kembali setelah penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) harus dipertimbangkan oleh Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih metode kontrasepsi, terutama yang menghendaki pengaturan selang waktu kelahiran berikutnya. Pemakaian kontrasepsi yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan maka penggunaan kontrasepsi yang efektif adalah berjangka panjang seperti Intra Uterine Device (IUD), implan/susuk KB, dan Metode Operasi Wanita (MOW). Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang mencatat, pertumbuhan penduduk di kota Palembang sejak tiga tahun terakhir meningkat signifikan, dengan rata-rata sekitar 20.000 jiwa per tahun. Ini berarti ada banyak kelahiran terjadi yang mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat tiap tahunnya di Kota Palembang. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini ditandai bertambahnya penduduk setiap tahun sekitar 1%–2%, dengan ratarata jumlah anggota dalam rumah tangga adalah empat orang (Profil kesehatan Kota Palembang, 2012).
3
Gambar 1.1 Total Fertility Rate (TFR) Tahun 1991 - 2012 Tren angka kelahiran total (TFR) Indonesia mulai 1991-2012 menunjukkan stagnansi yakni masih diangka 2,6. Hasil SDKI menunjukkan penurunan tingkat fertilitas dari Wanita Usia Subur (WUS) dari waktu ke waktu. Usia 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang wanita karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita untuk melahirkan anak cukup besar. Berdasarkan gambar di atas TFR di Sumatera Selatan cenderung stagnan dari tahun 1994 – 1997 di kisaran 2,8 – 2,6 dan mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2002 menjadi 2,3 dan di tahun 2007 TFR meningkat pesat menjadi 2,7. Tetapi di tahun 2007-2012 TFR mengalami stagnansi kembali. Ini yang menjadi permasalahan di bidang kependudukan. Setelah TFR bisa diturunkan dengan signifikan tetapi akhirnya TFR selalu mengalami stagnansi. Permasalahan ini bisa berkaitan dengan cara pemilihan kontrasepsi yang kurang tepat dan mantap dalam mencegah kehamilan yang bisa berdampak kepada angka kelahiran total.
4
Permasalahan lainnya, adalah pemakaian alat kontrasepsi yang baru mencapai 62 persen (yaitu 58 persen menggunakan kontrasepsi modern dan 4 persen wanita kawin menggunakan kontrasepsi tradisional). Suntikan KB adalah metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan, diikuti oleh pil KB masing-masing sebesar 32 persen dan 14 persen (SDKI, 2012). Padahal menurut Affandi dkk (2012) alat KB jangka pendek resiko kegagalannya cukup tinggi. Misalnya pengguna kontrasepsi suntik sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan) dan keterbatasan kontrasepsi pil yang sering terjadi lupa minum
pil (harus
digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama) bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar dan menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Memperhatikan kondisi pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014 dan adanya perubahan lingkungan strategis serta untuk memenuhi target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pelayanan
KB
MKJP
secara
pada tahun 2015, maka pemberian berkualitas
diharapkan
akan
mampu
meningkatkan jumlah kesertaan KB MKJP oleh PUS di semua tahapan keluarga, sehingga berdampak terhadap penurunan TFR secara nasional.
5
Gambar 1.2. Persentase Metode KB di Palembang Tahun 2013 dan 2014 Sumber : BKKBN, 2014 Hasil survei BKKBN tahun 2013 dan 2014 menunjukkan metode KB suntikan dan pil merupakan metode yang paling dominan digunakan peserta KB. Pemakaian MKJP (IUD, Implant, dan MOW) mengalami paritas yang tinggi dibandingkan dengan Non MKJP seperti pil dan suntik. Grafik di bawah ini, menunjukkan adanya paritas yang cukup tinggi tentang pencapaian MKJP di Agustus 2014.
Gambar 1.3. Persentase Pola Metode KB di Palembang Tahun 2012-2014 Sumber : BKKBN, 2014
6
Penggunaan MKJP yang relatif masih rendah dikalangan Wanita Usia Subur pada masing-masing kecamatan di Kota Palembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi antara lain: karakteristik demografis penduduk seperti tingkat pendidikan dan status ekonomi juga dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi (Fikree et al., 2001). Menurut Easterlin (1975), tuntutan untuk memiliki anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu price (nilai), income (pendapatan), taste (kebutuhan/keinginan).
Gambar 1.4. Pola Metode KB Per Kecamatan di Palembang Tahun 2014 Sumber : BKKBN, 2014 Saat ini persentase penggunaan KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Usia Subur (WUS) masih sangat rendah.
Hasil
penelitian
tentang
pengukuran
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penggunaan KB MKJP dan Non MKJP pada Wanita Usia Subur (kasus di Kec. Seberang Ulu 1) dapat dipakai sebagai masukan Dinas Kesehatan dan KB untuk menyusun program dalam rangka meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi MKJP yang lebih efektif menurunkan fertilitas.
7
Penelitian ini berjudul kasus karena ada fenomena/ masalah di Kecamatan Seberang Ulu 1. Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (Non MKJP) dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah tersebut memiliki paritas yang cukup tinggi terhadap wilayah yang lain, di lihat dari data gambar 4. Persentase pola metode KB tingkat Kecamatan di Kota Palembang.
1.2 Rumusan Masalah Meningkatnya perkawinan usia dini berdampak negatif pada aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan kependudukan. Pernikahan usia dini dapat meningkatkan fertilitas yang dapat memicu terjadinya ledakan penduduk suatu wilayah. Kontrasepsi merupakan upaya yang strategis dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan fertilitas. Meningkatnya penggunaan kontrasepsi, terutama pada pasangan usia subur terbukti secara signifikan dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk, dibuktikan pada SDKI 2012 dengan kecenderungan pemakaian kontrasepsi pada wanita berstatus kawin meningkat untuk setiap provinsi di Jawa dan ini berkontribusi ke penurunan fertilitas, terbukti TFR 2012 menurun. Apalagi jika pasangan usia subur bisa secara tepat memilih metode kontrasepsi untuk dirinya dalam program KB. Metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil, dan suntik sering atau banyak digunakan dari pada KB metode jangka panjang seperti implan, IUD dan MOW. Saat ini pengguna KB Non MKJP lebih banyak dari pada KB MKJP. Padalah KB MKJP sangat efektif menurunkan fertilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
8
(MKJP) dan Non MKJP pada wanita usia subur antara lain: pendidikan wanita usia subur dan status ekonomi wanita usia subur (Fikree et al., 2001). Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, peneliti menetapkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP.
1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian (research question) memberikan panduan peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian. Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimana distribusi penggunaan kontrasepsi menurut jenis di Palembang (Kasus di Kec. Seberang Ulu 1) ?
2.
Apa yang menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi oleh Wanita Usia Subur ?
3.
Apa yang menjadi faktor dominan pemilihan kontrasepsi oleh Wanita Usia Subur ?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi penggunaan kontrasepsi menurut jenis dan mengetahui faktor yang dominan pengaruhnya terhadap pemilihan kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek oleh Wanita Usia Subur (WUS).
9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dinas terkait, sehingga dapat meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang pada wanita usia subur.
1.5.2 Manfaat Teoritis a. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang pada wanita usia subur. b. Sebagai bahan acuan untuk studi lebih lanjut bagi penelitian dan peneliti yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur.
1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan, terdapat persaman dan perbedaan penelitian: No.
1
Nama, Judul Penelitian, dan Tahun Penelitian Sugiyanto (1988), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi di Jawa Tengah.
Persamaan
Perbedaan
Sama-sama meng- 1.Penelitian Sugiyanto, untuk gunakan kontrasepmengetahui tingkat kelangsi sebagai salah sasungan pemakaian kontratu variabelnya. sepsi. 2.Mengetahui alasan-alasan akseptor menghentikan pemakaian kontrasepsinya. 3.Variabel demografinya yaitu umur ibu muda < 30
10
No.
2
3
Nama, Judul Penelitian, dan Tahun Penelitian
Persamaan
Perbedaan
tahun dan jumlah anak. 4. Populasinya semua akseptor yang telah tercatat di klinik Keluarga Berencana (KB). 5. Metode penelitian sistem modular, digunakan suatu daftar angket. 6. Wilayah penelitian di Jawa Tengah tahun 1988. Siagian (1986), 1.Menggunakan 1. Penelitian Siagian, untuk Pengaruh Sosial variabel kontramengetahui sampai Ekonomi terhadap sepsi, pendidikan dimana pengaruh variabel Fertilitas di dan status ekonousia perkawinan pertama Kalimantan Barat. mi. terhadap fertilitas. 2. Hubungan variabel kontrasepsi terhadap fertilitas dan mengukur pendidikan, status ekonomi terhadap fertilitas. 3. Metode penelitian menggunakan pengembangan sistem modular. 4. Pengambilan sampel daerah penelitian dilakukan secara bertingkat untuk menentukan daerah peneliti-an kabupaten, kecamatan dan desa. 5.Lokasi penelitiannya di Kalimantan Barat tahun 1986. Anggraeni (2010), 1. Wanita yang 1.Untuk mengetahui hubuFaktor Komunitas berstatus kawin ngan faktor komunitas Penggunaan Konpada umur 15dengan penggunaan kontratrasepsi Modern di 49 tahun. sepsi modern di Indonesia. Indonesia.
11
No.
Nama, Judul Penelitian, dan Tahun Penelitian
Persamaan
Perbedaan
2. Sama-sama untuk mengetahui faktor penentu penggunaan kontrasepsi modern dengan melihat tingkat pendidikan wanita.
2. Menggunakan faktor komunitas (group sosial). 3. Penelitian observasional, dengan rancangan crosssectional, menggunakan pendekatan kualitatif. 4. Penelitian ini dilakukan di Jawa-Bali, luar Jawa-Bali 1 dan luar Jawa Bali 2. 5.Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. 1. Variabelnya berbeda dengan penelitian yang akan saya gunakan. Penelitian ini menggunakan variabel sikap, akses pelayanan KB dan pengambilan keputusan. 2. Penelitian ini berupa analisis SDKI 2007 3. Penelitian ini hanya terfokuskan pada pemakaian alat kontrasepsi pada rumah tangga miskin.
4
Antoro (2011), Faktor-Faktor Pemakaian Kontrasepsi pada Rumah Tangga Miskin di Indonesia.
1. Sama-sama meggunakan variabel MKJP dan Non MKJP. 2. Respondennya, sama-sama menggunakan wanita usia subur yang berstatus kawin. 3. Sama-sama menggunakan uji statistik chi square.
5
Sriwanto (1994), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Desa Rowosari Kec.Tuntang Kab.Semarang Jawa Tengah.
1. Salah satu variabelnya sama, yaitu umur dan pendidikan. 2. Menggunakan uji statistik chi square.
1. Perbedaannya penelitian ini dilakukan pada tahun 1994 di Semarang Jawa Tengah. 2. Penelitian ini menggunakan variabel beralihnya cara berKB.
12
No.
6
Nama, Judul Penelitian, dan Tahun Penelitian Karyati (1992), Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Perbedaan Lama Pemakain Alat Kontrasepsi Suntik di Dua Kecamatan Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.
Persamaan
Perbedaan
1. Sama-sama me- 1. Adanya perbedaan di nggunakan vavariabel terikat. Penelitian riabel bebas ini menggunakan variabel yang sama lamanya pemakaian (umur, jumlah kontrasepsi suntik. anak masih 2.Penelitian ini dilakukan di hidup, pendua kecamatan. didikan, pen- 3.Responden penelitian ini dapatan. ialah Pasangan Usia 2. Penelitian ini Subur (PUS). menggunakan 4.Penelitian ini dilakukan di uji statistik chi Gunung Kidul Yogyakuadrat. karta pada tahun 1992. 3. Pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Penelitian Sugiyanto (1988) ini menggunakan teori Pudjo Rahardjo
dkk (1984 : 4) yaitu kerangka konsepsional analisa kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Penelitian Siagian (1986) menggunakan teori Bongarts. Secara skematis, model analisa data dalam penelitian Siagian ini dapat di gambar sebagai berikut: HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP FERTILITAS MELALUI VARIABEL ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI 1. 2. 3.
Pendidikan isteri Lapangan pekerjaan isteri Status ekonomi isteri
VARIABEL ANTARA
FERTILITAS
1. Pemakaian alat kontrasepsi
2. Usia perkawinan
Gambar 5. Kerangka Konsepsional Teori Bongarts
Fertilitas
13
Dalam penelitian Siagian ini unit analisis adalah individu sedangkan Bongarts membuat unit analisis secara universal atau makro. Penelitian Anggraeni (2010) ini melihat secara keseluruhan bagaimana faktor komunitas dengan penggunaan kontrasepsi modern. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Bertrand, et al. (1994) dimodifikasi dengan Stephenson et al. (2007). Penelitian Antoro (2011) menggunakan teori Green dan Kruter (2005) yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong mempengaruhi prilaku dari individu, kelompok dan komunitas. Faktor predisposisi seperti umur, pendidikan AMH, pengetahuan, informasi, sikap; faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya, kemudahan untuk mencapai sumber daya; faktor pendukung seperti perilaku petugas KB/kesehatan dan pengambilan keputusan. Penelitian Sriwanto (1994) menggunakan teori Westooff dan Pebley 1981 dan Palmore dan Bulatao (1989:5). Penelitian Karyati (1992) Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Suraji dan Hatmaji, 1981 dan Hargono, 1985. Berdasarkan tabel yang sudah dibuat diatas, perbedaan antara penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu; penelitian ini melibatkan variabel umur anak terakhir dan jenis kelamin anak terhadap pemakaian alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP). Penelitian ini juga berbeda dengan lokasi dan tahun penelitian terdahulu. Metode analisis penelitian menggunakan tiga tahap analisis; univariabel, bivariabel dan multivariabel dengan menggunakan analisis statistik yaitu regresi logistik. Penelitian terdahulu hanya sampai pada batas bivariabel dengan statistik kai kuadrat.