BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan dalam dua dasawarsa telah memperlihatkan semakin tingginya tingkat kesertaan masyarakat
dalam
melaksanakan
keluarga
berencana
yang
sejahtera.
Keberhasilan program KB yang kemudian dikenal sebagai gerakan Keluarga Berencana Nasional selama pembangunan jangka panjang tahap I, telah membawa pengaruh yang besar terhadap kegiatan program KB pada masyarakat umum maupun di mata internasional. Adapun tujuan dari program Keluarga Berencana : (1) untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, (2) mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Dalam mencapai tujuan tersebut program KB, sejak awal repelita V (tahun 1989 atau 1990) telah berkembang menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional (Wiknjosastro, 2005). Pelaksanaan Gerakan KB telah memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan, terdapat kesadaran masyarakat yang tinggi untuk membangun keluarga kecil pada masyarakat Indonesia. Keadaan tersebut tercermin antara lain dari hasil-hasil sensus dan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI). Secara demografi hasil sensus penduduk memperlihatkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan penduduk, yaitu dari sebasar 2,1% pada periode
2
1980-1990 menjadi 1,97% pada periode 1990-2000 (Wiknjosastro, 2005). Jumlah kelahiran total (total fertility rate) pada 1990 5,605 anak, pada 1991 sebesar 3,023 dan menjadi 2,856 pada tahun 1994. Kondisi yang sebaliknya adalah pengetahuan wanita tentang cara atau alat atau obat KB dan sumber layanan KB bertambah meningkat dari 94,4% menjadi 96,1% (BKKBN, 1999). Sebanyak 78% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada berkeinginan untuk menunda kehamilan berikutnya sesudah 2 tahun atau lebih dan tidak ingin punya anak lagi. Kelompok PUS inilah yang memerlukan bantuan untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi. PUS yang pernah menggunakan alat kontrasepsi pada waktu dilakukan SDKI tahun 1997 ada sebanyak 77,8% PUS (BKKBN, 1999). Hasil evaluasi pelaksanaan KB di Jawa Tengah, metode kontrasepsi yang paling banyak dipakai adalah dengan cara suntik. Sampai bulan Desember 2004 jumlah akseptor KB suntik sebanyak 2.379.178 orang atau sebesar 50,98% diikuti oleh pengguna pil sebanyak 860.506 orang atau 18,43% dan pengguna IUD sebanyak 546.449 orang atau 11,70% (BKKBN, 2005). Berdasarkan data yang ada di Dinas Kependudukan KB & Catatan Sipil (DKKB & Capil) Kabupaten Batang peserta KB aktif bulan Nopember 2006 sebanyak 1.555 orang atau sebesar 9,67% dari PUS sebanyak 16.083 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak dipakai adalah dengan cara suntik sebesar 535 orang diikuti oleh pengguna implant sebesar 510 orang, pengguna kondom sebesar 319, pengguna pil sebesar 88 orang, pengguna MOW (Metode Operasi Wanita) sebanyak 72 orang, pengguna MOP (Metode Operasi Pria)
3
sebanyak 17 orang dan pengguna IUD sebanyak 14 orang (Dinas KKB & Capil Kabupaten Batang, 2006). Masukan dari Petugas Lapangan Pembinaan Keluarga Berencana (PLPKB) bahwa Puskesmas Batang I baik pelayanannya maupun kelembagaan program paguyuban keluarga sejahtera lebih baik dibandingkan Puskesmas yang lain. Oleh karena itu peneliti memilih institusi atau Puskesmas Batang I sebagai tempat penelitian. Sedangkan hasil evaluasi Pencatatan dan Pelaporan pelaksanaan KB di Puskesmas Batang I metode kontrasepsi yang paling banyak adalah dengan cara suntik sampai bulan Nopember 2006 jumlah akseptor KB suntik sebanyak 482 orang, diikuti oleh pengguna IUD sebanyak 72 orang, pengguna implant 62 orang, pengguna pil 27 orang, pengguna MOW 18 orang, pengguna kondom 1 orang dari PUS sebanyak 1892. Dari hasil penelitian Hanekowati pada minoritas menyimpulkan bahwa pengetahuan akseptor KB dan sikap mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi (Hanekowati, 2002). Untuk menerapkan perilaku yang baik dalam menggunakan KB suntik, akseptor-akseptor KB aktif harus mempunyai pengetahuan atau kognitif dari perawat dan pelayanan kesehatan dengan penerapan teknologi kesehatan yang didukung oleh peran aktif masyarakat atau keluarga, menurut peneliti dari 10 akseptor yang menggunakan KB Suntik, 3 akseptor menggunakan kontrasepsi KB Suntik ikut-ikutan tetangga tanpa pengetahuan yng luas, 5 akseptor disarankan oleh suami atau keluarga dan 2 akseptor menggunakan KB Suntik
4
atas kesadaran sendiri tanp paksaan dari orang lain.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, maka dari uraian tersebut peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
perilaku
menggunakan KB suntik pada akseptor KB di Puskesmas Batang I Kabupaten Batang “. B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas terdapat permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku menggunakan KB suntik pada akseptor KB di Puskesmas Batang I Kabupaten Batang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku menggunakan KB suntik pada akseptor KB di Puskesmas Batang I Kabupaten Batang. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan tingkat pengetahuan KB suntik pada akseptor KB. b. Menggambarkan sikap akseptor KB dalam menggunakan KB suntik c. Mengambarkan perilaku akseptor KB dalam menggunakan KB Suntik d. Memperoleh gambaran hubungan antara pengetahuan dengan perilaku menggunakan KB suntik. e. Memperoleh
gambaran
menggunakan KB suntik.
hubungan
antara
sikap
dengan
perilaku
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengaplikasikan teori yang diperoleh yaitu dengan mengidentifikasi dan menganalisa suatu permasalahan di lapangan serta memperluas penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kontrasepsi khususnya KB suntik. 2. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan sikap dengan perilaku menggunakan KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Batang I Kabupaten Batang. Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan pelaksanaan program KB (khususnya alat kontrasepsi KB suntik) di Puskesmas Batang I Kabupaten Batang. 3. Bidang ilmu Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian program KB suntik selanjutnya, khususnya dalam bidang ilmu keperawatan maternitas. 4.
Bagi masyarakat Menambah
pengetahuan
dan
kesadaran
melaksanakan pentingnya program KB suntik.
masyarakat
untuk