BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga yang diorganisasikan dan dijalankan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Pada dasarnya semua perusahaan memiliki tujuan utama yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya dan bagaimana perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi. Perusahaan selalu berusaha mencari laba yang tinggi melalui kegiatan ekonominya tanpa mempedulikan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas usaha tersebut (Ratnasari, 2011). Tetapi, pada beberapa tahun terakhir perusahaan di Indonesia mulai menyeimbangkan antara perbaikan lingkungan atas kegiatan yang telah dilakukan perusahaan dengan orientasi keuntungan. Seharusnya pengungkapan laporan keberlanjutan (sustainability report) semakin mendapat perhatian dalam praktik bisnis global dan menjadi salah satu kriteria dalam menilai tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Di Indonesia sudah cukup banyak perusahaan yang mulai menerbitkan sustainability report. Dari hanya 1 perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan di tahun 2005, kini mulai meningkat menjadi 40 perusahaan di tahun 2012, 34 perusahaan di tahun 2013, dan 60 perusahaan di tahun 2014. Sutainability report di Indonesia masih dalam fase awal, dimana
1
pengungkapan sustainability report masih bersifat voluntary atau sukarela. Sutainability report adalah laporan yang memuat informasi tentang keuangan maupun nonkeuangan yang terdiri dari kinerja keuangan, aktivitas sosial, dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Beberapa perusahaan di Indonesia mulai menyeimbangkan antara orientasi terhadap perbaikan lingkungan dan orientasi terhadap keuntungan. Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk kepentingan lingkungan dan sosialnya dikenal dengan sebutan Triple Bottom Line (3P). Triple Bottom Line atau 3P yaitu Profit, Planet, dan People. Profit, mengejar keuntungan untuk kepentingan shareholders, dan memperhatikan kepentingan
stakeholders.
People,
memenuhi kesejahteraan masyarakat. Planet, berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Utomo, 2010). Triple bottom line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya Cannibals With Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business (Effendi, 2009). Konsep triple bottom line menjelaskan bahwa perusahaan untuk dapat tumbuh berkelanjutan haruslah meningkatkan pendapatan perusahaan (profit), selain itu perusahaan juga bertanggungjawab untuk menjaga bumi (planet) dan peduli dengan sesama manusia (people). Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan informasi oleh perusahaan tidak hanya sebatas satu aspek kinerja saja, melainkan keseluruhan indikator kinerja keberlanjutan (sustainability performance) yaitu kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan (Maulida dan Adam, 2012).
2
Laporan keberlanjutan (sustainability report) bisa digunakan untuk melihat, sejauh mana perusahaan melaksanakan triple bottom line. Standar internasional yang digunakan untuk membuat pelaporan keberlanjutan dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang berpusat di Amsterdam, Belanda. GRI mendefinisikan sustainability reporting sebagai praktik pengukuran, pengungkapan, dan pertanggung jawaban kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal, tentang kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui peraturan Keputusan
Ketua
BAPEPAM
LK
No.
KEP-431/BL/2012
tentang
penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik, perusahaan publik wajib untuk membuat sustainability report yang berdiri sendiri atau menjadi satu dengan laporan tahunan. Sustainability report merupakan laporan yang dibuat perusahaan untuk melaporkan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya adalah dengan membuat sebuah sustainability reporting. Pembuatan laporan keberlanjutan perlu dilakukan perusahaan agar stakeholders termasuk masyarakat, dapat mengetahui segala bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai lingkungan seperti
tragedi banjir lumpur panas di
Sidoarjo karena PT. Lapindo Brantas Inc dan pencemaran teluk Buyat di Minahasa Selatan karena PT. Newmont Minahasa Raya (WALHI, 2010).
3
Kasus Lumpur
Lapindo Brantas terjadi karena
faktor ketidak
beruntungan perusahaan dalam melakukan eksplorasi penggalian ketika dilakukan pengeboran serta adanya kesalahan prosedural yang meyebabkan semburan gas. Semburan gas tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan, serta berubahnya kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar karena lumpur telah meluas ke area pemukiman warga yang menyebabkan warga kehilangan tempat tinggal. Kasus lain adalah pencemaran lingkungan yang terjadi di Teluk Buyat, Minahasa Raya. Lingkungan disekitar masyarakat tercemar oleh limbah dari PT. Newmont yang disebabkan oleh kesengajaan perusahaan mengeluarkan limbah ke tepi Teluk Buyat sebagai lahan bebas pembuangan limbah. Kasus PT. Newmont telah diselesaikan melalui pengadilan dan PT. Newmont ditetapkan tidak bersalah atau bebas. Tragedi tersebut terjadi karena ketidakpedulian perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Atas tragedi yang banyak terjadi di Indonesia mengenai lingkungan memberikan kesadaran kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial. Kegiatan tersebut didukung oleh pemerintah dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT). Profitabilitas merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Ketika perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya nilai pemegang saham perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
4
profitabilitas yang tinggi memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi kepada stakeholders dan publik, hal itu dilakukan karena perusahaan ingin menunjukkan bahwa perusahaan memiliki profitabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain (Almilia, 2008). Hasil penelitian Idah (2013), bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap sustainability reporting. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut berhasil dalam melunasi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya. Ketika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya secara tepat waktu, artinya perusahaan tersebut likuid dan memiliki aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancar yang dimiliki. Hasil penelitian Burton, dkk dalam Suryono dan Prastiwi, (2011) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap sustainability reporting. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Nazir, dkk (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap sustainability reporting. Suatu perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki hutang jangka panjang yang besar. Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi tingkat leverage, maka semakin besar hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Bagi perusahaan dengan tingkat leverage tinggi, mereka
5
harus meminimalisir biaya-biaya yang sekiranya tidak bermanfaat agar meningkatkan profitabilitas. Aktivitas perusahaan menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif. Tinggiya rasio aktivitas perusahaan mencerminkan kemampuan dana yang tertanam dalam perputaran seluruh aktivanya pada suatu periode tertentu (Setiawan dalam Suryono dan Prastiwi, 2011 : 7). Tingkat rasio tinggi pada perusahaan menggambarkan jika perusahaan telah melakukan aktivitas pengelolaan aktivanya dengan baik. Semakin
besar
ukuran
suatu
perusahaan
maka
akan semakin
mendapatkan sorotan baik dari stakeholder maupun publik. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar pasti memiliki sumberdaya yang besar pula, maka perusahaan akan lebih sering berinteraksi dengan stakeholder. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan atas aktivitas maupun tanggungjawab sosial yang dilakukan secara lengkap agar dapat memberikan image yang baik kepada stakeholder. Komite audit merupakan komite yang dibentuk perusahaan untuk mengkaji kebijakan akuntansi perusahaan, menelaah sistem pelaporan, dan memberikan pengawasan auditor. Komite audit yang sering mengadakan rapat akan meningkatkan kualitas koordinasi komite audit, sehingga terciptanya pengawasan laporan yang baik. Oleh sebab itu, melalui rapatrapat yang sering dilaksanakan semakin mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan.
6
Dewan direksi atau board of directors adalah pimpinan perusahaan yang ditunjuk oleh para pemegang saham untuk mewakili kepentingan mereka dalam mengelola perusahaan. Salah satu cara dewan direksi dalam mewujudkan good corporate of governance dengan melaksanakan tugas pengawasan atas aktivitas perusahaan secara efektif. Governance committe adalah suatu komite yang terdiri dari beberapa komite audit, dimana tugasnya adalah merekomendasikan kepada dewan direksi, pedoman dalam pelaksanaan dan etika corporate governance. Penciptaan good corporate governance perusahaan dapat diwujudkan salah satunya melalui pembentukan dan penunjukkan governance committe yang kompeten dan berkualitas (Suryono, 2011:8). Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan. Di dalam kepemilikan manajerial tidak terdapat konflik kepentingan antar manajer dan pemilik perusahaan, yang ada hanyalah keselarasan tujuan dalam mewujudkan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dimana di dalamnya terdapat kepemilikan manajerial yang tinggi akan terdorong untuk mengungkapkan informasi mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan kepada stakeholder serta masyarakat. Sustainability report adalah suatu laporan yang didalamnya tidak hanya berisi laporan keuangan namun juga laporan mengenai informasi non keuangan, seperti aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan
bisa
tumbuh
secara
berkesinambungan.
Pengungkapan
sustainability report merupakan pengungkapan yang bersifat sukarela.
7
Motivasi peneliti melakukan penelitian ini adalah karena ketidak konsistenan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, selain itu peneliti juga ingin mengetahui apakah ketika periode sampel diganti hasilnya akan tetap sama atau berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu milik Hari Suryono dan Andri Prastiwi yang terdaftar di Simposium Nasional Akuntansi XIV tahun 2011 membahas tentang pengaruh karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report. Berdasarkan latar belakang yang telah diurakan di atas serta beberapa hasil dari penelitian terdahulu, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, yaitu penelitian dari Hari Suryono dan Andri Prastiwi. Beberapa hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti menambah satu variabel independen yaitu kepemilikan manajerial. Selain itu periode yang digunakan peneliti adalah tahun 2013-2015. B. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan diwakili oleh tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, leverage, tingkat aktivitas perusahaan, dan ukuran perusahaan. Corporate governance diwakili
8
oleh frekuensi rapat komite audit, frekuensi rapat dewan direksi, governance committee dan kepemilikan manajerial. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 2. Apakah tingkat likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 3. Apakah
leverage
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
pengungkapan sustainability report? 4. Apakah aktivitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 6. Apakah frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 7. Apakah frekuensi rapat dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 8. Apakah governance committe berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report? 9. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report?
9
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris tentang : 1. Tingkat profitabilitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 2. Tingkat likuiditas yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 3. Leverage
yang
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
pengungkapan sustainability report. 4. Tingkat aktivitas perusahaan yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 5. Ukuran perusahaan yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 6. Frekuensi rapat komite audit yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 7. Frekuensi rapat dewan direksi yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 8. Governance committe yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. 9. Kepemilikan manajerial yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report.
10
E. Manfaat Penelitian Penelitian dilakukan untuk memberikan manfaat serta kontribusi dari berbagai bidang yang terkait : 1. Bidang Teoritis a.
Penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya pengungkapan sustainability report bagi perusahaan.
b.
Sebagai tambahan literatur dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Bidang Praktik a.
Bagi perusahaan, hasil dari penelitian diharapkan memberikan informasi tentang pentingnya pengungkapan sustainability report.
b.
Bagi stakeholder, hasil dari penelitian diharapkan sebagai tambahan informasi yang digunakan stakeholder untuk menilai aktivitas perusahaan dalam melakukan tanggungjawab sosialnya melalui pengungkapan sustainability report.
c.
Bagi pemerintah, hasil dari penelitian diharapkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk menyusun suatu standar mengenai sustainability report yang lebih baik lagi bagi perusahaan di Indonesia.
11