BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan kekerasan terhadap wanita adalah fenomena sosial yang sering kali terdengar di telinga masyarakat dan sudah lama terjadi. Baru-baru ini menjadi topik hangat yang dibahas kembali oleh banyak media seputar kekerasan terhadap perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas edisi 26 Juli 2012 dengan judul artikel “Gerakan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan‟ menyebutkan bahwa sejak 2007 hingga 2011 kekerasan terhadap perempuan naik empat kali lipat dari 25.522 kasus menjadi 119.107 kasus. Mulai dari kekerasan di ranah domestik (rumah tangga) hingga ke ranah publik. Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di ranah publik, khususnya angkutan umum pun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kekerasan tersebut
meliputi
pemerkosaan,
percobaan
pemerkosaan,
pencabulan,
perampokan, hingga pembunuhan. Situasi ini membuat angkutan umum menjadi alat transportasi yang menakutkan khususnya bagi perempuan hingga sekarang ini. Dalam artikel “Terjadi 6 Perkosaan dalam 6 Bulan” yang diakses melalui kompas.com
menyatakan bahwa sepanjang tahun 2011, dalam enam bulan
terakhir sudah terjadi enam kasus pemerkosaan di angkutan umum, sehingga perbaikan alat transportasi publik yang layak menjadi kebutuhan mendesak untuk
19
mengurangi kasus kekerasan seksual yang telah menghantui di dalam angkutan umum. Hal tersebut menjadi bahan diskusi dalam forum Kompas, yang menyatakan bahwa pada tahun 2011, berakhir diwarnai dengan kisah tragis kekerasan seksual yang menimpa kaum hawa. Ironisnya, beberapa peristiwa terjadi di angkutan umum yang memakan korban perempuan. Hal serupa juga ditambahkan oleh Sadono Priyo, dalam artikel yang diakses melalui portalkriminal.com bahwa tercatat data di Bidang Humas Polda Metro Jaya menyebutkan, sepanjang tahun 2012 terjadi 31 kasus kejahatan di angkutan umum yang paling sering terjadi di angkutan kota (angkot) dan taksi. Berdasarkan data tersebut, dari 31 kasus terdapat 16 kasus di antaranya yang melibatkan penumpang perempuan sebagai korbannya, seperti: kasus yang menimpa mahasiswi Universitas Bina Nusantara Livia Pavita Soelistio (21). Nyawanya meregang di tangan 4 sopir tembak angkot. Mereka merampas harta korban dan memperkosanya pada 16 Agustus lalu. Kasus serupa juga dialami seorang karyawati perusahaan swasta berinisial RS (27). Ia menjadi korban pemerkosaan di dalam angkot D 02 jurusan Ciputat-Pondok Labu. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (1/9) lalu dan pelaku pemerkosaan karyawati itu adalah Yogi (21) yang tidak lain adalah sopir D 02. Beredarnya kasus-kasus kekerasan seksual perempuan dalam angkutan umum menjadi controversial, antara pihak yang membela dan yang menuding perilaku berpakaian wanita dalam angkutan umum. Konflik tersebut mulai memanas ketika ada salah seorang public figure yang mengomentari kasus
20
tersebut dengan menekan korbannya (perempuan). Pernyataan tersebut ada pada artikel “Foke Minta Maaf soal Rok Mini” yang diakses melalui kompas.com mengenai Foke telah meralat statement-nya yang mengatakan jangan mengenakan rok mini dalam angkot yang dapat menimbulkan salah tafsir. Menurutnya, hal itu terjadi dikarenakan perempuan memakai pakaian yang minim sehingga dapat memancing orang untuk berbuat tindak kejahatan. Seolah-olah perempuan yang memakai rok mini dan tidak menutup auratnya, itu pantas untuk diperkosa. Pandangan seperti ini, pada akhirnya memenjarakan dan mendiskriminasi perempuan. Pemberitaan mengenai fenomena kekerasan seksual di angkutan umum, hampir memenuhi media massa, baik cetak maupun elektronik. Tak ketinggalan, media online pun juga menyoroti kasus tersebut sehingga banyak mengundang komunitas dan lembaga (individu maupun independen) yang membentuk gerakan anti kekerasan terhadap perempuan. Bahkan media skala internasional pun ikut berperan memberitakan, karena kasus tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan kasus serupa juga di India. Melihat betapa besarnya fenomena kasus kekerasan terhadap perempuan dalam angkutan umum yang disiarkan melalui media, maka peristiwa ini layak disebut sebagai berita. Berita menurut Indah (2011:67), merupakan informasi yang layak disajikan kepada publik. Berita yang tergolong layak adalah informasi yang sifatnya faktual, aktual, akurat, objektif, penting, dan tentu saja menarik perhatian publik. Biasanya, berita berupa pernyataan yang dipublikasikan melalui media massa dan memiliki nilai. Karena di tengah masyarakat ada banyak sekali
21
kejadian, keterbatasan untuk meliput dan serta mempublikasikannya, maka media menggunakan instrumen tertentu (seperti: news values) untuk menentukan kejadian apa yang akan diberitakan atau tidak. Menurut Sumadiria (2006: 80-92), terdapat sebelas kriteria news values, antara lain: timeless (aktual), unusualness (keluarbiasaan), newness (kebaruan), impact (akibat), proximity (kedekatan), information (informasi), conflict (konflik), prominence (publik figure), surprising (kejutan), human interest (ketertarikan manusia), dan sex (seks). Dalam kasus kekerasan terhadap perempuan ini memiliki nilai berita, sebagai berikut:
1.
Sex, dalam kasus kekerasan perempuan dalam angkutan umum
sangat terkait dengan pelecehan seksual yang memakan korban sebagian besar perempuan. 2.
Proximity, dalam kekerasan perempuan ada nilai kedekatannya,
antara lain: kedekatan fisik, yaitu kasus tersebut sangat dekat dan dapat sewaktu-waktu terjadi pada masyarakat yang lainnya. Sebagai perempuan, kasus tersebut dapat membuat trauma bagi korbannya. Pelaku mengincar perempuan
karena
dianggap
lemah.
Selama
masyarakat
masih
menggunakan fasilitas publik yang masih jauh dari keamanan dan kelayakan, maka kasus ini masih kerap terjadi. 3.
Impact, terkait kasus kekerasan perempuan dalam angkutan umum
juga memiliki dampak luas yang dapat memengaruhi kondisi psikologis bagi perempuan dalam kesehariannya harus menaiki kendaraan umum. Ini menjadi masalah bersama yang harus segera pemerintah selesaikan, agar
22
fenomena ini tidak kembali muncul. Karena akan berdampak sekali bagi perempuan yang hendak pulang terlambat, khawatir akan mengalami hal serupa dengan kejadian tersebut. Pemerintah juga dipertanyakan kewajibannya dalam mengamankan dan melindungi masyarakatnya. 4.
Human Interest, dalam fenomena perkosaan di angkutan umum
telah mengundang perhatian dari pihak yang membela hak perempuan untuk mengutarakan ketidakadilan. Berbagai peristiwa yang terjadi sebagian besar menimpa perempuan, hanya perempuanlah yang menjadi korban pelecehan ini. Kasus tersebut menimbulkan kecemasan yang akhirnya terbentuklah gerakan anti kekerasan terhadap perempuan yang dilandasi oleh pihak pribadi maupun organisasi resmi seperti LSM, sehingga terjadi penentangan dari berbagai pihak.
Selain itu, media massa memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam setiap pemberitaannya. Menurut Sen dan Hill (2006: 51), surat kabar harian nasional dan majalah berita mingguan merupakan media berita yang paling penting di Indonesia, sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam informasi / peristiwa yang diberitakannya dan masyarakat dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Media massa khususnya surat kabar menurut Eriyanto (2002:7), merupakan agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan pada masyarakat. Terlebih lagi, media juga mempunyai fungsi yakni menyampaikan informasi, mendidik, mengibur dan mempengaruhi.
23
Berangkat dari hasil pemikiran di atas, peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana Harian Kompas mengonstruksikan realitas kekerasan pada perempuan di dalam angkutan umum pada tahun 2011-2012. Alasannya, berita mengenai kekerasan yang melecehkan kaum hawa ini, meningkat dari tahun sebelumnya dan Kompas menjadi salah satu media yang telah berperan dalam memberitakan kasus tersebut. Peneliti memilih harian Kompas, karena Kompas merupakan media yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pemberitaannya. Menurut Sen dan Hill (2006:57-58), Harian Kompas merupakan surat kabar paling bergengsi dengan penjualan harian terbesar (lebih dari setengah juta eksemplar terjual setiap hari pada tahun 1995) dan surat kabar terbesar di Indonesia yang 'berkualitas' seAsia Tenggara. Oleh karena itu, Harian Kompas cukup memberikan pengaruh kepada masyarakat terhadap setiap kasus dalam pemberitaannya. Sen dan Hill juga menambahkan (2006:57-58), Kompas merajai sekitar tiga puluh delapan anak perusahaan, yang dikenal secara kolektif sebagai Kelompok Kompas-Gramedia. Menurut Albertus Prestianta dalam penelitiannya mengenai “Konstruksi Berita Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Dugaan Penyalahgunaan Kekuasaan dalam Media Indonesia dan Harian Kompas” bahwa pada tahun 2011, Harian Kompas adalah media massa terbesar di Indonesia dengan oplah sekitar 520.000 eksemplar. Hal serupa juga disebutkan oleh Berthy B Rahawarin, yang diakses melalui kompasiana.com bahwa pada tahun 2011, Harian Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai
24
1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan oplah rata-rata 500 ribu eksemplar setiap hari dan mencapai 600 ribu eksemplar untuk edisi Minggu, Kompas tidak hanya merupakan koran dengan oplah (sirkulasi) terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Untuk memastikan akuntabilitas distribusi Harian Kompas, Koran Kompas menggunakan jasa ABC atau Audit Bureau of Circulations untuk melakukan audit semenjak tahun 1976.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Harian Kompas mengkonstruksikan peristiwa kekerasan terhadap perempuan dalam angkutan umum pada tahun 2011-2012?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Harian Kompas mengkonstruksikan realitas kekerasan terhadap perempuan di angkutan umum pada tahun 2011-2012.
1.4 Signifikasi Penelitian 1.4.1 Secara Akademis Penelitian ini diharapkan mampu
memperluas dan menambah
khasanah kajian di bidang komunikasi khususnya jurnalistik. Hasil dari penelitian tersebut diharapkan juga dapat membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang mengambil penelitian framing dan memberikan
25
gambaran tentang pembingkaian berita yang berkembang di Harian Kompas ketika terjadi peristiwa berbeda.
1.4.2 Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman dan pengetahuan sebuah peristiwa dibuat menjadi sebuah sajian berita untuk masyarakat pada harian Kompas. Dan bagaimana Harian Kompas dapat mengkonstruksikan realitas
kekerasan
terhadap
perempuan
dalam
angkutan umum pada tahun 2011-2012.
1.5 Pembatasan Masalah
Pemberitaan kekerasan terhadap perempuan cukup banyak. Oleh karena itu, peneliti hanya ingin meneliti kasus kekerasan di dalam angkutan umum yang dimuat di Harian Kompas, namun penelitian ini membatasi periode 2011-2012 tepatnya pada bulan September 2011 – Desember 2012.
26