BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proses komunikasi pada hakekatnya adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Perasaan bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi sendiri terdiri terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah penyampain pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikator
menggunakan
media
kedua
dalam
melancarkan
komunikannya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlah banyak. Surat kabar, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. 1
1
Onong Uchjana Effendy. (1999). Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek, hal 11-16 Bandung: PT. Remaja Roskarya.
2 Dalam perkembangannya ilmu komunikasi selanjutnya komunikasi yang menggunakan media disebut dengan komunikasi massa. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui (media elektronik dan media cetak). Sebab, awalnya perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yakni surat kabar, majalah, radio, TV dan Film. Salah satu media komunikasi yang akan dibahas adalah majalah. Majalah adalah sarana alat cetak yang berguna yang memberi informasi khalayak ramai atau masyarakat ramai dan salah satunya media massa sangat berperan erat dengan masyarakat. Hal itu disebabkan fungsi majalah adalah untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan kepada masyarakat. Sebagaimana surat kabar, kepada dunia permajalahan pun harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Seperti halnya, surat kabar, para raksasa majalah adalah yang paling menderita. Tetapi, sementara sebagian besar mingguan umum dan sejumlah bulanan umum menghilang, majalah-majalah yang melayani kepentingan-kepentingan khusus menjadi kuat. Hal yang menarik, sebagian terbesar dalam penerbitan selama dua puluh tahun terakhir adalah majalah-majalah khusus seperti sunset, yacting, sport illustrated, Tv guide dan scientific America untuk menyebut sebagian kecil saja. Dalam dunia permajalahan, sekarang bukan lagi era Collier’s dan Saturday Evening Post, dua
3 majalah yang pernah amat jaya dan kini mati. Namun, zaman spesialisasi telah melahirkan majalah-majalah yang sehat. 2 Majalah tidak lain sebagai salah satu media cetak yang ada dan berada ditengah-tengah antar surat kabar dan buku. Seperti halnya surat kabar menyajikan informasi, mempengaruhi pembacanya, menghibur serta memuat iklan. Disamping itu seperti halnya buku, ia memberi penekanan pada kedalaman menyajikan isu-isu atau situasi tertentu. 3 Sebuah majalah, terutama adalah bahan bacaan. Sebagai bahan bacaan majalah harus memenuhi suatu fungsi, yaitu untuk memberikan jawaban kepada rasa ingin tahu pembacanya. Majalah diciptakan untuk membawa berita aktual secara cepat, maka ia juga dipersiapkan dalam waktu yang singkat namun isinya harus cukup banyak, bervariasi dan penyajiannya harus menarik. 4 Majalah juga masuk ke pengalaman pribadi pembacanya. Majalah membantu menghadapi kesepian, menyajikan hal-hal yang menyenangkan untuk dikhayalkan dan mengajarinya berbagai hal baru. Majalah juga dapat memperkuat rasa percaya diri pembacanya menegaskan arti penting peran dan keberadaannya sekaligus meneguh kebijakan dan nilai-nilai yang dimilikinya. 5 Dalam perkembangan pers di Indonesia, khususnya pers cetak majalah juga menjadi salah satu sumber informasi yang sangat penting selain surat kabar. Terlebih lagi setelah pada masa reformasi, bermacam media cetak termasuk majalah terbit dengan mudahnya. Namun sebagian besar media cetak yang 2
Willian L Rivers Cleve Mathews. (1999). Etika Media Massa, hal 41. Jakarta: Gramedia. Wilbur Schramm.(1977). Big Little Media. Beherli hills, Sage Publication, hal 43. 4 Ali Bahtiar. (1995) Teknik Humas, Jakarta. Universitas Terbuka, hal 123. 5 William L Rivers-Jay Jensen Theordore Peterson. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern, hal 240. Jakarta: Gramedia 3
4 mampu bertahan adalah mereka yang memiliki visi dan misi yang jelas dan juga memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya berbeda dengan majalah-majalah lainnya. Majalah memberikan sumbangan dalam meningkatkan pengetahuan kreatifitas remaja hingga dirasakan peranan majalah agama sebagai salah satu media yang dapat dipergunakan oleh pembaca khususnya para remaja untuk meningkatkan wawasan tentang agama Islam. Zaman sekarang ini banyak majalah yang menerbitkan tentang majalah bertema Islam seperti Tarbawi, Sabilillah, Muslimah, Variasi dan salah satunya adalah majalah Hidayah. Majalah Hidayah adalah salah satu majalah yang mampu mempertahankan keberadaannya hingga saat ini. Majalah Hidayah merupakan media Islam tampil dengan sajian yang mengetengahkan berbagai informasi keislaman dengan bahasa yang jujur dan mudah dimengerti oleh pembacanya. Majalah ini lebih menekankan materinya pada kisah-kisah nyata yang mengandung hikmah dan pelajaran bagi pembacanya khususnya remaja. Kisahkisah tersebut disajikan dengan teknik penulisan yang menarik, disertai dengan data yang akurat, sehingga majalah ini disenangi oleh pembaca khususnya kalangan muslim. Kisah nyata yang mengandung hikmah itu merupakan kekuatan tersendiri, yang tidak ditemukan pada majalah-majalah Islamnya. Selain kisah nyata, majalah ini juga menyajikan berbagai informasi keislaman yang beragam mulai dari aqidah, ahlak, fiqih, sejarah hingga tokohtokoh Islam moderen dan pemikirannya. Semua itu terangkum dalam berbagai rubrik yang menarik, seperti Alam Ghaib, Tazkiah, Kisah Nyata, Syi’ar, Tahukan
5 Anta, Serial Neraka dan Surga, Islam di Negri Jiran, serta berbagai informasi aktualitas lainnya. Majalah ini memiliki visi untuk mencerdaskan masyarakat dan menjadi bagian dari media alternatif yang dapat bermanfaat bagi kehidupan berbangsa, dan bernegara. Adapun misi majalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman keislaman masyarakat muslim dan meningkatkan kembali akan makna dan tujuan hidup manusia, sehingga pemahaman tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa remaja merupakan generasi muda yang memegang tongkat estafet untuk menegakkan dan mewarisi cita luhur bangsa di masa depan. Apalagi pada saat ini jumlah remaja di Indonesia adalah cukup besar, yaitu sepertiga dari jumlah penduduk seluruhnya. Generasi harapan bangsa yang memiliki potensi dan valitas serta semangat patriot. Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan orang dewasa. Pada masa transisi ini, para remaja berada pada massa independency dan dependency, hingga jiwa masih labil; hingga pada masa ini para remaja sering mengalami berbagai problema baik problema fisik, psychis maupun sosial. Hal ini terbukti bahwa: 6 Banyak remaja putera puteri pergi ke Biro Konsultasi Psikologi, karena mereka merasa menemui jalan buntu dalam mengatasi masalah mereka. Apakah ini berarti bahwa hanya remaja tertentu saja yang mengalami persoalan dan mencari bantuan orang ahli? Tidak, sebenarnya lebih banyak atau bahkan boleh dikatakan semua remaja mengalami persoalan baik secara sederhana maupun rumit.
6
Ny. Y. Singgih D. Gunarso dan Singgih D. Gunarso. (1983). Psikologi Remaja, hal 8 Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
6 Menurut Dra. Ny. Singgih D. Guarsa : Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai memasuki, yaitu batas umur 12 – 22 tahun sebagai masa remaja. 7 Ajaran-ajaran agama yang diterima pada waktu masih anak-anak akan berkembang dan bertambah subur, apabila dalam menganut kepercayaankepercayaan agama itu tidak mendapat keyakinan yang dipegang teguh melalui pengalaman-pengalaman yang diingatnya. 8 Menurut Tinjauan Psikologi Agama, menganggap kemantangan beragama biasanya terjadi sebelum berumur 24 tahun. Maka dari segi itu remaja mungkin diperpanjang mulai umur 13 sampai dengan umur 24 tahun. 9 Karena seorang anak sebelum 12 tahun, belum sempurna perkembangan akal pikirannya. Baru sesudah itu, sekitar 14 tahun, mulai mampu mengambil kesimpulan-kesimpulan yang abstrak. Mungkin mereka menerimanya atau bahkan menolak serta mengkritiknya. Anak-anak remaja memperoleh didikan kebebasan berpikir, sering ragu atau bimbang atau terhadap ajaran-ajaran agama, terutama dogma-dogma yang memang sulit diterima dengan pemikiran rasional. Ajaranajaran yang non empiris, mereka pertanyakan dengan nada-nada sumbang. Dalam keadaan bimbang dan belum memiliki kemantapan keyakinan agama tertentu itulah sering timbul adanya konversi agama. Boleh jadi seorang remaja berulang kali mengalami disebabkan karena belum konversi agama, menjajagi berbagai
7
Ibid hal 9. H. Sahilun A. Nasir. (1999). Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Prolema Remaja. Hal 155. Jakarta: Kalam Mulia. 9 Ibid hal 156 8
7 agama. Apabila hal itu disebabkan karena belum menemukan apa yang diinginkan dalam agama tertentu, maka diapun lalu mencarinya ke dalam yang lain lagi. 10 Remaja-remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang tidak memberikan kesempatan untuk berfikir logis dan mengritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya menjalankan ibadah dan memelihara nilai-nilai agama hidupnya sehari-hari menolong remaja kebimbangan agama. 11 Perkembangan mental remaja setelah mampu berpikir secara analisis logis itu mempengaruhi pandangan mereka terhadap kepercayaan-kepercayaan agama. Pengertian kaum remaja terhadap keyakinan-keyakinan agama pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan pikiran pada umur remaja itu. 12 Remaja yang hidup dalam lingkungan yang agamis sebagai faktor ekstren, dan dia memiliki kesadaran yang sangat tinggi dalam hidup beragama sebagai faktor intern, akan menghasilkan perilaku keagamaan yang mantap. Dia mampu mengkombinasikan antara faktor-faktor rasional dan emosional secara terpadu. Norma-norma agama ditelusuri dengan analisa-analisa rasional sesuai tingkatan umur remaja yang ingin bebas dan tidak terikat, tetapi dia juga memperhatikan emosinya agar memperoleh tempat yang layak dalam kehidupannya.
10
Ibid hal 156. Ibid 156. 12 Ibid 156. 11
8 Bila melihat orang tua yang sudah berusia senja, tekun beribadah, hal itu ada beberapa faktor. Ketekunan ibadah sebagai pengisi waktu diusia tua yang sudah tidak begitu dibebani oleh tuntutan-tuntutan ekonomi untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Mungkin juga untuk menembus kekhilafankekhilasannya dimasa lalu, di usia muda kurang tekun beribadah dan sebagainya. Namun, apabila terlihat ada anak muda yang tekun beribadah, hal itu akan memperoleh jaminan perlindungan Allah pada hari dimana tidak perlindungan kecuali hanya satu-satunya perlindungan-Nya, seperti diterangkan dalam hadist: 13 “............ Dan anak muda yang tekun beribadah ..........” Lumrah bila orang yang sudah tua itu tekun beribadah. Namun, bila remaja rajin beribadah, sekalipun hal itu bukan langka, tetapi memerlukan perhatian dan bimbingan tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan agama. Wajarlah bila remaja yang demikian itu telah memperoleh jaminan surgawi kelak. Remaja adalah generasi penerus bangsa sangat berharga. Oleh karena itu para remaja sejak dini harus menumbuhkan minat membaca agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang agama. Alasan penulis mengambil remaja komplek pajak karena mereka sudah lama membaca dan berlangganan Majalah Hidayah dan isinya pun bermakna dan berguna untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjalani kehidupan bermasyarakat dengan perasaan yang sangat aman, nyaman dan menambah wawansan atau pengetahuan tentang agama sejak dini.
13
Ibid hal 157
9 1.2 PERUMUSAN MAJALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah penelitian yakni: Bagaimana Efek Kognitif dan Afektif Majalah Hidayah terhadap remaja mengenai ajaran Islam?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini: 1.3.1
Untuk mengetahui bagaimana Efek kognitif (pengetahuan/kesadaran) membaca majalah Hidayah terhadap remaja mengenai Agama Islam?
1.3.2
Untuk mengetahui bagaimana Efek afektif (sikap/kesukaan/kecintaan) remaja terhadap majalah Hidayah?
1.4 SIGNIFIKANSI PENELITIAN
1.4.1
Signifikansi Akademis Liturature dalam studi tentang peranan majalah dalam menjalankan
fungsinya yakni memberikan pengetahuan dan pendidikan agama pada khalayak. Peneliti juga diharapkan dapat memberikan sumbangan studi Jurnalistik khususnya komunikasi.
1.4.2
Signifikansi Praktis Diharapkan manfaat praktis dalam penelitian ini mendapatkan kontribusi
dari pihak yang terkait, dalam hal ini pengelola majalah agama Islami Khususnya majalah Hidayah. Tentang penyajian bacaan untuk remaja.