BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan manusia yang tergolong dalam kebutuhan integratif adalah menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan (Bahri, 2008: 45). Kebutuhan integratif tersebut dapat diwujudkan manusia melalui kesenian. Tari merupakan salah satu dari sekian bentuk kesenian yang dimiliki oleh setiap negara termasuk Indonesia.
Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, namun terdapat satu definisi yang umum, yaitu tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis. Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur utama dari tari adalah tubuh. Tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal (Bahri, 2008: 58).
Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda bergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama. Adapun pengertian tari adalah
2
gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak (wiraga), ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21).
Seni tari merupakan salah satu dari berbagai mata pelajaran yang diberikan bagi anak berkebutuhan khusus di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung. Sekolah ini tidak memiliki guru khusus seni tari yang berlatar belakang pendidikan guru tari. Yang ada hanyalah guru-kelas yang mempunyai minat dalam bidang seni sehingga guru tersebut mengajarkan kesenian di sekolahnya. PK-PLK Dharma Bakti Dharma menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak tunagrahita, tunarungu, dan autis.
Siswa berkebutuhan khusus ini merupakan salah satu kelompok sosial dalam masyarakat yang perlu mendapatkan hak serta perlakukan yang sama, dan adil dalam pendidikan termasuk pelayanan dalam pebelajaran seni tari. Pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini telah diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa: setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Kemudian ayat 2 menyatakan bahwa: warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pernyataan di atas menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosi, mental, intelektual/sosial sehingga terjadi perkembangan yang signifikan dengan
3
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam perkembangannya lembaga pendidikan/ sekolah khusus tidak hanya terdapat di kota-kota besar saja. Namun, di beberapa kecamatan sekolah tersebut telah didirikan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga termasuk pada pasal 32 UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi siswa yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial (Efendi, 2006: 1). Pendidikan anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk membantu anak didik yang menyandang kelainan dalam memperoleh pengetahuan, mengembangkan bakat kreatifitas, kemampuan dan keterampilan yang dapat ditransfer pada kehidupan kerja sebagai mata pencaharian maupun kreasi sebagai hobi atau kesenangan. Proses pembelajaran untuk setiap siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan pelayanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
Tunarungu merupakan siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan fisik dalam hal pendengaran. Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/ dis-/ non-fungsi dari sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus (Sastrawinata, 1975: 10). Penderita gangguan pendengaran
4
ini akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan, dan penyesuaian sosial (Efendi, 2006: 72).
Gangguan pada indera pendengaran merupakan faktor penghambat utama yang akan dialami saat proses pembelajaran khususnya seni tari. Bagi anak normal menari merupakan hal yang biasa. Namun, bagi anak-anak yang menyandang tunarungu menjadi suatu hal yang luar biasa karena anak tunarungu mengandalkan indera penglihatannya secara optimal sebagai kompensasi dari tidak berfungsinya indera pendengarannya dalam menarikan dan menyesuaikan iringan musik dalam sebuah tarian.
Pembelajaran yang berhubungan dengan ketangkasan dan keterampilan, biasanya guru menggunakan metode drill/ latihan sebagai metode utama saat proses pembelajaran. Teknik latihan/ drill merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Metode drill/ latihan bertujuan untuk mengukur kerampilan motorik dan kecakapan intelek (Roestiyah, 2008: 125).
Dipilihnya PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi sebagai tempat penelitian karena adanya ketersediaan data. Berdasarkan wawancara pra observasi yang dilakukan peneliti dengan pembina ekstrakurikuler anak tunarungu tanggal 19 Januari 2014, PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi telah menerapkan pembelajaran seni tari di dalam kelas pada setiap jenjang pendidikan tunagrahita, tunarungu, dan autis. Pembelajaran tari di dalam kelas ini tidak berlangsung
5
maksimal, karena setiap kelas pada masing-masing jenjang pendidikan didominasi oleh siswa laki-laki yang tidak mempunyai minat dalam mempelajari praktik tari. Oleh karena itu, proses praktik tari terkadang hanya dilaksanakan sekedarnya saja. Praktik tari yang sesungguhanya dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tari ini hanya diperuntukkan bagi siswa tunarungu karena pada dasarnya kemampuan intelegensi siswa tunarungu sama dengan siswa normal umumnya sehingga masih memungkinan untuk dapat menarikan sebuah tarian, sedangkan siswa tunagrahita mempunyai intelegensi di bawah rata-rata dan siswa autis mempunyai perilaku hiperaktif yang sulit dikondisikan.
Tercatat sebanyak 8 siswa perempuan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari, masing-masing 1 siswa dari tingkat SDLB, 3 siswa dari tingkat SMPLB dan 4 siswa dari tingkat SMALB. Penyebab ketunarunguan yang dialami pada setiap siswa, yaitu tunarungu sejak lahir, tunarungu akibat kecelakaan dan sakit sewaktu masa kanak-kanak. Selain penyebab ketunarunguan, kondisi pendengaran pada setiap siswa pun juga berbeda-beda, 2 siswa masih mempunyai sisa pendengaran (tunarungu sedang) dan 6 siswa lainnya tidak mempunyai sisa pendengaran (tunarungu total).
Guru menggunakan metode drill/ latihan dalam pelaksanaan proses pembelajaran tari. Guru berpendapat bahwa metode dirll/ latihan ini sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran tari karena dengan metode ini siswa yang tidak bisa menari dengan berlatih secara berulang-ulang pada akhirnya akan mampu menarikan tarian yang diajarkan oleh guru. Meskipun saat pembelajaran tari guru tidak menuntut siswa untuk dapat menarikan sebuah tarian dengan sangat baik
6
melainkan sesuai dengan kemampuan siswanya. Selain itu, dalam memperlancar proses penyampaian materi pembelajaran tari, guru menggunakan metode khusus tunarungu dalam berkomunikasi, yaitu metode oral dan metode isyarat.
Materi tari yang akan diberikan adalah tari halibambang. Tari halibambang ini merupakan tarian tradisional yang sederhana dan berasal dari provinsi Lampung. Selain itu juga, menurut guru pembina ekstrakurikuler tingkat kesulitan tarian ini tidak terlalu tinggi sehingga siswa tunarungu akan mampu menarikan tarian ini.
Tari halibambang merupakan tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang beterbangan dengan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tari halibambang adalah sifat keagungan dan keindahan, serta kesopanan gadis atau putri dalam menyapa para tamu. Pada mulanya tari halibambang merupakan tarian keluarga Lampung Sekala Brak dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan keluarga Sekala Brak yang terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, pada acara nyambai. Setelah mengikuti perkembangan zaman, tarian ini sekarang sudah bisa dikembangkan sebagai tari tontonan atau sering disebut penyajian estetis (Mustika, 2013: 263).
Penelitian mengenai pembelajaran dengan materi tari halibambang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti diantaranya, Arum Puspita Sari dengan judul Pembelajaran Tari Halibambang dengan Metode Latihan di SMP N 8 Bandar Lampung dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil pembelajaran tari halibambang dengan menggunakan metode latihan di SMP N 8 Bandar
7
Lampung. Meita Widya Hapsari dengan judul Pembelajaran Gerak Tari Halibambang Melalui Metode Demonstrasi di SMA N 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil pembelajaran gerak tari halibambang melalui metode demonstrasi di SMA N 1 Seputih Agung. Selian itu juga, terdapat kesamaan subjek dan tempat penelitian yang pernah dilakukan oleh Gatra Agnesia dengan judul Pembelajaran Tari Sigeh Penguten pada Anak Tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi, Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan mendeskripsikan proses dan hasil pemebelajaran tari pembelajaran tari sigeh penguten pada anak tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan kajian penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, belum ada peneliti yang mengkaji tentang pembelajaran tari halibambang pada anak tunarungu. Dengan demikian, untuk menambah referensi mengenai penelitian pembelajaran dengan materi tari halibambang, peneliti berencana mengkaji lebih mendalam mengenai pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PKPLK Dharma Bakti-Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah proses pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015? 2. Bagaimanakah hasil pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti
8
Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pada penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015. 2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut. 1. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menggambarkan tentang bagaimana proses pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu. 2. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menumbuhkan percaya diri dan keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran tari. 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru dan semua pihak sekolah di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung untuk mengetahui keterampilan setiap siswa terhadap pembelajaran tari halibambang. 4. Diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan atau informasi peneliti tentang bagimana melakukan sebuah penelitian.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian. 1.
Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari halibambang menggunakan metode drill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
2.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa tunarungu PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berjumlah 8 siswa perempuan, 2 siswa masih mempunyai sisa pendengaran (tunarungu sedang) dan 6 anak tidak mempunyai sisa pendengaran (tunarungu total).
3.
Tempat Penelitian Tempat penelitian ini bertempat di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi yang beralamatkan Jalan Teuku Cikditiro No.46 Kemiling, Bandar Lampung.
4.
Waktu Penelitian Waktu penelitian ini adalah tahun ajaran 2014/2015