BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada umumnya menyelenggarakan dua jenis pelayanan yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kesehatan medis, pelayanan kesehatan penunjang medis, fisioterapi dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit-unit seperti gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Dalam perkembangannya, rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan yang bersifat kuratif tapi juga pemulihan. Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan dan pencegahan. Atas dasar itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan holistik (Bestari, 2011). Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng yang untuk selanjutnya disebut RSUD Kabupaten Buleleng merupakan rumah sakit rujukan di daerah Bali Utara. RSUD Kabupaten Buleleng selalu berkomitmen untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Aktivitas pelayanan kesehatan yang telah dilakukan setiap tahunnya dievaluasi dan dilaporkan dalam bentuk laporan tahunan dengan mengedepankan pencapaian kinerja dan pelayanan di semua instalasi rumah sakit yang dibandingkan dengan standar pelayanan minimal yang harus dicapai. RSUD Kabupaten Buleleng berstatus BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) mulai tahun 2009. Dengan status BLUD, RSUD Kabupaten Buleleng
1
terus melakukan pembenahan organisasi dan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Menurut Direktur RSUD Kabupaten Buleleng dalam laporan tahunan tahun 2011, kinerja RSUD Kabupaten Buleleng dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami kemajuan (Laporan Tahunan RSUD, 2011). Grafik 1.1 menunjukkan jumlah kunjungan pasien RSUD Kabupaten Buleleng mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2010. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan pasien dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebesar 52.867 orang dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 12.073 orang.
Sumber: Bagian PPI RSUD Kabupaten Buleleng
Peningkatan
jumlah
kunjungan
pasien
ini
juga
diikuti
dengan
meningkatnya jumlah pendapatan sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1.2. Dari grafik 1.2, dapat dilihat jumlah pendapatan RSUD Kabupaten Buleleng dari tahun
2
2009 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut jumlah kunjungan pasien cukup tinggi dan berakibat juga pada peningkatan pendapatan RSUD Kabupaten Buleleng.
Sumber: Bagian PPI RSUD Kabupaten Buleleng
Laporan tahunan juga menyajikan perbandingan anggaran dan realisasi belanja RSUD Kabupaten Buleleng (Tabel 1.1). Dari tabel 1.1, dapat dilihat jika capaian anggaran belanja RSUD rata-rata mencapai 93% dari anggaran yang ditetapkan. Dengan angka 93% bisa dikatakan bahwa RSUD Kabupaten Buleleng telah melakukan upaya penghematan dalam penggunaan anggaran rumah sakit karena anggaran yang digunakan tidak 100%. Hal itu bisa dibuktikan dari persentase penggunaan anggaran di tahun 2011 yang lebih kecil dibandingkan di tahun 2010. Padahal jumlah pasien di tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun 2010. Jadi bisa dikatakan kinerja keuangan RSUD adalah baik.
3
Tabel 1.1 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja RSUD Kabupaten Buleleng Tahun 2009-2011 Tahun 2009
Anggaran Belanja 46.295.345.763
Realisasi Belanja 45.636.276.199
2010 58.927.417.490 57.246.146.797 2011 43.834.336.185 41.913.048.861 Rata-Rata Sumber: Laporan tahunan RSUD Kabupaten Buleleng
% 91,50 97,15 89,91 93%
Data-data di atas secara umum menunjukkan bahwa kinerja RSUD Kabupaten Buleleng mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien yang diikuti dengan peningkatan pendapatan. Dari laporan anggaran dan laporan realisasi belanja RSUD Kabupaten Buleleng, terlihat adanya upaya penghematan dalam penggunaan anggaran belanja rumah sakit. Terlepas dari itu semua, masih ada beberapa permasalahan yang muncul dari sisi non finansial. Permasalahan-permasalahan tersebut di angkat oleh beberapa media cetak. Harian Bali Tribun memberitakan tentang seorang pasien asal Desa Sangsit, Heri Uslan, Rabu (13/4) dirujuk ke IRD RSUD Kabupaten Buleleng akibat sesak nafas. Guna memperoleh haknya, montir ini melengkapi persyaratan JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) yang telah ditentukan. Namun pihak rumah sakit menolak pasien tersebut dengan dalih ruang kelas III penuh, pihak RSUD sempat menyuruh keluarga agar pasien melakukan rawat jalan. Melihat kondisi pasien, pihak keluarga menolak dan terpaksa membayar ratusan ribu untuk pelayanan kelas II yang diterimanya tak lebih dari 10 jam. Yang menjadi permasalahan disini apakah memang benar ruang kelas III telah
4
penuh atau hal itu disebabkan karena pasien tersebut menggunakan JKBM? (http://rsud.bulelengkab.go.id/, dikutip dari Harian Bali Tribun 15/04/2012) Harian Detik Bali memberitakan satu kasus yang pernah terjadi di RSUD Kabupaten Buleleng yakni masalah ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah seorang pasien di ruangan Sakura kepada Detik Bali mengeluhkan WC di ruangan Sakura pada malam hari gelap gulita. Ruangan WC ini, demikian sumber yang meminta namanya untuk tidak dikorankan, mengatakan pada malam hari keluarga pasien atau pasien yang berada di ruangan Sakura kesulitan untuk membuang air besar dan kecil karena WC-nya tidak dilengkapi dengan lampu listrik (http://metro.kompasiana.com/2011/12/28/). Bisnis Bali mengangkat berita mengenai kasus penjualan Vaksin Anti Rabies (VAR) yang dilakukan oleh RSUD Kabupaten Buleleng. Padahal sebenarnya VAR tidak boleh diperjual belikan. Obat ini diberikan secara gratis kepada pasien yang tergigit anjing. Namun oleh pihak RSUD obat ini dijual seharga Rp 188.000 kepada masyarakat. Hal ini membuat manajemen RSUD dituding
sengaja
berbisnis
untuk
mencari
keuntungan
(http://www.bisnisbali.com/2009/11/30/). Dengan adanya kasus-kasus yang telah diberitakan oleh berbagai media cetak tentu kinerja RSUD Kabupaten Buleleng dipertanyakan, apakah dapat diambil kesimpulan bagi pihak manajemen bahwa kinerja RSUD Kabupaten Buleleng sudah baik?. Atau apakah pengukuran kinerja dari aspek finansial (pendapatan dan penggunaan anggaran rumah sakit) sudah dapat menggambarkan capaian kinerja rumah sakit secara komprehensif?.
5
Pada kenyataannya para pengambil kebijakan pada saat mengambil keputusan tidak hanya membutuhkan informasi tentang capaian kinerja finansial saja namun juga informasi non finansial. Informasi non finansial yang dibutuhkan seperti tingkat kepuasan pasien, cara rumah sakit meningkatkan pelayanan dan tingkat kepuasan para pegawai rumah sakit terhadap sistem manajemen yang diterapkan. Dengan demikian para pengambil keputusan bisa mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kinerja rumah sakit. Konsep penilaian kinerja yang memperhatikan keseimbangan antara kinerja finansial dan non finansial, aspek internal dan eksternal, serta memberikan informasi kinerja jangka pendek dan jangka panjang disebut dengan metode penilaian kinerja balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (Wirasata, 2010). Balanced scorecard mulai diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 dengan diterbitkannya sebuah artikel berjudul “ Balanced Scorecard Measures That Drive Performance” dalam Harvard Business Review (Yuwono, 2006). Balanced scorecard memperhatikan keseimbangan antara kinerja finansial dan non finansial, aspek internal dan eksternal, serta memberikan informasi kinerja jangka panjang dan jangka pendek. Balanced scorecard memiliki empat perspektif dasar yang bisa digunakan untuk menilai kinerja suatu organisasi, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Kaplan dan Norton, 1996). Dewasa ini, ada banyak organisasi sektor publik yang mulai mengadopsi konsep balanced scorecard baik itu di Indonesia maupun di negara-negara lain. Organisasi sektor publik tersebut beberapa di antaranya adalah Kementrian
6
Keuangan di Indonesia, Departement Of Energy Federal Procurement System di Amerika dan Defence Financial Accounting Services (DFAS) yaitu organisasi keuangan terbesar di Amerika Serikat (Wirasata, 2010). RSUD Kabupaten Buleleng yang juga merupakan organisasi sektor publik perlu melakukan penilaian kinerja dengan metode balanced scorecard. Dengan adanya kasus-kasus yang telah disebutkan sebelumnya dapat dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa ada indikasi kinerja RSUD yang kurang baik. Karena itu dengan metode balanced scorecard, kinerja organisasi bisa dinilai secara komprehensif, tidak hanya dari sisi finansial tapi juga non finansial. Dengan mengaplikasikan metode balanced scorecard sebagai penilai kinerja akan terlihat bagaimana kinerja RSUD Kabupaten Buleleng yang sesungguhnya. Berdasarkan uraian-uraian yang ada pada latar belakang tersebut, maka permasalahan dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah kinerja RSUD Kabupaten Buleleng jika dinilai dengan metode balanced scorecard?”
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
kinerja
RSUD
Kabupaten
Buleleng
dengan
menggunakan balanced scorecard. 1.2.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai konsep balanced scorecard. Selain itu juga penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan atau tambahan referensi bagi pembaca yang ingin meneliti mengenai penerapan metode balanced scorecard. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap operasional dan kebijakan RSUD Kabupaten Buleleng mengenai penilaian kinerja dengan konsep balanced scorecard. Dimana konsep balanced scorecard tidak hanya mencakup dari perspektif keuangan namun juga persepektif non keuangan sebagai tolak ukur kinerja organisasi. Sehingga konsep balanced scorecard diharapkan bisa diterapkan di masa mendatang
1.3 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran umum mengenai proposal penelitian ini, maka dalam penulisannya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Bab I
Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian
dan
sistematika penulisan. Bab II
Kajian Pustaka Bab ini berisi uraian mengenai teori-teori dan konsep yang relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan
8
yang ada antara lain: sektor publik, pengertian penilaian kinerja, pendekatan penilaian kinerja, pengertian balanced scorecard, kelebihan penilaian kinerja dengan balanced scorecard dan rumah sakit. Bab III
Metode Penelitian Bab ini berisi uraian mengenai metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah meliputi: lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, instrumen penelitian serta teknik analisis data.
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini berisi uraian mengenai gambaran umum RSUD Kabupaten Buleleng serta hasil penelitian dan pembahasan hasil dari penelitian tersebut.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian pada bab sebelumnya dan saran-saran yang bermanfaat.
9