BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai lahan perkebunan yang luas yang terdiri dari berbagai macam pertanian organik dan non organik yang banyak menyerap tenaga kerja local seperti industri bahan mentah (karet, kertas,minyak,) dan industri pangan. Dengan berkembangnya industri dan teknologi yang mendunia yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin membuat hidup manusia yang semakin praktis mengakibatkan bertambahnya jumlah kebutuhan manusia untuk hidup lebih modern.Masuknya modernisasi ke Indonesia banyak merubah tatanan masyarakat secara sosial, ekonomi, budaya dan politik. Modernisasi pada awalnya dilaksanakan sebagai usaha untuk menguji prospek pembangunan yang dilakukan oleh Negara dunia ketiga. Hal ini pertama kali muncul pada tahun 1950-an setelah perang dunia kedua, Ini dilakukan di suatu Negara untuk mengembangkan suatu daerah dari tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju dan modern, serta membuat masyarakat memiliki bentuk dan struktur yang serupa. Perubahan dan
pembangunan yang di lakukan oleh negara satelit (maju) terhadap negara dunia ketiga banyak
menyisakan
ketergantungan
yang
lebih
menguntungkan
negara
satelit.Derasnya laju globalisasi yang di dukung oleh perdagangan bebas saat ini banyak menyisakan dampak buruk bagi industri local, banyaknya produk dari luar negeri yang berkualitas dan relative lebih murah yang masuk ke Indonesia menyebabkan hasil penjualan produk dalam negeri menjadi lebih berkurang dan menimbulkan kurangnya permintaan dan PHK pun tak terelakan.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memodernisasikan negara yaitu dengan membangun kebutuhan infrastruktur (perkantoran, jalan, terminal dan kepentingan umum) yang menyerap banyak tenaga kerja. Perubahan dan perkembangan dunia yang mengglobal banyak menimbulkan pembangunan dimana-mana seperti pembangunan pabrik-pabrik, apartment, perkantoran dan sarana pendukung seperti jalan, pajak, terminal dan bandara yang membutuhkan ratusan hektaran lahan, yang banyak menyempitkan lahan pertanian. seperti layaknya pembangunan bandara kuala namu yang memakan ribuan hektar lahan pertanian yang terdiri dari perkebunan PTPN ll, perkebunan warga, serta pemukiman warga yang banyak menyisakan dampak buruk bagi buruh tani dan pertanian masyarakat daerah sekitar pembangunan dan Pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi makin luas. Pembangunan bandara kuala namu adalah upaya pemerintah dalam pemindahan bandara polonia yang dikarenakan bandara tersebut sudah tidak layak lagi dijadikan bandara karena kapasitas bandara tidak dapat menampung penumpang yang melonjak drastis pertahun dan demi keselamatan penerbangan Bandara polonia akan dipindahkan ke desa beringin kecamatan deli serdang. Kawasan Kuala Namu merupakan salah satu sentra produksi pangan di Kabupaten deli serdang. Dengan pengalih fungsian lahan tersebut, pasti akan berpengaruh terhadap produksi pangan dan pergeseran jenis pekerjaan di daerah Deli Serdang. Pembangunan Bandara Kuala namu bahkan diperkirakan akan menyebabkan pengalih fungsian lahan di sekitarnya hingga puluhan ribu hekta, Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh kepala dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura Sumut bahwa Salah satu konsekuensi yang harus ditanggung dari pembangunan Bandara
Universitas Sumatera Utara
Kuala namu adalah menyempitnya lahan pertanian pangan akibat beralih fungsi menjadi bangunan fisik sarana pendukung, (Bintara Thahir, Medan Bisnis, 18 Juli 2006). Desa Beringin adalah salah satu dari 11 desa yang terkena dari pengaruh pembangunan Bandara kuala namu, yang berjarak 1 kg meter dari bandara luas desa beringin sebelum pembangunan Bandara adalah 430 Ha dan kini menjadi 310 Ha yang berbatasan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ramunia II, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoarjo Ramunia , sebelah Barat berbatasan dengan pembangunan Bandara Kuala Namu. Desa beringin terdiri dari 8 Dusun yang berpenduduk dari suku yang beraneka ragam yaitu suku Melayu, Jawa, Minang, Tapanuli, Kalimantan, dan keturunan Tionghoa yang hidup berdampingan dengan mayoritas masyarakat Jawa. Akhir tahun 2006 jumlah penduduknya berkisar 6,951 yang terdiri dari laki-laki 3.391 jiwa dan perempuan 3.351 jiwa yang mayoritas berprofesi sebagai Petani dan buruh tani sebagian kecil adalah pedagang, Nelayan, dan Pegawai Negri (Data Demografi Desa). Pada akhir maret 2007 jumlah penduduk desa beringin adalah 6.975 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.412 jiwa dan perempuan berjumlah 3.563 jiwa yang juga mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh tani sebagian kecil adalah pedagang, nelayan dan pegawai negeri (Data Demografi Desa). Pembangunan bandar udara yang akan diprediksi memakan ribuan hektar di Desa Beringin ini semua akan menimbulkan dampak pergeseran peralihan baik secara sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Namun dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di desa beringin yang menimbulkan perubahan jenis pekerjaan penduduk yang semakin bertambah.
Universitas Sumatera Utara
Berangkat
dari
realitas
tersebut
maka
seiring
dengan
perkembangan
pembangunan tersebut pengalih fungsian tentu tidak akan bisa dihindari, contohnya saja untuk pembangunan perumahan, perkantoran dan fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas bandara. Akan tetapi ini merupakan hal logis yang harus dihadapi dalam sebuah pembangunan.
Wilayah Desa Beringin yang berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan air Laut, Dan suhu udara rata-rata adalah antara 23 s/d 32 derajat Celcius diharapkan dapat menjadi pengganti bandara polonia. Sebelum adanya pembangunan bandara di desa beringin jumlah desa terdiri dari 11 dusun. Adapun beberapa dusun yang sebelum pembangunan bandara Kuala Namu masih eksis adalah Dusun Lestari, Dusun Kamboja dan Dusun Rumbia. Sebagai catatan dusun Melati 2/3 luas wilayahnya juga sudah di bangun bandara tersebut yang luas arealnya adalah 120 Ha. Desa Beringin yang terletak di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu desa yang terkena imbas langsung dari pembangunan bandara Kuala Namu diantara berbagai desa lainnya yang juga terkena dampak dari derap pembangunan bandara tersebut. Proyek pembangunan Kuala Namu kini sudah mencapai 14 tahun dari umur pembangunannya yang sejak tahun 1997 dilaksanakan oleh P.T Angkasa Pura sebagai salah satu BUMN dengan 3 Sub Kontraktor, yaitu P.P (untuk pembebasan lahan), P.T. Lampiri (Pembangunan Landasan Pacu) dan P.T. Waskita (Pembangunan pondasi dan infrastruktur bandara). Dalam prosesnya ternyata masyarakat Desa Beringin tidak banyak dilibatkan di dalamnya, walaupun hanya sebagai pekerja borongan. Hingga kini para pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
dipakai dalam pembangunan ini banyak didatangkan dari luar desa atau bahkan dari luar pulau Sumatera. Para penduduk setempat hanya diberikan kesempatan bekerja sebagai secuirity atau satpam, itupun prosesnya sangat sulit karena untuk menjadi satpam ditempat itu harus memiliki sertifikat dari Polda (Polisi Daerah) atau dari lembaga pengamanan swasta. Akan tetapi disisi lain perkembangan pembangunan tersebut pada praktiknya menimbulkan dampak baik secara positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar dalam berbagai aspek dari derap pembangunan. Pada beberapa titik tertentu pembangunan yang dilaksanakan pemerintah rentan mengalami dampak yang negatif khususnya bagi masyarakat petani. Hal itu dikarenakan dalam banyak hal pemerintah ataupun pihak swasta yang dimandatkan untuk menyelenggarakan pembangunan sering kali mengesampingkan
faktor-faktor
tertentu
yang
mengakibatkan
terkorbankannya
masyarakat petani. Dalam pembangunan bandara Kula Namu pemerintah mengharapkan akan adanya banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar antara lain adalah untuk membuka lahan pekerjaan yang luas bagi masyarakat dan sekaligus sebagai bagian dari langkah pemerintah untuk memodernisasikan masyarakat. Hal ini akan membawa dampak keuntungan positif bagi masyarakat seperti para pedagang di bibir jalan dan para perencana serta pelaku pembangunan lainnya karena akan meningkatkan penghasilan dan penghidupan yang layak. Akan tetapi ironisnya harapan pemerintah tersebut tak menjadi kenyataan karena realitas yang terjadi adalah para petani dan masyarakat lainnya menjadi pihak yang dirugikan dalam proses pembangunan Mereka terpaksa kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian akibat lahan pertanian mereka telah habis terjual dengan harga
Universitas Sumatera Utara
yang kurang pantas dan ternyata mereka tidak dilibatkan sebagai angkatan pekerja produktif dalam proyek tersebut. Tentu saja hal itu membuat masyarakat menjadi semakin tertindas dan miskin, karna situasi ini akan membawa pengaruh yang sangat rentan bagi para petani untuk beralih mata pencaharian ke sektor informal yang belum jelas prospeknya (perspektif masyarakat terhadap pembangunan bandara kuala namu; 2008). Maka berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap Okupasi penduduk di sekitar bandara”. Hal ini tentu tidak terlepas dari realita masyarakat dan gejala-gejala yang di timbulkan dari pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut. 1.1. Perumusan masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pembangunan bandara terhadap pergeseran jenis pekerjaan masyarakat sekitar? 2. Jenis pekerjaan apa sajakah yang bertambah akibat pembangunan Bandara kuala namu di desa Beringin? 3. Jenis pekerjaan apa sajakah yang paling dominan bergeser?
1.2. Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan bandara terhadap jenis pekerjaan masyarakat di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang akibat pembangunan Bandara Kuala Namu. 2. Untuk mengetahui okupasi/jenis pekerjaan apa yang berkembang akibat pembangunan Bandara Kuala Namu. 3. Untuk mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang banyak dirugikan dari pembangunan bandara kuala namu. 4. Untuk mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang paling dominan bergeser? 1.4. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berfaedah untuk menambah pengetahuan, wawasan kita tentang pengaruh pembangunan bandara kuala namu terhadap peralihan dan pergeseran Okupasi penduduk di sekitar Bandara : 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan kemampuan serta wawasan peneliti mengenai peralihan dan pergeseran Okupasi masyarakat di sekitar Bandara sebagai pengaruh dari pembangunan Bandara Kuala Namu. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap departemen sosiologi Fisip USU. 2. Manfaat Praktis Menambah dan meningkatkan kemampuan serta wawasan penulis dalam memahami proses peralihan dan pergeseran Okupasi masyarakat petani sebagai bagian dari dampak pembangunan bandara Kuala Namu. Menjadi perbandingan bagi penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Diharapkan menjadi sumbangan bagi khasanah kepustakaan yang bermutu. Penelitian ini di harapkan mendapatkan fakta-fakta dari pengaruh pembangunan bandara yang ditimbulkan terhadap jenis mata pencaharian masyarakat petani di desa Beringin. Menjadi rujukan pemerintah dan pihak pengelola bandara dalam memberikan solusi yang positif untuk perkembangan masyarakat sekitar Bandar yang kehilangan pekerjaan.
1.5. Kerangka teori Landasan telaah yang akan di gunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teori modernisasi dan perubahan sosial. Teori modernisasi terlihat sebagai usaha berbagai disiplin untuk menguji prospek pembangunan Negara dunia ke tiga. Sedangkan teori perubahan sosial melihat nilai-nilai atau budaya dan status masyarakat yang bergeser. Untuk setiap disiplin dalam pendekatannya yang khusus memberikan sumbangan yang khas untuk mengidentifikasi masalah-masalah pokok modernisasi dan perubahan sosial dan mencoba memberikan jalan keluarnya. Satu perangkat asumsi teori modernisasi berasal dari konsep-konsep dan metafora yang di turunkan dari teori evolusi. Menurut Berry (2003) nilai adalah hasil dari interaksi sosial, masyarakat dan bukan individu. Selain itu, nilai sosial bisa dirumuskan sebagai parameter secara sosial terhadap bentuk-bentuk kehidupan, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Nilai bersifat tidak real sehingga harga dari nilai di ukur berdasarkan struktur yangg ada dalam masyarakat. Nilai berfungsi untuk menetapkan dan membentuk cara berpikir tentang
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang ideal. Kehidupan manusia berpola pada nilai sosial. Nilai tersebut merupakan tolok ukur dan orientasi bagi setiap individu dalam pergaulan masyarakat. Nilai inilah yang menjadi sumber dinamika masyarakat yang senantiasa mengalami pergeseran serta adaptasi, Pergeseran serta penyesuaian yang terjadi pada akhirnya akan menimbulkan suatu perubahan sosial. Menurut Samuel Koenig dalam (Maryati, 2001:45), perubahan sosial merujuk terhadap modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi tersebut bisa terjadi akibat pengaruh faktor dari dalam maupun luar. Dan perubahan kini bergulir begitu kuat hingga mendobrak dan menggeser nilai yang ada sebelumnya serta mampu menggoyahkan akar tradisi yang kokoh.
Menurut teori evolusi perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan yang searah, linear, progresif dan perlahan-lahan yang membawa masyarakat berubah dari tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju. Teori Modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan pambangunan masyarat adanya perubahan sikap mental penduduk negara berkembang. Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat kegagalan pembangunan pada negara berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar yang menjadi landasan teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.
Universitas Sumatera Utara
Kritik terhadap teori modernisasi lahir seiring dengan kegagalan pembangunan di negara dunia ketiga dan berkembang menjadi sebuah teori baru yaitu teori dependensi. Frank (1984) mencoba mengembangkan teori dependensi dan mengemukakan pendapat bahwa keterbelakangan pada negara dunia ketiga justru disebabkan oleh kontak dengan negara maju. Teori dependensi menjadi sebuah perlawanan terhadap teori modernisasi yang menyatakan untuk mencapai tahap kemajuan, sebuah negara berkembang harus meniru teknologi dan budaya negara maju. Frank memberikan kritiknya terhadap pendekatan-pendekatan yang menjadi rujukan teori modernisasi, antara lain pendekatan indeks tipe ideal, pendekatan difusionis dan pendekatan psikologis
Para teoritisi perspektif modernisasi secara implisit membangun kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut : 1. Modernisasi merupakan proses bertahap. Teori Rostow, misalnya membedakan berbagai fase perkembangan ekonomi yang hendak dilalui oleh setiap masyarakat dari tahap primitif ke tahap sederhana dan menuju ke tahap yang maju dan kompleks. 2. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini, dengan modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat dengan tendensi dan struktur yang serupa. 3. Modernisasi terkadang terwujud dalam bentuk lainnya sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi, misalnya pada sikap yang berlebihan dalam memuji keberhasilan negara dunia ke tiga. Dalam arti segala perubahan atau pembangunan di negara dunia ke tiga mencontoh negara yang maju.
Universitas Sumatera Utara
4. Modernisasi juga bukan suatu proses yang bergerak mundur. Proses modernisasi tidak dapat dihentikan. Dengan kata lain, ketika sudah terjadi kontak negara dunia ke tiga dengan negara maju, negara dunia ke tiga tidak akan mampu untuk menolak melakukan upaya modernisasi. 5. Modernisasi merupakan perubahan yang progresif. Sekalipun efek samping maupun korban modernisasi beraneka ragam dan terkadang di luar batas-batas nilai kemanusiaan dan moral universal. Bagi Coleman, sistem politik modern memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efesien dalam melaksanakan fungsi-fungsi masyarakat di banding sistem politik tradisional. 6. Modernisasi memerlukan waktu yang panjang untuk mencapai tahap yang lebih maju. Apapun bekal pemahamannya teoritisnya, perubahan setiap konsumen modernisasi, baik dalam proses industrialisasi ataupun differensiasi struktural akan di kaji dalam teori modernisasi sebagai perubahan sosial dalam tingkat nasional. Oleh karena itu teori modernisasi juga memberikan rumusan kebijakan pembangunan. 1.6. Hipotesis Ha:Adanya pengaruh pembangunan Bandara Kuala namu terhadap Okupasi masyarakat sekitar bandara. Ho:Tidak adanya pengaruh pembangunan bandara Kuala namu terhadap Okupasi masyarakat sekitar bandara. 1.7. Definisi Konsep
pengaruh pembangunan adalah sebab atau akibat baik positif atau Negatif yang ditimbulkan dari proses perencanaan yang terorganisir, sistematis, yang bertujuan
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik dan diselenggarakan oleh pemerintah / swasta yang bertahap demi kepentingan umum yang menimbulkan peralihan dan pergeseran Okupasi penduduk.
Bandara Kuala Namu adalah sebuah Bandar udara yang akan dibangun di Desa Beringin Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang yang pada awalnya adalah sebagai proses pemindahan Bandara Polonia demi keselamatan penerbangan.
Kuala Namu adalah sebuah PTPN yang berfokus pada penanaman kelapa sawit yang terletak di desa Beringin, kecamatan deli serdang.
Okupasi penduduk adalah Okupasi berasal dari kata Occupation yaitu:jenis atau tipe pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa beringin.
Pergeseran Nilai adalah perubahan yang terjadi dalam pemaknaan terhadap suatu bentuk kehidupan yang diakibatkan oleh pengaruh dari luar ataupun adanya pembangunan yang berskala besar dan demi kepentingan umum yang di selenggarakan oleh pemerintah. Dalam konteks ini adalah mengenai jenis pekerjaan.
1.7. DEFENISI OPERASIONAL Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitiaan yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga
dengan pengukuran tersebut dapat
diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendulang untuk dianalisa dari variablevariabel tersebut, (Singarimbun,1989 : 46). Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memaskan unit-unit dalam kategori
Universitas Sumatera Utara
tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Variabel dari penelitian ini adalah pengaruh pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap masyarakat sekitar bandara. Variabel dari pengaruh Positif, indikatornya adalah :
Bertambahnya jenis pekerjaan pada masyarakat di sekitar bandara.
Naiknya pasaran harga tanah di sekitar pembangunan bandara.
Perkembangan pembangunan pada bidang industri jasa.
Bertambahnya dana bantuan untuk kepentingan umum seperti pengrehapan rumah ibadah, puskesmas, sekolah,perkantoran dan perbaikan jalan umum.
Variabel pengaruh negatif, indikatornya adalah :
Pergeseran budaya lokal,nilai-nilai dan jenis pekerjaan masyarakat.
Polusi udara yang diakibatkan oleh debu pengangkutan tanah timbun dan alat-alat berat.
Banyak lahan pertanian yang dijual sehingga mengakibatkan para petani yang biasanya bertani harus dapat menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya yang baru.
Hasil tangkapan yang didapat nelayan semakin berkurang yang diakibatkan oleh penggerukan pasir pantai.
Rusaknya irigasi yang diakibatkan oleh tembok bandara yang menutup aliran irigasi sawah antar dusun.
Jumlah pengangguran meningkat.
Rusaknya jalan.
Terjadinya konflik
Universitas Sumatera Utara