BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya mobilitas penduduk diantaranya terbatasnya lapangan pekerjaan dan kurangnya sarana pendidikan. Tingkat upah yang tinggi, tersedianya lapangan pekerjaan, tersedianya sarana pendidikan, kesehatan dan hiburan merupakan faktor penarik masyarakat desa melakukan mobilitas ke perkotaan. Meningkatnya pendapatan
masyarakat,
perkembangan
alat
transportasi
dan
komunikasi
mempermudah terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah banyak penduduk dari luar daerah masuk ke Bali dari menggeluti pekerjaan-pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh orang Bali, misalnya pekerjaan panen di persawahan, pekerjaan-pekerjaan kasar seperti pembuatan jalan, menggali got, pekerjaan-pekerjaan di sektor informal, dan sebagainya. Pertumbuhan penduduk di pedesaan lebih cepat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga bagi mereka yang sebagian besar baru masuk angkatan kerja menemui kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam situasi seperti ini kebanyakan penduduk pergi keluar desa terutama ke kota untuk mencari pekerjaan tetap atau sementara (Effendi, 1992:1). Daerah perkotaan sudah lama dipandang
1
sebagai pusat kemajuan dan pembangunan, pusat pemasaran berbagai barang dan ide, tempat berkembangnya suatu bentuk masyarakat yang didasarkan pada perjanjian timbal balik, cermin untuk dijadikan teladan, tempat bertemunya aneka ragam paham dan aliran serta pusat peradaban dan kebudayaan. Hal inilah yang menjadikan daya tarik daerah perkotaan sehingga membuat penduduk daerah pedesaan beramai-ramai datang ke kota yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Kota dianggap sebagai daerah yang penuh kemajuan bertentangan dengan desa yang dianggap terbelakang dan belum maju (Departemen P & K, 1992). Denpasar merupakan salah satu daerah tujuan penduduk desa melakukan mobilitas untuk mencari pekerjaan, selain itu kota yang memiliki perkembangan industri juga menjadi sasaran para pendatang. Alasan untuk melanjutkan pendidikan, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mendapatkan upah yang tinggi menjadi acuan para migran untuk pergi ke kota. Sebagian berpendapat bahwa, mereka melakukan mobilitas ke kota untuk meningkatkan kesejahteraan agar lebih baik serta mendapatkan dan meningkatkan tingkat penghasilan dari pekerjaan yang mereka peroleh di kota. Faktor inilah yang menyebabkan meningkatnya arus mobilitas ke Kota Denpasar. Menurut Mantra (1999) mobilitas penduduk didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Batas wilayah yang bisa digunakan adalah batas administrasi seperti : desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara. Di samping batas wilayah batas waktu juga bervariasi : satu hari, lebih dari satu hari hingga kurang dari enam bulan atau enam bulan lebih. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) mobilitas
2
penduduk permanen; (2) mobilitas penduduk nonpermanen. Perbedaan antara mobilitas permanen dan non permanen terletak pada ada atau tidaknya niat untuk bertempat tinggal menetap di daerah tujuan bukan lamanya setiap perpindahan. Apabila seseorang pindah ke daerah lain tetapi sejak semula bermaksud kembali ke desa asal, maka perpindahan tersebut dapat diaggap sebagai sirkulasi dan bukan migrasi. Menurut Adioetomo dan Samosir (2010:134) mobilitas sirkuler atau mobilitas musiman adalah seseorang yang berpindah tempat, tetapi tidak untuk menetap dan masih memiliki keluarga atau mempunyai suatu ikatan (hubungan) dengan daerah asal. Migran sirkuler yang bekerja di daerah lain atau di perkotaan, keluarga (anak dan istrinya) tidak ikut dibawa ke daerah tujuan atau kota. Zelinsky (1971, dalam Mantra, 2003:175) mengartikan mobilitas sikuler sebagai “a great variety of movement, usually short term, repetitive, cyclical in nature, but all having in common the lack of any declared intention of permanent or long lasting change or residence”. Denpasar sebagai pusat kota memiliki jumlah migran terbanyak di antara kabupaten lainnya. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor tertentu yang menjadi alasan para migran melakukan mobilitas, salah satunya faktor ekonomi. Rendahnya pendapatan mereka di daerah asal membuat para migran ini melakukan mobilitas ke Denpasar dengan maksud untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Pada Tabel 1.1 digambarkan jumlah migran per kabupaten pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya kota Denpasar menunjukkan jumlah migran yang paling tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh status Kota Denpasar merupakan
3
pusat kota dan menjadi tujuan para migran selama ini, baik untuk mencari pekerjaan atau menempuh pendidikan. Hasil penelitian Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010) menemukan bahwa alasan utama migran di Kota Denpasar melakukan mobilitas adalah untuk memperoleh pekerjaan. Terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup para keluarga migran. Tabel 1.1 Angka Migran Risen Provinsi Bali Tahun 2010 (orang) No.
Kabupaten / Non Migran Kota 1. Jembrana 234.009 2. Tabanan 378.771 3. Badung 440.892 4. Gianyar 415.880 5. Klungkung 152.886 6. Bangli 194.246 7. Karangasem 357.582 8. Buleleng 557.624 9. Kota Denpasar 626.638 Provinsi Bali 3.358.528 Sumber:Bali Dalam Angka 2010
Migran 5.621 12.662 52.999 15.376 3.425 2.024 3.272 9.467 87.545 192.391
Tidak Ditayakan 194 280 1.016 435 215 476 219 1.565 747 5.147
Jumlah 239.824 391.713 494.907 431.691 156.526 196.746 361.073 568.656 714.930 3.556.066
Secha Alatas, Suharso dan Munir (dalam Wiyono, 1994) mengatakan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama masyarakat melakukan mobilitas atau migrasi. Motif tersebut selain sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional juga disebabkan karena mobilitas ke perkotaan yang mereka lakukan mempunyai dua harapan yaitu untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di pedesaan. Bagi sebagian masyarakat, mobilitas penduduk merupakan salah satu strategi bagi rumah tangga pedesaan untuk memperbaiki kesejahteraan melalui peningkatan penghasilan mereka.
4
Penduduk pedesaan yang sebagian besar petani pada umumnya memiliki lahan garapan yang sempit. Jenis pertanian yang mereka usahakan adalah pertanian musiman karena hanya pada musim penghujan saja tanah dapat ditanami sementara pada musim kemarau kondisi lahannya sangat kering. Tingginya minat penduduk yang terserap dalam sektor informal perkotaan karena pada kenyataannya sektor informal dianggap mampu memberikan kontribusi pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian (Mantra, 1994). Selain itu, keterbatasan ketrampilan dan rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh kaum migran sehingga mereka harus pandai-pandai mencari peluang. Keuletan dan kegigihan para penduduk migran ternyata mampu memberikan dampak positif bagi keluarganya dan daerah asalnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat desa menggantungkan kehidupannya dari uang kiriman pada anggota keluarga yang melakukan migran. Menurut Connel (1980), di negara-negara sedang berkembang terdapat hubungan yang sangat erat antara migran dengan daerah asalnya, dan hal tersebut memunculkan fenomena remitan. Namun, terdapat fenomena khusus dari mobilitas di negara-negara ini, yang diperkirakan lebih mempercepat pemerataan pembangunan. Fenomena tersebut berbentuk transfer pendapatan ke daerah asal (baik berupa uang ataupun barang), yang dalam teori mobilitas dikenal dengan istilah remitan (remittance). Perbedaan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan serta disparitas kesempatan ekonomi telah mendorong seseorang mencari pekerjaan di kota yang upahnya lebih tinggi. Upah yang diharapkan di perkotaan masih melampaui pendapatan di desa. Pembangunan ekonomi yang lebih menguntungkan daerah
5
perkotaan dalam kebanyakan perencanaan negara-negara belum berkembang pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an, ditambah dengan kurangnya perhatian pada sektor pertanian dan pedesaan secara relatif, telah menciptakan kondisi-kondisi dan distorsi harga dan insentif ekonomi, yang menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan (Todaro, 2009:413). Remitan sebagai salah satu sumber pemasukan pendapatan bagi negaranegara, khususnya negara berkembang, sekarang ini memainkan peranan yang penting dalam pembangunan. Hodinott (1994) mengemukakan bahwa migrasi dapat dipandang sebagai suatu proses yang membantu pemerataan pembangunan, dengan cara memperbaiki ketimpangan pembangunan antar daerah. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya dampak positif dari migrasi desa kota yaitu aliran remitan dari migran ke daerah asal. Menurut Curson (1981), remitan merupakan pengiriman uang, barang dan ide-ide pembangunan dari perkotaan ke pedesaan dan merupakan salah satu instrumen
perubahan sosial ekonomi pada kehidupan suatu masyarakat.
“Remitan merupakan sumber yang penting dalam dukungan keuangan yang secara langsung meningkatkan pendapatan rumah tangga migran. Remitan mendukung investasi rumah tangga dalam kesehatan, pendidikan, dan usaha kecil rumah tangga” (World Bank, 2012). Aliran remitan ke daerah asal pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga migran dan pembangunan daerah asal. Di samping itu remitan juga memberikan dampak yang positif dalam sosial, ekonomi dan budaya bagi keluarga dan daerah asalnya.
6
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya remitan pekerja migran, terutama pendapatan migran, pendidikan terakhir, lama kerja dan status perkawinan. Dalam penelitian sebelumnya pendapatan berpengaruh positif secara parsial terhadap remitan, begitu juga terhadap pendidikan, dalam penelitian sebelumnya. Menurut Abustam (1989), pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kualitas penduduk, baik secara formal maupun informal. Ternyata ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan minat melakukan mobilitas. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar pula minat untuk melakukan mobilitas (Maliki, 2009 dalam Herwanti, 2011). Selain faktor ekonomi, faktor pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan juga turut mempengaruhi besarnya remitan pekerja migran. Status dalam perkawinan juga merupakan faktor yang mempengaruhi migrasi. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan bahwa tenaga kerja yang telah berstatus kawin banyak yang melakukan migrasi ke tempat lain. Zanker dan Siegel (2007) mengatakan bahwa pendapatan migran memiliki hubungan positif terhadap besarnya pengiriman remitan kepada keluarga di daerah asal. Migran berstatus kawin dan meninggalkan pasangannya di daerah asal cenderung mengirimkan jumlah remitan lebih besar jika dibandingkan dengan migran berstatus kawin namun pasangannya ikut melakukan mobilitas.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
keeratan
hubungan
keluarga
mempengaruhi besarnya jumlah remitan yang dikirim. Denpasar dibagi menjadi empat kecamatan yaitu, Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Utara, Denpasar Timur dan Denpasar Selatan. Masing-masing kecamatan
7
memiliki jumlah penduduk yang bervariasi dan demikian pula jumlah penduduk pendatang di masing-masing kecamatan. Posisi tertinggi ditemukan di Kecamatan Denpasar Barat yaitu jumlah penduduk sebesar 204.249 jiwa. Pada posisi kedua ditempati oleh Kecamatan Denpasar Selatan dengan jumlah penduduk 192.890 jiwa. Posisi ketiga ditempati oleh Kecamatan Denpasar Utara dengan jumlah penduduk sebesar 177.369 jiwa selanjutnya, di posisi terakhir dengan jumlah penduduk sebesar 133.946 jiwa di Kecamatan Denpasar Timur. Selanjutnya terkait dengan migran nonpermanen dapat dilacak melalui penduduk pendatang pemegang KIPS (Kartu Identitas Penduduk Sementara). KIPS yang dimiliki penduduk pendatang yang tidak tinggal menetap di daerah tujuannya dan masih ada keinginan untuk kembali ke daerah asalnya. Pendataan penduduk yang memiliki KIPS dilakukan tiga bulan sekali, apabila masa berlaku KIPS sudah berakhir maka penduduk pendatang wajib untuk melakukan perpanjangan. Jumlah penduduk yang memiliki KIPS tertinggi ditemukan di Kecamatan Denpasar Selatan yaitu 12.658 jiwa, sedangkan Kecamatan Denpasar Barat berada pada urutan kedua dengan jumlah penduduk yang memiliki KIPS sebanyak 8.410 jiwa. Dalam penelitian ini dipilih Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat sebagai sampel penelitian.
8
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Pemegang KIPS Per Kecamatan Di Kota Denpasar Tahun 2013 (orang) Jumlah Pemegang KIPS Kecamatan Penduduk Jumlah L P Denpasar Barat 204.249 5.111 3.299 8.410 Denpasar Timur 133.946 2.567 1.458 4.025 Denpasar Selatan 192.890 6.821 5.837 12.658 Denpasar Utara 177.369 1.596 961 2.557 Total 708.454 16.095 11.555 27.650 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar 2013 Menurut Mantra (1995), pada dasarnya orang mengambil keputusan untuk bermigrasi karena beberapa alasan, diantaranya dan yang paling menonjol adalah yang disebut sebagai teori kebutuhan dan tekanan (need and stress). Tiap individu dasarnya mempunyai kebutuhan (ekonomi, sosial, psikologi) yang harus dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi maka terjadilah stress. Apabila stress yang dialami seseorang sudah diluar batas toleransinya maka orang tersebut akan berfikir untuk pindah ke daerah lain yang kebutuhannya dapat terpenuhi, atau dengan kata lain ke daerah lain yang mempunyai nilai kefaedahan (place utility) yang lebih tinggi.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi permasalahan adalah: (1) Bagaimanakah karakteristik sosial demografi pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar?
9
(2) Bagaimanakah pengaruh pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap pendapatan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar? (3) Bagaimanakah pengaruh pendidikan, lama kerja, status perkawinan dan pendapatan terhadap remitan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar? (4) Adakah pengaruh tidak langsung pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap remitan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali melalui pendapatan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai, antara lain: (1) Untuk
mengetahui
karakteristik
sosial
demografi
pekerja
migran
nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar. (2) Untuk menganalisis pengaruh pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap pendapatan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar. (3) Untuk menganalisis pengaruh, pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan dan pendapatan terhadap remitan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar.
10
(4) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap remitan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali melalui pendapatan. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: (1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk membuktikan teori yang sudah ada, mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh langsung maupun tidak langsung pengaruh faktor sosial demografi terhadap remitan pekerja migran non permanen asal luar Bali di kota Denpasar kepada masyarakat dan pihak-pihak lain, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan. (2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaplikasian teori yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi terutama mengenai pengaruh faktor sosial demografi terhadap remitan pekerja migran nonpermanen asal luar Bali di Kota Denpasar.
11
1.5 Sistematika Penelitian Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis secara terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masingmasing bab dapat diperinci sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah. Dalam laporan penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada.
BAB III
METODE PENELITIAN Dalam bab ini dibahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang diantaranya meliputi desain penelitian, lokasi
12
penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada
bab
ini
disajikan
mengenai
gambaran
umum
wilayah,
perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel pendapatan, pendidikan, lama kerja, status perkawinan terhadap remitan pekerja migran non-permanen di Kota Denpasar. BAB V
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang didalamnya mengemukakan simpulan dan saran dari pembahasan pada bab sebelumnya.
13