Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Hansen dan Mowen (2004:4) Sistem informasi akuntansi manajemen
adalah
sistem
informasi
yang
memproses
input
sehingga
menghasilkan output untuk mencapai tujuan manajemen. Menurut Krismiaji (2002:5) sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoprasikan bisnis. Dalam membentuk suatu sistem informasi akuntansi menurut Romney dan Steinbart (2002:6) tidak hanya dibutuhkan operator yang menjalankannya, karena pada dasarnya operator yang menjalankan sistem harus berpedoman pada prosedur-prosedur dan didukung oleh infrastruktur teknologi seperti software, komputer, dan peralatan pendukung lainnya. Tanpa itu semua sebuah sistem tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Hansen dan Mowen (2004:4) sistem informasi akuntansi manajemen dapat membantu manajemen mengidentifikasikan suatu masalah, menyelesaikan
masalah,
dan
mengevaluasi
kinerja.
Kinerja
adalah
catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Pengertian kinerja di sini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu (Bernardin dan Russsell Dalam Ambar Teguh Sulistiyani, 2003: 224). Menurut Hartanto (2008) pengukuran 1
2
kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di masa mendatang, berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses bisnis perusahaan. Gambaran mengenai kinerja perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial, informasi finansial didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya, sedangkan informasi nonfinansial merupakan faktor kunci untuk menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan. Kedua informasi di atas dapat dianalisis menggunakan beberapa model pengukuran kinerja perusahaan, salah satunya dengan menggunakan metode balanced scorecard. Balanced scorecard hadir untuk menggantikan konsep scorecard model lama yang hanya mengejar profitabilitas jangka pendek saja. Balanced scorecard merupakan kerangka kerja komprehensif untuk menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpadu, tersusun dalam empat perspektif, yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Hartanto, 2008). Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa konsep balanced scorecard (BSC) dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja dan sebagai alat ukur yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan
suatu
sistem
pengukuran
kinerja
perusahaan
dengan
3
menggunakan kriteria-kriteria tertentu yang merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan jangka panjang. Kriteria tersebut digolongkan menjadi empat perspektif yaitu: (1) perspektif keuangan, (2) perspektif konsumen, (3) perspektif proses bisnis internal, dan (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui pengukuran keempat perspektif ini, manajemen perusahaan akan lebih mudah untuk mengukur kinerja dari unit bisnis saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masa depan, mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja di masa datang, serta memungkinkan untuk menilai intangible asset seperti kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan lainlain. Ukuran-ukuran pada masing-masing perspektif harus diseimbangkan antara ukuran output dan ukuran kepastian (penggerak kinerja), antara ukuran-ukuran objektif dan subjektif, antara ukuran internal dan eksternal, dan ukuran keuangan dan non keuangan (Hansen dan Mowen, 2004). Lebih terfokusnya target dari keempat perspektif tersebut yang selaras dengan perkembangan baru dalam bidang organisasi seperti learning organization, diharapkan para karyawan dari tingkat atas sampai tingkat bawah mengetahui apa visi dan strategi perusahaannya, karena BSC bukan sebagai pengendali perilaku karyawan tetapi lebih sebagai sarana komunikasi, informasi, dan proses belajar dalam suatu perusahaan, serta mengarahkan upaya pencapaian tujuan perusahaan kepada karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi pergeseran kekuasaan dalam pasar akibat globalisasi ekonomi, dimana sekarang konsumenlah yang memegang
4
kendali bisnis. Konsumen menjadi sangat pemilih, serta menentukan barang dan jasa apa yang akan didesain oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan (Mulyadi, 2001). Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja (Werther dan Davis,1996:346). Menurut Outley (1980), perlu adnya kesesuaian sistem informasi akuntansi manajemen agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, kinerja dan pemanfaatan teknologi sistem informasi yang digunakan (Goodhue, 1995). Wuryaningrum (2007) menyatakan bahwa sistem informasi yang diimplementasikan dalam organisasi seharusnya dapat memberikan manfaat pada kinerja organisasi serta memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Fenomena buruknya sistem informasi akuntansi manajemen yang berpengaruh terhadap kinerja terjadi pada Citibank, yaitu
pembobolan dana
nasabah yang dilakukan oleh karyawan senior yang menjabat sebagai
vice
president dan teller dengan sengaja melakukan pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer yang digunakan untuk menarik dana pada rekening nasabah dan memindahkan dana milik nasabah tanpa
5
seizin nasabah ke beberapa rekening, segala transaksi tidak pernah dilaporkan kepada pihak manajemen (Galuh AP, Penulis, 2011).
Kasus tersebut
menyebabkan penurunan kredibilitas Citibank dan secara umum berdampak pada perbankan nasional serta kepercayaan masyarakat terhadap perbankan bisa dikatakan menurun sehingga kinerja perusahaan pun menurun (Anton DA, Kepala Divisi Humas Polri, 2011). Fenomena selanjutnya yaitu terjadi pada Kejaksaan Agung (Kejagung) yang diminta mempertanggungjawabkan penggunaan miliaran rupiah dana negara dalam program Sistem Informasi Manajemen Kejaksaan RI (SIMKARI) sehingga lemahnya sistem informasi ini mengakibatkan menurunnya kinerja kejaksaan agung dimata publik (Uchok Sky Khadafi, Koordinator Investigasi dan Advokasi untuk Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, Penulis, 2011). Adapun fenomena lain, yaitu Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) melaporkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ke Ombudsman terkait tarif pembayaran listrik via online atau Payment Point Online Bank (PPOB) yang dianggap cenderung merugikan masyarakat konsumen dan juga tidak memiliki dasar hukum sebagai landasannya dan saat ini kenyataannya masih banyak konsumen yang merasa dirugikan akibat tidak jelasnya sistem informasi akuntansi dan buruknya kinerja perusahaan tersebut. (Firman Turmantara, Ketua HLKI Jabar-Banten, 2012) Fenomena terakhir adalah Kinerja Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kabupaten Dairi dinilai buruk menurut Johnny Sitohang Adinegoro selaku Bupati Kabupaten Dairi yang menjelaskan kelemahan manajemen dalam memberi
6
informasi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dan tidak terlihat partisipasi signifikan informasi akuntansi. (Johnny SA, Bupati, 2012). Berdasarkan fenomena diatas, penelitian ini mencoba meneliti dampak dari kasus penerapan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja perusahaan. Akan dilakukan penelitian pada Perusahaan BUMN di Kota Bandung. Maka penelitian ini akan mengambil judul “Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang penelitian diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : Seberapa besar penerapan sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data maupun informasi yang relevan dengan masalah yang diidentifikasikan, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Universitas Widyatama. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah penerapan sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
7
1.4 Kegunaan Penelitian Berikut adalah beberapa kegunaan yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini : a. Pengembangan ilmu Sebagai sarana untuk menerapkan, mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama masa studi. b. Operasional Sebagai bahan masukan untuk perusahaan dalam memecahkan masalah yang disebabkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Perusahaan BUMN yang berlokasi di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai dengan selesai.