BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang sangat berperan dalam pembangunan suatu bangsa. Pemerintah yang sejak dulu menyadari akan peran pendidikan yang begitu penting bagi pembangunan dan kemajuan bangsa, mencantumkan pasal 31 dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan yang berbunyi (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 di atas, maka pendidikan merupakan hal yang sangat vital sehingga semua warga negara tanpa pandang bulu berhak mendapatkannya. Oleh karena itu, pendidikan perlu diperhatikan dan dibangun sedemikian rupa agar sumber daya manusia di negara ini menjadi lebih berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mempunyai andil yang besar dalam upaya membangun bangsa. Mulyasa (2007: 3) menyatakan bahwa agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan yaitu: (1) sarana gedung; (2) buku yang memadai dan berkualitas serta; (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.
Salah satu syarat terciptanya pendidikan yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia menurut apa yang telah dikemukakan sebelumnya adalah dengan adanya guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Guru dan tenaga kependidikan yang profesional ini secara umum disebut sebagai pendidik. Guru adalah pendidik yang memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, terutama dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru merupakan salah satu kunci utama terciptanya keberhasilan pembelajaran di sekolah. Karena keberhasilan pembelajaran di sekolah nantinya akan berdamapak besar pada terciptanya keberhasilan pendidikan, kualitas guru perlu diperhatikan dengan seksama. Kualitas guru yang baik akan tercapai salah satunya dengan diadakannya kualifikasi terhadap profesi guru. Dengan adanya kualifikasi guru, maka akan ada standar yang jelas mengenai profesi guru di Indonesia. Pemerintah telah mengatur kualifikasi pendidik (guru) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kesatu, pasal 29. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang kualifikasi pendidik mulai dari pendidik pada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pendidik pada SD/MI, pendidik pada SMP/MTs, pendidik pada SMA/MA, pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, sampai pendidik pada SMK/MAK. Kualifikasi guru yang telah ditetapkan oleh pemerintah semata-mata dibuat untuk menciptakan sosok guru profesional. Yamin (2007: 2) menyatakan bahwa guru profesional di samping mereka memiliki kualifikasi akademis, juga
dituntut memiliki kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Menurut Mulyasa (2009: 31), kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemontrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu, kompetensi guru sangat penting dimiliki oleh guru sebagai bekal untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki empat kompetensi untuk menunjang pekerjaannya. Empat kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Pengelolaan kelas merupakan salah satu dari banyak keterampilan dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki guru. Menurut Wragg (1996: 8), pengelolaan kelas adalah segala sesuatu yang dilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, bagaimana pun cara dan bentuknya. Guru harus dapat melakukan proses pengelolaan kelas dengan baik untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan kondusif. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai tanpa kendala yang berarti. Seorang guru harus memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang baik. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang baik, segala kemampuan guru yang lain
dapat menjadi netral, dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak kelas yang positif terhadap pembelajaran siswa. Pada kenyataannya, belum semua guru memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang baik. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan KKN PPL di SMA Negeri 11 Yogyakarta, masih banyak keluh kesah yang terlontar dari guru selepas mengajar kelas-kelas yang memang telah dianggap atau dicap buruk dan sulit untuk diatur. Jika saja guru memiliki kemampuan untuk mengelola kelas dengan baik, mungkin hal tersebut tidak perlu terjadi. Guru dengan kemampuan pengelolaan kelas yang baik akan sanggup mengatasi dan mengelola berbagai macam kelas dengan kondisi dan situasi yang berbeda pada saat pembelajaran berlangsung. Masih berdasarkan pengalaman KKN PPL, pengelolaan kelas mahasiswa PPL sangat jauh berbeda dengan guru yang sudah berpengalaman. Hal tersebut sempat menjadi pertanyaan dalam benak peneliti sehingga peneliti sempat bertanya langsung dengan guru pembimbing PPL mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta, Dra. Andri Yogastari. Beliau mengatakan bahwa untuk memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang baik, seorang guru sangat membutuhkan pengalaman. Pengalaman ini dapat berupa pengalaman mengajar dan pengalaman belajar. Pengalaman mengajar dan belajar guru seperti tersebut di atas termasuk dalam kulifikasi guru. Kualifikasi guru tersebut akan menyangkut empat hal yaitu (1) kualifikasi akademik; (2) sertifikasi profesi guru; (3) pengalaman mengajar; dan (4) diklat.
Mata pelajaran bahasa Indonesia sering kali dianggap remeh oleh kebanyakan murid. Hal tersebut membuat guru mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai tantangan berat untuk dapat mengendalikan murid. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang baik agar siswa dapat bersimpati, tidak merasa bosan, hingga akhirnya dapat mengikuti semua instruksi guru dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan begitu, akan tercipta iklim pembelajaran bahasa Indonesia yang kondusif, sehingga keberhasilan pembelajaran pun dapat tercapai. Berdasarkan apa yang telah dijabarkan di atas, terdapat keterkaitan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas. Kualifikasi guru meliputi (1) kualifikasi akademik; (2) sertifikasi profesi guru; (3) pengalaman mengajar; dan (4) diklat, akan sangat mempengaruhi kemampuan guru dalam hal pengelolaan kelas pada pembelajaran bahasa Indonesia, pelajaran yang sering dianggap remeh oleh siswa SMA. Keterkaitan ini akan sangat menarik apabila diteliti. Dengan pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini akan diungkap mengenai hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman?
2. Apakah kualifikasi guru mempunyai pengaruh terhadap pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 3. Apa saja kualifikasi guru yang mampu mempengaruhi pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 4. Adakah hubungan antara kualifikasi akademis guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 5. Adakah hubungan antara sertifikasi profesi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 6. Adakah hubungan antara pengalaman mengajar guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 7. Adakah hubungan antara diklat yang pernah diikuti guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman? 8. Adakah hubungan kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman?
C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas, sehingga tidak dapat diteliti seluruhnya dalam penelitian ini. Permasalahan perlu dibatasi. Masalah yang akan dibahas selanjutnya adalah ada tidaknya hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman. Pembatasan masalah tersebut diambil karena pada dasarnya, kualifikasi guru sudah mencakup kualifikasi akademik, sertifikasi profesi, pengalaman mengajar, dan diklat yang mungkin mempengaruhi pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dengan meneliti mengenai hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman, maka keempat indentifikasi masalah yang lain juga akan ikut tercakup.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ―Adakah hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman?‖.
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
untuk
menambah
dan
mengembangkan
wawasan
ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan dan Para Pengambil Kebijakan Penelitian ini dapat dijadikan cermin untuk memaksimalkan kinerja guru dalam meningkatkan hasil pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Sleman. b. Bagi Pihak Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan cermin untuk mengevaluasi bagaimana berjalannya pembelajaran bahasa Indonesia sehingga sekolah dapat memberikan arahan untuk dapat memaksimalkan kinerja guru.
c. Bagi Guru Guru pada umumnya, dan guru bahasa Indonesia pada khususnya dapat memberikan gambaran mengenai penting atau tidaknya kualifikasi guru untuk
dapat
meningkatkan
kemampuan
pengelolaan
kelas,
yang
selanjutnya akan mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat berjalan efektif dan kondusif. d. Bagi Peneliti Sendiri Penelitian ini dapat menjawab pertanyaan peneliti mengenai pentingnya kualifikasi guru dan bagaimana hubungannya dengan pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi peneliti yang merupakan calon guru untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
G. Batasan Istilah Agar tidak terdapat kesalahan dalam mengartikan istilah, maka dibuat batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Kualifikasi guru adalah keahlian yang diperlukan seseorang untuk menjalankan profesi guru. Kualifikasi guru yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi, pengalaman mengajar, dan diklat yang telah diikuti guru. 2. Pengelolaan kelas adalah cara guru untuk mengelola kelas yang diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal dan kondusif, serta mengendalikannya ketika terjadi gangguan,
sehingga siswa dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran bahasa Indonesia.