BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya dinyatakan secara tegas bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dan di bawah pemilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan dan bukan kemakmuran orang-seorang. Satu hal yang penting dalam penjelasan pasal 33 tersebut adalah bahwa bangun usaha yang cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi(Nindyo Pramono:5, 1986). Masyarakat Indonesia sudah seharusnya mempunyai keinginan untuk mewujudkan cita – cita kehidupan perekonomian sebagaimana yang tercantum dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi seharusnya mampu tampil dan berkembang sebagai organisasi ekonomi rakyat guna memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Koperasi
memiliki peran penting dalam membantu pembangunan
ekonomi dan sosial golongan di negara – negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Koperasi merupakan salah satu alat yang efektif untuk membantu memperbaiki keadaan ekonomi dan sosial golongan menengah seperti petani
1
kecil, pengrajin dan pedagang eceran serta memperluas kesempatan kerja. Oleh karena itu koperasi harus bisa menjaga keberlangsungan usahanya. Modal menjadi unsur yang sangat penting bagi koperasi. Koperasi harus memiliki modal yang cukup agar usahanya dapat terus berjalan. Besar kecilnya lapangan usaha koperasi tergantung pula pada besar kecilnya modal yang ada dalam koperasi. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri dapat diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal asing dapat berupa pinjaman ke bank, penerbitan obligasi maupun surat hutang lainnya serta bantuan pemerintah. Adapun dalam prakteknya tidak semua koperasi mengalami kekurangan modal, namun menghadapi semakin besarnya usaha dan berkembangnya kegiatan yang ditangani sebagian besar koperasi di Indonesia tentunya membutuhkan dukungan modal yang lebih besar lagi. Biasanya semakin luas jangkauan usaha dan bidang yang ditangani, dibutuhkan modal yang besar pula. Semakin tinggi jangkauan pelayanan yang diinginkan semakin tinggi pula target pendapatan yang direncanakan dan semakin besar pula kebutuhan dana yang harus disediakan. Baik kebutuhan dana investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Terutama untuk membiayai operasi rutin perusahaan (kebutuhan modal kerja) yang semakin lama dirasakan semakin besar karena tumbuhnya usaha koperasi(Sukamdiyo, 1996:82). Koperasi sebagai badan usaha mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Sumber permodalan utamanya berasal dari anggotanya dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan khusus. Hal ini
2
sesuai dengan salah satu nilai koperasi yaitu menolong diri sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari anggota koperasi untuk memperoleh modal sendiri yang kuat. Umumnya
koperasi belum dapat memanfaatkan modal sendiri yang
berasal dari simpanan anggota ini secara optimal, kecuali sebagai persayaratan formal
untuk memenuhi ketentuan undang – undang
atau anggaran dasar.
Akibatnya dalam mengembangkan usahanya koperasi lebih banyak berpaling pada pinjaman pihak luar. Apabila hal ini ditinjau dari uraian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa secara tidak sadar koperasi belum dapat memercayai potensinya. Hal ini bukan berarti Koperasi harus menolak modal dari luar, melainkan koperasi pertama – tama harus percaya serta memanfaatkan modal sendiri, kemudian mencari modal luar sebagai pelengkap. Koperasi “Kopma UGM” sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sekaligus badan usaha koperasi di Universitas Gadjah Mada tetap eksis dalam menjalankan bisnisnya meskipun manajemen dan pengelolaannya dilakukan oleh mahasiswa. Saat ini Koperasi “Kopma UGM” memiliki empat divisi usaha yang dikelola secara konsisten. Pencapaian ini tentunya tidak diperoleh secara instan. Dibutuhkan kerjasama dari semua elemen koperasi baik dari manajemen, karyawan, manajer, serta anggota. Berdirinya Koperasi “Kopma UGM” sebagai organisasi maupun bisnis tidak bisa lepas dari usaha koperasi dalam menghimpun dan menanamkan modalnya. Salah satunya yaitu dengan dengan pemupukkan berbagai sumber
3
keuntungan dan banyaknya jumlah anggota. Semakin besar jumlah anggota semakin banyak pula modal yang dimiliki koperasi. Artinya kemampuan usaha koperasi juga semakin beragam dan pada akhirnya berdampak pada perolehan SHU. Beberapa hal diatas tentu menarik untuk dikaji lebih dalam terkait Koperasi “Kopma UGM”. Ketatnya persaingan antara badan – badan usaha di era kapitalistik global seperti saat ini tentu tidak mudah untuk mendirikan sebuah koperasi. Hal ini dapat dibuktikan karena tidak semua koperasi mahasiswa yang ada di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, salah satunya yang mampu tumbuh besar adalah Koperasi “Kopma UGM”. Adanya pengelolaan modal dan sumber daya yang baik mampu menjadikan Koperasi “Kopma UGM” mampu bersaing dengan badan usaha lain. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti profil modal sendiri Koperasi “Kopma UGM”. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam skripsi ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1.
Objek penelitian pada penelitian ini adalah modal sendiri yang ada di Koperasi “Kopma UGM”
2.
Modal sendiri dalam penelitian ini adalah modal sendiri yang berasal dari anggota aktif Koperasi “Kopma UGM”
4
1.3 Rumusan Masalah Bagaimana profil modal sendiri pada Koperasi “Kopma UGM”? 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui profil modal sendiri di koperasi “Kopma UGM” khususnya pada anggota aktif. 1.5 Manfaat Penulisan Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan profil modal sendiri sehingga dapat memberikan masukan kepada Pengurus Koperasi “Kopma UGM” mengenai pentingnya modal sendiri. 1.6 Kerangka Penulisan Berikut adalah kerangka penelitian: Skema Kerangka Penulisan Modal Koperasi
Modal Sendiri
Anggota Aktif
Anggota Pasif
Aktif 1. Simpanan Pokok 2. Simpanan Wajib 3. Dana Cadangan 4. Dana Hibah
Pasif
5