BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sakit merupakan salah satu hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Dalam kitab Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 dan UndangUndang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah berupaya dengan membuat kebijakan berupa Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program Jamkesmas berbentuk bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam
Program
Jamkesmas
meliputi
(1)
pembinaan,
pengembangan pembiayaan dan jaminan pemeliharaan kesehatan, (2) pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin, dan (3) pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin. Hipertensi di Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebesar 277.846 (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun berkembang (Tee dalam 1
Rohmah, 2015;13). Pada tahun 2000 dibeberapa negara Asia, tercatat 38,4 juta orang penderita hipertensi dan pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 67,4 juta orang. Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor resiko tunggal yang paling penting pada kematian diseluruh dunia serta di wilayah Asia Tenggara (Krishnan dalam Rohmah, 2015;13). Hipertensi dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor resiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi (depkes, 2006). Dalam memasyarakatkan pola gizi seimbang kita memerlukan bukti nyata bahwa pola gizi yang salah akan berakibat mengganggu status kesehatan. Dalam bidang gizi, bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, disatu sisi terjadi kekurangan gizi dan disisi lain terjadi kelebihan gizi. Kelebihan gizi khususnya sumber energi akan mengakibatkan asupan lebih besar dari kebutuhan, sehingga terjadi timbunan lemak di dalam tubuh, akibatnya akan terjadi berat badan lebih sampai obesitas. Berat badan lebih dan obesitas dalam berbagai penelitian diketahui sebagai faktor risiko beberapa penyakit gangguan metabolisme dan kardiovaskular serta penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi (Syafii & Mardiana dalam Agus (2008 ;13)).
2
Menurut Agus (2008;30) kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi primer, hal ini kemungkinan terjadi akibat kerusakan endotel pembuluh darah karena terpapar oleh nikotin dan karbon monoksida lewat aliran darah. Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat menaikkan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik. Konsumsi garam yang berlebihan juga merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi essensial. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan plasma, preload meningkat, sehingga terjadi peningkatan curah jantung dan akhirnya meningkatkan tekanan darah. Perlu adanya faktor lain salah satunya adalah dukungan sosial bagi masyarakat yang sakit. Banyaknya pasien yang berobat di rumah sakit belum tentu menandakan bahwa pasien tersebut telah mampu mengobati penyakitnya. Dukungan psikologis dibutuhkan untuk membantu membangun mental mereka. Dukungan sosial dapat berasal dari instansi tempat mereka berobat maupun berasal dari lingkungan tempat tinggal mereka terutama keluarga. Menurut Azwar dalam Sugeng (2012;78) pelayanan kesehatan adalah segala upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
3
Idealnya seorang dokter memberikan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan bagi pasien yang ditanganinya, yakni bersikap empati terhadap pertanyaan-pertanyaan pasien dengan memperhatikan secara teliti dan cermat sehingga membutuhkan waktu yang cukup banyak. Hal tersebut telah diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia. Dalam pasal 7a tercantum bahwa seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Dengan demikian pasien akan merasa dihargai dan dapat kembali dalam kondisi yang lebih baik. Pasien mempunyai beban tersendiri ketika didiagnosa menderita penyakit tertentu. Banyak hal yang pasien hadapi setelah mengetahui diagnosa dokter seperti masalah psikologis, finansial, fisik dan sosial. Pasien membutuhkan orang lain disekitarnya untuk memberi dukungan guna memperoleh kenyamanannya khususnya rumah sakit yang menanganinya.
4
1.1.1 Orisinalitas Untuk
meyakinkan
keorisinalitasan
penelitian,
peneliti
melampirkan beberapa penelitian sejenis untuk melihat perbedaanperbedaannya. Terdapat beberapa penelitian terkait dengan dukungan sosial, diantaranya penelitian Imran Tumenggung dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Sampel yang digunakan berjumlah 30 orang pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Dari penelitian tersebut, uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan diet. Hasil penelitian diperoleh bahwa dukungan sosial keluarga sebagian besar berkategori baik (86,7%), dan kepatuhan diet pasien hipertensi sebagian besar juga berkategori baik (80%). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arliza Juairiani Lubis yang berjudul “Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dukungan sosial dari sudut pandang pasien hemodialisa dengan dukungan sosial dari sudut pandang sumber dukungan sosial. 5
Sedangkan peneliti sendiri berupaya untuk mengetahui peran dukungan sosial bagi pasien essential primary hipertension di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Peneliti mencoba melihat dan menerjemahkan pemahaman dukungan sosial yang pasien dapatkan dari sumber-sumber dukungan sosial. Peran tersebut berasal dari persepsi pasien dalam memahami dukungan sosial yang telah mereka dapatkan. 1.1.2
Relevansi dengan PSdK Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan memiliki tiga fokus konsentrasi, yaitu Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment), Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), dan Kebijakan Sosial (Social Policy). Penelitian yang telah diteliti memiliki relevansi dengan konsentrasi utama
kebijakan
sosial.
Penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengembangkan ilmu dengan fokus kebijakan sosial di kabupaten Bantul. Penelitian ini menganalisis persepsi dukungan sosial dari perspektif
pasien
essential
primary
hipertension
di
RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Penelitian yang dilakukan pada dasarnya tidak dapat lepas dari batasan objek materiil ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSDK). Hasil penelitian yang
dilakukan
harapannya
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dan pengkajian dalam upaya membuat kebijakan sosial di bidang kesehatan. 6
1.1.3
Aktualitas Kebijakan sosial kesehatan di Indonesia berkembang pesat. Kebijakan jaminan kesehatan untuk masyarakat
telah diatur
sedemikian rupa oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kebijakan sosial kesehatan ini menjamin secara universal, artinya seluruh warga Indonesia memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan kesehatan. Peraturan tersebut memberikan dampak positif bagi warga miskin dan kurang mampu khususnya. Diberlakukannya kebijakan tersebut, lonjakan pasien di rumah sakit semakin besar. Jumlah orang yang berobat dirumah sakit terus meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Motivasi seseorang untuk berobatpun juga sangat beragam. Banyaknya pasien menandakan bahwa banyak orang yang didiagnosa sakit. Bukan hanya kemudahan untuk berobat yang pasien perlukan, tetapi juga kemudahan untuk menghadapi penyakitnya. Maka dari itu perlu adanya dukungan sosial kepada pasien dari keluarga, dokter, teman, maupun lingkungannya. 1.2 Latar Belakang Berdasarkan grafik kesehatan yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul pada tahun 2013 menunjukkan bahwa pasien terbanyak adalah pasien panyakit essential primary hipertension. 7
Grafik 1 10 Besar Penyakit Rawat Inap di RSPS tahun 2013
946
Essential (Primary) Hipertension Single Delivery By Caesarean Section
798
Neonatal Joundice
795 758
Mild and Moderete Birth Aspyxia
740
Carcinoma in situ of breast 539
Diarrhoe and Gastroenterisis
469
Dyspepsi
447
Unspecified Diabetus Millitus
416
Bacterial Sepsis of Newborn 0
200
400
600
800
1000
Sumber : Dinkes Kab. Bantul Penyakit essential primary hipertension merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang cenderung naik dan bertahan selama bertahun-tahun tanpa dirasakan gejalanya, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi primer. Hipertensi primer disebabkan oleh pola makan yang tidak terkontrol. Jumlah pasien penyakit essential primary Hipertension menduduki peringkat tertinggi, baik yang di rawat inap maupun rawat jalan. Setiap harinya terdapat banyak pasien yang periksa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan dengan berbagai macam penyakit.
8
Grafik 2 10 Besar Penyakit Rawat Jalan di RSPS Tahun 2013
22591
Essential Primary Hipertension 8596
Low Back Pain 5070
Dyspepsia Stiffness of Joint, Not Elsewhere Classified
2303
Diarrhoea And Gastroenteritis of Persumed
2007
Impacted Cerumen
1813
Presbyopia
1553 1052
Myopia Other Infected Otitis Externa
865
Conjuctivitis
752 0
5000
10000 15000 20000 25000
Sumber : Dinkes Kab. Bantul Meningkatnya jumlah kunjungan pasien baik rawat jalan maupun rawat inap termasuk instalasi penunjangnya merupakan fokus kegiatan yang dilakukan oleh RSUD Panembahan Senopati Bantul. Maka, tidak heran apabila setiap hari terdapat banyak pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Banyaknya pasien rawat jalan setiap harinya menjadikan suasana rumah sakit menjadi ramai. RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Bantul. Pasien dari Puskesmas banyak dirujuk di RSUD Panembahan Senopati karena peralatan dan tenaga medis yang lebih memadai.
9
Tabel 1. Data Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RSUD Panembahan Senopati Tahun Jumlah Pasien 2008 112.069 2009 126.847 2010 164.366 2011 180.032 2012 191.259 2013 206.496 Sumber : Data Rekam Medis RSUD Panembahan Senopati Data RSUD Panembahan Senopati menunjukkan mulai tahun 2008 hingga 2013 kunjungan pasien rawat jalan meningkat secara signifikan. Pasien rawat jalan tahun 2008 sebanyak 112.069, tahun 2009 sebanyak 126.847 pasien, tahun 2010 jumlah 164.366, tahun 2011 jumlah 180.032, tahun 2012 jumlah 191.259, dan tahun 2013 jumlah 206.496 pasien. Pasien rawat jalan pada tahun 2013 didominasi oleh perempuan yaitu 59 persen atau sebanyak 121.330 orang pasien. Tabel 2. Data Kunjungan Pasien Rawat Inap Di RSUD Panembahan Senopati Tahun Jumlah Pasien 2009 17.673 2010 20.155 2011 22.417 2012 23.926 2013 27.240 Sumber : Data rekam medis RSUD Panembahan Senopati Sedangkan data jumlah pasien rawat inap juga menunjukkan peningkatan secara signifikan setiap tahunnya. Tahun 2009 sebanyak 17.673 pasien, tahun 2010 sebanyak 20.155 pasien, tahun 2011 sebanyak 22.417
10
pasien, tahun 2012 sebanyak 23.926 pasien, dan tahun 2013 sebanyak 27.240 pasien. Pasien rawat inap juga didominasi kaum perempuan. Pasien dengan berbagai macam penyakit saling berinteraksi dengan pasien lainnya, baik itu saat menunggu antrian pendaftaran maupun saat sedang menunggu antrian pemeriksaan. Rumah sakit yang biasanya tenang menjadi seperti tempat umum dengan suara-suara riuh para pasien. Banyak dari pasien yang saling berinteraksi, ada yang sekedar menyapa sesama pasien, ada yang saling curhat mengenai penyakit dan pengalamannya. Ada pula pasien yang diantar keluarganya sembari menunggu antrian untuk diperiksa. Bukan rumah sakit pemerintah jika bukan dikenal dengan prosedurnya yang berbelit-belit. Pasien harus mengurus syarat-syarat berobat rawat jalan. Banyaknya pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati membuat pasien harus menunggu antrian yang terbilang cukup lama. Banyak hal yang pasien lakukan sembari menunggu antian untuk diperiksa. Ada yang bercengkrama dengan keluarga yang mengantar, ada yang tidur di kursi tunggu, ada yang berbincang dengan pasien lain, ada yang membaca koran, menonton televisi yang disediakan rumah sakit, dan ada pula yang sibuk dengan gadget-nya sendiri. Menurut data RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul tahun 2008 hingga 2013, jumlah pasien setiap tahun naik secara signifikan. Semakin mudahnya akses masyarakat untuk berobat di rumah sakit. Jumlah
11
pasien rawat inap terbanyak menurut jenis pembayarannya pada tahun 2013 adalah pasien pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pasien pengguna Jamkesmas pada tahun 2013 sebanyak 13.305 orang. Jumlah tersebut dapat dibilang cukup fantastis dibandingkan dengan penggunaan jaminan kesehatan lainnya. Tabel 3 Data Rawat Jalan Pasien Essential primary Hipertension Tahun Jumlah Pasien 2009 10.784 2010 13.379 2011 14.874 2012 19.643 2013 22.591 2014 5.013 2015 4.540 Sumber : Data Rekam Medis RSUD Panembahan Senopati Jenis penyakit pasien rawat inap tahun 2013 adalah penyakit Essential Primary Hipertension sebanyak 951 pasien. Pola penyakit rawat jalan dengan jumlah
pasien
terbanyak
adalah
jenis
penyakit
Essential
Primary
Hipertension. Berdasarkan data rekam medis didapatkan bahwa pada tahun 2009 hingga 2013 pasien penyakit Essential Primary Hipertension yang dirawat baik dengan atau tanpa komplikasi meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Sedangkan data pada tahun 2014 hingga 2015 pasien Essential Primary Hipertension menurun yaitu sebesar 5.013 pada tahun 2014 menjadi 4.540 pasien pada tahun 2015.
12
Tabel 4 Data Pasien Rawat Jalan di RSUD Panembahan Senopati Tahun 2014 Tahun 2015 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 2.173 2.840 1.947 2.593 Jumlah 5.013 Jumlah 4.450 Sumber : Data rekam medis RSUD Panembahan Senopati Tabel 5 Data Pasien Rawat Inap di RSUD Panembahan Senopati Tahun 2014 Tahun 2015 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 468 521 379 387 Jumlah 989 Jumlah 766 Sumber : Data rekam medis RSUD Panembahan Senopati Hipertensi
merupakan
faktor
resiko
utama
penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebeb kematian tertinggi di Indonesia. Penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat serta mahalnya biaya pengobatan hipertensi. Penyakit hipertensi dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah jenis Essential primary hipertension atau hipertensi primer. Pada tahun 1947, World Health Organization mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara luas tidak hanya meliputi (ketidak adanya) aspek medis tetapi juga aspek mental dan sosial. Kesehatan diartikan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental, dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
13
Dukungan sosial kepada pasien penderita penyakit Essential Primary Hipertension sangat diperlukan. Dukungan sosial tersebut dapat didapatkan melalui interaksi sosial yang mereka lakukan baik di dalam keluarga, sesama pasien atau komunitas pasien,dan lingkungan rumah sakit. Leventhal dalam Zuyina Luk (2011;45) menyatahan bahwa dengan adanya kesadaran akan pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan praktek perilaku di dalam perawatan medis. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh pasien essential primary hipertension. Menurut Pender dalam Annisa (2013; 26) dukungan sosial dapat mendukung terciptanya lingkungan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kesehatan, menurunkan kejadian stress pada situasi tertentu dan dapat memberikan masukan agar mangantisipasi konsekuensi yang ada. Penelitian sebelumnya
yang terkait dengan dukungan sosial
diantaranya penelitian skripsi Mala Allifni yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks”. Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais yang terletak di Jakarta Barat. Penelitian tersebut meneliti tentang dukungan sosial pasien kanker serviks dilihat dari religiusitas pasien. Mala Allifni menggunakan alat uji religiusitas dari Fetzer Institute (1999) dan membuktikan tentang kebenaran dukungan sosial dapat berpengaruh cukup baik terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks. 14
Dukungan sosial yang diberikan kepada pasien terdapat berbagai macam bentuk. Bukan hanya dari segi psikis, tetapi dapat pula dukungan sosial dalam bentuk non-psikis.
Dukungan sosial perlu dilakukan untuk
meningkatkan optimisme pasien dalam proses penyembuhan. Hal tersebut menarik dan perlu untuk dilakukan penelitian mengingat semakin banyaknya pasien dengan jenis penyakit Essential Primary Hipertension. Selain itu penelitian dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan peran dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien penyakit Essential Primary Hipertension di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana dukungan sosial bagi pasien Penyakit Essential Primary Hipertension di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Kabupaten Bantul? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan analisa terhadap dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien. Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menggambarkan dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien Essential Primary Hipertension dari Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. 2. Menggambarkan dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien Essential primary Hipertension dari Keluarga 15
1.5 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Penulis, agar mendapatkan gambaran dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien Essential Primary Hipertension di Rumah Sakit Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. 2. Masyarakat akademik, agar dapat menambah wawasan tentang dukungan sosial pasien penyakit Essential Primary Hipertension. 3. Pasien Essential Primary Hipertension dan masyarakat umum, agar dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak supaya lebih memahami perlunya dukungan sosial yang diberikan kepada pasien dan dapat bermanfaat untuk kajian selanjutnya.
1.6 Studi Pustaka 1.6.1
Pengertian Dukungan Sosial Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan
kenyamanan
pada
orang
lain,
merawatnya
atau
menghargainya. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber seperti pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja, dan organisasi komunitas. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears dalam Annisa (2013; 24) dukungan sosial merupakan hubungan saling memberi antar individu, dimana seseorang tersebut memberikan bantuan kepada orang lain.
16
Menurut pender dalam Annisa (2013;24) dukungan sosial merupakan bantuan dan dukungan yang diterima individu dari hasil interaksinya dengan orang lain, menerima dan merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bantuan yang diberikan orang lain atau sekelompok orang yang dapat meningkatkan perilaku hidup sehat. Dukungan sosial untuk sebuah perilaku memerlukan sumber-sumber yang didukung oleh orang lain. Kaplan dalam Sri (2002;36) social support atau dukungan sosial merupakan suatu istilah yang menerangkan suatu hubungan interpersonal yang membantu atau melindungi seseorang dari suatu efek yang dapat merusak. Dukungan sosial juga merupakan istilah yang dapat diartikan sebagai suatu yang dapat memberikan kontak dengan orang lain, sehingga orang lain tersebut dapat dipertahankan dalam jaringan sosial di masyarakat. Studi dukungan sosial belakangan ini lebih menekankan pada aspek psikologi berupa perasaan seseorang menjadi bagian seseorang dalam jaringan sosial, atau adanya rasa kepuasan atas hubungan yang dapat dipertahankan dengan orang lain dalam jaringan sosial. 1.6.2
Bentuk-Bentuk dukungan Sosial Bentuk dukungan sosial menurut Cutrona & Gardner (2004) dan Uchino (2004) (dalam Sarafino, 2011;81) ada lima, yaitu : 1.6.2.1 Dukungan emosional (emotional support) Dukungan emosional dapat berupa empati, perhatian, maupun
kepedulian
terhadap
individu
yang
bersangkutan.
17
Kesediaan
untuk
mendengarkan
keluhan
seseorang
akan
memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi. Pasien dalam keadaan sakit akan membutuhkan orang lain untuk mendengarkan keluh-kesah maupun penderitaan yang sedang dia alami. Pasien menceritakan hal-hal yang sedang dirasakan kepada orang lain akan dapat mengurangi beban penderitaan dan mengurangi kecemasan. Pasien akan merasa nyaman dan tentram apabila ada seseorang yang memberikan dukungan disekelilingnya,
merasa
diperhatikan,
serta
berada
dicintai
saat
menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka. 1.6.2.2 Dukungan penghargaan (esteem support) Dukungan
penghargaan
dapat
dilakukan
dengan
memberikan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau pesetujuan dengan gagasan atau perasaan individu. Misalnya disaat pasien dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia akan mengonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu, mungkin bagi pasien tertentu hal tersebut akan menjadi kenyataan yang sangat berat. Tetapi dengan kesadaran untuk sembuh dari pasien maka
orang-orang
terdekat
perlu
memberikan
dukungan
penghargaan maupun gagasan positif kepada pasien. Perbandingan positif individu dengan individu lain, seperti perbandingan dengan orang-orang yang kurang mampu atau keadaan yang lebih buruk dari dirinya. Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan
18
dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai. 1.6.2.3 Dukungan instrumental (instrumental support) Dukungan instrumental dapat berupa bantuan uang, waktu, dan dapat pula berupa bantuan dalam pekerjaan sehari-hari. Bantuan uang dapat ditujukan kepada pasien yang tidak mampu membiayai
pengobatannya.
Bantuan
waktu
dapat
berupa
memberikan keluangan waktu untuk menemani pasien baik pada saat periksa ke dokter maupun menemani pasien disetiap aktivitasnya. Bantuan dalam pekerjaan sehari-hari dapat berupa dengan meringankan beban pekerjaan pasien misalnya membantu membereskan rumahnya, membantu menyelesaikan pekerjaannya. Dukungan
ini
membantu
individu
dalam
melaksanakan
aktivitasnya. 1.6.2.4 Dukungan informasi (informational support) Dukungan informasi dapat berupa pengarahan, umpan balik atau nasehat mengenai apa yang dilakukan individu yang bersangkutan. Nasehat dan pengarahan dapat berasal dari professional dalam hal ini dokter, perawat, staff rumah sakit, keluarga, taman dekat, maupun kelompok sesama pasien. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara
19
memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Dukungan informatif dapat pula membantu individu mengambil keputusan yang mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasehat, dan petunjuk. 1.6.2.5 Dukungan jaringan sosial (companionship support) Dukungan
jaringan
sosial
merupakan
perasaan
keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial. Beberapa rumah sakit membuat kelompokkelompok tertentu untuk pasiennya. Misalnya kelompok pasien yang melakukan fisioterapi, pasien yang melakukan kemoterapi maupun terapi lainnya. Di dalam kelompok tersebut pasien dapat saling berbagi kesenangan dan saling mendukung dengan pasien lainnya. Bukan hanya dukungan dari sesama pasien yang bisa didapatkan, tetapi juga dari keluarga pasien. Keluarga pasien yang mengantarkan berobatpun dapat saling berbagi kisah tentang halhal yang pernah dialaminya. Dukungan sosial dari kelompok atau komunitas tersebut dapat memberikan semangat baru bagi pasien. Pasien akan merasa bahwa ternyata ada banyak orang yang mengalami hal seperti apa yang sedang dialaminya. 1.6.3
Sumber-sumber dukungan sosial
20
Dukungan sosial yang diterima pasien dapat berasal dari berbagai sumber. Kahn & Antonoucci (dalam Sarafino, 2011;68) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang
hidupnya,
yang
selalu
bersama
dengannya
dan
mendukungnya. Misalnya : keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat. Keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan pasien penyakit essential primary Hipertension. Peran keluarga sangat berpengaruh terhadap kerutinan pasien untuk mengonsumsi obat maupun periksa ke dokter. Dukungan keluarga juga berpengaruh dalam mengubah pola hidup yang lebih sehat untuk proses penyembuhan pasien. Dukungan sosial dari keluarga jauh akan membuat pasien merasa diperhatikan dan disayangi. 2. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat seperti teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan juga dapat merubah pola pikir pasien dalam proses penyembuhan. Dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, maupun dukungan jaringan sosial akan merubah pola pikir dan tindakan pasien ke arah yang lebih baik.
21
3. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau professional, keluarga jauh. Dokter, tenaga ahli, atau professional akan sangat mempengaruhi pasien. Dokter dalam hal ini sebagai seseorang yang menentukan bahwa pasien sedang mengalami sakit atau tidak. Dokter pula yang menentukan tindakan medis kepada pasien
Essential primary
Hipertension. Dokter memegang kendali dalam menangani pasien, menentukan obat apa yang harus dikonsumsi oleh pasien, terapi apa yang harus dilakukan pasien dan pantangan-pantangan yang harus pasien jalani dalam proses penyembuhan. Tenaga ahli seperti perawat berperan mendampingi pasien pada saat mendapatkan penanganan medis di rumah sakit. 1.6.4
Dukungan Sosial bagi Pasien Penelitian yang dilakukan oleh Symister dan Ronald Fried (dalam Jurnal Health Psychology, 2003) pada 86 pasien penyakit ginjal kronis yang menyimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan optimisme dan menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Apakah dukungan sosial yang dirasakan oleh pasien penyakit kronis dapat dirasakan juga oleh pasien Essential Primary Hipertension di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul yang jumlahnya terus bertambah.
22
Dukungan sosial mempengaruhi kehidupan pasien Essential Primary Hipertension. Dukungan sosial berperan positif bagi pasien. Dukungan tersebut dapat berasal dari individu sendiri maupun dari luar dirinya. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan fisik maupun psikologis. Menurut Sarafino (2006;85), ada dua model teori untuk mengetahui bagaimana dukungan sosial itu bekerja dalam diri individu, yaitu : 1.
The Buffering Hypothesis Menurut teori ini, dukungan sosial akan memengaruhi kesehatan seseorang dengan cara melindungi seseorang dari akibat negatif stress yang berat, dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu sehingga akan memengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu. Pada the buffering hypothesis ketika suatu individu menghadapi stressor seperti ketika mengalami krisis keuangan maka individu tersebut dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi akan menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stress bila dibandingkan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah karena individu tersebut berharap bahwa seseorang yang dikenal individu tersebut akan menolong individu tersebut. Selain itu individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan mampu merubah respon seseorang terhadap stressor yang dihadapinya, contohnya individu yang memiliki dukungan sosial
23
tinggi akan memiliki seseorang yang akan dapat memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapinya atau justru menganggap bahwa masalah tersebut tidak terlalu penting dipikirkannya. Dukungan sosial menurut teori the buffering hypothesis untuk melindungi individu dengan melawan efek-efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya lemah atau kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat tetapi ketika tekanan yang dialami tinggi dapat diatasi dengan dua cara berikut : a. Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stress bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan menolong individu tersebut. b. Dukungan sosial dapat merubah respon seseorang terhadap stressor yang telah diterima sebelumnya. Contohnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi, mungkin memiliki seseorang yang dapat memberikan solusi terhadap masalah individu atau melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting, atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.
24
2.
The Direct Effect Hypothesis Menurut the direct effect hypothesis dukungan sosial bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang dalam kondisi stress maupun tidak, dimana orang yang menerima dukungan sosial cenderung lebih sehat dengan atau tanpa adanya tekanan-tekanan. Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Dengan model ini dukungan sosial memberikan manfaat yang sama baiknya dalam kondisi yang penuh tekanan maupun tidak ada tekanan. Individu dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal tersebut dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti mengacu pada teori The Direct Effect Hypothesis. Pada teori tersebut dukungan sosial tidak hanya diberikan ketika pasien mendapatkan tekanan-tekanan negatif. Tekanan-tekanan negatif tersebut misalnya pada saat pasien mengalami gejala rasa sakit yang kuat atau pasien pada keadaan yang berat dan kritis. Teori the direct effect hypothesis berbeda, artinya adalah pada kondisi stabilpun pasien tetap mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya. Dari hal tersebut pasien merasa bahwa mereka diperhatikan dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Misalnya dukungan sosial
25
yang berasal
dari keluarga, mereka
akan
memperhatikan dan
mengingatkan pasien untuk minum obat dan mengonsumsi makanan yang sehat dan menghindari makanan yang tidak sehat menurut dokter. Dukungan sosial seperti ini akan dapat membatu pasien dalam proses percepatan penyembuhan penyakit.
26