BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lembaga pendidikan dasar pertama yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD). Sesuai dengan Undangundang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan Sistem Pendidikan Nasional adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat serta mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan menengah. Oleh karena itu pengelolaan dan penanganan pendidikan dasar yang memadai perlu ditingkatkan. Salah satu faktor penunjang peningkatan pendidikan dasar adalah KTSP. Pengembangan KTSP juga memberikan peluang untuk dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah. Hal ini didasari pertimbangan bahwa kepala sekolah dan gurulah yang lebih memahami kondisi sekolah dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya. Dengan demikian, diharapkan pendidikan yang diselenggarakan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta kondisi masing-masing daerah yang sangat heterogen. (Chamisijatin, 2009: 6-7). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan atau diajarkan kepada anak didik di suatu lembaga pendidikan dasar (Sekolah Dasar). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Di samping itu dengan adanya alat peraga yang disediakan oleh sekolah menjadikan pembelajaran lebih mudah. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA, siswa harus mencapai Standar Ketuntasan yang telah ditentukan. Namun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam juga mata pelajaran yang dianggap sulit bagi setiap siswa yang kecerdasannya sedang dan kurang. Terutama banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam materi mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari (KTSP 2007 IPA Kelas II) sehingga hasil belajar siswa menjadi di bawah standar. Hal itu juga dialami siswa di SDN Tambakrejo 02 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Dari hasil ulangan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, tentang materi mendiskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan seharihari, terdapat 8 siswa (38%) dari 21 siswa mendapat nilai yang mencapai Standar Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu 70. Namun terdapat 13 siswa (62%) dari 21 siswa yang tidak mencapai Standar Ketuntasan Minimal. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa siswa kelas II SDN Tambakrejo 02
Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang masih di bawah standar persentase ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 80%. Dari hasil diskusi peneliti diperoleh penyebab kesulitan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya menggunakan cara konvensional sehingga siswa hanya menerima informasi tanpa menemukan sendiri, guru sering kali kurang dapat membangkitkan motivasi untuk menarik perhatian siswa serta penggunaan alat peraga kurang optimal. Dalam hal ini upaya meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD diperlukan kreativitas guru agar
pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga ketentuan belajar tercapai sesuai harapan. Berdasarkan penyebab kesulitan yang seperti tersebut di atas, maka perlu adanya upaya pemecahannya. Yaitu berupa pengembangan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan pembelajaran. Antara lain: 1) siswa aktif dalam proses pembelajaran, 2) pembelajaran harus menggunakan benda-benda yang konkrit, 3) pembelajaran siswa harus mengenal/menemukan masalah. Menurut Jean Peaget (dalam Sumantri, 2008: 121) perkembangan peserta didik dibagi menjadi empat fase, antara lain: 1). sensor motorik (masa anak usia mulai 0 tahun sampai dengan 2 tahun) 2). pra operasional (masa anak usia mulai 2 tahun sampai dengan 7 tahun) 3). operasional konkrit (masa anak usia mulai 7 tahun sampai dengan 11 tahun) 4). operasional formal. (masa anak usia mulai 11 tahun sampai dengan 15 tahun) Santrok dan Yussen (dalam Sumantri, 2008: 120) membagi perkembangan anak menjadi lima fase, antara lain: 1) fase pranatal (saat dalam kandungan) 2) fase bayi (sejak lahir sampai umur 18 atau 24 bulan) 3) fase kanak-kanak awal/prasekolah (sejak umur 2 tahun sampai 5 atau 6 tahun) 4) fase kanak-kanak tengah dan akhir (sejak umur 6 tahun sampai 11 tahun) 5) fase remaja (sejak umur 11 tahun sampai 22 tahun) Untuk siswa kelas II Sekolah Dasar termasuk pada fase operasional konkrit. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang sesuai untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Metode yang sesuai dengan harapan di atas adalah metode outdoor activity. Dengan metode outdoor activity ini siswa diharapkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik apabila diperagakan dengan menghubungkan dengan masalah di sekitar lingkungan siswa. metode outdoor activity menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah dikemukakan rumusan sebagai berikut. 1. Bagaimana penerapan metode outdoor activity untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam mempelajari kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA di SDN Tambakrejo 02 Kabupaten Jombang? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas II dalam mempelajari kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA di SDN Tambakrejo 02 Kabupaten Jombang menggunakan metode outdoor activity?
1.3. Rumusan Hipotesis Penggunaan metode outdoor activity dapat meningkatkan prestasi hasil belajar mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari pada siswa kelas II SDN Tambakrejo 02 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan penerapan metode outdoor activity dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam mempelajari kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA di SDN Tambakrejo 02 Kabupaten Jombang. 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas II dalam mempelajari kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari pada mata pelajaran IPA di SDN Tambakrejo 02 Kabupaten Jombang menggunakan metode outdoor activity.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru a. Meningkatan kemampuan dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Mengatasi masalah pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode outdoor activity 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dengan menggunakan metode outdoor activity.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas II dalam mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dengan menggunakan metode outdoor activity.
1.6 Penegasan Istilah Adapun istilah-istilah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan Hasil Belajar Belajar merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu peserta didik berkembang secara utuh, baik dalam dimensi kognitif maupun dalam dimensi afektif dan psikomotor. (Lapono, 2010: 5-201). Selain itu menurut Siddiq (2009: 1-3), bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Dapat disimpulkan bahwa Peningkatan hasil belajar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa. Dimana siswa perlu adanya motivasi dan bimbingan yang dapat menunjang perkembangan karakter siswa yang mencakup faktor koqnitif, afektif maupun psikomotor untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. 2) Metode Outdoor Activity Metode merupakan cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. (Anwar, 2003: 281). Outdoor pengertiannya adalah di luar ruangan. Activity pengertiannya
adalah sebuah kegiatan (Anshori, 2008: 12) Oleh karena itu, metode outdoor activity merupakan suatu kegiatan atau pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan untuk mencapai maksud tertentu. Dalam artian dapat dilakukan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.