BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) pada hakekatnya merupakan lingkungan pendidikan
formal yang pertama dimasuki oleh anak-anak sesudah mendapat pendidikan dalam lingkungan keluarga yang lebih bersifat informal. Secara sosial sekolah dasar merupakan lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan dengan dalam keluarga, dan merupakan persiapan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Di sekolah dasar untuk pertama kalinya anak mendapat bentuk pendidikan yang sifatnya baru bagi anak-anak dibandingkan dengan di dalam keluarga. Dikatakan formal karena segala kegiatan pendidikan dilaksanakan secara formal baik jenjang, kurikulum, waktu, maupun tata organisasinya. Guru sekolah dasar (SD) sebagai guru kelas, selain wajib melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berupa penyusunan program pengajaran, menyajikan program pengajaran, dan melaksanakan evaluasi belajar, juga wajib melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Masalah yang dihadapi siswa sekolah dasar (SD) harus diperhatikan, karena dari sekolah dasar anak (siswa) karakter yang mereka miliki dapat menuju ke arah yang lebih positif. Dengan begitu pada tahun-tahun ini pemerintah sudah menerapkan bahwa setiap sekolah sekolah dasar harus ada guru BK.
1
Supriadi (dalam Setiawati dan Chudari, 2007) menyatakan bahwa Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien agar dapat 1) memahami dirinya, 2) mengarahkan dirinya, 3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, 4) menyesuaikan diri denga lingkungannya (keluarga, sekolah,masyarakat), 5) mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan bagi mayarakatnya. Sedangkan konseling diartikan sebagai kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengaraan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang diadapinya. Kegiatan bimbingan dan konseling pada sekolah dasar pelaksanaannya terintegrasi dalam kegiatan proses belajar mengajar, artinya guru BK tidak memprogramkan pada waktu tertentu secara khusus seperti yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di SMP ataupun di SMA dan sederajat, karena kegiatan guru kelas sangat padat untuk kegiatan mengajar sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dasar kurang efektif. (Oemar Hamalik, 2000) Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya. Berdasarkan Lampiran Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kurikulum SD memuat 8 Mata Pelajaran, Muatan Lokal dan Pengembangan Diri.Pengembangan Diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
2
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai kondisi sekolah. Kegiatan Pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan peserta didik. Pada jenjang sekolah dasar (SD) sampai saat ini belum ditemukan posisi struktural untuk konselor (Depdiknas, 2007). Namun demikian sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar, kebutuhan terhadap layanan bimbingan konseling tetap ada sehingga tugas-tugas bimbingan diintegrasikan dalam tugas-tugas guru kelas. Proses belajar dapat berlangsung apabila terjadi perubahan tingkah laku dengan bertambahnya pengetahuan, ketarampilan serta sikap. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan inti. Untuk itu sekolah dalam hal ini guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka dapat berhasil dalam belajar. Berkaitan dengan tanggung jawab guru, maka hendaknya guru pembimbing, membimbing siswa dalam mengatasi masalahmasalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Atas dasar alasan diatas maka bimbingan perkembangan guru perlu dilaksanakan agar siswa dapat belajar secara mandiri. Siswa sekolah dasar tidak secara otomatis dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru di sekolah secara mandiri, melainkan perlu adanya latihan dan bimbingan. Bimbingan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional dan sosialnya. Mengingat bahwa setiap individu mempunyai perbedaan, maka bimbingan dilakukan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang menjadi tanggung jawabnya. Dan
3
kemandirian belajar adalah bahwa seseorang secara bebas mempunyai ide dan tanggung jawab atas segala keputusan yang diambil berkaitan dengan perubahan tingkah laku sebagai akibat bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta sikap pada diri seseorang. Di sekolah, kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan guru pembimbing. Dengan demikian, kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau penyuluhan fungsional yang bersifat professional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi (Prayitno, 2001). Banyak sekali masalah yang diderita oleh para siswa sekolah dasar sekarang ini, masalah dalam belajarnya, dalam kemandirian, dalam keberanian, sosialisasi dan karirnya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Guru dalam membimbing para siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, harus mendapatkan bimbingan dari guru yang mengerti akan bimbingan dan konseling yang professional. Di Sekolah Dasar Negeri, ada guru kelas untuk membimbing siswa di kelas, itupun masih belum cukup karena itu hanya membimbing saja. Jika ada masalah pribadi dan kemudian itu menjadi penyebab dia menurun prestasinya, guru kelas belum tentu bisa mengetahui permasalah siswa. Hasil dari wawancara dengan guru kelas khususnya kelas tinggi dan kepala sekolah masing-masing sekolah di gugus Diponegoro, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, diketemukan bahwa kelas tinggi ada beberapa permasalahan siswa terhadap belajar, kurang kasih sayang orang tua dan sekarang ini maraknya
4
siswa sekolah dasar sudah terkena pengaruh rokok dari masyarakat maupun lingkungan sekitar. Dari penelitian-penelitian yang sebelumnya, menurut Puspitaningsih (2008) “Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling di SD Muhammadiyah se-Surabaya”, bahwa tahun ajaran 2008-2009 di SD Muhammadiyah se-Surabaya pada dasarnya menggunakan program yang diadopsi dari program umum pemerintah untuk sekolah menengah yaitu pola 17 plus dalam melaksanakan program layananannya, yang terdiri dari: enam bidang bimbingan, sembilan kegiatan layanan, dan lima kegiatan pendukung. Namun dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan anak didik. Hasil penelitian lain, Christiani (2012) yang berjudul, “Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD Swasta Kristen/Katolik se-Kecamatan Semarang Selatan”, bahwa dalam tahap perencanaan yaitu penyusunan program dibuat seadanya bahkan tidak dikerjakan, pelaksanaan tidak dalam jam khusus bimbingan dan konseling dan hanya disisipkan dalam penyampaian materi pelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan hanya sebatas pada evaluasi proses pada waktu pemberian materi layanan dan tidak diberikan evaluasi hasil sehingga tidak diketahui pencapaian hasil dari pemberian materi layanan bimbingan dan konseling. Di kecamatan kedungjati kabupaten grobogan ada 3 gugus atau dabin (daerah binaan), diantaranya 1) Dabin Ki Hajar Dewantara, 2) Dabin Diponegoro dan 3) Dabin Hasanudin, Setiap dabin jumlah sekolah dasar berbeda-beda. Peneliti
5
memilih Gugus atau Dabin Diponegoro, sebab di wilayah tersebut siswa memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Guru dan kepala sekolah di sekolah dasar di gugus diponegoro lulusan dari perguruan tinggi ada pula yang lulusan dari bimbingan dan konseling, maka guru kelas dan kepala sekolah sudah mempunyai ilmu dasar tentang bimbingan dan koseling. Akan tetapi sekolah dasar negeri di kecamatan kedungjati tidak membuat program untuk bimbingan dan konseling untuk siswa. Di sebabkan tidak adanya guru pembimbing dan belum jalannya implementasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Sampai saat ini, di jenjang sekolah dasar tidak ditemukan guru bimbingan dan konseling, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar. Kebutuhan akan pelayanan siswa sekolah dasar tentu saja berbeda dari kinerja guru bimbingan dan konseling di jenjang sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan kata lain, guru bimbingan dan konseling dapat berperan secara produktif di jenjang sekolah dasar, dengan memposisikan diri sebagai konselor kunjung yang membantu guru sekolah dasar atau guru kelas mengatasi perilaku mengganggu. Pada jenjang sekolah dasar belum ada program bimbingan dan konseling. Banyak sekali masalah yang dimiliki siswa sekolah dasar, agar masalah siswa dapat dibantu dan diselesaikan, harus ada program yang dapat membantu permasalahan siswa sesuai dengan perkemangan siswa sekolah dasar. Dengan
6
adanya program bimbingan dan konseling untuk sekolah dasar, permasalahan dan kebutuhan layanan siswa dapat disusun dalam program bimbingan dan konseling. Program ini nantinya dapat membantu permasalahan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sekarang ini memang guru BK di sekolah dasar belum ada, namun seharusnya guru bimbingan dan konseling harus di sekolah formal, itu juga harus ada di sekolah dasar. Agar nantinya siswa sekolah dasar dapat di bimbing dalam penyelesaiaan permasalahan. Maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimanakah membuat program bimbingan dan konseling itu di terapkan untuk kelas tinggi di gugus Diponegoro, Kec. Kedungjati, Kab. Grobogan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalah penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan pokok sebagai berikut:
“Bagaimana Menyusun
Program Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan?”. 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian yang ditetapkan, maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah : “Untuk Menyusun Program Bimbingan dan Konseling yang sesuai pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan”.
7
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan bermanfaat praktis di lapangan 1.4.1
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menguji teori-teori psikologi perkembangan
yang menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling sangat diperlukan saat siswa berada di sekolah dasar 1.4.2
Manfaat Praktis 1) Membantu
guru
dalam
membimbing
belajar,
perilaku,
tugas
perkembangan siswa. 2) Bagi siswa, dengan adanya bimbingan dari guru Bimbingan dan Konseling dapat menumbuhkan sikap mandiri dalam menyelesaikan permasalahannya yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah. 1.5 Sistematika Penulisan Gambaran penelitian ini akan diuraikan dalam lima bab, yaitu: Bab I
: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teori yang berisi tentang pengertian program bimbingan dan konseling, pelaksanaan program BK di SD, penyusunan program, hasil penelitian yang relevan.
8
Bab III
: Metode Penelitian berisikan tentang lokasi penelitian, metode dan alasannya, langkah-langkah pebelitian dan pengembangan, populasi dan sampel, teknik pengumpuln data, teknik analisis data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan Penelitian yang terdiri dari pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, hasil observasi, hasil wawancara, program bimbingan dan konseling, uji ahli, pembahasan berita acara uji ahli, program bimbingan dan konseling direvisi. Bab V
: Penutup yang berisikan simpulan dan saran.
9