1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agrowisata atau wisata pertanian merupakan sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan. Saat ini, agrowisata semakin dikembangkan sebagai bentuk pelestarian lingkungan dan sumber daya lahan pertanian. Selain perkebunan menjadi sektor ekonomi yang dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat, perkebunan juga mampu menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan. Wisatawan tidak hanya dapat melihat hamparan perkebunan, namun juga dapat melihat proses berkebun yang dilakukan oleh petani lokal. Bahkan tidak jarang beberapa agrowisata melibatkan wisatawan dalam proses perkebunan yang ada sehingga wisatawan dapat merasakan secara langsung kegiatan yang dilihat. Pulau Obi merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia bagian timur. Letaknya yang berjauhan dari ibukota Indonesia menjadikan pulau ini belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Pulau ini memiliki lima kecamatan dan salah satu kecamatan yang paling potensial ialah Kecamatan Obi. Mayoritas penduduk di pulau ini bekerja di sektor perkebunan khususnya perkebunan cengkeh. Namun, kegiatan pariwisata belum menjadi prioritas utama di Kecamatan Obi. Padahal, Kecamatan Obi memiliki potensi yang beragam seperti keindahan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus seperti agrowisata (Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan, 2014:59). Kegiatan pelatihan dari mahasiswa KKN PPM UGM 2014 dan
2
penelitian dari kalangan akademisi lainnya juga dilaksanakan di Pulau Obi khususnya Kecamatan Obi sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Gambar 1.1 Produksi Cengkeh Nasional Tahun 2007-2015
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 20121 Cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Obi telah membantu peningkatan kualitas hidup masyarakat Obi. Cengkeh merupakan jenis tanaman perkebunan yang sering digunakan sebagai bahan baku rokok kretek dan minyak cengkeh sebagai aromaterapi serta obat sakit gigi. Cengkeh juga digunakan sebagai bumbu dalam bentuk utuh maupun bubuk yang banyak digunakan di Eropa dan Asia. Luas lahan perkebunan cengkeh di Kecamatan Obi ialah seluas 412 hektar dengan jumlah produksi sebanyak 781,2 ton (Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan, 2014:6). Cengkeh tersebut kemudian dipasarkan ke Ternate untuk diproduksi menjadi rokok kretek dan
1
Produksi Cengkeh Nasional 2012, diakses dari http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id tanggal 24 September 2014 pukul 13:24
3
minyak cengkeh. Perkebunan cengkeh di Kecamatan Obi terdapat di daerah pegunungan dan Pulau Bisa yang letaknya di utara Kecamatan Obi. Produksi cengkeh di Kecamatan Obi masih dipasarkan berupa hasil panen mentah saja, sehingga belum ada pengolahan pasca panen dan pengembangan partisipatif untuk kegiatan wisata. Pengembangan kebun cengkeh sebagai kawasan agrowisata sangat diharapkan oleh masyarakat sebagai pendorong kelestarian budidaya cengkeh, promosi hasil perkebunan lokal, dan promosi potensi pariwisata di Kecamatan Obi. Agrowisata cengkeh merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif di sektor perkebunan yang diprediksi dapat memberi nilai tambah bagi usaha pertanian dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan agrowisata cengkeh sangat diperlukan guna mencapai keberlanjutan pariwisata. Adanya agrowisata cengkeh yang potensial dan keinginan masyarakat untuk mengembangkan potensi tersebut menjadi sebuah kegiatan agrowisata yang atraktif, merupakan dasar dilakukannya penelitian “Strategi Pengembangan Perkebunan Cengkeh Sebagai Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat sebagai pedoman penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan agrowisata cengkeh di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan?
2.
Bagaimana strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan?
4
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui
bentuk
partisipasi
masyarakat
terhadap
pengembangan
agrowisata cengkeh di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. 2.
Mengetahui strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoretis Penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata khususnya penerapan konsep agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
2.
Manfaat praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini ialah bagi pemerintah setempat, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor pariwisata, khususnya agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Obi. Penelitian ini
juga dapat
menjadi panduan untuk
mengembangkan usaha agrowisata bagi masyarakat lokal di Kecamatan Obi khususnya dan Kepulauan Obi secara umum.
5
1.5 Tinjauan Pustaka Resa Maharani (2009) dalam skripsi yang berjudul “Studi Potensi Lanskap Perdesaan Untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian sudah cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Masyarakat Kecamatan Cigombong sudah siap dalam menerima adanya kegiatan agrowisata ini. Sedangkan berdasarkan kelayakan kawasan untuk pengembangan agrowisata didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, mushola, tempat parkir, dan toilet umum. Syafirin Abdullah (2012) dalam disertasi yang berjudul “Rekayasa Sistem Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat”. Penelitian dilaksanakan di kawasan pertanian potensial di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian yang didapat ialah berupa rekayasa pengembangan kawasan agrowisata yang disusun atas dasar kebutuhan masyarakat lokal sebagai elemen kunci pengembangan.
Pengembangan
tersebut
berupa
penetapan
kawasan
pengembangan dan zonasi, penetapan komoditas unggulan dan produk olahan agroindustri, penetapan sarana prasarana, dan sistem pengelolaan. Pembinaan sumber daya manusia menjadi syarat mutlak keberhasilan pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur.
6
Anggarini Dianing Safitri (2012) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo” menjabarkan bahwa peluang dari kegiatan agrowisata tersebut terletak pada adanya dukungan dari masyarakat lokal dan pemerintah. Namun, pihak pengelola belum melakukan riset pasar dan target pasar yang dibidik belum jelas sehingga menimbulkan ancaman tingginya persaingan dengan objek wisata sejenis.
Strategi
dan
peringkat
strategi
pengembangan
yang
dapat
direkomendasikan kepada Wisata Agro Tambi berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM antara lain, 1) menambahkan fasilitas baru di lingkungan Wisata Agro Tambi, 2) meningkatkan loyalitas pengunjung, 3) menciptakan sistem manajerial keuangan, 4) menciptakan kegiatan promosi dan pemasaran yang lebih efektif dan intensif, 5) menciptakan fasilitas penelitian dan pengembangan untuk memantau perkembangan preferensi konsumen, dan 6) menjalin kemitraan dengan objek wisata di Wonosobo dalam hal menciptakan paket wisata. Rendy Tanuwijaya Kastoyo (2013) dalam skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi” memaparkan beberapa strategi pengembangan agrowisata menggunakan matriks SWOT. Rekomendasi strategi pengembangan agrowisata Bukit Baros Cempaka meliputi meningkatkan promosi melalui sistem informasi dan membuat paket khusus yang telah ditentukan demi meningkatkan pelayanan, menjalin hubungan dengan objek wisata yang lain dan travel agent di Kabupaten Sukabumi, meningkatkan mutu kualitas dari fasilitas agrowisata dengan ciri khas
7
daerah, menerapkan pelatihan dan pengembangan SDM, menciptakan sistem manajemen yang jelas sebagai bahan evalusi agrowisata. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, diketahui adanya persamaan fokus penelitian yang bertema pengembangan agrowisata dan pariwisata berbasis masyarakat. Tidak ditemukan kesamaan lokus penelitian karena selama ini belum pernah ada penelitian yang dilakukan di Kecamatan Obi. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Perkebunan Cengkeh Sebagai Agrowisata Berbasis Masyarakat di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan” belum penah dilakukan oleh peneliti terdahulu. 1.6 Landasan Teori Community-Based Tourism (CBT) Komunitas merupakan sekelompok orang dalam satu area dengan persamaan sosial dan budaya. Menurut Demartoto (2009:21-23), pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholders pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Secara ideal prinsip pembangunan community-based tourism (CBT) menekankan pada pembangunan pariwisata “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat diarahkan untuk mengurangi tekanan terhadap objek dan daya tarik wisata sehingga pembangunan pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
8
Community-based tourism (CBT) merupakan salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Menurut Garrod (2001:8-13), elemen-elemen utama dalam perencanaan partisipatif ialah adanya kepemimpinan yang efektif, pemberdayaan masyarakat lokal, keterkaitan keuntungan ekonomi dengan konservasi, melibatkan stakeholder lokal dalam setiap tahapan proyek, dan partisipasi lokal dalam monitoring dan evaluasi proyek. Sementara itu Suansri (2003:21-22) memaparkan prinsip-prinsip yang merupakan aspek utama dalam pengembangan CBT berupa 5 dimensi antara lain. 1.
Dimensi ekonomi dengan indikator adanya dana pengembangan komunitas lokal dan terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata.
2.
Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, adanya kebanggaan komunitas lokal, dan membangun serta menguatkan organisasi lokal.
3.
Dimensi budaya dengan indikator mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, penguatan budaya lokal, dan membantu adanya pertukaran budaya yang berdampak positif.
4.
Dimensi lingkungan dengan indikator
pengembangan daya dukung
lingkungan berbasis masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam konservasi. 5.
Dimensi politik dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal dan peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas.
9
Gambar 1.2 Pola Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Sebagai Perencana Dari Masyarakat
Sebagai Investor Masyarakat
Sebagai Pelaksana
Pemerintah
Oleh Masyarakat
dan Swasta Sebagai Pengelola Untuk Masyarakat Sebagai Pemantau dan Evaluator
(Sumber: Demartoto, 2009:22) Bagan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengembangan community-based tourism berperan di semua lini pembangunan baik sebagai perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemantau, maupun evaluator. Penguatan jati diri merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Demartoto, 2009:21-23). Indikator masyarakat sebagai perencana ialah mengidentifikasi kebutuhan, mengintegrasi bentuk-bentuk pengembangan pariwisata, menetapkan tujuan, dan pengambilan keputusan. Indikator masyarakat sebagai investor ialah masyarakat sebagai pemegang saham dan penyandang dana dalam proses pengembangan, besar kecilnya dana ditetapkan dalam pengambilan keputusan. Indikator masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola ialah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana dan pembentukan lembaga serta kepemimpinan yang baik. Masyarakat sebagai pemantau dan evaluator dengan indikator mempertinggi informasi-informasi, membuat mata rantai yang kuat
10
antara
perencanaan dan
manajemen,
serta memberi rekomendasi
bagi
keberlanjutan program (Garrod, 2001:4-14). Pengembangan Pariwisata Menurut Ramly (2007:45), pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Sementara itu Gartner (1996:8) berpendapat, “Development can also be viewed as a process. Tourism Development is often viewed as a process of physical change”. Menurut Suwantoro (2004:55), strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang, dan bertahap. Dapat dikatakan bahwa pengembangan pariwisata merupakan proses perubahan fisik maupun nonfisik suatu daya tarik maupun potensi wisata agar lebih menarik dan berkembang. Adapun menurut Suwantoro (2004:56) sapta kebijakan pengembangan pariwisata antara lain: 1.
Promosi Promosi pada hakikatnya merupakan pelaksanaan upaya pemasaran. Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
11
2.
Aksebilitas Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektoral.
3.
Kawasan Pariwisata Pengembangan Kawasan pariwisata dimaksud ialah untuk meningkatkan peran serta daerah dalam pengembangan pariwisata dan mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.
4.
Wisata Bahari Wisata Bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.
5.
Produk Wisata Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.
6.
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata.
Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata. 7.
Kampanye Nasional Sadar Wisata Kampanye
nasional
sadar
wisata
pada
hakikatnya
adalah
upaya
memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin nasional dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.
12
Sementara itu menurut Inskeep (1991) dalam Hadiwijoyo (2012:59-60), komponen pengembangan pariwisata secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut, 1) atraksi dan aktivitas pariwisata, 2) akomodasi, 3) fasilitas dan jasa layanan pariwisata lainnya, 4) fasilitas dan layanan jasa transportasi, 5) infrastruktur lainnya seperti air, listrik, dan telekomunikasi, serta 6) elemen institusional berupa program perencanaan, pendidikan dan pelatihan SDM, promosi dan pemasaran strategis, kebijakan investasi, program pengendalian pengaruh ekonomi, lingkungan, dan sosial kultural. Agrowisata Pengertian agrowisata dalam Surat Keputusan (SK) bersama antara Menteri Pertanian
dan
Menteri
204/KPTS/HK/050/4/1989
Pariwisata, dan
No.
Pos,
dan
Telekomunikasi
KM.47/PW.DOW/MPPT/89
No.
Tentang
Koodinasi Pengembangan Wisata Agro, didefinisikan sebagai bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999:4-5), agrowisata diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek di bidang pertanian. Adanya kegiatan agrowisata haruslah menjamin kelestarian lingkungan khususnya sumber daya hayati sehingga mampu menjamin kesejahteraan masyarakat di kawasan agrowisata. Pengembangan agrowisata pada konsep universal dapat ditempuh melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang
13
diminta konsumen dan pasar global. Sedangkan pada konsep uniqueness, konsumen ditawarkan kepada produk spesifik yang bersifat unik. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata dapat dikembangkan sebagai berikut. 1.
Perkebunan Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional ataupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat.
2.
Tanaman pangan dan hortikultura Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultura berupa bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata.
3.
Perikanan Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata seperti pola tradisional dalam perikanan.
4.
Peternakan Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan, serta budidaya hewan ternak.
14
5. Kehutanan Dalam beberapa literatur tentang wisata alam ekowisata, objek wisata kehutanan termasuk dalam golongan ekowisata yang hakekatnya merupakan wisata alam. Tanaman Cengkeh Cengkeh atau sering disebut Syzygium aromaticum merupakan jenis tanaman perkebunan asli Maluku. Menurut Hadipoentyanti (1997:17) cengkeh termasuk dalam famili Myrtaceae dan merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku yang banyak tumbuh dan tersebar sebanyak ±3.000 jenis di daerah tropik dan subtropik. Tanaman ini berbentuk pohon yang tingginya mencapai 15-40 meter dengan akar tunggang mencapai kedalaman sampai tujuh meter. Tanaman cengkeh ini dapat hidup lebih dari 200 tahun. Hadipoentyanti (1997:21-23) juga menggolongkan cengkeh menjadi empat tipe, antara lain tipe Zanzibar, Sikotok, Siputih, dan Ambon. Tipe Zanzibar merupakan jenis cengkeh yang paling banyak dibudidayakan oleh petani dan karakternya mirip dengan cengkeh AFO I yang merupakan pohon cengkeh tertua dan terbesar yang tumbuh di lereng Gunung Gamalama di Pulau Ternate. Cengkeh yang dibudidayakan di Kecamatan Obi juga merupakan jenis Zanzibar dengan ciri daun berbentuk bulat panjang dengan warna merah muda sampai merah dan bentuk bunga langsing agak corong dengan warna merah, dan buah berbentuk konis panjang berwarna ungu kehitaman.
15
1.7
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan
penjelasan secara kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di dalam masyarakat Obi dengan menggunakan data lisan maupun tulisan yang berupa cerita mendalam dan terperinci. Metode ini dapat mempermudah pembaca dalam memahami isi dan maksud penulisan skripsi ini. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data 1.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan Obi, Kepulauan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Obi pada tanggal Juli 2014 - Maret 2015.
3.
Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada masyarakat dalam kawasan perkebunan cengkeh di Kecamatan Obi dengan menitik beratkan pada strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat.
4.
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Metode penelitian ini ialah dengan cara mengamati secara langsung kegiatan budidaya cengkeh yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Obi dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pariwisata.
16
b. Studi Pustaka (Library Research) Metode penulisan data ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui data kepustakaan dengan cara membaca dan mengumpulkan data dari referensi buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian seperti, jurnal, e-book, buku cetak, majalah, dan internet, serta penelitianpenelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi. c. Wawancara (Interview) Data ini diperoleh dengan cara wawancara spontan di tempat penelitian dengan metode penentuan informan menggunakan sistem purposive sample yang bertujuan mendapatkan informan sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber. Kriteria informan ialah yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan pariwisata dan pemerintah setempat. Oleh karena itu, narasumber dalam penelitian ini ialah Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Selatan, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi di Dinas Pariwisata Halmahera Selatan, Staff Badan Pusat Statistik Kecamatan Obi, Wakil Bidang Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan di BAPPEDA Kabupaten Halmahera Selatan, Perangkat Desa di Kecamatan Obi, Pemuda dan aktivis, petani cengkeh, dan masyarakat lokal. d. Focus Group Discussion (FGD) FGD merupakan proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Kelompok-kelompok yang dilibatkan dalam FGD ini ialah kelompok petani, kelompok kesenian cakalele, kelompok pengusaha penginapan dan
17
rumah makan, tokoh masyarakat, dan kelompok pengembang agrowisata. Teknik ini digunakan karena data tidak dapat diperoleh melalui wawancara individu dan observasi pribadi. 1.7.2 Metode Analisis Data Analisis yang berkaitan dengan penelitian ini ialah analisis SWOT, yang meliputi faktor internal berupa kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dan faktor eksternal yang meliputi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats). Penentuan strategi ialah dengan mencocokkan faktor ekternal dan internal yang kemudian menghasilkan strategi S-O (strengths-opportunities), W-O (weakness-opportunities), S-T (strengths-threats), dan W-T (weaknessthreats). Tabel 1.1 Matriks Analilis SWOT
INTERNAL
PELUANG (Opportunities) 5-10
Ciptakan strategi yang faktor menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
ANCAMAN (Threat) Tentukan ancaman
5-10
KELEMAHAN (Weakness)
Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-10 faktor kekuatan. kelemahan. Strength-Opportunities Weakness-Opportunities
EKSTERAL
Tentukan peluang
KEKUATATAN (Strength)
Strength-Threat
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Weakness-Threat
faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi untuk menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi untuk menghindari ancaman. ancaman. (Sumber : Rangkuti, 2014: 83-84)
18
1.8
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI WILAYAH DAN POTENSI WISATA PULAU OBI Bab ini membahas gambaran umum tentang Kecamatan Obi dan potensi wisata yang ada di Kecamatan Obi. BAB III PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil observasi, wawancara, studi pustaka, dan hasil pengumpulan data FGD yang kemudian akan ditafsirkan secara deskriptif melalui analisis bentuk partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pariwisata di Kecamatan Obi dan analisis rekomendasi strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat di Kecamatan Obi. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas kesimpulan dari pembahasan skripsi secara keseluruhan dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.