BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam konteks global saat ini dikenal sebagai masyarakat informasi. Sebuah masyarakat dimana informasi menjadi suatu hal yang sangat esensial karena sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, informasi dapat diperoleh dengan mudah, apalagi didukung dengan perkembangannya yang cukup pesat. Perubahan demi perubahan terjadi guna memuaskan kebutuhan penggunanya. Dalam kehidupan masyaratkat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khalayak yang bersifat massal diperlukan sebuah media. Media yang dapat mengakomodir semua itu adalah media massa. Media massa dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media penyampai pesan seperti televisi dan radio sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Namun pemberitahuan di surat kabar juga punya kelebihan yaitu mampu merekam atau dapat didokumentasikan, tidak demikian dengan televisi dan radio yang begitu dilihat, didengar, begitu juga hilang dari pendengaran dan penglihatan khalayak karena sifatnya yang sekilas. Sementara media cetak bisa dibaca kapan saja, walaupun tergantung pada periodisasi waktu terbit. Kelebihan lain yang dimiliki media cetak yang tidak dimiliki media massa elektronik adalah media cetak termasuk surat kabar memberikan kesempatan berfikir dan
Universitas Sumatera Utara
berefleksi kepada pembacanya yang justru pada kesempatan untuk berefleksi itulah letak kesanggupan manusia berfikir dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Surat kabar mampu memberi informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa kemana-mana, terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan. Surat kabar sangatlah penting member informasi yang benar dan akurat pada masyarakat, hal ini dikarenakan surat kabar merupakan salah satu sumber informasi bagi masyarakat. Sebagai salah satu bentuk media massa, surat kabar juga dapat membawa dampak bagi masyarakat baik berupa pengetahuan, persepsi, atau sikap. Sikap sendiri terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Salah satu fenomena pemberitaan yang menjadi objek penelitian adalah pemberitaan tentang Pansus Century. Kasus Century ini sangat menarik. Menurut KPK yang sudah mengkaji kasus ini Bank Century sejak mereka belum menerima hasil audit investigasi yang dilakukan BPK, bahwa tidak semua tindakan dalam kasus ini diduga merupakan tindak korupsi. Namun, ada yang merupakan tindak pidana perbankan, pencucian uang, hingga penyalahgunaan wewenang. Pelakunya juga tidak semua penyelenggara negara. Tim sembilan yang merupakan inisiator hak angket terus melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh untuk mencari dukungan terhadap hak angket DPR (Kompas, 4 Desember 2009:1). Tanggal 4 Desember 2009 pukul 03.29 dini hari akhirnya ditetapkanlah ketua Panitia Khusus Angket Bank Kasus Century. Setelah melalui proses panjang sekitar delapan jam, Idrus Marham dari Partai Golkar terpilih sebagai Ketua Panitia Khusus Angket Kasus Bank Century melalui voting. Gayus Lumbuun dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Mahfudz Siddiq dari Partai Keadilan Sejahtera, dan Yahya Sacawiria dari Partai Demokrat menjadi wakil (Kompas, 5 Desember 2009:1).
Universitas Sumatera Utara
Pandangan fraksi dalam Pansus Bank Century di DPR terbelah tiga. Partai Demokrat dan PKB memandang tidak ada masalah dalam pemberian dana talangan ke bank itu. Di lain pihak, Golkar, PDI Perjuangan, PKS, dan Hanura menyarankan agar Boediono, Sri Mulyani Indrawati, serta para pejabat lain yang bertanggung jawab supaya diproses secara hukum. Di tengah kedua kubu ini tentu ada PPP, Gerindra, dan PAN yang hanya mengungkap berbagai permasalahan tanpa menyebut siapa yang harus bertanggung jawab (Kompas, 1 maret 2010:3). Sejak terbentuknya Pansus Century, segala kegiatan penanganan kasus ini menjadi menjadi sorotan media. Kompas adalah surat kabar berskala nasional di Indonesia saat ini, dan merupakan salah satu surat kabar yang senantiasa memuat perkembangan berita kinerja Pansus Century sampai sekarang. Isu ini menjadi menarik untuk diikuti, karena berhubungan dengan hukum di Indonesia yang harus lebih ditegakkan. Banyak khalayak yang bahkan rela berlangganan surat kabar demi mendapatkan informasi yang aktual dan terpercaya tentang perkembangan kasus Century ini. Khalayak yang memiliki antusiasme tinggi terhadap pemberitaan Pansus Century ini adalah mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa adalah khalayak yang paling bersikap kritis terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan adanya pemberitaan kasus Century ini mampu menarik perhatian mahasiswa untuk membaca surat kabar demi mengikuti perkembangan kegiatan Pansus Century. Dengan membaca pemberitaan Pansus Century di Kompas ini dapat menyebabkan adanya pengaruh terhadap sikap mahasiswa baik kognitif maupun afektif. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh pemberitaan Pansus Century di Kompas terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pemberitaan Pansus Century di Kompas terhadap sikap mahasiswa FISIP USU ? ”
I.3. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian lebih jelas serta terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian difokuskan kepada pemberitaan Pansus Century di Kompas yang terbit bulan Desember 2009 sampai Maret 2010 menyangkut dengan credibility, context, content, clarity, continuity, consistency dan capability. 2. Penelitian
difokuskan
kepada
pengaruh
pemberitaan
terhadap
sikap
mahasiswa yang kognitif dan afektif. 3. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa FISIP USU yang diwakili oleh Departemen sosiologi, Depertemen Ilmu Kesejeahteraan Sosial, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Antropologi dan Departemen Ilmu Politik. 4. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan melihat hubungan dan menguji hipotesis. 5. Penelitian ini dilakukan bulan Februari 2010 hingga selesai
I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pola pemberitaan Pansus Century di Kompas.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahuiintensitas mahasiswa FISIP USU dalam mengkonsumsi pemberitaan Pansus Century di Kompas. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara pemberitaan Pansus Century di Kompas terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
I.4.2. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memperluas pengetahuan penulis dalam bidang komunikasi massa. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan kepada mahasiswa yang memiliki perhatian terhadap perkembangan informasi Pansus Century di Kompas. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan menambah khasanah penelitian di bidang komunikasi.
I.5. Kerangka Teori Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerangka teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya kerangka teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1. Teori S-O-R Prinsip S-O-R ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimuli khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Bagian-bagian utama dari teori ini adalah pesan (stimulus), penerima/ receiver (organism), efek (response) S-O-R ini merupakan dasar teori jarum hipodermik, yaitu efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini media dipandang sebagai obat yang disuntik ke dalam pembuluh darah audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Model ini dirumuskan sebagai berikut:
Organism:
Stimulus
− Perhatian
Respons
− Pengertian
(Perubahan Sikap)
− penerimaan
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus itu tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif mempengaruhi perhatian dari individu dan berhenti disini. Tetapibila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan
Universitas Sumatera Utara
dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) seperti kepemimpinan atau gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat(Effendi, 2003:254). Maka unsur-unsur dalam model ini adalah: a. Pesan (Stimulus, S) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pansus Century di Kompas. b. Komunikan (Organisme, O) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU. c. Respon (Response, R) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP USU.
I.5.2. Komunikator Komunikasi merupakan hal yang sudah sejak dahulu dikenal, bahkan sejak manusia belum memahami bahwa apa yang dilakukan itu merupakan komunikasi. Komunikasi berkembang bukan hanya dari media ataupun peralatan komunikasi itu sendiri, tetapi juga hal yang dikomunikasikan juga mengalami perkembangan sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan perkembangan kondisi dan situasi masyarakat. Komunikasi bukan hanya sebagai
pengiriman
atau
pertukaran
informasi,
tetapi
dapat
membentuk
opini/pendapat, dan mental masyarakat. Komunikasi menurut Berlson dan Steiner (1964) adalah penyampaian informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol, angka grafik dan lain-lain (Arifin, 1998:25). Menurut Belch & Belch (2004:141), komunikator dari sebuah komunikasi adalah orang atau organisasi yang memiliki informasi untuk berbagi dengan orang atau grup lain. Komunikator bisa berupa individu (penjual atau pembicara yang disewa) atau bukan pribadi (seperti korporasi atau organisasi itu sendiri). Rakhmat (2007:255) menyatakan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan ia sendiri. Tubbs & Moss (2000:114-119) menyatakan bahwa kredibilitas berarti kesediaan kita mempercayai sesuai yang dikatakan dan yang dilakukan seseorang. Kredibilitas merupakan pengaruh paling penting dalam penilaian kita terhadap seorang pembicara.Sejumlah penelitian menegaskan bahwa pembicara dengan kredibilitas tinggi cenderung lebih berpengaruh pada sikap pendengar daripada pembicara berkredibilitas rendah.Tampaknya kredibilitas merupakan pertimbangan yang lebih penting ketika kita menyakinkan hadirin daripada ketika kita menyampaikan informasi kepada mereka. Adapun gambar dari karakteristik komunikator adalah sebagai berikut: Credibility
Attractiveness
Likeability Trustworthiness
Expertise
Universitas Sumatera Utara
Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya (Clow & Baack, 2007:214). Dalam penelitian ini komunikatornya adalah Kompas sebagai surat kabar yang memuat tentang pemberitaan Pansus Century. I.5.3. Pesan Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Schramm melihat
komunikasi sebagai usaha yang
bertujuan untuk
menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama).
•
Model Wilbur Schramm (1)
Source
EncoderDecoder
Signal
Destination
Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : 1. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi). 2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
Universitas Sumatera Utara
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dan lain-lain.
•
Model Wilbur Schramm (2)
Field of Experience Source
Encoder
Field of Experience Signal
Decoder
Destination
Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dan laun-lain) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan.Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
•
Model Wilbur Schramm (3)
Message Encoder
Encoder
Interpreter
Interpreter
Decoder
Decoder
Message
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm (http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/login/index.php). Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, yaitu meliputi: a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baikpihak komunikator maupun pihak komunikan akan memnerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya. b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaaan social yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif.
Universitas Sumatera Utara
c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan. e. Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan. f. Consistency, yaitu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens. g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (Ruslan, 1997:72-74).
I.5.4. Efek Efek adalah semua jenis perubahan yang terjasi pada seseorang setelah menerima suatu pesan komunikasi dari suatu sumber (Wiryanto, 2000:62). Efek pesan media meliputi efek kognitif, efek afektif dan behafioral. Efek kognitif terjadi apabila perubahan pada apa yang diketahui dan dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan. Efek efektif terjadi bila ada perubahan pada perasaan. Efek afektif berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral terjadi bila ada perubahan perilaku (Rakhmat, 2007:219). Selain itu, (Effendi, 2003:318-319) juga menjelaskan mengenai efek komunikasi massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif sebagai berikut: 1. Efek kognitif
Universitas Sumatera Utara
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informasi bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan kognitifnya. 2. Efek afektif Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, cemas, sinis, kecut dan sebagainya.
3. Efek behavior Efek behavior merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Behavior bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
I.5.5. Terpaan Media Terpaan media tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut. Terpaan media merupakan kegiatan mendengarkan, melihat, dan membaca pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Menurut pendapat Rosengren (1974), penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media yang dikonsumsi, dan berbagai
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara individu konsumen dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2007:66). Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa terpaan informasi dapat dioperasionalkan melalui frekuensi membaca informasi Pansus Century di surat kabar. Terpaan media juga dapat di definisikan sebagai penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (Ardianto dan Erdinaya, 2005:164). Penggunaan jenis media meliputi media audio, audiovisual, media cetak, dan lain sebagainya. Lebih lanjut Ardianto dan Erdinaya menjelaskan bahwa frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulanan) serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam sutu tahun (untuk program bulanan), sedangkan untuk durasi penggunaan media dapat dilihat dari berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media atau berapa lama khalayak mengikuti suatu program. Selain kedua hal diatas, menurut Rakhmat (2007:55) hubungan antara khalayak dengan isi media itu juga berkaitan dengan perhatian (attention). Menurut Andersen (Rakhmat, 2007:66) mendefinisikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada stimuli yang lainnya melemah. Dari teori mengenai terpaan media ini, maka peneliti mengukur terpaan media berdasarkan frekuensi, durasi dan atensi. Dalam penelitian ini frekuensi dapat dilihat dari berapa kali dalam seminggu seseorang membaca berita mengenai Pansus Century, durasi penggunaan media dapat dilihat dari berapa lama seseorang membaca berita dan lama mengikuti berita
Universitas Sumatera Utara
mengenai Pansus Century. Sedangkan atensi dilihat dari perhatian yang diberikan ketika membaca berita mengenai Pansus Century.
I.5.6. Pengertian Sikap Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu: 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. 2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan,
dan
diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. 3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan. 4. Sikap
mengandung
aspek
evaluatif,
artinya
mengandung
nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Menurut Allport (Mar’at, 1993:13) ada tiga komponen yang terdapat dalam yaitu sebagai berikut: 1. Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Merupakan komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman. 2. Afektif Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung. 3. Konatif Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati langsung serta berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan.
I.6. Kerangka Konsep Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada permusan hipotesa. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggerakkan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:40) Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Independent Variabel) (X)
Universitas Sumatera Utara
Veriabel bebas atau Independent Variabel adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel yang disebut variabel terikat (Nawawi, 2001:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pansus Century di Kompas 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) (Y) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul yang ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 2001:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP USU. 3. Karakteristik Responden (Z) Karakterisitik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, departemen, tahun angkatan.
I.7. Model Teoritis
Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Pemberitaan Pansus Century di Kompas
Sikap Mahasiswa USU
Karakteristik Responden (Z)
Universitas Sumatera Utara
I.8. Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Variabel Operasional Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) Pemberitaan Pansus Century di surat kabar
Variabel Terikat (Y) Sikap Mahasiswa FISIP USU
Variabel Operasional a. Frekuensi b. Durasi c. Atensi d. Materi/isi pesan, meliputi : •
Credibility
•
Context
•
Content
•
Clearity
•
Continuity
•
Consistency
•
Capability
a. Kognitif •
Pengetahuan
•
Pemahaman
•
Kepercayaan
b. Afektif •
Tertarik
•
Suka
•
Puas
I.9. Definisi Operasional
Universitas Sumatera Utara
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Informasi Pansus Century di surat kabar) a. Frekuensi adalah berapa kali dalam seminggu seorang mahasiswa membaca berita mengenai Pansus Century di Kompas. b. Durasi adalah berapa lama seseorang mahasiswa membaca berita mengenai Pansus Century di Kompas. c. Atensi adalah perhatian yang diberikan ketika membaca berita mengenai Pansus Century di Kompas. d. Materi/Isi pesan adalah meliputi : -
Credibility
adalah
nilai
kepercayaan
mahasiswa
terhadap
pemberitaan Pansus Century di Kompas. -
Context adalah pemberitaan yang disajikan berisi konteks-konteks yang menggambarkan kehidupan yang nyata.
-
Content adalah kejelasan makna dari pemberitaan Pansus Century di Kompas.
-
Clarity adalah kejelasan bahasa pada pemberitaan Pansus Century di Kompas.
-
Continuity adalah adanya kesinambungan mengenai pemberitaan Pansus Century di Kompas.
-
Consistency adalah ketetapan terhadap makna pesan dalam pemberitaan Pansus Century di Kompas
-
Capability adalah kemampuan mahasiswa terhadap pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Sikap mahasiswa FISIP USU ) a. Kognitif -
Pengetahuan adalah pengetahuan yang diterima mahasiswa setelah membaca pemberitaan Pansus Century di Kompas.
-
Pemahaman adalah pemberitaan Pansus Century di Kompas dapat dimengerti oleh mahasiswa.
-
Kepercayaan adalah kepercayaan mahasiswa terhadap kebenaran pemberitaan Pansus Century di Kompas.
b. Afektif - Tertarik adalah keinginan untuk mengetahui tentang pemberitaan Pansus Century di Kompas. -
Suka adalah perasaan gembira ketika mengkonsumsi informasi tentang Pansus Century di Kompas.
-
Puas adalah kepuasan yang diterima mahasiswa karena telah memperoleh informasi yang diinginkan.
3. Karakteristik responden adalah faktor dari responden yang secara teoritis memperngaruhi gejala yang diamati namun tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi (Sastradipoera, 2005:189). a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin responden. b. Usia, yaitu usia/umur responden c. Departemen, yaitu asal departemen responden. d. Angkatan, yaitu tahun masuk kuliah responden.
Universitas Sumatera Utara
I.10. Hipotesis Hipotesis merupakan proposisi yang berasal dari teori yang telah diuji. Dengan demikian hipotesis menghubungkan teori dengan dunia empiris. Kegagalan dalam merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris. Hipotesis yang abstrak biasanya dibuktikan kebenarannya, bukan dengan data empiris, tetapi dengan interpretasi subjektif. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : tidak terdapat hubungan antara pemberitaan Pansus Century di Kompas dengan sikap mahasiswa FISIP USU. Ha : terdapat hubungan antara pemberitaan Pansus Century di Kompas dengan sikap mahasiswa FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara