BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang berarti manusia tidak dapat hidup sendiri (Lisa, 2009, hlm. 47) . Manusia membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup. Dalam kehidupan berkelompok, manusia melakukan interaksi satu sama lainnya. Interaksi yang dilakukan secara berkelompok, seiring dengan berjalannya waktu, menimbulkan sebuah kebudayaan dimana etika termasuk di dalamnya. Kata ‘etika’ sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos (Bertens, 2011, hlm. 4) . Ethos memiliki banyak arti dalam bentuk tunggalnya yang diantara lain adalah kebiasaan adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak (ta etha) memiliki arti adat kebiasaan. Jadi etika memiliki arti ilmu tentang kebiasaan dalam perilaku atau adat istiadat. Etika juga tidak jarang disebut sebagai ‘filsafat moral’, yaitu norma atau nilai pegangan yang mengatur perilaku suatu kelompok (hlm. 7). Salah satu bentuk etika adalah nilai moral berupa kesopansantunan (hlm. 17). Salah satu bentuk kesopansantunan adalah mengucapkan terima kasih (Guiterezz de Alvarado, 2009, hlm. 19). Kata ‘terima kasih’, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti membalas budi setelah menerima kebaikan. Dengan mengucapkan kata ‘terima kasih’, seseorang dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, seperti yang ditulis dalam situs health.harvard.edu (2011). Dengan mengucapkan
1
kata ‘terima kasih’, seseorang mempunyai nilai lebih di mata orang lain, seperti yang dijelaskan oleh microsoft.com (2011). Akan tetapi, anak-anak sekarang kurang memiliki kesopansantunan yang baik, termasuk tidak mengucapkan terima kasih seperti yang tertulis dalam situs psikologizone.com (Nurrahman, 2011). Fenomena ini juga ditemukan oleh Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi, seorang psikolog anak yang penulis wawancarai pada 19 September 2014, pada anak-anak di sekolah-sekolah Jakarta dengan golongan sosial menengah ke atas yang sangat dimanja oleh orangtuanya, terutama pada anak-anak di bangku sekolah dasar. Berdasarkan pengamatan langsung sebagai seorang psikolog anak di sekolah-sekolah tersebut sampai saat ini, beliau menemukan salah satu contoh bentuk tidak mengucapkan terima kasih adalah saat meminjam barang milik temannya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan budaya mengucapkan terima kasih, misalnya di Jepang di mana saat seseorang menerima sesuatu dari orang lain, ia akan menghargai pemberian tersebut dengan membungkuk saat mengucapkan terima kasih. Pada saat tertentu seperti dijamu makan, orang-orang Jepang mengucapkan terima kasih sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah dijamu. Saat menerima jasa orang lain, orang Jepang tidak hanya mengucapkan terima kasih, tetapi juga memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi terhadap orang tersebut (De Mente, 2008, hlm. 96-97). Menurut Adriatik, intervensi perlu dilakukan pada anak-anak sekolah dasar dalam hal mengajarkan sopan santun, khususnya mengucapkan terima kasih 2
agar anak-anak tidak ter-labelling sebagai anak yang tidak sopan dan terbawa serta diyakini oleh anak itu sendiri sampai dewasa nanti. Jika hal ini terjadi, Adriatik menambahkan, anak-anak tersebut tidak akan menpunyai banyak teman dan kurang diterima dalam pergaulan. Adriatik menambahkan, metode untuk mengajarkan moral pada anak efektif jika menggunakkan buku cerita bergambar yang menyenangkan. Hal ini diperkuat oleh Lesley Bolton dan Lea Wait (2007, hlm 4-5) yang mengatakan bahwa buku cerita anak memang awalnya digunakkan untuk mengajarkan kesopansantunan dan moral. Adriatik juga tidak menyarankan menggunakkan media digital mengingat media digital dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat menyebabkan kerusakan mata, berkurangnya konsentrasi anak, serta menimbulkan sifat anti-sosial. Berdasarkan fakta di atas, penulis berusaha mengajukan solusi untuk membantu membiasakan anak untuk mengucapkan terima kasih. Untuk itu, penulis mengajukan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Anak Tentang Pentingnya Mengucapkan Kata Terima Kasih”. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perancangan buku ilustrasi untuk mengajarkan anak mengucapkan kata’ terima kasih’? 2. Bagaimana perancangan visualisasi buku ilustrasi yang mengajarkan untuk mengucapkan terima kasih?
3
1.3. Batasan Masalah 1. Demografis a. Usia
: 6-12 tahun
b. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita c. Status Ekonomi : Menengah ke Atas
2. Geografis a. DKI Jakarta 3. Psikografis a. Anak usia 6- 12 tahun yang jarang mengucapkan terima kasih
1.4. Tujuan Tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut. 1. Merancang buku ilustrasi anak mengenai pentingnya mengucapkan terima kasih. 2. Sebagai syarat kelulusan Sarjana Seni di Universitas Multimedia Nusantara
4
1.5. Metode Perancangan
5