1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini lembaga keuangan atau sering disebut dengan dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat baik lembaga keuangan milik pemerintah maupun milik swasta. Hal ini tidak luput dari kerja keras lembaga keuangan dalam memasarkan produk dengan menggunakan strategi pemasaran. Salah satu diantara strategi yang biasa digunakan oleh lembaga keuangan adalah strategi marketing mix. Keberhasilan strategi ini ditandai dengan banyaknya kantor unit, kantor cabang maupun kantor kas yang berada hampir di setiap Kabupaten / Kota diseluruh wilayah Indonesia, bahkan ada beberapa diantaranya yang membuka kantor cabang di Kecamatan. Dengan kesuksesan strategi marketing mix, mendorong lembaga keuangan mikro seperti BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) untuk menerapkan konsep ini. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Syariah yang mengalami perkembangan cukup pesat sejak akhir tahun 1990-an sebagai alat pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Diantara konsep pemasaran yang diterapkan oleh BMT adalah strategi marketing mix. Strategi ini memerlukan kerja sama para anggota BMT dalam melakukan pemasaran produk secara efektif, efisien, menarik dan mudah di pahami oleh semua kalangan masyarakat. Marketing mix merupakan seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
2
respon yang di inginkan pasar.1 Dengan menggunakan strategi marketing mix, produk yang diluncurkan menyesuaikan kebutuhan dan keinginan nasabah, mempertimbangkan bagi hasil yang lebih menarik dengan lembaga yang lain, serta menentukan tempat yang strategis agar dalam pemasarannya dapat berjalan seefektif mungkin dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi. Selain itu komunikasi juga dibutuhkan dalam memberikan pelayanan yang baik, supaya dapat memberikan nilai kepuasan dan kenyamanan pada konsumen. Bentuk komunikasi bisa dilakukan melalui iklan, iklan merupakan kegiatan promosi sebagai usaha menumbuhkan rasa minat terhadap produk yang diluncurkan. Menjaga nama baik perusahaan juga harus sangat diperhatikan oleh lembaga perbankan, karena hal ini menyangkut citra dan kepercayaan mereka terhadap perusahaan, karena jika nasabah sudah percaya dan nyaman, akan memudahkan lembaga perbankan dalam berkomunikasi untuk mengetahui sikap dan perilaku nasabah terhadap jasa perbankan, sehingga akan didapat
jawaban apakah perlu dilakukan
pengembangan produk atau tidak. Hal ini dinamakan proses. Semua ini ditujukan untuk pengembangan usaha BMT, sebagai mitra kerja masyarakat yang siap dalam melayani dan memfasilitasi apa yang di butuhkan oleh masyarakat, baik hubungannya dengan penitipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan ketentuannya.
1
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Ke-8, Jakarta: Erlangga, 2001, hlm. 75
3
Dari hasil kerja keras para anggota terutama di bidang marketing, salah satu BMT di kota Pekalongan yang berhasil mengembangkan usahanya adalah BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, baik itu dalam pengembangan kualitas pelayanan maupun produknya. Lokasi BMT SM NU Kantor Cabang Kajen berada di jalan Diponegoro No. 9 Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan telp. (0285) 381011, dengan Kepala Cabang Bapak Fatchurrahman, S.Pi, didirikan pada tanggal 2 juni 2008 dengan modal awal Rp. 40.000.000,- yang diperoleh dari BMT SM NU Kota Pekalongan (Kantor Pusat) yang pada awal berdirinya, bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kajen Kabupaten Pekalongan. BMT SM NU Cabang Kajen didirikan dalam rangka membangun dan mengembangkan tantangan perekonomian dan struktur masyarakat Islam yang berkeadilan, berkemakmuran berdasarkan syariat dan ridho Allah SWT. Sehingga NU Kajen Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki perhatian dan konsen dengan persoalan bangsa ini. Sampai saat ini BMT SM NU Kajen telah berhasil menciptakan beberapa produk yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabahnya. Adapun beberapa produk BMT SM NU Kantor Cabang Kajen adalah sigun, sidik, religi 4, siharfi, sidia, dan sebagainya. Dari semua produk yang ada, memiliki perkembangan pendapatan yang berbeda-beda, karena masing-masing produk mempunyai tingkat perhatian yang berbeda dengan produk yang lain. Contohnya produk simpanan wisata religi 4. Dalam perkembangan produk ini
4
kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat Kajen pada khususnya. Produk simpanan wisata religi 4 adalah produk yang digunakan sebagai produk simpanan yang mempunyai jangka waktu 2 tahun dengan angsuran Rp 85.000,00 /bulan, dengan hadiah ziarah ke tempat-tempat wali. 2 Produk ini resmi diluncurkan oleh BMT SM NU Cabang Kajen pada tanggal 2 Januari 2011, dan di wilayah Kajen produk ini hanya mempunyai jumlah nasabah 20 orang, mungkin dikarenakan strategi pemasaran atau karena faktor lainnya, untuk itu penulis bermaksud meneliti lebih lanjut mengenai “Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 Di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang penulis bisa rumuskan, meliputi: 1.
Bagaimana strategi marketing mix pada produk simpanan Wisata Religi 4 di BMT SM NU Cabang Kajen?
2.
Bagaimana hasil dari strategi marketing mix pada produk simpanan Wisata Religi 4 di BMT SM NU Cabang Kajen?
C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul di atas, maka diperlukan penegasan istilah dari judul tersebut yang meliputi: 1.
Analisis
2
Brosur produk simpanan wisata religi 4 BMT SM NU Kantor cabang Kajen
5
Adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musababnya) induk pikirannya.3 Dalam hal ini penulis bermaksud meneliti apa yang menyebabkan produk simpanan Wisata Religi 4 kurang mendapat perhatian di wilayah sekitar Kajen, yaitu menggunakan metode wawancara dengan Bapak Fatchurrahman S.Pi selaku Kepala cabang BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. 2.
Strategi Strategi menurut Griffin adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. 4 Dalam hal ini penulis bermaksud meneliti penerapan strategi marketing mix yang digunakan BMT SM NU Kantor Cabang Kajen dalam memasarkan produk simpanan Wisata religi 4.
3.
Marketing Mix Adalah elemen-elemen pemasaran yang dapat di katrol kemudian dikombinasikan
oleh perusahaan untuk
memperoleh
hasil
yang
maksimal. 5 Yaitu elemen-elemen yang terdiri dari product, price, place, promotion, people, physical evidence. Penulis bermaksud meneliti elemen-elemen marketing mix yang telah diterapkan dalam pemasaran
3
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, hlm. 32.
4
Ernie Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana, 2006, h. 132
5
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, hlm. 231
6
produk BMT SM NU Kajen, Khususnya dalam pemasaran produk simpanan wisata religi 4.
4.
Produk Adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,
dimiliki,
dipakai,
atau dikonsumsi
sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. 6 Dalam hal ini produk yang menjadi objek penelitian penulis adalah produk wisata religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. Penulis berusaha meneliti apa yang menyebabkan produk tersebut kurang diminati di kalangan masyarakat Kajen, melalui wawancara dengan pihak BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. 5.
BMT Adalah lembaga keuangan mikro yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Syari’ah. 7 BMT yang menjadi tempat penelitian penulis adalah BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. Jadi maksud dari judul di atas adalah peneliti bermaksud meneliti dan
mengkaji tentang strategi marketing mix pada produk BMT SM NU Kantor Cabang Kajen yaitu produk simpanan Wisata Religi 4, yang sampai saat ini 6
Philip, Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jakarta: Erlangga, Jilid 2, Edisi Keenam, hlm. 54
7
Hartanto, Widodo AK, Panduan Baitul Maal Wat Tamwil “BMT”, Bandung: Mizan, 1991, hlm. 17.
7
perkembangannya masih memerlukan perhatian khusus dari masyarakat sekitar.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikaji di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui strategi marketing mix pada produk Wisata Religi 4 BMT SM NU Cabang Kajen
2.
Untuk mengetahui hasil strategi marketing mix pada produk Wisata Religi 4 BMT SM NU Cabang Kajen
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1.
Secara akademis Untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar A.Md Perbankan Syariah di STAIN Pekalongan.
2.
Secara praktis Sebagai bahan evaluasi terhadap perkembangan strategi marketing mix pada produk Wisata Religi 4 BMT SM NU Cabang Kajen.
F. Tinjauan Pustaka Guna melengkapi penulisan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa
macam
pustaka
yang
menjadi
sarana
pendukung
dalam
pengembangan pembuatan Tugas Akhir yang menjadi syarat dalam
8
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) STAIN Pekalongan. Diantaranya adalah:
1.
Berbasis Literer Di bawah ini beberapa karya ilmiah yang menjadi panduan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Menurut Husein Umar dalam bukunya yang berjudul “Studi Kelayakan Bisnis”, bahwa marketing mix untuk produk barang di bagi atas 4 kebijakan pemasaran, yang terdiri dari produk, price, place, promotion. Dan untuk jasa marketing mix diperluas dengan menambah tiga elemen lagi yaitu elemen orang (people), bukti fisik (physical evidence) dan proses jasa itu sendiri (process).8 Menurut Kasmir, SE., MM. dalam bukunya yang berjudul “Pemasaran Bank”, bahwa pemasaran adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai oleh BMT, maka lembaga keuangan mikro ini harus mampu mengidentifikasi masalah produk yang sesuai dengan
8
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 70-74)
9
kebutuhan para mitranya, dan sebisa mungkin menggunakan dana yang seefisien mungkin. 9 Menurut M. Nur Rianto Al Arif dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Pemasaran Bank Syari’ah”, yang dikutip dari pernyataan Philip Kotler menerangkan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang dapat dikendalikan (product, price, promotions, place) yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran. 10 2.
Berbasis Penelitian Terdahulu Untuk menghindari penelitian ulang yang dianggap sebagai bentuk plagiasi, berikut penulis paparkan beberapa penelitian terdahulu yang terkait tentang strategi marketing mix pada produk simpanan Wisata Religi 4 dengan judul: a)
Dalam TA yang berjudul “Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap
Penghimpunan
DPK
di
BNI
Syari’ah
Cabang
Pekalongan” oleh Nur Istiqomah, menerangkan tentang pengaruh marketing mix terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. Salah satu strategi pemasaran yang digunakan BNI Syari’ah Cabang Pekalongan adalah dengan menerapkan marketing mix. Strategi ini diterapkan oleh BNI sejak awal berdirinya yaitu tahun
9
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2004, Cet II. Hlm. 6
10
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syari’ah”, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 14
10
2000, melalui marketing mix pertumbuhan DPK di BNI Syari’ah Cabang Pekalongan meningkat. Hal ini dibuktikan hampir setiap hari terdapat pertumbuhan DPK naik 21%, data tersebut dibuktikan dengan meningkatnya komposisi dana murah BNI yang terdiri dari tabungan dan giro. Komposisi dana murah merupakan strategi marketing mix yang diterapkan BNI, yang termasuk dalam elemen harga (price) dari marketing mix. Elemen marketing mix yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan DPK yaitu elemen produk (product), karena produk mengalami daur hidup pokok dimana pertumbuhan produk bisa naik turun dalam tahap tertentu. Selain itu produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing. Semua kegiatan marketing lainnya digunakan untuk pemasaran produk. Oleh sebab itu BNI Syari’ah Cabang Pekalongan senantiasa menerapkan produk yang bermutu yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah serta mengikuti trend masa kini. 11 b)
Pada TA yang berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Kepuasan Nasabah BMT SM NU Kota Pekalongan” oleh
Umifah
oktavania,
menjalankan komunikasi
menerangkan pemasaran
pentingnya
BMT
SM
NU
dalam Kota
Pekalongan juga menerapkan konsep marketing mix 4 P (Product, 11
Nur Istiqomah, “Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Penghimpunan DPK di BNI Syari’ah Cabang Pekalongan” Tugas Akhir D III Perbankan Syari’ah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2011), hlm 92-93
11
Price, Place, Promotion) dalam menjalankan pemasaran ditambah dengan pelayanan prima.12 BMT SM NU Kota Pekalongan mencoba memperhatikan kebutuhan di masyarakat setempat, sehingga kelengkapan produk menjadi suatu yang sangat penting dalam bersaing memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap nasabah. Sehingga dalam penerapan strategi marketing mix, BMT SM NU Kota Pekalongan mencoba menekan pangsa pasar yaitu dengan menentukan harga dari biaya keuntungan, persaingan, ciri-ciri produk, ada tidaknya barang pengganti, dan preferensi pelanggan. Bagi hasil tiap produk-produk BMT SM NU Kota Pekalongan berbeda-beda antara produk simpanan dan produk pembiayaan. Dalam produk simpanan BMT memberikan bagi hasil setara 0,3% per bulan, bagi hasil bisa berubah sesuai keuntungan riil per bulan. Sedangkan untuk jenis produk pembiayaan BMT mendapat bagi hasil dari nasabah setara 2% sesuai keuntungan riil usaha yang dijalankan nasabah pembiayaan tiap bulannya. BMT SM NU Kota Pekalongan menjadi kantor pusat dan mempunyai beberapa kantor cabang yang tersebar di wilayah pekalongan, batang, comal, pemalang, sragi. BMT SM NU Kota Pekalongan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk memberikan kecepatan dan keakuratan guna melayani 12
Umifah Oktania, “Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Kepuasan Nasabah BMT SM NU Kota Pekalongan” Tugas Akhir D III Perbankan Syari’ah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009), hlm 51-57
12
nasabahnya. Letaknya yang stratagis memudahkan nasabah untuk melakukan berbagai transaksi perbankan. Sedangkan promosi yang dilakukan oleh BMT SM NU Kota Pekalongan menggunakan beberapa komponen agar berjalan efektif yaitu dengan penjualan perorangan, iklan, promosi penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan komunikasi ditempat pembelian. c)
Pada TA yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Mudharabah Di BNI Syari’ah Pekalongan” oleh Khomiyah menerangkan bahwa dalam faktor bauran pemasaran BNI Syariah Pekalongan menggunakan variable produk atau jasa (product), harga (price). Saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). Dalam perencanaan produk BNI Syari’ah menetapkan produkproduk apa saja yang ditawarkan baik produk penghimpunan dana maupun produk penyaluran dana dengan spesifikasi tertentu maupun biasa. Dalam produk-produk tersebut, BNI Syariah akan menawarkan manfaat, keuntungan total, nisbah yang dapat diperoleh nasabah yang akan menjadi nasabah dari produk yang akan ditawarkan oleh BNI Syari’ah Pekalongan tersebut. Penentuan harga pada BNI Syari’ah Pekalongan menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kualitatif dari produk yang ada, sehingga menarik minat nasabah untuk menjadi mitra BNI Syari’ah. Harga produk-produk BNI Syariah Pekalongan dapat dilihat dari besar kecilnya bagi hasil yang diberikan BNI Syariah
13
kepada nasabah sangat kompetitif dan tidak merugikan kedua belah piha, baik dari pihak BNI Syariah maupun dari nasabah itu sendiri. Dalam pendistribusian barang, khususnya produk pembiayaan mudharabah,
BNI
Syariah
biasanya
akan menyalurkannya
langsung kepada nasabah yang membutuhkan pembiayaan tersebut. Pihak BNI Syariah akan mendatangi nasabah yang dinilai layak untuk pembiayaan yang terkait dengan pembiayaan mudharabah. Promosi yang dilakukan BNI Syariah yaitu dengan memasang umbul-umbul, spanduk, selebaran lewat koran dan majalah, sosialisasi langsung orang per orang atau ke lembaga pendidikan, umum, organisasi keagamaan, lembaga pemerintah. 13 Dari sekian penelitian belum ada penelitian yang mengangkat judul Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, seperti yang akan ditulis oleh penulis. Konsep dari marketing mix yang akan ditulis oleh penulis adalah tentang penerapan marketing mix yang ada di BMT SM NU Cabang Kajen, karena dilihat dari penelitian di atas masing-masing mempunyai konsep strategi yang sama, yaitu marketing mix. Akan tetapi penerapan marketing mix disetiap lembaga keuangan memiliki perbedaan satu sama lain, hanya elemen-elemennya yang mungkin sama. Seperti halnya pada TA yang berjudul “Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap 13
Khomiyah , “Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Mudharabah Di BNI Syariah Pekalongan” Tugas Akhir D III Perbankan Syari’ah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm 73-80.
14
Penghimpunan DPK di BNI Syari’ah Cabang Pekalongan” oleh Nur Istiqomah, elemen marketing mix yang dijelaskan mempunyai pengaruh hanya elemen product dan price, sedangkan penulis berusaha menjelaskan semua elemen marketing mix yang diterapkan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, dan perbedaan yang lain adalah lembaga yang diteliti, Nur Istiqomah melakukan penelitian di BNI Syariah, sedangkan penulis melakukan penelitian di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. Dalam TA yang berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Kepuasan Nasabah BMT SM NU Kota Pekalongan” oleh Umifah oktavania, menjelaskan tentang 4 elemen marketing mix yaitu product, price, place dan promotion. Sedangkan penulis menjelaskan tentang 7 elemen marketing mix yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence dan process. Dalam TA yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Mudharabah Di BNI Syari’ah Pekalongan” oleh Khomiyah juga menjelaskan konsep marketing mix, akan tetapi hanya menjelaskan 4 elemen marketing yang diterapkan seperti halnya penelitian yang ditulis oleh Umifah, sedangkan penulis menerapkan konsep marketing mix dengan 7 elemen. Oleh karena itu penulis bermaksud meneliti lebih lanjut tentang “Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen”. G. Kerangka Teori
15
Dalam suatu lembaga keuangan baik itu lembaga keuangan bank maupun bukan bank, kegiatan pemasaran merupakan suatu kebutuhan terpenting yang sudah pasti menjadi keharusan yang wajib untuk dijalankan. Tanpa adanya kegiatan pemasaran, suatu lembaga keuangan akan sulit mengembangkan usahanya, dikarenakan tidak berusaha memenuhi apa yang dibutuhkan oleh nasabahnya. Dalam hal ini suatu lembaga keuangan perlu mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh nasabahnya, yaitu produk yang dibuat harus sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu sebuah lembaga keuangan perlu adanya semacam strategi pemasaran, biasanya lembaga keuangan bukan bank seperti halnya BMT melakukan strategi pemasaran dengan menggunakan sistem jemput bola yang merupakan bagian dari elemen marketing mix yang disebut people. Elemen ini pada umumnya merupakan elemen yang berguna untuk menekan pasar, yang dalam kegiatannya meliputi komunikasi yang baik dan pelayanan yang memuaskan. People biasanya dikategorikan pada SDM yang ada di perusahaan tersebut, mereka berkomunikasi dan menawarkan produk yang ditawarkan dengan menggunakan sistem jemput bola. Karena dengan menggunakan sistem jemput bola, maka akan di dapatkan informasi yang valid dari konsumen berkenaan dengan produk yang dibutuhkan oleh nasabah. Konsep produk berpegang teguh bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu dan kinerja paling baik serta memiliki keistimewaan yang mencolok. Oleh karena itu, perusahaan harus mencurahkan upaya terus menerus dalam perbaikan produk. Konsep ini menimbulkan adanya Marketing Nyopia (pemandangan
16
yang dangkal terhadap pemasaran). Secara umum, konsep produk menekankan kepada kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik. 14 Konsep marketing mix merupakan sesuatu yang menjadi pola pikir yang harus dikembangkan BMT SM NU Kajen, supaya hal tersebut dapat digunakan untuk menekan pangsa pasar yang ada. karena dengan marketing mix, strategi pemasaran yang akan dilakukan menjadi teratur, baik dalam rencana peluncuran produk maupun pengembangan produk, produk simpanan wisata religi 4 merupakan salah satu dari produk BMT SM NU Kajen yang telah dikembangkan. Akan tetapi dalam pengembangannya produk tersebut kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat Kajen.
Berdasarkan
keterangan di atas, penulis bermaksud untuk meneliti penerapan strategi marketing mix yang digunakan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen dengan melakukan penelitian yang berjudul Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah penelitian lapangan (field research), artinya data-data yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh melalui studi lapangan yang di susun dengan cara mengamati, mencatat serta mengumpulkan berbagai data dan informasi, yang diperoleh di lapangan mengenai analisis strategi
14
Kasmir. Op.cit. hlm. 69.
17
marketing mix pada produk simpanan wisata religi 4, serta dibantu datadata yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan datadata deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.15 2. Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: a.
Sumber Data Primer Yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek dengan sumber informasi yang dicari. 16 Dalam hal ini penulis bermaksud mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan strategi marketing mix produk simpanan wisata religi 4 melalui wawancara dengan Bapak Fatchurrachman S.Pi, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kantor Cabang Kajen.
b.
Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang diperoleh dari buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan, atau sumber lain yang menunjang
15
Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 3 16
Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 93
18
dan
dapat
memberikan
informasi. 17
Dalam
hal
ini
penulis
menggunakan beberapa macam buku-buku seperti pemasaran bank, manajemen bisnis, prinsip-prinip pemasaran, serta pustaka lainnya yang berkaitan dengan judul penulis yang ada di perpustakaan STAIN Pekalongan, selain itu data sekunder juga diperoleh dari BMT berupa arsip produk penghimpunan dana serta data-data lain yang ada di BMT seperti laporan keuangan.
3
Metode Pengumpulan Data a.
Observasi Metode observasi merupakan sebuah metode dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lapangan. 18 Dengan menggunakan metode ini maka penulis akan mencoba melakukan pengamatan langsung di BMT SM NU Cabang Kajen, kaitannya dengan Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 Di BMT SM NU Cabang Kajen.
b.
Interview
17
Ibid, hlm. 91.
18
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998, hlm. 212
19
Merupakan dialog tanya jawab sepihak yang sistematis dan berlandaskan dengan tujuan penelitian. 19 Dalam hal ini penulis bermaksud
untuk
melakukan
wawancara
dengan
Bapak
Fatchurrachman S.Pi, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen. Melalui metode ini, peneliti bermaksud mencari data-data yang berkaitan dengan Strategi Marketing mix pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Cabang Kajen. c.
Dokumentasi Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa yang lalu.20 Dalam hal ini penulis bermaksud mencari data-data yang digunakan sebagai bahan pustaka untuk pembuatan Tugas Akhir ini, seperti halnya buku neraca, buku ekspedisi yang menyangkut tentang transaksi harian, dan
buku-buku
di
perpustakaan
STAIN
Pekalongan
yang
menyangkut tentang pemasaran. 4. Metode Analisis Data Metode analisis data yaitu metode dimana data yang dikumpulkan hanya sebagai gambaran atau pandangan yang kemudian dari gambaran tersebut dibuat narasi atau kalimat sendiri yang hanya untuk menjawab rumusan masalah. 21 19
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 193
20
Moh. Nazir. Op.cit, hlm. 57.
21
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit, 1998),hal. 42
20
Dalam penulisan TA ini, Penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti struktur kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 22 Dengan metode ini penulis bermaksud meneliti apa yang menjadi kekurangan dalam pemasaran produk wisata religi 4 dan penulis akan mencoba menyusun penelitian tersebut dengan data-data sebenarnya yang diperoleh dari BMT SM NU Kantor Cabang Kajen.
I.
Sistematika Pembahasan Berdasarkan pembahasan dan rumusan masalah di atas, maka ada lima bab yang akan disajikan dalam penulisan Tugas Akhir ini, yang terdiri dari: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Penegasan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
BAB II
Mengenai Tinjauan Pustaka, yaitu tinjauan umum tentang marketing mix yang meliputi tentang pengertian marketing mix,
22
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Gahlia Indonesia, 1998, hal. 63
21
elemen-elemen marketing mix, tujuan dan fungsi marketing mix , serta macam-macam produk funding dan financing.. BAB III Gambaran Umum BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, meliputi Profil BMT, produk-produk dan strategi marketing mix di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen.. BAB IV Berisi tentang penjabaran dari hasil penelitian tentang Analisis Strategi Marketing mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. BAB V
Berisi tentang penutup, kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Marketing Mix 1. Pengertian Marketing Mix Pada dasarnya pemasaran dikategorikan sebagai suatu cara bagi perusahaan untuk meningkatkan laba yang harus ditingkatkan demi kelancaran operasional, oleh karena itu diperlukan strategi untuk melakukan pemasaran tersebut. Strategi pada umumnya menggunakan suatu alat untuk dapat membantu pemasaran supaya efektif. Adapun alat
22
tersebut dalam istilah manajemen pemasaran disebut dengan marketing mix. Marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus menerus guna mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. 23 Marketing mix harus dijalankan sesuai situasi dan kondisi perusahaan. Marketing mix merupakan perpaduan antara elemen-elemen yang di kendalikan oleh perusahaan untuk mempermudah bagi perusahaan dalam melakukan proses pemasaran. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu: product, price, promotion dan place. 2. Elemen-elemen Marketing Mix Ditinjau dari jenisnya, elemen-elemen marketing mix terdiri atas :
a. Produk (Product) Adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu keputusan-keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran produk secara fisik bagi produk barang, merek yang akan ditawarkan atau ditempelkan pada produk tersebut (brand), fitur yang ditawarkan di dalam produk tersebut, pembungkus, garansi dan servis sesudah penjualan (after sales service). Pengembangan produk dapat di lakukan
23
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005, hlm. 17
23
setelah menganalisa kebutuhan dari keinginan pasarnya yang di dapat salah satunya dengan riset pasar. Jika masalah ini telah di selesaikan, maka keputusan selanjutnya mengenai harga, distribusi, dan promosi dapat diambil. Produk secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu produk barang dan produk jasa. Produk barang merupakan produk nyata seperti halnya mobil, pakaian, sepeda motor. Sedangkan produk jasa merupakan produk yang bersifat abstrak namun manfaatnya dapat dirasakan, sedangkan untuk lembaga keuangan seperti BMT, biasanya menggunakan produk jasa, maka strategi pemasaran yang digunakan juga menggunakan strategi pemasaran jasa. Kebijakan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang atau jasa serta bentuk barang atau jasa yang ditawarkan. b. Harga (Price) Harga merupakan komponen penting yang kedua dalam strategi pemasaran. Dalam hal ini perusahaan perlu mengamati harga-harga yang ada di pasaran, terutama harga yang ditetapkan oleh pesaing, konsumen akan lebih tertarik dengan harga yang relatif terjangkau untuk suatu produk yang diminati, sedangkan faktor-faktor yang perlu di pertimbangkan dalam penetapan harga antara lain biaya, keuntungan, harga yang ditetapkan oleh pesaing dan perubahan keinginan pasar.
24
Dalam menentukan suatu harga perusahaan juga harus mampu mengukur tingkat resiko yang ada, apakah dari penetapan harga tersebut bisa mencapai keuntungan yang efektif bagi perusahaan atau justru sebaliknya perusahaan akan low profit bahkan terkena resiko kerugian akibat penetrasi yang dilakukan terhadap harga tersebut. c. Promosi (Promotion) Promosi digunakan oleh prusahaan untuk memberitahukan dan mempengaruhi pasar, agar dapat diketahui oleh calon konsumen dan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen dalam membandingkan manfaat yang akan didapatkan dari produk kita dan produk dari pesaing. Adapun kegiatan yang meliputi promosi adalah periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan publisitas. Sebelum melakukan kegiatan promosi, perusahaan harus melakukan kalkulasi antara biaya yang ada dengan biaya promosi yang akan dikeluarkan guna untuk meminimalisir resiko yang akan terjadi. d. Tempat (Place) Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi. Sedangkan untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Sebelum membuka atau memulai usaha, sebuah perusahaan pasti mengukur tingkat kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan tempat usaha, termasuk dalam hal transportasi sebuah perusahaan harus menentukan jadwal pengiriman dengan rute yang harus ditempuh. Bagi perbankan pemilihan lokasi sangat penting.
25
Dalam menentukan lokasi bank harus mampu mengidentifikasi sasaran pasar yang dituju. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat disebut juga sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa. 24 Jadi place diartikan sebagai sasaran pasar sebuah perusahaan untuk bisa menyalurkan jasanya sesuai dengan nilai dan manfaat dari jasa tersebut. sebuah perusahaan dapat menentukan sasaran pasarnya masing-masing sesuai dengan jasa yang akan ditawarkan. Sementara itu untuk pemasaran jasa disamping empat elemen di atas, ada elemen-elemen lain yang bisa dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi yang dapat memuaskan konsumen jasa. Elemen-elemen tersebut yaitu 25: e. Orang (People) Bisa kita interpretasikan sebagai sumber daya manusia dari perbankan syariah itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan berhubungan dengan nasabah (customer), kinerja SDM sangat berpengaruh terhadap kepuasan para nasabah.
24
Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: Alfabeta, 2010,hlm. 55
25
Yazid, Pemasaran Jasa, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, hlm. 18
26
SDM yang dimiliki perbankan syariah saat ini masih dirasakan kurang mumpuni, baik dari segi jumlah maupun dari sisi pelayanannya masih memerlukan sebuah strategi manajemen SDM yang cukup baik. Jika strategi yang diterapkan keliru maka akan berdampak pada kepuasan nasabah dalam jangka panjang yang mengakibatkan suatu produk mengalami penurunan. f. Proses (process) Saat ini proses merupakan unsur tambahan marketing mix yang cukup mendapat perhatian serius dalam perkembangan ilmu marketing. Dalam perbankan syariah, bagaimana proses atau mekanisme, mulai dari melakukan penawaran produk hingga proses menangani keluhan nasabah perbankan syariah yang efektif dan efisien perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
g. Bukti Fisik (physical evidence) Produk berupa pelayanan jasa perbankan syariah merupakan sesuatu hal yang bersifat intangible atau tidak dapat diukur secara pasti seperti halnya sebuah produk yang berbentuk barang. Jasa perbankan syariah lebih mengarah kepada rasa atau semacam testimonial dari orang-orang yang pernah menggunakan jasa perbankan syariah. Cara dan bentuk pelayanan kepada nasabah perbankan syariah ini juga merupakan bukti nyata yang seharusnya bisa dirasakan atau
27
dianggap sebagai bukti fisik bagi para nasabah, yang suatu hari nanti diharapkan akan memberikan sebuah testimonial positif kepada masyarakat
umum guna
mendukung percepatan perkembangan
perbankan syariah. 3. Tujuan Marketing Mix Setiap usaha yang dilakukan oleh perusahaan pasti mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, seperti halnya dalam pemasaran suatu bank. Adapun tujuan pemasaran bank adalah untuk:26 a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang. b. Memaksimumkan
kepuasan
melalui
berbagai
pelayanan
yang
diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya. c. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan. d. Memaksimumkan
mutu
hidup
dengan
memberikan
berbagai
kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien. Sedangkan dalam pemasaran produk perbankan, terdapat strategi marketing mix yang bertujuan untuk :27 26
Kasmir, loc cit, hlm. 66-67
27
Ratih Hurriyati Op.cit ,hlm. 58
28
a. Menginformasikan, produk
baru,
maksudnya
mengemukakan
menginformasikan pasar
tentang
manfaat
produk,
baru
sebuah
menginformasikan pasar tentang perubahan harga, menjelaskan bagaimana produk bekerja, menggambarkan jasa yang tersedia, memperbaiki kesan yang salah, mengurangi ketakutan pembeli dan membangun citra perusahaan. b. Membujuk, maksudnya mengubah persepsi mengenai atribut produk agar dapat diterima oleh calon pembeli. c. Mengingatkan, maksudnya agar produk tetap diingat pembeli sepanjang masa, mempertahankan kesadaran akan produk yang paling mendapat perhatian. Setelah diadakan promosi diharapkan adanya pembelian dan nilai kepuasan yang tinggi. Pembelian adalah akhir dari proses komunikasi. Pembeli juga memiliki keterikatan yang tinggi dengan produk yang dikonsumsinya. 4. Fungsi Marketing Mix Disamping tujuan marketing mix, ada pula fungsi marketing mix yang meliputi : 1. Mencari dan mendapatkan perhatian dari calon pembeli. Perhatian calon pembeli harus diperoleh, karena merupakan titik awal proses pengambilan keputusan didalam membeli suatu barang dan jasa. Biasanya hal ini dilakukan oleh pihak BMT dengan cara mendatangi langsung calon nasabah yang dimaksud dengan strategi jemput bola.
29
2.
Menciptakan dan menumbuhkan interest pada diri calon pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksud dengan tahap selanjutnya adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini akan menjadi fungsi utama promosi.
3.
Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk memiliki barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan tahap dari sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya), maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar dan diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli.
5. Strategi Marketing Mix Adalah sebuah peta ide dari strategi pemasaran yang perlu dipikirkan oleh perusahaan untuk mewujudkan strategi pembeda yang telah ditentukan. Untuk itu beberapa faktor yang patut dipertimbangkan dalam bauran pemasaran itu adalah : 28 a. Mendefinisikan dengan jelas produk atau jasa yang dijual atau ditawarkan kepada konsumen. 28
Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan, Jakarta: Erlangga, 2011, hlm. 389
30
b. Mengetahui sasaran pasar dan mengembangkan profil konsumen yang akan membeli produk. c. Mengetahui keunggulan kompetitif produk d. Menentukan struktur harga produk e. Mengetahui dimana posisi produk pada pikiran dan benak konsumen f. Menentukan bagaimana cara mendistribusikan produk dan jasa g. Merencanakan strategi promosi h. Membuat anggaran pemasaran B. Tinjauan Umum Tentang Produk BMT 1. Pengertian Produk BMT Dalam operasinya BMT tidak berbeda dengan bank syariah yang menyediakan berbagai macam produk yang mencakup 3 fungsi pokok diantaranya : fungsi pengumpulan dana (funding), fungsi penyaluran dana (financing) dan fungsi pelayanan jasa29 Banyak sekali produk-produk yang ditawarkan oleh BMT yang pada intinya produk-produk tersebut digunakan oleh BMT untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Dengan sistem operasionalnya yang juga sama dengan bank syariah yaitu didasarkan pada hukum Islam yaitu: al-Qur’an dan al-Hadits. 2. Jenis Produk BMT
29
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 96
31
Karena dalam operasinya BMT tidak berbeda jauh dengan bank Syariah, maka jenis akad dan produknya pun hampir sama. Berikut adalah beberapa produk tersebut: a. Funding Penyimpanan dana atau yang sering disebut dengan sumber dana pada BMT terdiri dari beberapa sumber yaitu : wadiah (modal), titipan, investasi, dan investasi khusus. 1) Wadiah, yaitu sejumlah titipan murni dari satu pihak kepada BMT dan BMT harus menjaganya akan penitip berhak mengambilnya kapan pun. Konsep wadiah yang dipakai dalam BMT adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep ini BMT dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi BMT bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititpkan. 2) Investasi, yang dimaksud di sini adalah mudharabah mutlaqoh. Yaitu mudharabah yang tidak disertai batasan penggunaan dana dari sohibul maal. 3) Investasi khusus terbagi atas mudharabah muqoyyadah on balance sheet dan mudharabah muqoyyadah of balance sheet. 4) Mudharabah muqoyyadah on balance sheet adalah aqad mudharabah yang disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari sohibul maal untuk investasi-investasi mudharabah tertentu.
32
5) Mudharabah muqoyyadah of balance sheet adalah BMT bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan nasabah pemilik modal dengan nasabah yang akan menjadi mudharib. 6) Wakalah, adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada BMT sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang dan inkaso b. Financing Penyaluran dana pada BMT dilakukan dengan berbagai cara yang masing-masing memiliki prinsip akad yang berbeda pula, antara lain: 1) Ba’i (jual beli) Ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar modal kerja dan investasi dalam BMT yaitu: a) Ba’i Mudharabah, yaitu transaksi jual beli dimana BMT mendapat sejumlah keuntungan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. b) Ba’i Salam, yaitu transaksi jual beli dimana barangnya belum ada sehingga barang yang menjadi objek diserahkan secara tangguh. Dalam hal ini BMT menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual. c) Ba’i Istishna, yaitu sama dengan salam hanya saja dalam pembayarannya, BMT membayar dengan beberapa kali pembayaran.
33
2) Ijarah (sewa) Secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja diperjanjikan bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara BMT dan nasabah yang menyewa (ijarah muntahhiyah bittamlik) sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. 3) Syirkah Syirkah adalah produk pembiayaan BMT yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Syirkah terdiri dari: 1) Al-Musyarokah, merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam era sekarang ini para pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerja sama untuk dikelola bersama-sama pula. 2) Al-Mudharabah, merupakan bentuk spesifik dari musyarakah. Dalam mudharabah ini salah satu pihak berfungsi sebagai sohibul maal (pemilik modal) dan pihak lain berperan sebagai mudharib (pengelola). 4) Akad Pelengkap Untuk memudahkan pelaksanaan pembiayaan diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan untuk mengganti
34
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. akad pelengkap terdiri atas: 1) Hiwalah, adalah transaksi pengalihan utang-piutang. Dalam praktek BMT, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya, sedangkan BMT mendapatkan ganti biaya atau jasa. 2) Rahn, biasa dikenal dengan gadai. Tujuan dari akad ini adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada BMT dalam memberikan pembiayaan. 3) Qardh, adalah pinjaman uang, pihak BMT memberikan sejumlah pinjaman uang kepada nasabah dengan pelunasan yang ditentukan. 4) Wakalah, adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada BMT sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dan lain-lain. 5) Kafalah, adalah BMT yang ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.
BMT dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. BMT dapat juga menerima uang tersebut dengan prinsip wadiah, BMT mendapatkan biaya ganti atas jasa yang diberikan. 30 30
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Jakarta: Alphabet, 1999, hlm. 10
35
3. Alasan Pengembangan Produk Ada beberapa alasan dalam pengembangan produk, hal ini dikarenakan untuk mengatasi kejenuhan konsumen terhadap produk yang ditawarkan, dan diharapkan dengan pengembangan produk bisa meningkatkan pangsa pasar dibandingkan dengan produk yang sudah ada. Di dalam lembaga keuangan pengembangan produk sering dilakukan. Hal ini di latarbelakangi oleh tingkat persaingan yang ada antar lembaga keuangan. Karena konsumen biasanya jenuh dengan produk yang ditawarkan, sehingga mereka akan cenderung memakai produk dari lembaga keuangan yang lain. Berikut ini beberapa alasan pengembangan produk yang umum di berbagai lembaga keuangan :31 a. Memenuhi keinginan konsumen b. Memenangkan persaingan c. Meningkatkan jumlah penjualan d. Mendayagunakan sumber-sumber produksi e. Mencegah kebosanan konsumen
4. Kriteria Pengembangan Produk Sebelum mengembangkan produk, diperlukan kriteria dalam usaha pengembangan tersebut, hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan sebelum menjalankan rencana tersebut,
31
Buchari Alma, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 207
36
apakah pengembangan produk tersebut perlu dilakukan atau tidak. Beberapa kriteria pengembangan produk tersebut yaitu: 32 a.
Melahirkan ide-ide produk baru Langkah pertama dalam kerangka kerja pengembangan produk baru adalah melahirkan ide-ide untuk dipertimbangkan. Upaya untuk melahirkan ide ini merupakan suatu proses kreatif yang harus dipertimbangkan. Ada sejumlah teknik bagi bank untuk membantu pengembangan ide-ide baru, diantaranya adalah rapat pendapat (brainstorming sessions), sinektiks, daftar atribut, hubungan tempaan (forced relationships) dan teknik-teknik wawancara.
b.
Pembuatan konsep Pada tahap ini, konsep tersebut harus diperiksa dari sudut kecocokan strategis dari produk yang diusulkan. Baik dilihat dari aspek tujuan perusahaan, kekuatan, kelemahan, sumber daya, kriteria produk baru, pasar yang berlaku dan kondisi persaingan.
c.
Penetapan standar ekonomi Tahap ini terfokus pada berbagai pertimbangan yang perlu untuk menentukan penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Ramalan penjualan dan semua biaya yang relevan itu dibuat untuk menaksir sumbangan potensial dari produk itu terhadap laba bank. Jika taksiran itu jatuh di bawah ambang bank untuk introduksi produk baru,
32
Eric reidenbach dan M. Ray Grubbs, Mengembangkan Produk Baru Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm. 30-33
37
maka bank mempunyai dua pilihan dasar yaitu mengonsep ulang produk itu atau membatalkan pengembangan produk itu. d. Pengujian produk Pada tahap ini bank sebaiknya mulai melihat pertanyaan kunci tentang bagaimana pasar memandang produk baru itu. Ada dua cara untuk menghadapi tugas ini: 1. Produk harus dapat dinilai menurut kondisi pemasaran percobaan, artinya calon-calon nasabah diminta untuk menilai produk tersebut sesuai kondisi pemasaran yang ada. 2. Produk harus dibuat dan dinilai pemasarannya menurut kondisi pasar yang berlaku. Disini data dikumpulkan dari sejumlah kecil dari total pasar dan dinilai. e. Komersialisasi Langkah mengembangkan
ini
menunjukan
suatu
produk
bahwa telah
keputusan
diambil
pada
untuk langkah
sebelumnya. Sehingga langkah selanjutnya adalah mengenalkan produk ke pasar. Variabel-variabel pemasaran kemudian di identifikasi dan dibuat penyesuaian berdasarkan kebutuhan konsumen.
Berikut ini bagan tentang kriteria pengembangan suatu produk.33 Kebutuhan pelanggan
33
Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja, Jakarta: Erlangga, 2006, hlm. 115
38
Merencanaan
Rancangan
Model
Prototipe
Pembuatan di Pabrik
Konsep & pemilihan
produk
produk
produk
dan peluncuran
Pilihan Teknologi
5. Manfaat Pengembangan Produk Dengan adanya pengembangan produk diharapkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk dan jasa baru kepada pasar yang sudah ada. Produk-produk itu mungkin merupakan modifikasi dari produk yang sudah ada. 34 Hal ini sering dilakukan oleh lembaga keuangan mikro seperti BMT untuk mengembangkan suatu produk, karena melihat tingkat persaingan antar lembaga keuangan yang ada. Saat ini banyak lembaga keuangan mikro yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dari suatu produk masing-masing lembaga, yang membedakan hanyalah nama produk dan strategi pemasaran yang digunakan. Selain itu pengembangan produk juga bermanfaat untuk kelangsungan hidup suatu produk. Karena dengan strategi ini, sebuah perusahaan dapat mengetahui letak kekurangan suatu produk terhadap konsumen, sehingga perusahaan dapat meningkatkan kualitas dari produk tersebut. Resiko produk gagal juga bisa diminimalisir jika strategi pengembangan produk diatur dan dijalankan dengan baik. 34
Suryana, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm. 147
39
BAB III GAMBARAN UMUM BMT SM NU KANTOR CABANG KAJEN A. Pengertian BMT
40
Baitul Maal wat Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro yang memiliki dua fungsi utama yaitu baitut tamwil dan baitul maal. Baitut Tamwil (Bait yang berarti rumah, at-Tamwil yang berarti pengembangan harta). Jadi arti kata Baitut Tamwil dapat di artikan dengan, melakukan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro. Baitul Maal (Bait yang berarti rumah, Maal yang berarti harta). Jadi arti kata Baitul Maal dapat di artikan dengan, menerima titipan dana zakat, infaq dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. 35 Lembaga keuangan mikro ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah) dan titipan (wadiah). Baitul Maal wat Tamwil memiliki beberapa fungsi yaitu:36 1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana). 2. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya. 35
Baihaqi Abdul Majid, dkk, Pedoman Pendirian, Pembinaan dan Pengawasan LKM BMT, Jakarta: LAZNAS BMT, cet. III, 2008, hlm. 9
36
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 363-364
41
3. Sebagai lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, menengah dan juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKMK tersebut. B. Profil BMT SM NU Kantor Cabang Kajen 1. Sejarah Singkat Berdirinya BMT SM NU Kantor Cabang Kajen BMT SM NU Kantor Cabang Kajen bertempat di jalan Diponegoro No. 9 Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan telp. (0285) 381011, dengan Kepala Cabang Bapak Fatchurrahman, S.Pi. Di dirikan pada tanggal 2 juni 2008 dengan modal awal Rp. 40.000.000,- yang diperoleh dari BMT SM NU Kota Pekalongan (Kantor Pusat) yang pada awal berdirinya, bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kajen Kabupaten Pekalongan. BMT SM NU Cabang Kajen di dirikan dalam rangka membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat Islam yang berkeadilan, berkemakmuran berdasarkan syariat dan ridho Allah SWT. Sehingga NU Kajen Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki perhatian dan konsen dengan persoalan bangsa ini. BMT SM NU Kajen merupakan salah satu dari 12 kantor BMT SM NU Kota Pekalongan yang merupakan unit usaha simpan pinjam syariah dan perdagangan sektor riil yang berbeda hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) Nahdlatut Tujar Nomor : 180/135/2004 tanggal 1 oktober 2004
42
dibawah naungan Departemen Koperasi dan UKM. BMT SM NU Kota Pekalongan berdiri tepatnya tanggal 29 Agustus 2004 yang bertempat di Pringlangu jalan Urip Sumoharjo 294 (Kantor Pusat) dengan modal awal Rp. 50.000.000,- yang diperoleh dari para pendirinya. Berdasarkan keinginan BMT SM NU Kota Pekalongan bermula keinginan beberapa pengurus cabang Nahdlatul Ulama Kota Pekalongan yang dimotori oleh H. Abu Al Mafachir dan H. Ahmad Rofiq, BA, mereka berkeinginan mendirikan/memiliki badan usaha yang dikelola secara profesional, yakni mendirikan perusahaan BMT yang tentunya dengan mengikuti kaidah yang benar menurut Syariah Islam, maka didirikanlah Koperasi Serba Usaha Nahdlatut Tujjar. BMT SM NU adalah suatu usaha simpan pinjam Syariah yang dikelola secara otonom yang berbeda hukum dengan koperasi. Dalam perkembangannya BMT SM NU Kota Pekalongan merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang mendapat dukungan positif dari masyarakat, sehingga dari tahun ketahun mengalami perkembangan aset yang sangat baik untuk menjangkau masyarakat atau nasabah yang lebih luas lagi, hingga pada akhir Maret 2010 telah memiliki 12 kantor yaitu:37 1.
37
Kantor Pusat BMT SM NU Kota Pekalongan
Wawancara pribadi dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, di BMT SM NU Kajen, tanggal 28-07-2012
43
Komplek Gedung Aswaja, Jl.
Sriwijaya Pekalongan Telp (0285)
4415700 2.
Kantor Kas BMT SM NU Kradenan Jl. Urip Sumoharja No. 230 Kradenan Telp (0285) 7935088
3.
Kantor Cabang BMT SM NU Siwalan Jl. Raya Rembun komplek SMP Islam Rembun Siwalan Kabupaten Pekalongan Telp (0285) – 7911987
4.
Kantor Kas BMT SM NU Sragi Jl. Raya Purwodadi, Sragi Kabupaten Pekalongan Telp (0285) 7928998
5.
Kantor Cabang BMT SM NU Kajen Jl. Diponegoro No. 450 Kajen Kabupaten Pekalongan Telp (0285) 381011
6.
Kantor Cabang BMT SM NU Kesesi Jl . Raya Kesesi 518 Telp (0285) 4483312
7.
Kantor Cabang BMT SM NU Bojong Jl. Raya Bojong Telp (0285) 4482828
8.
Kantor Kas BMT SM NU Comal Jl. Jendral Sudirman Timur No. 8 Comal Telp (0285) 4475550
9.
Kantor Kas BMT SM NU Subah, Komplek Pasar Subah blok Timur Belakang Telp (0285) 666505
10. Kantor Kas BMT SM NU YKPI Comal, Jl. Raya Sidorejo Comal/SMK Nusantara 1 Comal
44
11. Kantor Cabang BMT SM NU Warungasem, Jl. Raya Gapuro No. 7 Warungasem Telp (0285) 4417861 12. Kantor Cabang BMT SM NU Pemalang, Jl. Jend. Sudirman Timur Pemalang Telp. (0285) 5801619. 2. Visi dan Misi BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Visi BMT SM NU Kantor Cabang Kajen adalah sebagai berikut: Pertama, Memobilisasi potensi ekonomi umat dalam menopang dakwah Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Kedua, menjadikan BMT SM NU sebagai perusahaan yang profesional untuk menghasilkan keuntungan dengan menepis riba, menuai pahala, dan membagi laba. Ketiga, menyelenggarakan berbagai program tabungan, pembiayaan dan kegiatan lain dengan tingkat kepuasan maksimal bagi nasabah dan usaha. Untuk lebih realistisnya, maka visi tersebut dilanjutkan dengan Misi sebagai berikut:38 1. Menggali dan mengumpulkan dana warga NU khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan prinsip Syari’ah 2. Menyalurkan pembiayaan sektor ekonomi pada kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan prinsip Syari’ah 3. Melaksanakan perdagangan surat-surat berharga 4. Memperlancar pembangunan perumahan rakyat 5. Mendorong pelaksanaan prinsip ekonomi Syariah dalam bidang perdagangan umum dan pelayanan jasa. 38
Ibid
45
Adapun tujuan BMT SM NU Kantor Cabang Kajen antara lain adalah sebagai berikut:39 1. Mengumpulkan dana dari keuntungan usaha untuk biaya operasional organisasi Nahdlatul Ulama Kota Pekalongan 2. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan warga Nahdliyin di segala bidang 3. Membantu kesulitan keuangan khususnya warga Nahdliyin dalam tempo cepat, umumnya kepada para pengusaha 4. Menghimpun dana melalui zakat, infak, shodaqoh, dan sejenisnya untuk disalurkan kepada yang berhak (baitul maal) 5. Menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana melalui tabungan dan deposito sesuai prinsip Syariah berdasarkan ketentuan yang berlaku (baitul tamwil) 6. Menepis riba, menghindari transaksi keuangan baik berupa tabungan, deposito, maupun pembiayaan menggunakan sistem bunga yang dilarang oleh Islam 7. Menuai pahala, prinsip tolong menolong sesama muslim dengan tetap berpedoman pada prinsip perbankan Syariah atas dasar keikhlasan kedua belah pihak 8. Membagi laba, prinsip yang dikembangkan di BMT SM NU adalah saling memberi keuntungan antara pihak BMT dengan penabung, deposan, maupun kreditur. 39
Ibid
46
3.
Struktur Organisasi BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Berikut adalah struktur organisasi BMT SM NU Kantor Cabang Kajen:40
Kepala cabang
Marketing I
Teller
Marketing II
Sumber: Di buat oleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, tanggal 28-07-2012.
C. Produk-produk BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Manajemen keuangan di BMT SM NU bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling minimal dan menginvestasikan dana dengan hasil yang paling maksimal. 41
40
41
Ibid Petunjuk Pelaksanaan, Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit / Pembiayaan BMT SM NU Pekalongan
47
Adapun cara-cara perolehan dana di BMT SM NU, antara lain dari penghimpunan dana melalui produk-produk sebagai berikut : 1.
Simpanan Mudlarabah, meliputi : a.
Simpanan
Berguna
(SIGUN)
adalah
simpanan
berguna
anggota/calon anggota yang dilakukan setiap saat dan dapat diambil kapan saja disaat kantor buka b.
Simpanan Pendidikan (SIDIK) adalah simpanan anggota/calon anggota untuk persiapan pendidikan yang disetor setiap saat dan dapat diambil saat akan melanjutkan pendidikan
c.
Simpanan Walimah (SIWAL), adalah simpanan anggota/calon anggota untuk persiapan pelaksanaan walimah nikah, khitan dan tasmiyah, disetor setiap saat dan dapat diambil sebelum pelaksanaan walimah digelar
d.
Simpanan Hari Raya (SIHAR) adalah simpanan anggota/calon anggota untuk persiapan lebaran. Disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari sebelum lebaran.
e.
Simpanan Haji, Umroh/Ziarah (SIHAUZ) adalah simpanan anggota/calon anggota untuk melakukan haji, umroh dan ziarah, disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari sebelum pelaksanaan pendaftaran
f.
Simpanan Sunah Aqiqoh/Sunah Qurban (SIQOH) adalah simpanan anggota/calon anggota untuk persiapan aqiqoh/qurban, disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari sebelum aqiqoh/qurban tiba.
48
g.
Simpanan mudlarabah berjangka (deposito), adalah simpanan anggota/calon anggota yang hanya dapat diambil dalam jangka waktu tertentu.
2.
Simpanan Wadiah Simpanan Wadi’ah adalah titipan dari pemilik dana kepada BMT untuk dikelola atas seizinnya. Dimana BMT sebagai penerima amanat, wajib menjaga keutuhan dan keselamatan nilai nominal yang dititipkan, pemilik dana tidak mendapat bagi hasil, dan titipan dapat diambil setiap saat.42 Yang termasuk simpanan wadiah yaitu Tabungan Wisata Religi adalah simpanan anggota / calon anggota yang disetor setiap bulan dan hanya dapat diambil setelah akhir periode ( 24 bulan ) secara utuh dan akan mendapatkan bonus wisata ziarah. Selain itu simpanan wadiah juga dapat menerima titipan untuk biaya perjalanan ibadah haji/umroh.
Sedangkan produk-produk penyaluran dana/pembiayaan yang ada di BMT SM NU antara lain : 1.
Mudlarabah adalah perjanjian antar pemilik dana dengan pengelola dana yang keuntungannya dibagi menurut rasio/nisbah yang telah disepakati di muka dan bila terjadi kerugian, akan ditutup dari keuntungan dari sisi yang lain bila dimungkinkan, bilamana tidak,
42
Muhammmad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani, 2001, hlm 148.
49
maka pengelola akan menanggung kerugian pelayanan material dan kehilangan imbal kerja 43 2.
Musyarakah adalah perjanjian kerjasama antara anggota dengan BMT, dimana modal dari kedua belah pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang akan dijalankan oleh anggota dan BMT, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan bersama 44
3.
Bai’ Bit Taqsith adalah proses jual beli dimana BMT membayar barang yang dibutuhkan kemudian dijual kepada pembeli dengan membayar harga yang disepakati untuk dibayar secara angsuran 45
4.
Bai’ Bitsaman Ajil adalah proses jual beli dimana BMT membayar barang yang dibutuhkan kemudian dijual kepada pembeli dengan membayar harga yang disepakati untuk dibayar secara tunai. 46
5.
Qordhul Hasan, adalah pembiayaan kebajikan / lunak, dimana anggota yang menerimanya hanya dikenakan membayar pokoknya saja tanpa bagi hasil. 47
D. Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen 1. Pengertian Produk Wisata Religi 4 Produk simpanan wisata religi 4 adalah simpanan anggota/calon anggota yang disetor setiap bulan sebesar Rp85.000,- per bulan dan hanya 43
Ibid., hlm. 95 Ibid., hlm. 90 45 Ibid., hlm.101 46 Ibid., hlm.101 47 Ibid., hlm.131. 44
50
dapat diambil setelah akhir periode ( 24 bulan ) secara utuh dan akan mendapatkan bonus wisata ziarah. Produk ini mempunyai akad yang disebut dengan wadiah yad dhamanah. Berbeda dengan wadiah yad amanah, pada yad amanah prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dalam yad dhamanah pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.48 Dalam akad wadiah yad dhamanah di BMT prinsipnya berbeda dengan prinsip syariah, karena dalam prinsip syariah akad wadiah yad dhamanah seharusnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:49 a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung BMT, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian b. BMT dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana, sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka c. BMT harus membuat akad pembukaan rekening, yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah
48
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2008, hlm. 65
49
Ibid, hlm. 65
51
d. Terhadap pembukaan rekening ini, BMT dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang telah terjadi. 2. Mekanisme Produk Simpanan Wisata Religi 450
1 Nasabah Kreditur
4
3 BMT
2
Nasabah debitur
Sumber: Di buat oleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, tanggal 08-09-2012. Keterangan: 1.
Pada saat pembukaan rekening calon nasabah harus membawa beberapa persyaratan administrasi berupa fotocopy KTP/SIM seperti pembukaan rekening produk-produk BMT lainnya. Setelah itu nasabah mengisi formulir pendaftaran dan bisa langsung menyetor dananya. Setiap bulannya nasabah harus rutin menyetor dananya dengan setoran simpanan Rp.85.000 per bulan selama 24 kali. Setoran paling lambat tanggal 5 tiap bulan.
2.
Dana dari setoran nasabah tersebut kemudian di putar kepada nasabah debitur yaitu sebagai pemberian pembiayaan.
3.
Dana tersebut digunakan oleh nasabah debitur sebagai modal untuk menjalankan suatu usaha. Dari usahanya tersebut, nasabah debitur
50
Wawancara pribadi dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, di BMT SM NU Kajen, tanggal 08-09-2012
52
memberikan bagi hasil yang besarnya sesuai dengan kesepakatan kepada pihak BMT yaitu 2%. 4.
Setelah lunas masa setoran, nasabah kreditur menerima bonus untuk ziarah ke makam para wali dan uang dari setoran nasabah kreditur per bulannya dikembalikan penuh oleh BMT.
3. Jumlah Nasabah Produk Simpanan Wisata Religi 4 Nasabah merupakan orang yang menjadi pelanggan BMT yang mempunyai rekening simpanan dan pinjaman atau dalam arti lain orang yang menjadi langganan sebuah bank atau lembaga keuangan mikro seperti BMT, karena uangnya diputarkan melalui lembaga keuangan tersebut. Nasabah mempunyai peran penting demi terciptanya tujuan BMT dan citra BMT di masyarakat umum. Karena ada pepatah yang mengatakan bahwa nasabah adalah raja yang wajib dilayani dengan tulus dan ikhlas. 51 Oleh karena itu memperhatikan keinginan nasabah adalah strategi yang penting agar BMT bisa lebih dikenal oleh nasabah lain. Dalam memperhatikan nasabahnya, BMT SM NU Kajen berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lebih dekat dengan nasabah. Dengan segala cara dan upaya BMT SM NU Kajen berhasil merekrut nasabah yang jumlahnya lumayan banyak untuk sekelas lembaga keuangan mikro. Hingga sampai saat ini BMT SM NU Kantor Cabang Kajen mempunyai 1.000 lebih nasabah. Dari jumlah tersebut terdapat 20 nasabah yang
51
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2005, hlm. 225
53
memakai produk simpanan wisata religi 4. Berikut tabel mengenai data jumlah nasabah untuk masing-masing produk:52 No
Nama Produk
Jumlah Nasabah
1
Sigun
900
2
Sidik
25
3
Siharfi
200
4
Religi 4
20
5
Sikohwal
0
6
Sidik I
100
7
Sidik II
160
Sumber: Di buat oleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, tanggal 08-09-2012
4. Jumlah Aset Peningkatan aset merupakan tujuan dari operasional produk ini, sehingga dari usahanya sampai saat ini memasarkan produk wisata religi 4, BMT berhasil mengumpulkan aset berkisar Rp18.000.000,-.53 Dari aset yang didapat oleh BMT akan diputarkan kembali untuk memenuhi 52
Wawancara Op. cit
53
Loc.cit
54
kebutuhan BMT, dengan tujuan memberikan pelayanan pembiayaan kepada nasabah yang meminjam dana dari BMT. Jumlah aset yang didapat oleh BMT pada tahun ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya. Karena transaksi yang ada pada setiap bulannya akan selalu ditambahkan pada bulan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar BMT bisa membuat strategi pemasaran yang lebih matang pada periode yang akan datang, seperti strategi penetrasi pasar. Berikut merupakan tabel mengenai perkembangan aset produk wisata religi. 54 No
Jenis Produk
Jumlah Aset
1
Wisata Religi 3
Rp. 5.450.000,-
2
Wisata Religi 4
Rp. 18.000.000,-
Sumber: Di buat oleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, tanggal 08-09-2012.
E. Strategi Marketing Mix di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Untuk melancarkan usaha BMT dalam kegiatan pemasaran yang dilakukannya, pertama-tama yang harus dilakukan oleh BMT yaitu dengan mengidentifikasi keinginan konsumen terhadap produk yang diinginkan mereka, untuk mengetahui hal ini BMT juga sadar betul perlunya pendekatan kepada nasabah. Pendekatan kepada nasabah biasanya dilakukan BMT dengan 54
Loc.cit
55
mengadakan jalan sehat berhadiah. Strategi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa keinginan konsumen agar mengikuti acara tersebut serta mengidentifikasi keinginan konsumen, setelah itu barulah BMT merencanakan dan menetapkan strategi yang sesuai untuk pemasaran produknya. Dalam hal ini BMT SM NU Kantor Cabang Kajen menggunakan strategi pemasaran yang disebut marketing mix, dengan elemen-elemen yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical evidence) dan proses (process). Ke 7 elemen ini digunakan BMT untuk mencapai tujuan pemasarannya. Berikut penerapan ke 7 elemen ini yang ada di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen menurut Bapak Fatchurrahman selaku Kepala Cabang: 55 1. Produk (Product) Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. 56 Sedangkan produk yang dimaksud oleh BMT merupakan objek yang digunakan BMT dalam pemasarannya. Produkproduk tersebut antara lain sigun, sidik, siharfi, wisata religi dan lain-lain. Untuk masing-masing produk mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ada yang untuk simpanan biasa, pendidikan, ziarah kubur dan sebagainya. 55
Wawancara pribadi dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, di BMT SM NU Kajen, tanggal 10-09-2012
56
Basu swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty, 2001, hlm. 165
56
Oleh karena itu setiap produk yang dibuat BMT, selalu menekankan pada prinsip kepekaan terhadap kebutuhan nasabah. BMT berharap produk yang mereka tawarkan bisa menjadi solusi terhadap permasalahan keuangan nasabah. 2. Harga (Price) Elemen yang kedua dari marketing mix adalah harga (price), harga adalah sejumlah uang yang dikorbankan untuk mendapatkan atau memuaskan kebutuhan.57 Harga bagi BMT adalah bagi hasil yang ditawarkan. Biasanya nasabah lebih memilih lembaga keuangan yang memberikan bagi hasil yang lebih tinggi di banding lembaga keuangan yang lain. Oleh karena itu BMT SM NU mencoba memberikan bagi hasil yang sesuai dengan memperhatikan tingkat persaingan harga pada lembaga keuangan yang lainnya. Dalam produk simpanan BMT memberikan bagi hasil setara 0,3% per bulan kecuali untuk produk wisata religi, karena produk wisata religi menggunakan bonus. Bagi hasil bisa berubah sesuai keuntungan riil per bulan. Sedangkan untuk jenis produk pembiayaan BMT mendapat bagi hasil dari nasabah setara 2% sesuai keuntungan riil usaha yang dijalankan nasabah pembiayaan tiap bulannya 3. Tempat (Place) Lokasi menjadi elemen marketing yang sangat penting, karena berhubungan dengan pelayanan BMT kepada nasabah. Lokasi BMT menjadi hal yang sangat penting untuk dijadikan rujukan sebelum 57
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1987, hlm. 193
57
melakukan kegiatan usahanya. Oleh karena itu BMT memilih lokasi yang bisa dijangkau oleh nasabah dan calon nasabah lain. Dengan mempertimbangkan hal ini maka di pilihlah lokasi yang berdekatan dengan jalan raya dan pasar yang umumnya banyak dari nasabah BMT SM NU yang menjadi penjual di pasar Kajen. Ini menjadi nilai positif tersendiri untuk BMT SM NU Kajen, karena dengan strategi ini BMT bisa melakukan pendekatan dengan nasabah dan calon nasabah BMT SM NU Kajen. 4. Promosi (Promotion) Promosi merupakan cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan atau nasabah.58 Beberapa usaha promosi yang dilakukan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen adalah sebagai berikut: a. Periklanan Periklanan yang dilakukan oleh BMT tidak seperti yang dilakukan oleh bank yaitu dengan menggunakan media televisi, akan tetapi BMT melakukan periklanan cukup dengan memasang umbul-umbul, spanduk, brosur, MMT dan dibantu dengan radio yang di dalamnya terdapat pesan yang menginformasikan keuntungan dan bentuk pelayanan yang diberikan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen. b. Promosi Penjualan Promosi penjualan yang dilakukan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen adalah dengan mengadakan lomba jalan sehat. Lomba 58
Sadono Sukirno, et. al., Pengantar Bisnis, Jakarta: Prenada Indonesia, 2004, hlm. 66
58
tersebut diselenggarakan di wilayah kecamatan Kajen, serta diikuti oleh seluruh nasabah BMT dan juga masyarakat Kajen. Hal ini bertujuan untuk menginformasikan pada nasabah dan khususnya calon nasabah yang belum mengenal produk-produk BMT agar mereka mempunyai minat pada produk yang ditawarkan oleh BMT. c. Penjualan Pribadi Penjualan pribadi yang dilakukan oleh BMT dilakukan oleh semua anggota BMT, baik anggota internal maupun eksternal. Anggota internal terdiri dari manajer, teller, marketing dan dibantu dengan MWC NU Kajen. Sedangkan eksternal BMT terdiri dari nasabah yang mempunyai kepedulian dan loyalitas terhadap BMT SM NU Kajen. Biasanya nasabah ini berasal dari lingkungan golongan NU, karena mereka berfikir jika mereka berpartisipasi dalam memasarkan produk BMT berarti mereka juga ikut menghidupkan organisasi NU di wilayah Kajen.
5. Orang (People) Yang dimaksud orang pada elemen ini yaitu semua partisipan yang mempunyai peran penting dalam penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan konsumsi jasa berlangsung dalam waktu riil jasa, oleh karenanya dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Yang dimaksud partisipan ini antara lain
59
manajer, teller, marketing, staf perusahaan lain, nasabah dan nasabah lain dalam lingkungan jasa tersebut.59 6. Bukti Fisik (Physical Evidence) Merupakan konsumennya
suatu
lingkungan
berinteraksi,
fisik
dengan
dimana
setiap
perusahaan
komponen
dan
tangible
memfasilitasi atau mengkomunikasin jasa tersebut.60 Sedangkan bukti fisik yang dimaksud oleh BMT SM NU Kajen adalah visi misi, jenis pelayanan yang ditawarkan dan latar belakang berdirinya BMT SM NU. Karena BMT SM NU lahir dari golongan kaum NU sedangkan wilayah Kajen sendiri merupakan wilayah yang mayoritas golongannya adalah golongan NU. Oleh karena itu BMT yakin bahwa apa yang telah diusahakanya akan berhasil. 7. Proses (Process) Proses merupakan penggabungan elemen-elemen marketing mix diatas yang kemudian dikemas menjadi sebuah strategi pemasaran, yang kemudian BMT menjalankan strategi tersebut. Dari sekian elemen-elemen di atas kemudian dikumpulkan dan dilaksanakan strategi marketing mix. Hal itu terus dilakukan oleh BMT dan berkelanjutan sampai dengan cara menangani keluhan nasabah. Di dalam proses ini BMT berharap semua usaha yang dilakukan dari tahap pengenalan produk sampai hasil akhir
59
Husein umar, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 74
60
Ibid
60
bisa mencapai tujuan yang diharapkan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen.
BAB IV
ANALISIS STRATEGI MARKETING MIX PADA PRODUK SIMPANAN WISATA RELIGI 4 BMT SM NU KANTOR CABANG KAJEN
61
A. Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Dalam rangka pemasaran dan pengembangan produknya, BMT SM NU Kantor Cabang Kajen menggunakan strategi pemasaran yang disebut dengan marketing mix. Marketing mix merupakan elemen-elemen pemasaran yang dapat di katrol kemudian dikombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. 61 Strategi marketing mix BMT SM NU Kantor Cabang Kajen selalu bersifat dinamis dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan perusahaan yang antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan faktor internal terbagi menjadi 7 macam yaitu, product, price, place, promotion, people, physical evidence. Sebelum menjalankan strategi marketing mix, BMT mempunyai beberapa pertimbangan guna menentukan arah yang tepat agar bisa berjalan dengan baik. Berikut beberapa pertimbangan menurut Bapak Fatchurrahman S.Pi, selaku Kepala cabang BMT SM NU Kajen: 62 a. Strategi
marketing
mix
merupakan
suatu
kesatuan
rencana
komprehensif dan terpadu yang berguna untuk mencapai tujuan
61
62
Pandji Anoraga, Loc.cit.
Wawancara pribadi dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, di BMT SM NU Kajen, tanggal 28-07-2012
62
perusahaan, sehingga diperlukan evaluasi yang mendalam pada strategi ini b. Dalam penyusunan strategi ini perlu keterkaitan dengan perusahaan, karena lingkungan perusahaan menentukan kekuatan dan kelemahan strategi ini c. Strategi ini harus bisa digunakan untuk mengantisipasi masalahmasalah dan kesempatan-kesempatan masa depan pada kondisi perusahaan yang berubah-ubah begitu cepat dikarenakan tingkat persaingan yang ada serta kelancaran angsuran nasabah pembiayaan agar tidak terjadi kredit macet, sehingga pengembalian dana nasabah produk simpanan wisata religi 4 dapat dikembalikan utuh pada jangka waktunya oleh perusahaan d. Strategi ini harus dapat memberikan tujuan arah yang jelas supaya dapat memberikan manfaat bagi perusahaan e. Keseriusan dalam menjalankan strategi ini sangat dipentingkan karena demi kelancaran strategi yang akan dijalankan. Semua anggota BMT yang berperan dalam pemasaran produk simpanan wisata religi 4, sehingga didapatkan langkah-langkah yang perlu dijalankan sebagai berikut: Pertama, masing-masing komponen dalam marketing mix dipersiapkan secara tepat antara komponen yang satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi ketimpangan diantara komponen-komponen tersebut.
63
Kedua, elemen-elemen tersebut digunakan oleh BMT sesuai dengan fungsinya dengan strategi yang sudah disiapkan, semua anggota yang berperan penting dalam kegiatan pemasaran ini harus bersungguh-sungguh dalam mengenalkan serta memasarkan produk wisata religi 4, dengan memadukan elemen-elemen tersebut di harapkan BMT bisa mencapai tujuannya. Ketiga, BMT berusaha fokus pada strategi ini dengan upaya mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk simpanan wisata religi 4. Adapun penjelasan yang lebih luas mengenai penerapan elemenelemen marketing mix pada produk simpanan wisata religi 4 di BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, penulis uraikan dibawah ini: 63 1.
Produk (Product) Untuk produk wisata religi 4 mempunyai beberapa keunggulan. Yang pertama, produk ini merupakan produk yang berbeda dengan produk yang lain, karena produk ini memberikan bonus wisata ziarah dan untuk tempat ziarahnya sendiri dipilih berdasarkan voting dan musyawarah antar nasabah dengan pihak BMT. Hal inilah yang berbeda dengan lembaga keuangan yang lain, karena sejauh ini untuk wisata ziarah sekelas BMT masih jarang yang menawarkan, karena produk wisata yang ditawarkan biasanya hanya untuk wisata-wisata
63
Wawancara pribadi dengan Bapak Fatchurrahman, selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, di BMT SM NU Kajen, tanggal 13-10-2012
64
biasa. Yang kedua jenis pelayanan atau jasa yang ditawarkan, pelayanan yang prima akan mengundang minat nasabah terhadap produk wisata religi 4. 2.
Harga (Price) Seperti yang dijelaskan oleh penulis dalam elemen produk diatas, bahwa BMT memberikan kebijakan kepada nasabah untuk mencicil setoran selama 2 tahun dan setiap bulannya disetor sebesar Rp. 85.000, kemudian nasabah akan memperoleh bonus ziarah dari setoran tersebut pada saat akhir jangka waktu setoran. Pemberian bonus merupakan manfaat dari jasa yang diberikan oleh BMT kepada nasabah yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh BMT. Sedangkan untuk kualitas diukur dari pelayanan yang prima dari pihak BMT, karena selain produk ini jarang dipakai oleh BMT yang lain, uang dari nasabah juga akan di kembalikan penuh pada saat jatuh tempo. Kualitas dari produk ini juga diukur dari penentuan tempat tujuan ziarah, karena tempat ziarah tidak ditentukan oleh keinginan BMT, akan tetapi dari keinginan nasabah untuk pergi ke makam-makam wali yang mereka inginkan.
3.
Tempat (Place) Untuk tempat ditentukan berdasarkan kesesuaian produk, untuk produk wisata religi biasanya di masjid melalui takmir masjid. Hal itu dilakukan karena biasanya banyak dari jamaah masjid yang ingin pergi ziarah. Jadi saluran distribusinya lebih sesuai di bandingkan dengan
65
tempat-tempat yang lain. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan BMT juga menentukan saluran distribusinya di pasar, sekolah atau tempat keramaian yang lainnya. Karena BMT menyadari bahwa orang yang ingin pergi ziarah bukan hanya dari jamaah masjid saja. 4.
Promosi (Promotion) Promosi yang dilakukan BMT untuk produk simpanan wisata religi 4 yaitu: a. Periklanan Periklanan yang dilakukan oleh BMT yaitu dengan cara menyebarkan brosur, memasang umbul-umbul, spanduk, dan MMT. Dalam kegiatan periklanan ini semua anggota dari BMT mempunyai peran penting, serta dibantu oleh anggota IPNU dan IPPNU di wilayah Kajen. b. Promosi Penjualan Promosi penjualan yang dilakukan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen dengan cara mengadakan jalan sehat gratis dan bagi
yang mengikuti program tersebut akan diberikan kupon undian yang nantinya bisa ditukarkan hadiah bagi siapa saja yang memperoleh
undian
tersebut.
Biasanya
promosi
penjualan
bertujuan untuk menginformasikan kepada calon nasabah BMT tentang keunggulan produk-produk BMT. Dalam menjalankan
66
kegiatan usahanya itu, BMT meminta perusahaan lain untuk menjadi sponsor dan membantu jalannya program tersebut. c. Personal Selling Penjualan pribadi dilakukan oleh semua anggota BMT SM NU Kajen, baik itu kepala cabang, marketing maupun teller. Biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat seperti di pasar, disekolah, maupun di toko-toko. Usaha ini dilakukan guna mempengaruhi calon nasabah untuk memakai produk simpanan wisata religi 4. Karena dengan metode ini diharapkan semua anggota yang mempunyai peran penting terhadap pemasaran BMT bisa lebih melakukan penekanan pasar terhadap produk simpanan wisata religi 4. 5.
Orang (People) Dalam hal ini semua anggota BMT mempunyai peran penting dari manajer, teller, marketing dan di bantu nasabah lain yang mayoritas golongan orang NU, biasanya jamaah NU membantu BMT dalam pemasaran produk wisata religi 4 dikarenakan mereka peduli terhadap lembaga ke NUan, karena termasuk golongan yang mereka jadikan panutan. Sebagian dari operasional BMT akan disalurkan ke MWC NU Kajen dan akan dikelola oleh MWC NU Kajen untuk kepentingan organisasi ke NUan. Dalam acara promosi penjualan yang berbentuk seminar dan lomba-lomba, MWC NU Kajen juga ikut membantu jalannya acara yang akan diselenggarakan. Jadi dengan kata lain
67
elemen people disini tidak hanya dari internal perusahaan saja, akan tetapi dari eksternal perusahaan juga mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan BMT. 6.
Bukti Fisik (Physical evidence) NU merupakan golongan ormas yang sering melakukan ziarah ke makam para Wali. Melihat hal ini BMT yang juga terlahir dari golongan NU mempunyai kesempatan yang bagus untuk pemasaran produk wisata religi 4. Karena sebagian besar masyarakat Kajen adalah golongan NU. Masyarakat Kajen menganggap BMT menjadi rumah mereka sendiri karena BMT SM NU termasuk lembaga keuangan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Karena dari hasil operasional BMT tidak seluruhnya digunakan untuk kepentingan BMT, akan tetapi juga disalurkan pada MWC NU Kajen yang nantinya akan dikelola untuk berbagai kegiatan ke NUan. Bukti fisik yang dimaksud bukan hanya dari latar belakang BMT, akan tetapi juga dari bentuk pelayanan yang diberikan BMT melalui produk simpanan wisata religi 4, karena lokasi ziarah yang menjadi tujuan program wisata religi 4, ditentukan berdasarkan banyaknya keinginan nasabah yang ingin pergi ziarah ke tempat wali yang mereka inginkan. Akan tetapi BMT juga sering memberikan pilihan lain untuk lokasi tersebut, karena bisa juga dikarenakan kondisi lalu lintas dan cuaca yang tidak mendukung, maka BMT berhak mengganti tujuan wisata religi.
68
7.
Proses (Process) Dari sekian elemen-elemen di atas kemudian dipadukan dan digunakan sebagai usaha pemasaran dengan cara pengenalan pada calon nasabah untuk mengembangkan pemasaran yang sudah ada. Hal ini dilakukan BMT untuk meluaskan pemasaran dan berkompetisi dengan lembaga keuangan lain.
B. Hasil Strategi Marketing Mix Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga keuangan pastilah mempunyai tujuan, sehingga marketing mix merupakan suatu strategi yang sering digunakan oleh perusahaan guna menekankan bagaimana cara menjual produk seefektif mungkin serta mewujudkan
69
tujuan tersebut. Pada umumnya tujuan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:64 1) Dapat memenuhi kebutuhan pelanggan akan suatu produk/jasa 2) Dapat memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk/jasa 3) Dapat
memberikan
kepuasan
semaksimal
mungkin
terhadap
pelanggannya 4) Dapat meningkatkan penjualan dan laba 5) Dapat menguasai pasar dan menghadapi pesaing 6) Dapat memperbesar kegiatan usaha. Dengan strategi marketing mix, BMT berusaha agar produk wisata religi 4 dapat dikenal luas di pasaran. Marketing mix yang digunakan oleh BMT SM NU Kajen pada produk simpanan wisata religi 4 disesuaikan dengan prinsip syariah. Hal ini dikarenakan setiap operasional BMT selalu dikaitkan dengan slogan BMT SM NU yaitu, “menepis riba, menuai pahala, membagi laba”. Dalam penerapan strategi marketing mix juga didasarkan pada slogan tersebut. Menepis riba yaitu, harga yang diterapkan tidak menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil. Menuai pahala yaitu, BMT berfikir bahwa sistem bagi hasil merupakan cara pembagian keuntungan yang adil sehingga tidak memberatkan pada masing-masing pihak, baik pihak BMT maupun pihak nasabah. Dengan adanya hal ini berarti terjadi saling tolong menolong
64
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006, hlm. 169
70
antara pihak BMT dan pihak nasabah, BMT bisa menjalankan usahanya dengan bagi hasil tersebut, nasabah pun bisa memulai atau melanjutkan usahanya melalui pinjaman tersebut. Membagi laba yaitu, untuk nasabah simpanan bisa memperoleh bagi hasil sebesar 0,3% dari dana yang tersimpan di rekening nasabah. Setiap orang pasti akan menilai slogan BMT tersebut, untuk itu BMT harus bisa menjalankan operasionalnya sesuai dengan slogan tersebut. Pada dasarnya misi BMT adalah memproduksi barang atau jasa yang dapat memenuhi selera konsumen dengan tujuan mencapai target penjualan dan memperoleh laba yang diinginkan. Namun yang menjadi hambatan BMT dalam mewujudkan tujuannya adalah dikarenakan tingkat persaingan, perubahan dan ketidakpastian harga yang sangat mempengaruhi operasional BMT. Oleh karena itu BMT sadar betul bahwa ia harus mampu memperkenalkan produk wisata religi 4 dengan melakukan penekanan pasar, sehingga BMT dapat mempertahankan kelangsungan hidup produk simpanan wisata religi 4 sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain
perubahan
dan
ketidakpastian
harga,
tumbuh
dan
berkembangnya perusahaan serta berbagai kelompok jamaah ziarah kubur, menjadi penyebab terhambatnya pengenalan produk simpanan wisata religi 4. Karena menurut Bapak Fatchurahman S.Pi selaku kepala cabang BMT SM NU Kajen, banyak dari warga Kajen yang sudah mempunyai jamaah sendiri untuk ziarah kubur, jadi mereka kurang berminat untuk memakai produk simpanan wisata religi 4.
71
Sebenarnya menurut Bapak Fatuchurrahman mungkin hal ini bukan disebabkan dari produknya, akan tetapi masyarakat kajen belum mengetahui dengan lebih mendalam tentang produk simpanan wisata religi 4. Karena menurut dia produk wisata religi 4 adalah produk yang sangat menguntungkan, bagi nasabah yang ingin pergi ziarah tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli tiket. Karena wisata ziarah kubur yang diprogramkan oleh BMT merupakan bonus yang ditawarkan dari produk simpanan wisata religi 4 untuk nasabah yang memakai produk tersebut. Berbeda dengan produk simpanan lainnya seperti sigun, sidik, siharfi dan lain-lain, yang merupakan produk dengan pemberian bagi hasil berdasarkan prosentase laba operasional sebesar 0,3% yang dikelola oleh perusahaan setiap akhir periodenya dan di debit ke rekening para nasabah. Strategi marketing mix yang telah diterapkan oleh BMT SM NU Kantor Cabang Kajen pada produk simpanan wisata religi 4 merupakan strategi yang digunakan pada produk simpanan wisata religi 3. Sedangkan untuk produk simpanan wisata religi 1 dan 2 digunakan oleh BMT SM NU Kantor Pusat yang bertempat di Jl. Sriwijaya, komplek gedung Aswaja Pekalongan. Dengan strategi marketing mix tersebut, BMT SM NU Kajen mengalami peningkatan jumlah nasabah pada produk wisata religi 4. Pada produk wisata religi 3 BMT hanya mempunyai 6 nasabah. Sedangkan pada produk wisata religi 4 BMT mengalami peningkatan jumlah nasabah sebanyak 20 nasabah. Jumlah nasabah tersebut tidak lebih banyak dibandingkan dengan Kantor Cabang BMT SM NU di Siwalan. Untuk
72
jumlah nasabah wisata religi 4 di BMT SM NU Kantor Cabang Siwalan mencapai 80 nasabah. Hal itu dikarenakan banyak jamaah ziarah kubur yang ada di wilayah kajen membuat jamaah sendiri seperti sekarang. Jamaah tersebut terdiri dari jamaah yasin tahlil, jamaah masjid dan jamaah NU. Mereka berpendapat kalau jangka waktu yang ditentukan untuk pemberangkatan wisata ziarah oleh BMT terlalu lama, sedangkan jamaah yang mereka bentuk sekarang bisa berangkat 1 tahun sekali. Dengan peningkatan jumlah nasabah pada produk simpanan wisata religi 4, memperlihatkan bahwa strategi marketing mix yang telah diterapkan sudah berjalan dengan baik, hanya saja mungkin diperlukan pengembangan
dalam
strategi
tersebut,
salah
satunya
dengan
mempercepat jangka waktu pemberangkatan ziarah kubur. Oleh karenanya mungkin pada periode yang akan datang upaya yang dilakukan BMT SM NU Cabang Kajen selain mempercepat jangka waktu pemberangkatan sesuai yang diinginkan oleh nasabah, besarnya setoran dan tempat ziarah juga akan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan strategi marketing mix pada produk simpanan wisata religi di BMT SM NU Kajen.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
73
Dari hasil penelitian yang telah penulis teliti mengenai analisis strategi marketing mix pada produk simpanan wisata religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen, maka didapatkan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh sebagai berikut: 1. Analisis Strategi Marketing Mix Pada Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Penerapan strategi marketing mix pada produk wisata religi 4 mengalami peningkatan dalam jumlah nasabah dari produk wisata religi 3. Namun peningkatan tersebut belum mencapai batas maksimal, karena jumlah nasabah yang diperoleh sebanyak 20 nasabah. Jumlah tersebut sangat jauh berbeda dengan jumlah yang ada pada BMT SM NU Kantor Cabang Siwalan yaitu sebanyak 80 nasabah. Hal ini dikarenakan pada wilayah Kajen, banyak dari masyarakatnya yang membuat program ziarah sendiri. Menurut Bapak Fatchurrahman selaku Kepala Cabang BMT SM NU Kajen, ada faktor lain yang menjadikan masyarakat lebih memilih untuk memiliki program wisata religi/ziarah sendiri, faktor ini adalah waktu. Masyarakat berpendapat bahwa waktu untuk pemberangkatan wisata religi/ziarah kubur di BMT terlalu lama, sehingga mereka memutuskan untuk membuat kelompok jamaah wisata religi/ziarah kubur sendiri. 2. Hasil Strategi Marketing Mix Produk Simpanan Wisata Religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen Dalam mengembangkan strategi marketing mix pada produk simpanan wisata religi 4, BMT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
74
tersebut di peroleh berdasarkan peningkatan jumlah nasabah pada produk simpanan wisata religi 4. Pada periode pertama produk wisata religi di luncurkan BMT SM NU Kajen yaitu produk wisata religi 3, BMT hanya mempunyai 6 nasabah. Sedangkan pada periode kedua yaitu produk wisata religi 4, BMT berhasil meningkatkan jumlah nasabah sebanyak 20 nasabah. Kekurangan dari strategi ini yaitu pada jangka waktu pemberangkatan wisata religi. Sebenarnya ada banyak dari masyarakat Kajen yang ingin pergi ziarah, akan tetapi menurut mereka jangka waktu pemberangkatan program wisata religi BMT terlalu lama. Sehingga banyak dari mereka yang membuat jamaah ziarah kubur sendiri. Jamaah ini terdiri dari jamaah yasin tahlil, jamaah masjid dan jamaah NU yang mempunyai program wisata religi/ziarah kubur sendiri di wilayah Kajen. Hal ini menjadikan BMT kesulitan untuk mempengaruhi masyarakat guna memakai produk simpanan wisata religi 4. Bukan hanya itu, mungkin di periode yang akan datang produk simpanan wisata religi menjadi tambah berkurang nasabahnya, dikarenakan semakin banyaknya kelompok yang membuat program wisata religi sendiri.
Saran Sebagai bahan pertimbangan BMT SM NU untuk rencana ke depannya, ada beberapa saran dari penulis yang diharapkan bisa membantu dalam pengembangan wisata religi 4 BMT SM NU Kantor Cabang Kajen:
75
1. Perlu kepekaan terhadap keinginan nasabah untuk menghasilkan strategi pemasaran yang efektif. Seperti pada pemasaran produk wisata religi 4, nasabah
menginginkan
jangka
waktu
pemberangkatan untuk
wisata
religi/ziarah kubur yang tidak terlalu lama. Maka BMT dituntut untuk mengikuti selera nasabah dan mungkin ditambah dengan pelayanan yang lain untuk membedakan antara program dari BMT dengan program dari jamaah yang mereka bentuk. 2. Perlu kepekaan terhadap pesaing, karena pesaing merupakan pandangan kita untuk menjadi lebih baik dari mereka. Dengan memperhatikan pesaing, BMT akan mengetahui apa yang tidak mereka berikan kepada nasabah, sehingga BMT bisa memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang telah diberikan oleh pesaing kepada nasabah.