ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA PERUSAHAAN FARMASI MILIK PEMERINTAH (BUMN) DENGAN PERUSAHAAN FARMASI MILIK SWASTA (BUMS) (Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Perusahaan Farmasi Milik Swasta (BUMS) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Oleh: Bustamam & Sayed Agung Muchsin (Dosen dan Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala) ABSTARCT The objective of this research is to analyze differences in financial performance between listed state-owned pharmaceutical companies (BUMN) with privately-owned pharmaceutical companies (BUMS) at the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the year 2007-2011. The research type used in this research is verificative research or hypothesis testing research. By using census method and time series as time horizon of study, there are 9 firm observations fulfilling the population criteria. The data type used is secondary data gotten from the capital market reference center at the Indonesia Stock Exchange. Differences test Independent Sample Test model was used to test the hypothesis. The result of this research show that there are no differences in financial performance between listed state-owned pharmaceutical companies with privately-owned pharmaceutical companies at the Indonesia Stock Exchange. Keywords: Financial performance PENDAHULUAN Persaingan di dunia usaha semakin selama semakin ketat. Untuk dapat mengikuti kompetisi dengan baik dan menjaga kelangsungan hidupnya (going concern), maka tata kelola perusahaan dituntut agar lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Ismaya (2006:153) menyatakan Going concern adalah asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan berjalan terus sampai pada masa yang tak dapat ditetapkan, atau cukup lama untuk melaksanakan rencananya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan perusahaan didirikan dengan harapan dapat bertahan hidup secara terus-menerus, dan bukan untuk jangka waktu sementara. Sita (2007) menyatakan farmasi adalah berasal dari kata “PHARMACHON” yang berarti obat atau racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatankegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan perusahaan farmasi adalah perusahaan yang melakukan penciptaan, pengembangan, dan pendistribusian obat. Perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dibedakan
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
menjadi perusahaan farmasi milik pemerintah (BUMN) dan perusahaan farmasi milik swasta (BUMS). Perusahaan farmasi BUMN bukan hanya bersaing dengan perusahaan farmasi BUMS saja, tetapi juga bersaing dengan perusahaan sesama BUMN juga, dan begitu juga sebaliknya dengan perusahaan farmasi BUMS. Perusahaan farmasi BUMN lebih bertujuan sosial atau mensejahterakan masyarakat dengan memberikan harga lebih murah setelah menerima bantuan (subsidi) dari pemerintah, sedangkan perusahaan farmasi BUMS mempunyai tujuan profit oriented sehingga perolehan keuntungan lebih diutamakan. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Kasmir (2008:7) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan laporan keuangan adalah suatu laporan yang menunjukkan kondisi keuangan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Untuk memperoleh informasi yang handal mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan perlulah dilakukan analisis melalui rasio-rasio keuangan, masalahnya 1
masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda-beda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Terkadang walaupun suatu perusahaan menunjukkan angka laba yang memuaskan, namun sebenarnya perusahaan tersebut menghadapi kesulitan-kesulitan keuangan seperti jumlah kewajiban sudah melebihi jumlah aset hingga dapat membawanya menuju kebangkrutan. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual, maka akan mendatangkan kesulitan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, seorang professor of finance dari New York University School of Business yang bernama Edward I. Altman pada tahun 1968 menemukan sebuah metode yang bernama Altman Z-Score. Peter (2011) menyatakan pada saat itu Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan Altman Z-Score adalah sebuah metode yang merupakan kombinasi dari 5 jenis rasio keuangan yang berguna untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Hal yang membuat peneliti tertarik untuk membandingkan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS yang terdaftar di BEI adalah perbedaan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang diperoleh oleh masing-masing perusahaan farmasi tersebut tahun 2009-2011. ROA melihat kemampuan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan jumlah aset yang dimiliki, sedangkan ROE melihat kemampuan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan jumlah ekuitas yang dimiliki. Perolehan ROA dan ROE dari masing-masing perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang tertera pada lampiran, dimana berdasarkan lampiran tersebut dapat diketahui bahwa perolehan ROA dan ROE antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS tidaklah sama. Terlihat rata-rata ROA dan ROE milik perusahaan farmasi BUMN setiap tahunnya mengalami
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
kenaikan, sedangkan milik perusahaan farmasi BUMS naik-turun. Walaupun demikian, jumlah rata-rata ROA dan ROE milik perusahaan farmasi BUMS lebih tinggi jika dibandingkan dengan milik perusahaan farmasi BUMN kecuali rata-rata ROE pada tahun 2011. Pada tahun 2009-2011 tersebut rata-rata aset milik perusahaan farmasi BUMN adalah sebesar Rp 1.265.709.988.917,33 (satu triliun dua ratus enam puluh lima miliar tujuh ratus sembilan juta sembilan ratus delapan puluh delapan ribu sembilan ratus tujuh belas koma tiga puluh tiga rupiah) dan ekuitasnya Rp 763,505,089,647,00 (tujuh ratus enam puluh tiga miliar lima ratus lima juta delapan puluh sembilan ribu enam ratus empat puluh tujuh rupiah). Untuk perusahaan farmasi BUMS rata-rata asetnya adalah sebesar Rp 1.650.884.553.283,14 (satu triliun enam ratus lima puluh miliar delapan ratus delapan puluh empat juta lima ratus lima puluh tiga ribu dua ratus delapan puluh tiga koma empat belas rupiah), dan Rp 1.224.090.979.142,10 (satu triliun dua ratus dua puluh empat miliar sembilan puluh juta sembilan ratus tujuh puluh sembilan ribu seratus empat puluh dua koma sepuluh rupiah) untuk ekuitasnya. Tjiptono (2006) dalam Wulandari (2009:4) menyatakan Return On Total Assets dan Return On Equity merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja keuangan, khususnya menyangkut profitabilitas. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya menyangkut profitabilitas adalah ROA dan ROE. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual akan mendatangkan kesulitan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membandingkan kinerja keuangan antara ke dua perusahaan farmasi tersebut secara lebih mendalam yang tidak hanya melihat dari segi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba saja, namun membandingkannya melalui metode Altman Z-Score, dimana rasio-rasio keuangan yang
2
digunakan dalam metode ini bukan hanya rasio profitabilitas saja. Sebelumnya Asyakin & Tanu (2011) pernah melakukan penelitian tentang perbandingan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS. Pada peneltian tersebut kinerja keuangan antara ke dua perusahaan tersebut dibandingkan melalui rasio profitabilitas, sedangkan pada penelitian ini kinerja keuangan antara ke dua perusahaan farmasi tersebut dibandingkan melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas. Untuk itu, penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian Asyakin & Tanu (2011) sebelumnya. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Menganalisis perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan farmasi milik swasta (BUMS) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Jumingan (2006) dalam Anggraeni (2010:17) menyatakan kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Sutrisno (2009) dalam Anggraeni (2010:17) menyatakan kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Berdasarkan ke dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang dicapai dalam suatu periode tertentu. Metode Altman Z-Score Peter (2011) menyatakan: Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006 X4 + 0,999X5 Keterangan: X1 = Modal kerja terhadap total harta (Working Capital to Total Assets). X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (Retained Earnings to Total Assets). X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets). X4 = Nilai pasar sendiri terhadap nilai buku dari hutang (Market Value Equity to Book Value of Total Debt). X5 = Penjualan terhadap total harta (Sales to Total Assets). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan Altman Z-Score adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan, Altman Z-Score merupakan kombinasi dari 5 jenis rasio keuangan, dan rumus pengukuran untuk 5 jenis rasio keuangan yang digunakan dalam metode ini adalah:
Muslich (2000:60) menyatakan: Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah, perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 3
diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau kelabu, dengan “cut-off” untuk indeks ini adalah 2,675. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan Z-Score > 2,99 berarti terlepas dari ancaman kebangkrutan, Z-Score < 1,81 berarti berpotensi bangkrut, dan terakhir ZScore antara 1,81 sampai dengan 2,99 dengan batasan 2,675 berarti grey area, yaitu berpotensi bangkrut apabila tidak melakukan tindakan perbaikan dalam hal tata kelola perusahaan. Herlina (2009) menyatakan: Rasio X1 yaitu rasio yang mengukur likuiditas aktiva perusahaan terhadap total assets .... Rasio X2 yaitu rasio yang mengukur profitabilitas kumulatif, rasio ini mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan .... Rasio X3 yaitu mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan, rasio ini untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham .... Rasio X4 yaitu mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi insolven .... Rasio X5 yaitu mengukur aktivitas perusahaan dengan mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva periode tertentu .... Riyanto (2001:330) menyatakan: Dalam manajemen keuangan rasiorasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari X1 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3 3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 Berdasarkan ke dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan rasio-rasio yang
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
digunakan dalam metode ini adalah rasio likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas. Peter (2011) menyatakan: Perusahaan yang tidak go-public tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternative dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang menjadi perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang …. Persamaan hasil revisi tersebut adalah: Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 …. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah, perusahaan yang mempunyai Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan dikarenakan perusahaan yang tidak go public atau dengan kata lain tidak terdaftar di pasar modal atau terdaftar namun sahamnya tidak diperdagangkan untuk publik tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternatif tersendiri yang diperuntukkan khusus untuk perusahaan tersebut, dan rumus pengukuran X4 direvisi menjadi:
Peter (2011) juga menyatakan Altman merevisi model tersebut pada tahun 1983. Analisis Kinerja Keuangan Analisis kinerja keuangan perlu dilakukan, melalui analisis ini dapat memperlihatkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya, karena manatahu bahwa sebenarnya perusahaan telah terancam bangkrut. Hanafi (2003:263) menyatakan semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal. 4
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan penilaian kinerja keuangan secara awal perlu dilakukan untuk pengambilan keputusan secara dini. METODE PENELITIAN Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menga nalisis, dan kemudian mengetahui perbandingan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS yang terdaftar di BEI melalui metode Altman Z-Score. Jenis penelitian ini adalah verificative (hypothesis testing) research yang bersifat komparatif, yaitu membandingkan kinerja keuangan antara ke dua perusahaan farmasi tersebut dengan uji beda. Tingkat intervensi peneliti dalam penelitian ini adalah minimal, artinya kegiatan penelitian berlangsung secara normal, keterlibatan peneliti hanya sebatas mengumpulkan data penelitian saja dan tidak ikut serta dalam mengelola perusahaan tersebut atau lain-lain sebagainya. Situasi penelitian ini tidak diatur, sama halnya dengan tingkat intervensi peneliti yaitu kegiatan penelitian berlangsung secara normal. Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi, yaitu perusahaan farmasi BUMN dan BUMS yang terdaftar di BEI. Horison waktunya adalah time series, yaitu tahun 2007-2011. Populasi dan Sampel Penelitian Sekaran (2006:121) menyatakan populasi adalah mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Sekaran (2006:123) menyatakan sampel adalah sebagian dari populasi. Berdasarkan ke dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan populasi merupakan keseluruhan dari subjek atau objek data, sedangkan sampel merupakan sebahagiannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI, dibedakan menjadi perusahaan farmasi BUMN dan BUMS, dengan kriteria: 1) Terdaftar di BEI selama tahun amatan, 2) Memplubikasikan laporan keuangannya selama tahun amatan, dan 3) Tidak ada data kosong (missing) yang digunakan pada penelitian.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Semua populasi ini akan menjadi responden pada penelitian ini, artinya penelitian ini menggunakan metode sensus. Populasi pada penelitian ini berjumlah 9 perusahaan, 2 diantaranya adalah perusahaan farmasi BUMN dan sisanya sebanyak 7 perusahaan adalah perusahaan farmasi BUMS. Untuk daftar nama dari semua perusahaan farmasi yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang tertera pada lampiran, dimana ternyata semua respondennya adalah go public. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat laporan keuangan perusahaan farmasi tersebut yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian ini yang diperoleh di Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia melalui internet disitus http://www.idx.co.id. Operasionalisasi Variabel Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel terikat (dependent) saja. Sekaran (2006:116) menyatakan variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan variabel terikat adalah variabel yang paling utama diperhatikan oleh peneliti. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja keuangan dari perusahaan farmasi BUMN dan BUMS yang berskala rasio. Sutrisno (2009) dalam Anggraeni (2010:17) menyatakan kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang dicapai dalam suatu periode tertentu. Indikator kinerja keuangannya adalah: 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Metode Analisis Data Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memasukkan data 5
penelitian ke dalam sebuah rumus yang ditemukan oleh Altman untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan farmasi BUMN dan BUMS yang terdaftar di BEI. Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006 X4 + 0,999X5 Dari hasil perhitungan ini akan diperoleh angka-angka atau nilai Z-Score, dimana masing-masing Z-Score mempunyai klasifikasi tersendiri seperti yang telah disebutkan pada sub bab kajian pustaka. Uji hipotesis dilakukan dengan uji beda melalui program SPSS For Windows Versi 14, dengan model yang digunakan adalah statistik parametik yaitu Independent Sample Test setelah terlebih dahulu melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data dengan OneSample Kolmogorov Smirnov Test. Ghozali (2005) dalam Hastuti (2010:37) menyatakan: Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel data pada unstandardized residual dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika Z hitung(kolmogorov smirnov) < Z table (1,96) atau angka signifikansi > taraf signifikansi (α) 0.05, maka distribusi data dikatakan normal. 2. Jika Z hitung(kolmogorov smirnov) > Z table (1,96) atau angka signifikansi < taraf signifikansi (α) 0.05, maka distribusi data dikatakan tidak normal. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan apabila Z hitung < Z tabel atau angka signifikansi > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal, dan apabila sebaliknya, maka distribusi data dikatakan tidak normal. Uji hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Lind (2007:432):
Keterangan: t adalah nilai t hitung.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
X1 adalah rata-rata kelompok pertama. X2 adalah rata-rata kelompok kedua. n1 adalah jumlah pengamatan dalam kelompok pertama. n2 adalah jumlah pengamatan dalam kelempok kedua. 2
S adalah varian dari kedua kelompok. p
Kelempok pertama disini adalah perusahaan farmasi BUMN, sedangkan kelompok kedua adalah perusahaan farmasi BUMS Tingkat kepercayaan peneliti terhadap penelitian ini sebesar 95%, artinya peluang kekeliruan dalam menolak hipotesis yang seharusnya diterima sebesar 5%. Oleh karena itu, apabila sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ha diterima, dan H0 ditolak. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan farmasi milik swasta (BUMS) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Z-Score Z-Score dari masing-masing perusahaan farmasi BUMN dan BUMS tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 4 yang tertera pada lampiran. Berdasarkan tabel tersebut maka rata-rata Z-Score tahun 2007-2011 untuk masing-masing perusahaan farmasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 yang tertera pada lampiran, Sedangkan nilai dari rasio X1, X2, X3, X4, dan X5 terhadap masing-masing perusahaan tersebut tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 3 yang tertera pada lampiran. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa baik rata-rata Z-Score milik perusahaan farmasi BUMN maupun BUMS sama-sama berada dalam klasifikasi potensial bangkrut, namun rata-rata Z-Score milik perusahaan farmasi BUMN lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan farmasi BUMS. Hal ini terjadi karena semua 6
dari masing-masing perusahan farmasi BUMS memiliki Z-Score < 1,81 yang berarti bahwa semua perusahaan tersebut berada dalam klasifikasi potensial bangkrut, sedangkan untuk masing-masing perusahaan farmasi BUMN ada 1 perusahaan yang tidak berada pada klasifikasi potensial bangkrut, namun berada pada klasifikasi grey area karena memiliki Z-Score antara 1,81 sampai 2,99. Uji Normalitas Output SPSS dari hasil uji normalitas rata-rata Z-Score perusahaan farmasi BUMN dan BUMS tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 6 yang tertera pada lampiran, dimana berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa data yang akan diuji pada penelitian ini berdistribusi normal. Hal tersebut dapat diketahui melalui asymp. sig. (2-tailed) > 0,05 sehingga data pada penelitian ini dapat diuji dengan model statistik parametik. Uji Hipotesis Output SPSS dari hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 7 yang tertera pada lampiran. Output tersebut terdiri dari tabel group statistics dan Independent Samples Test. Tabel group statistics digunakan untuk melihat N (jumlah koresponden yang diuji), mean, dan deviasi standar, sedangkan tabel Independent Samples Test digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS. Tabel Independent Samples Test terdiri dari sel equal variances assumed dan sel equal variances not assumed, dikarenakan hasil signifikansi pada uji F > 0,05 maka sel yang akan digunakan adalah sel equal variances assumed. Artinya, varian antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS adalah sama. Tabel group statistics memperlihatkan bahwa perusahaan farmasi BUMN terdiri dari 2 perusahaan, perusahaan farmasi BUMS terdiri dari 7 perusahaan, mean perusahaan farmasi BUMN adalah 1,6841, mean perusahaan farmasi BUMS adalah 1,2893, deviasi standar perusahaan farmasi BUMN adalah 0,26008, dan deviasi standar perusahaan farmasi BUMS adalah 0,23066, sedangkan tabel Independent Samples Test sel equal variances assumed memperlihatkan sig. (2-tailed) > 0,05. Artinya, tidak terdapat
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS, dengan kata lain H0 diterima dan Ha ditolak. Pembahasan Hasil penelitian Asyakin & Tanu (2011) menyatakan terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS dalam arti kinerja keuangan perusahaan farmasi BUMS lebih baik dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan farmasi BUMN. Berbeda dengan penelitian ini dimana hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS karena pada penelitian ini kinerja keuangan antara ke dua perusahaan farmasi tersebut dibandingkan melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas, sedangkan pada penelitian Asyakin & Tanu (2011) kinerja keuangan antara ke dua perusahaan farmasi tersebut dibandingkan melalui rasio profitabilitas saja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan farmasi milik swasta (BUMS) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini hanya meneliti apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi BUMN dengan BUMS tanpa meneliti lebih lanjut apa pengaruhnya terhadap hal-hal yang dianggap penting baik bagi golongan akademisi maupun praktisi. Hal tersebut dapat berupa harga saham, deviden kas, dan lain-lain sebagainya. Saran Untuk penelitian selanjutnya pada masalah yang sama, sarannya adalah untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai pengaruh kinerja keuangan tersebut terhadap hal-hal yang dianggap penting baik bagi golongan akademisi maupun praktisi, misalnya harga saham, deviden kas, dan lain-lain sebagainya. Untuk pihak praktisi baik dari perusahaan farmasi BUMN maupun BUMS 7
dikarenakan kedua perusahaan ini tidak berada dalam klasifikasi perusahaan sehat, sarannya adalah agar mengubah tata kelola perusahaannya menjadi tata kelola yang ekonomis, efisien, dan efektif. Hal tersebut dapat ditempuh melalui mengelola aset perusahaan yang tersedia dengan sebaikbaiknya, karena apabila hal tersebut dilakukan, maka beban-beban perusahaan dapat diminimalkan dan penjualan perusahaan dapat dimaksimalkan, dengan demikian akan membawa perusahaan memperoleh saldo laba pada tingkat yang maksimal, saldo laba yang maksimal akan membuat perusahaan dapat meminimalkan jumlah hutangnya, dan apabila semua hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut telah berjalan menuju jalan yang terbebas dari potensial kebangkrutan. DAFTAR PUSAKA Anggraeni, Rika. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Saham. Skripsi. Bandung: Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Melalui http://elib.unikom.ac.id/. Diakses 10 Maret 2012. Asyikin, Jumrikin. & Tanu, Veronica Suryanti. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan Farmasi Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Spread. Volume 1. Nomor 1: 39-46. Melalui http://www.downloadpdf.co.uk/. Diakses 19 Februari 2012. Hanafi, Mamduh M. & Halim, Abdul. 1996. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP – YPKN. Hastuti, Niken. 2010. Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Diplubikasikan. Melalui http://eprints.undip.ac.id/. Diakses 17 Februari 2012.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Herlina. 2009. Analisis Potensi Kebangkrutan pada Perusahaan – Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEJ dengan Metode Diskriminan Altman. JMK. Vol. 7. No. 3: 49-62. Melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/. Diakses 12 Maret 2012. http://www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 29 April 2011. Ismaya, Sujana. 2006. Kamus Akuntansi. Bandung: Pustaka Grafika. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Lind, A. Douglas., Marchal, G. William, & Wathen, A. Samuel. 2007. Statistical Techniques in Business and Economic: Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi. Buku 1. Edisi 13. Terjemahan Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat. Muslich, Mohammad. 2000. Manajemen Keuangan Modern (Analisis, Perencanaan dan Kebijaksanaan). Jakarta: Bumi Aksara. Peter & Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan dengan Metode ZScore Altman, Springate dan Zmijewski pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 – 2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. Nomor 04. Tahun ke-2: Tanpa Halaman. Melalui http://repository.maranatha.edu/. Diakses 2 Maret 2012. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 1. Edisi 4. Terjemahan Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 2. Edisi 4. Terjemahan Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat. Sita. 2007. Farmasi. Melalui http://sitazone13.blogspot.com/. Diakses 15 Maret 2012. Wulandari, Dhita Ayudia. 2009. Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Pertambangan dan Pertanian di BEI. Jurnal Akuntansi & 8
Keuangan. Tanpa Volume. Tanpa Nomor: 4. Melalui
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
http://www.gunadarma.ac.id/. Diakses 3 Mei 2012.
9
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
10
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
11