BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Reksa dana merupakan salah satu cara berinvestasi agar bisa memenuhi
kebutuhan di masa depan. Menurut Undang–Undang No. 8 tentang Pasar Modal, “Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.”Berdasarkan pengertian tersebut, maka berinvestasi pada reksa dana pada prinsipnya merupakan diversifikasi investasi, yaitu suatu investasi yang menyebar dalam beberapa alat investasi yang diperdagangkan dalam pasar modal, seperti saham dan obligasi. Dengan ini investor dapat memperkecil kemungkinan risiko yang akan timbul, jika salah satu instrumen investasi mengalami kerugian masih dapat dinetralisir dengan keuntungan yang didapat dari instrumen investasi lainnya (Winingrum, 2011). Selain memungkinkan seorang investor berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar, memilih cara berinvestasi dengan reksa dana membuat investor tidak perlu kesulitan menghadapi kendala dalam mengelola portofolio investasinya sendiri karena adanya manajer investasi. Kendala yang sering dihadapi investor biasanya meliputi keterbatasan pengetahuan, informasi, dan waktu. Ini adalah kendala utama bagi kebanyakan investor untuk berinvestasi secara langsung. Rasanya sulit bagi investor, khususnya investor individu, yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari untuk dapat berinvestasi langsung. Kendala lainnya adalah kesulitan untuk membentuk portofolio yang optimal
Universitas Sumatera Utara
karena terbatasnya dana serta tidak adanya insentif pajak untuk instrumen tertentu jika kita berinvestasi secara langsung. Dalam sebuah situs online Danareksa Investment Management (2012) dijelaskan bahwa seluruh dana investasi yang ada pada reksa dana tidak disimpan oleh manajer investasi, tetapi disimpan di pihak yang bernama bank kustodian. Selain itu, bank kustodian juga berfungsi sebagai administrator yang mencatat dan memberikan konfirmasi atas seluruh transaksi pembelian dan penjualan reksa dana, serta menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana setiap harinya. NAB adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan reksa dana setiap harinya. Nilai ini dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksa dana oleh para investor, selain dari harga pasar dari aset reksa dana itu sendiri.Satuan yang digunakan dalam reksa dana adalah Unit Penyertaan (UP). UP adalah satuan yang menunjukkan kepemilikan seseorang di dalam suatu reksa dana. Jumlah UP akan tetap selama tidak melakukan transaksi. Banyaknya UP yang didapatkan tergantung dari harga NAB per unit pada hari dimana reksa dana dibeli. Dengan demikian, kinerja portofolio reksa dana secara umum dapat dilihat dari perubahan tingkat return-nya yang diukur dengan NAB per unit. Di Indonesia, reksa dana pertama kali muncul saat pemerintah mendirikan PT. Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan reksa dana yang disebut dengan sertifikat Danareksa. Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan mengenai reksa dana melalui UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal. Adanya UU tersebut menjadi momentum munculnya reksa dana di Indonesia yang
Universitas Sumatera Utara
diawali dengan diterbitkannya reksa dana tertutup oleh PT. BDNI Reksa Dana (Parahita, 2008).
Gambar 1.1 Perkembangan Reksa Dana Konvensional Di IndonesiaTahun 2012-2014 300.000 250.000
Jumlah
200.000
241.571 187.591
192.544
150.000
142.783 113.714 120.886
100.000
NAB (Rp triliun) UP (miliar)
50.000 0 2012
2013
2014
Tahun Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah reksa dana konvensional di Indonesia yang ditawarkan serta pemegang Unit Penyertaan (UP) selalu mengalami kenaikan. Total reksa dana yang dapat dihimpun pada akhir tahun 2012 sebesar Rp 187.591,77 triliun dan meningkat menjadi Rp 192.544,53 triliun pada akhir tahun 2013. Pada akhir tahun 2014 dana yang dihimpun kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 241.571,09 triliun. Kinerja rata-rata reksa dana saham dari sisi imbal hasil (return) sepanjang tahun 2012 mengalami pertumbuhan sangat positif jika dibanding dengan kinerja pada tahun sebelumnya. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, kinerja rata-rata
Universitas Sumatera Utara
reksa dana saham sepanjang tahun2012 tercatat sebesar 10,06 persen. Angka ini naik signifikan dibanding tahun sebelumnya, yang tercatat minus 0,25 persen. Meski di sepanjang tahun 2012kinerja rata-rata reksa dana saham dari sisi imbal hasil (return) mengalami pertumbuhan positif, di tahun 2013 sepertinya rata-rata reksa dana saham belum memberikan imbal hasil positif. Menurut data Invovesta Utama,kinerja rata-rata reksa dana saham hingga akhir Desember 2013 tercatat minus 3,66%.Sedangkan pada tahun 2014 kinerja reksa dana saham mampu mempertahankan imbal hasil positif hingga Agustus 2014. Ini terlihat dari data kinerja infovesta equity fund index mencatatkan imbal hasil 23,71% pada tanggal 29 Agustus 2014. Pada Tabel 1.1 berikut ini terlihat komposisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) masing-masing jenis reksa dana di Indonesia tahun 2014:
Tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Per Jenis Tahun 2014 Tahun 2014 Jumlah RD NAB (Rp Triliun) Saham 142 105,45 Pasar Uang 62 23,06 Mixed 112 20,39 Fixed Income 147 35,97 Terproteksi 344 42,24 Indeks 6 0,45 ETF-Saham 4 0,50 ETF-Fixed Income 1 2,02 ETF-Indeks 3 0,63 Syariah-Saham 23 6,37 Syariah-Pasar Uang 6 0,73 Syariah Mixed 18 1,67 Syariah-Fixed Income 8 0,38 Syariah-Terproteksi 17 1,46 Syariah Indeks 1 0,15 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2014) Jenis Reksa Dana
Dari semua komposisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per Desember 2014, yang memiliki jumlah terbesar yaitu Rp 105,45 triliun berasal
Universitas Sumatera Utara
dari reksa dana saham. Hal ini mencerminkan bahwa reksa dana saham lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan reksa dana jenis lainnya walautren kinerja reksa dana saham berfluktuatif. Investor telah menaruh kepercayaan yang lebih besar pada reksa dana saham sebagai alternatif investasi. Hal ini dikarenakan reksa dana saham mempunyai potensi keuntungan paling tinggi, meski juga mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding jenis reksa dana lainnya, sesuai dengan prinsip investasi yang berupa high risk high return. Berdasarkan uraian Gambar 1.1 dan Tabel 1.1 dapat kita ketahui bahwa terjadi phenomena gap dimana dana kelolaan reksa dana saham merupakan komposisi terbesar dari keseluruhan dana kelolaan, namun pada kenyataaan kinerja reksa dana saham berfluktuatif. Berfluktuatifnya kinerja reksa dana saham tidak terlepas dari risiko yang melekat pada reksa dana saham itu sendiri. Hal ini mengindikasikan pentingnya mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana saham. Menurut Hartono (2014: 704) kinerja suatu portofolio harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja portofolio agar tetap optimal. Mengukur kinerja portofolio tidak dapat hanya dilihat dari tingkat return saja namun juga harus memperhatikan risiko yang akan ditanggung investor, baik risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis. Menurut Halim (2005: 68) ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kinerja portofolio yaitu, indeks Sharpe (1966), indeks Treynor (1965), dan indeks Jensen (1968). Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal, maka portofolio perlu diseimbangkan kembali (rebalancing). Portfolio Rebalancing adalah proses
Universitas Sumatera Utara
menyeimbangankan portofolio secara periodik untuk mempertahankan
atau
memelihara aset yang spesifik untuk tetap menjaga kinerja portofolio tetap optimal
(Joneset al,. 2009: 619). Dengan demikian, kemampuan manajer
investasi dalam melakukan
portfolio rebalancing akan menghasilkan kinerja
reksa dana saham optimal. Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Fama (1972) dan Jensen (1972), kinerja dari manajer investasi dapat terdiri dari market timing ability dan security selection ability (selectivity). Akan tetapi, Treynorand Mazuy (1966) menambahkan proporsi untuk pengukuran market timing karena model linear bukanlah model pendekatan yang tepat ketika manajer investasi ingin meramalkan perubahan kondisi pasar. Hal ini diimplementasikan dengan menggunakan fungsi kuadratik kepada manajer investasi, dimana yang memiliki porsi besar (kecil) portofolio saham yang berisiko akan memiliki market timing ability yang meningkat (menurun), (Murhadi, 2010). Sedangkan stock selection manajer investasi bernilai positif (negatif) jika return reksa dana lebih besar (kecil) dari return
pasar
meningkatkan
(Waelan,
2008).Manajer
keuntungan
dalam
Investasi
mengelola
akan
dananya
selalu
berusaha
sehingga
perlu
mempertimbangkan antara lain saham mana yang akan dibeli (stock selection) dan kapan saat yang tepat untuk membeli atau menjualnya (market timing). Dengan demikian manajer investasi harus mampu membagi perhatiannya terhadap stock selection dan market timing secara baik dan melaksanakannya secara konsisten untuk mendapatkan nilai terbaik dari portofolio sahamnya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kinerja reksa dana juga dapat dipengaruhi oleh ukuran reksa dana
(Fund
size).
Menurut
Gruber (1995) aktiva sebuah
perusahaan
mempresentasikan besaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Jadi, kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net
Assets
(TNA) atau
total
Nilai
Aktiva Bersih
yang (NAB)yang
dimiliki.Dengan dana kelolaan yang besar, perusahaan dapat melakukan transaksi dengan volume yang lebih besar dan terjadi penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada investor (Chan et al., 2009). Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya (Rao, 2000). Umur reksa dana mencerminkan pengalaman dari manajer investasinya dalam mengelola reksa dana tersebut. Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin berpengalaman di dalam mengelola portofolio bila dibandingkan dengan reksa dana yang berumur lebih muda. Maka dari itu fund longevity (usia reksa dana) dapat diasumsikan mempengaruhi kinerja reksa dana. Berdasarkan Tabel 1.2 kita dapat melihat kinerja reksa dana dari nilai return portofolio. Stock selection skillsdapat dinilai dengan mengasumsikan jika return portofolio >return market (return pasar), maka stock selection bernilai
Universitas Sumatera Utara
positif dan sebaliknya jika return portofolio
1, maka market timing ability bernilai positif. Hal ini dikarenakan nilai beta merepresentasikan sensitifitas return saham terhadap perubahan return pasar, sehingga semakin besar beta suatu portofolio maka portofolio tersebut semakin sensitif terhadap perubahan return pasar, yang berarti menandakan bahwa risiko sistematis portofolio lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar. Saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif. Begitu pula sebaliknya jika beta portofolio reksa dana saham < 1, maka market timing ability bernilai negatif. Ini menandakan bahwa risiko sistematis portofolio lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar. Saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham defensif. Kemudian Nilai Aktiva Bersih (NAB) digunakan sebagai pengukur fund size, semakin besar NAB, maka semakin besar pula fund size-nya dan juga sebaliknya. Terakhir, tanggal efektif reksa dana adalah alat pengukur fund longevity, semakin jauh rentangnya dengan periode yang sekarang, maka fund longevity semakin panjang atau usia reksa dana semakin lama. Pada Tabel 1.2, selain disajikan data tanggal efektif beberapa reksa dana saham, Rp menunjukkan return portofolio reksa dana, Rm menunjukkan return market (return pasar),β menunjukkan beta portofolio, dan NAB merupakan Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham. Kita dapat melihat fenomena stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity berdasarkan data-data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Tanggal Efektif, Tingkat Return Portofolio, Return Pasar, Beta Portofolio, danNilai Aktiva Bersih Beberapa Reksa Dana Saham Tahun 2012-2014 Nama Reksa Dana
Panin Dana Maksima
REKSA DANA BNP PARIBAS INSFRASTRUKTUR PLUS
REKSA DANA MNC DANA EKUITAS
Tanggal efektif
27/03/1997
08/03/2007
10/6/2008
Tahun
Rp
Rm
β
NAB
2012
0,007
0,011
0,701
4,821
2013
0,002
0,000
1,418
5,767
2014
0,020
0,017
0,789
6,692
2012
0,013
0,011
1,108
1,105
2013
(0,001)
0,000
1,092
2,160
2014
0,025
0,017
1,158
6,692
2012
0,023
0,011
1,156
0,565
2013
(0,002)
0,000
0,938
0,877
2014
0,012
0,017
0,304
0,651
Sumber: Bapepam-LK,Yahoo Finance, dan BI (Data Diolah, 2016)
Pada tahun 2012 masing-masing reksa dana memiliki return portofolio positif. Akan tetapi hanya Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus dan Reksa Dana MNC Dana Ekuitas yang memiliki return portofolio >return market,yang berarti terdapat stock selection skills. Begitu pula dengan market timing ability, hanya Panin Dana Maksima memiliki beta < 1 (0,701 < 1) yang berarti tidak terdapat market timing ability. SedangkanReksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus memiliki beta > 1 (1,108 > 1) yang berarti memiliki market timing ability. Begitu pula Reksa Dana MNC Dana Ekuitas yang memiliki beta > 1 (1,156 > 1) yang berarti terdapat market timing ability.Selain itu, meski Reksa Dana MNC Dana Ekuitas merupakan reksa dana yang usianya (fund longevity) paling muda, tapi kinerjanya di tahun 2012 merupakan yang paling baik dibanding dua reksa dana lainnya. Pada tahun 2013, Ketiga reksa dana mengalami penurunan return portofolio yang berarti terjadi penurunan kinerja.Bahkan returnReksa Dana BNP
Universitas Sumatera Utara
Paribas Infrastruktur Plus dan Reksa Dana MNC Dana Ekuitas bernilai negatif. Terlihat masing-masing reksa dana memiliki return portofolio < return market yang berarti tidak terdapat stock selection skills.Akan tetapi Panin Dana Maksima malah memiliki beta > 1 (1,418 > 1),yang berarti setiap reksa dana terdapat market timing ability. Selain itu meski terjadi penurunan kinerja reksa dana di tahun 2013, bagi ketiga reksa dana tetap memiliki jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau fund size yang semakin besar. Selanjutnya di tahun 2014, masing-masing reksa dana kembali mengalami kenaikan return portofolio yang berarti terjadi peningkatan kinerja. Akan tetapi hanya Reksa Dana MNC Dana Ekuitas yang memiliki return portofolio return market yang berarti terdapat stock selection skills. Kemudian Panin Dana Maksima memiliki beta < 1 (0,789 < 1) yang berarti tidak terdapat market timing ability. Begitu pula Reksa Dana MNC Dana Ekuitas memiliki beta < 1 (0,304 < 1) yang berarti tidak terdapat market timing ability. Sedangkan reksa dana Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus memiliki beta > 1 (1,158 > 1) yang berarti terdapat market timing ability.Akan tetapi, di tahun 2014, meski kinerja reksa dana meningkat, jumlah Nilai Aktiva Bersih (fund size)Reksa Dana MNC Dana Ekuitas malah menurun. Sedangkan kedua reksa dana lainnya yaitu Panin Dana Maksima dan Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus menunjukkan peningkatan ukuran (NAB). Dalam hal usia (fund longevity), di tahun 2014 reksa dana Panin Dana Maksima yang berusia paling tua
Universitas Sumatera Utara
memiliki kinerja yang baik meski masih kalah dengan kinerja Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus. Berdasarkan Tabel 1.2return portofolio, return market, beta reksa dana, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang ada pada beberapa reksa dana saham, yaituPanin Dana Maksima, Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus, dan Reksa Dana MNC Dana Ekuitas dari tahun 2012 hingga tahun 2014 nilainyaadalah berfluktuatif dan kontradiktif. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Analisis Pengaruh Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Fund Size, dan Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah stock selection skills berpengaruhterhadap kinerja reksa dana saham? 2. Apakahmarket timing abilityberpengaruhterhadap kinerja reksa dana saham? 3. Apakah fund size berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham? 4. Apakah fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham? 5. Apakah stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity berpengaruh secara simultan terhadap kinerja reksa dana saham?
Universitas Sumatera Utara
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh stock selection skillsterhadap kinerja reksa dana saham. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh market timing ability terhadap kinerja reksa dana saham. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruhfund size terhadap kinerja reksa dana saham. 4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh fund longevityterhadap kinerja reksa dana saham. 5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity secara simultan terhadap kinerja reksa dana saham.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi Bagi akademisi penelitian ini berguna dalam memperluas, mengembangkan sertamenyempurnakan penelitian di bidang pasar modal terutama pada instrumen reksa dana. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuandalam membantu penelitian berikutnya mengenai kinerja reksadana.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Investor Bagi investor penelitian ini berguna sebagai informasi untuk pertimbangan memilih produk reksa dana saham yang mempunyai kinerja terbaik sehingga dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan. 3. Bagi Manajer Investasi Bagi manajer investasi penelitian ini berguna sebagai masukan dalam menilai kinerja reksa dana yang dikelola serta masukan dalam memilih portofolio saham yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara