BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan sekaligus sebagai sarana investasi bagi para investor. Pasar modal dapat dikatakan sebagai tempat bertemunya bagi para pemilik modal dengan orang yang membutuhkan modal. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berhubungan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun perekonomian nasional, telah terbukti banyak industri dan perusahaan yang menggunakan pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya dan salah satu contohnya adalah industri subsektor manufaktur. Industri manufaktur sebagai subsektor industri yang paling dominan sehingga memberikan kontribusi nilai tambah yang sangat besar terhadap sektor industri di Indonesia. Manufaktur adalah pendorong utama perekonomian di Indonesia dari tahun 1980-an sampai akhir 1990-an. Sektor ini terus menjadi sumber utama pekerjaan bagi negara dengan menggunakan 14,4 juta orang per akhir 2010. Dalam hal investasi asing, manufaktur menjadi sektor yang paling populer dalam perekonomian. Investasi dalam sektor ini meningkat selama tahun 2010 sebesar 12 %. Sepanjang tahun 2012, kinerja industri nasional di tengah krisis global yang
masih mencekam, pertumbuhan industri non migas bisa menyentuh angka 6,4% dibanding pencapaian pada 2011, jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,2%. Hebatnya lagi, industri pengolahan non migas menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional selama tahun 2012. Menurut data Kementrian Perindustrian, pertumbuhan industri antara lain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat dan meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan. Pada Januari-September 2012 nilai penanaman modal asing (PMA) pada industri non migas mencapai US$ 8,6 miliar atau meningkat 65,9%. Sementara nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada periode yang sama mencapai Rp. 38,1 triliun atau meningkat sebesar 40,19%. Khusus pada triwulan III 2012, sektor industri pengolahan berhasil membukukan pertumbuhan sangat tinggi, yaitu sebesar 7,3% dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 7,2% (Ibid, 2012). Perusahaan manufaktur tidak lepas dari laporan keuangan yang merupakan sebuah pertanggungjawaban tahunan kepada negara. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Dengan mengadakan analisis maka akan dapat diketahui gambaran tentang posisi keuangan serta perkembangan dari perusahaan tersebut. Dengan mengadakan analisis terhadap pos-pos laporan posisi keuangan, maka akan diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya. Sedangkan analisa terhadap laporan laba rugi akan mendapatkan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha melalui laba. Memaksimalkan laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Laba menurut Harahap (2007) adalah kelebihan penghasilan di
atas biaya selama satu periode akuntansi. Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan, antara lain laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Oleh karena itu, laba merupakan indikator kinerja keuangan suatu perusahaan. Laba periode tertentu bersama-sama dengan informasi keuangan lainnya kemudian dievaluasi perkembangannya untuk dibandingkan dengan data sebelumnya. Maka, diasumsikan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin baik pula kinerja suatu perusahaan. Pertumbuhan laba industri perusahaan manufaktur selama tiga tahun pengamatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 berfluktuatif. Begitu pula dengan temporary differences dan permanent differences. Berikut ini adalah beberapa data mengenai pertumbuhan laba, temporary differences dan permanent differences yang berasal dari annual report perusahaan manufaktur yang telah diolah oleh peneliti : Tabel 1.1 Pertumbuhan Laba, Temporary Differences dan Permanent Differences NO
NAMA
PERTUMBUHAN LABA
TEMPORARY DIFFERENCES
PERMANENT DIFFERENCES
PERSAHAAN
1
AKR Corporindo Tbk
0,99568
0,00604
-0,13217
2
Asahimas Flat Glass Tbk
0,28113
0,00797
-0,12698
3
Arwana Citra Mulia Tbk
0,35134
0,00396
-0,13278
4
Budi Acid Jaya Tbk
-0,89845
-0,02040
0,90010
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2015 Berdasarkan tabel 1.1 diatas, pertumbuhan laba, temporary differenes dan permanent differences beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia berbedabeda. PT AKR Corporindo Tbk pada saat pertumbuhan labanya sebesar 0,99268 maka memiliki temporary differences sebesar 0,00604 dan permanent differences sebesar -0,13217. PT Asahimas Flat Glass Tbk pertumbuhan labanya sebesar 0,28113 memiliki temporary differences sebesar 0,00797 dan permanent differences sebesar -0,12698. PT Arwana Citra Mulia Tbk pertumbuhan labanya sebesar 0,35134 memiliki temporary differences sebesar 0,00396 dan permanent
differences sebesar -0,13278. Sedangkan PT Budi Acid Jaya Tbk pertumbuhan labanya sebesar -0,89845 memiiki temporary differences sebesar -0,02040 dan
permanent differences sebesar 0,90010. Dengan hasil yang berbeda-beda peneliti tertarik untuk meneliti apakah temporary
differences
dan
permanent
differences
berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Hanlon (2005) menguji persistensi laba sebagai salah satu pengukur kualitas laba dengan perbedaan temporer (temporary differences) yang mengakibatkan beban pajak tangguhan sebagai variabel independennya. Sedangkan Djamaludin dan Rahmawati (2008) menyatakan bahwa persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba. Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang yang tercermin pada laba tahun berjalan, dimana informasi yang terkandung dalam book tax
differences mempengaruhi laba perusahaan pada periode mendatang dan pertumbuhannya. Wijayanti (2006) mengatakan bahwa book tax differences berpengaruh signifikan negatif secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu periode kedepan, model ini didukung oleh penelitian Hanlon (2005) yang menguji apakah book tax differences berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku di Amerika Serikat. Wijayanti (2006) juga membuktikan secara empiris bahwa perusahaan dengan large (negative and positif) book tax differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book tax differences. Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal maka semakin banyak pula terjadi koreksi fiskal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba bersih di masa mendatang bagi suatu entitas. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dimana Lev dan Nissim (2004), Hanlon (2005), Martani dan Persada (2009) serta Jackson (2011) mengatakan bahwa book tax differences (temporary dan permanent differences) signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Wiryandari dan Yulianti (2008), Djamaluddin dan Wijayanti (2008) serta Guenther (2011) mengatakan bahwa book tax differences tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang berbeda juga ditunjukkan oleh Wijayanti (2006) yang mengatakan bahwa book tax differences signifikan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan laba. Penelitian Jackson (2011) juga mengatakan bahwa permanent dan temporary book tax differences signifikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Penelitian ini membuktikan arah pengaruh antara book tax differences sebagai variabel independen yang mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Penelitian ini mengacu pada penelitian Hanlon (2005) dan Jackson (2011) yang mengambil kembali variabel book tax differences sebagai variabel independen dan membedakan komponen book tax differences menjadi dua yaitu temporary
differences
(perbedaan temporer)
dan
permanent
differences
(perbedaan permanen). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variabel independen dan sampel yang diambil serta periode pengamatan. Variabel yang diambil pada penelitian terdahulu adalah temporary differences dan permanent differences atau small book tax differences dan large book tax differences. Pada penelitian ini menggunakan variabel-variabel independen yang telah diteliti yaitu temporary differences dan permanent differences sebagai variabel independen. Temporary differences menurut PSAK 46 adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset dan liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan permanent differences adalah perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Peraturan Perpajakan.
Sampel penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hanlon (2005) menggunakan perusahaan manufaktur yang ada di Amerika Serikat dan menggunakan peraturan yang berlaku di negara tersebut yaitu menggunakan SFAS No. 109 tentang Accounting for Income Tax pada tahun 1992. Di Indonesia, juga telah dilakukan penelitian yang sama hanya saja menggunakan perusahaan perbankan sebagai sampel penelitiannya. Sedangkan penelitian ini mencoba menerapkan aplikasi tersebut pada perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan menggunakan peraturan yang ada di Indonesia yaitu UU No. 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan dan PSAK 46 tentang pajak penghasilan. Periode penelitian ini adalah 3 tahun pengamatan yaitu tahun 2010 – 2012 dengan tarif pajak tunggal sebesar 25% yang mulai berlaku sejak tahun 2009 yang sebelumnya sebesar 28%. Penelitian ini juga mencoba melihat dari sisi lain, bahwa pertumbuhan laba perusahaan dapat terjadi dan dianalisis berdasarkan penerapan murni dari teori mengenai perbedaan standar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Perbedaan
aplikasi
PSAK
dan
peraturan
perpajakan
dapat
menyebabkan perlakuan yang berbeda atas satu transaksi yang sama di perusahaan. Koreksi fiskal yang timbul dalam alur perhitungannya dapat menghasilkan laba operasional dan laba bersih yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dalam praktik akuntansi. Latar belakang tersebut mendasari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh book tax differences terhadap pertumbuhan laba dengan judul “ANALISIS HUBUNGAN TEMPORARY
DIFFERENCES
DAN
PERMANENT
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
(STUDI
EMPIRIS
PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012)” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah temporary differences dan permanent differences berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diwakilkan dengan pertumbuhan laba. Rumusan masalah yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah temporary differences berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba?
2.
Apakah permanent differences berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba?
3.
Apakah temporary differences dan permanent differences berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menguji secara empiris bahwa temporary differences berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 2. Menguji secara empiris bahwa permanent differences berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
3. Menguji secara empiris bahwa temporary differences dan permanent differences secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktisi : Bagi peneliti yang terkait dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dan bagi pengguna laporan keuangan sebagai bahan pembelajaran yang terkait dengan book tax differences, dan pertumbuhan laba. 2. Manfaat Akademisi : Dapat dijadikan sebagai bahan referensi khususnya yang terkait dengan book tax differences dan pertumbuhan laba.
1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai ssberikut: BAB I : PENDAHULUAN, menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang kajian pustaka yang digunakan untuk membahas masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Mencakup landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka teoritik, serta pengembangan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN, menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, definisi operasional, jenis dan sumber data,
populasi dan penarikan sampel, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi tentang hasil serta pembahasan dari perumusan masalah dan hipotesis penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang kesimpulan dari hasil dan pembahasan serta saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.